1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia lebih banyak mengenal bahwa program pensiun
hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tidak mengherankan jika masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa status sebagai PNS masih cukup menjanjikan dengan alasan adanya kesinambungan penghasilan setelah masa purnabakti. Kenyataannya tidaklah demikian, program pensiun dapat dimiliki setiap orang, baik karyawan swasta ataupun pegawai mandiri. Ada perusahaan yang memang mendirikan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dengan tujuan memberikan penghargaan kepada karyawannya setelah masa purnabakti, namun ada pula yang mengikutsertakan pegawainya sebagai peserta pensiun pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Para pekerja mandiri pun dapat menjadi peserta pensiun pada DPLK (Aprilia, 2014). Payung hukum keberadaan industri dana pensiun di Indonesia sudah ada sejak 23 tahun yang lalu, yaitu sejak disahkannya Undang-undang nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Undang-undang Dana Pensiun). Dalam kurun waktu 23 tahun, dana pensiun di Indonesia memang belum dikatakan sebagai industri yang berkembang pesat seperti halnya industri keuangan lainnya. Berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai dengan Desember 2014, total aset bersih dana pensiun per Desember 2014 mencapai Rp 186,3 triliun dengan pertumbuhan rata-rata aset dana pensiun sebesar 9,7% per tahunnya. Namun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
demikian, total aset dana pensiun dimaksud masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan total aset industri Perbankan yang mencapai Rp 5.615 triliun per Desember 2014 dan kapitalisasi serta dana kelolaan industri Pasar Modal yang mencapai Rp 6.609 triliun per Desember 2014. Tantangan yang dihadapi para dana pensiun adalah masih rendahnya tingkat penetrasi dana pensiun Indonesia walaupun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tingkat penetrasi dana pensiun Indonesia tahun 2014 adalah sebesar 5,7%. Berdasarkan data World Bank tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat keenam dari 6 negara Asia Tenggara dalam tingkat penetrasi dana pensiun di bawah Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan bahkan Vietnam. Rendahnya penetrasi dana pensiun di Indonesia menunjukkan bahwa masih terbatasnya pemahaman masyarakat tentang dana pensiun. Selain itu, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk menggunakan fasilitas keuangan masih rendah, yang mungkin terkait rendahnya tingkat pendidikan dan penghasilan masyarakat serta desain produk dana pensiun yang mungkin belum dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Berdasarkan data OJK, jumlah dana pensiun selama lima tahun terakhir mengalami penurunan, khususnya DPPK dengan skema Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP). Hingga akhir tahun 2013, jumlah Dana Pensiun yang masih aktif beroperasi sebanyak 265 Dana Pensiun, yaitu terdiri atas 241 DPPK dan 24 DPLK. Dari 241 DPPK terdiri dari 198 DPPK Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan 43 DPPK Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Perkembangan jumlah dana pensiun dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 1.1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
41
Unit
280 260
41
40
276
272
270
43
43 42
269
265
240 220
32 210
208
204
201
25
25
2011
2012
200 180
37
Unit
300
25
24 2010
2009
198
27
24 2013
22
Tahun DPPK-PPMP
Total Dana Pensiun
DPPK-PPIP
DPLK
Gambar 1.1 Jumlah Dana Pensiun Tahun 2009-2013 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2014
Berdasarkan Undang-undang Dana Pensiun, dana pensiun didefinisikan sebagai badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Seperti halnya perusahaan asuransi ataupun bank, dana pensiun juga termasuk lembaga intermediary, yang mengumpulkan dana pihak ketiga. Walaupun persentase jumlah aset dana pensiun dibandingkan Bank masih relatif kecil dan jumlah dana pensiun juga terus menurun, namun pertumbuhan aset/investasi dan peserta program pensiun di Indonesia terus mengalami peningkatan. Berdasarkan Gambar 1.2, nilai aset dana pensiun pada tahun 2009 sebesar Rp 112,51 triliun, sedangkan pada akhir tahun 2013, nilai tersebut mencapai Rp 162,44 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 44,3%. Berdasarkan data OJK (2014), sejak tahun 2009 sampai tahun 2013 jumlah peserta dana pensiun terus mengalami pertumbuhan. Peserta dana pensiun pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
tahun 2009 berjumlah 2.681.233 peserta dan pada akhir tahun 2013 berjumlah 3.663.645 peserta.
160
Triliun Rupiah
120
23
100 18
80 60
13
40 20
Triliun Rupiah
28
140
2009
2010
2011
2012
2013
DPPK PPMP
88,24
101,04
106,47
117,18
116,94
Total Dana Pensiun
112,51
130,34
141,58
158,37
162,44
DPPK PPIP
9,28
11,3
13,36
15,38
16,11
DPLK
14,99
18
21,75
25,81
29,39
8
Gambar 1.2 Jumlah Aset Dana Pensiun Tahun 2009-2013 (triliun rupiah) Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2014
Besarnya dana yang harus dikelola dana pensiun dan besarnya potensi dana yang dimiliki dana pensiun diharapkan juga dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Jika dilihat dari alokasi investasi dana pensiun per akhir tahun 2013 yang mencapai Rp 162,44 triliun, dana tersebut tentumya bukan merupakan dana yang kecil. Dana tersebut tersebar pada instrumen pasar uang (deposito, deposito on call, sertifikat deposito, dan sertifikat Bank Indonesia), pasar modal (obligasi, sukuk, saham, dan reksadana), tanah dan bangunan, surat berharga negara, dan penyertaan langsung. Di antara jenis investasi tersebut, terdapat 4 (empat) jenis investasi yang mendominasi portofolio investasi Dana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Pensiun, yaitu Deposito, Obligasi, Surat Berharga Negara (SBN), dan Saham. Perkembangan portofolio investasi dana pensiun dapat dilihat pada Gambar 1.3.
30
25
Dalam Persentase
20
15
10
5
0
2009
2010
2011
2012
2013
Deposito
21,92
22,25
25,33
26,27
22,97
SBN
27,52
24,66
22,12
20,34
19,66
Obligasi
24,05
22,94
23,62
24,25
24,66
Saham
14,81
17,38
16,09
16,43
16,44
5
5,88
6,83
6,57
6,93
Tanah dan Bangunan
3,22
3,13
3,08
3,08
4,79
Sukuk dan Tabungan
0
0,63
0
0
0,9
3,48
3,12
2,93
3,05
3,65
Reksadana
Lain-lain
Gambar 1.3 Portofolio Investasi Dana Pensiun Tahun 2009-2013 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2014
Dana pensiun dalam menjalankan pengelolaan dananya menggunakan prinsip kehati-hatian (prudent). Pemerintah mengatur tentang pengelolaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
investasi yang dilakukan oleh dana pensiun melalui Peraturan Menteri Keuangan nomor 199/PMK.010/2008 tentang Investasi Dana Pensiun. Adanya peraturan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi dana pensiun dalam menginvestasikan dana kelolaannya agar dapat memperoleh hasil yang optimal, namun tetap memperhatikan aspek kehati-hatian (prudent) sehingga dapat melindungi kepentingan peserta. Dalam membentuk portofolio, Dana Pensiun sebagai investor harus memperhatikan tiga hal dasar berkenaan dengan instrument keuangan yang akan dipilih sebagai elemen portofolio. Tiga hal penting tersebut adalah risiko, return atau imbal hasil pengembalian yang diharapkan, dan hubungan antara imbal hasil dengan risiko. Dalam dunia investasi, dikenal istilah “high risk, high return” dimana semakin tinggi imbal hasil maka semakin tinggi pula risiko dan berlaku juga sebaliknya. Dengan membentuk portofolio, risiko yang harus ditanggung Dana Pensiun akan lebih kecil dibandingkan dengan risiko sekuritas secara individual. Portofolio investasi sendiri sangat rentan terhadap risiko pasar, baik dari sisi risiko suku bunga, risiko nilai tukar maupun risiko ekuitas, khususnya terkait dengan fluktuasi harga pasar saham, obligasi dan Surat Berharga Negara dalam waktu yang singkat. Risiko pasar tersebut bisa berpengaruh, baik secara keseluruhan atau parsial terhadap investasi Dana Pensiun secara keseluruhan. Lebih lanjut, agar mendapatkan imbal hasil yang optimum, investor dapat melakukan suatu usaha yaitu diversifikasi portofolionya sehingga risiko yang harus ditanggung berkurang. Diversifikasi investasi sendiri baru akan memberikan manfaat optimum apabila antar instrumen dalam suatu portofolio berkolerasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
negatif. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Markowitz (1952) dimana risiko investasi dapat diminimalisir dengan menggabungkan beberapa aset dalam suatu portofolio. Diversifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah diversifikasi yang menggunakan pendekatan Mean Variance Model yang ditemukan oleh Markowitz. Dengan pendekatan metode Markowitz, untuk mencapai portofolio yang optimal, Dana Pensiun harus dapat menentukan dengan cermat proporsi yang tepat atas masing-masing instrumen keuangan yang dimilikinya. Pendekatan ini mengacu pada pembentukan portofolio yang memiliki tingkat keuntungan tertinggi pada tingkat risiko tertentu. Portofolio semacam itu disebut Markowitz Efficient Portofolio (MEP). Menurut Hartono (2014) metode Markowitz membentuk set efisien dan portofolio optimalnya dengan pendekatan kuantitatif yang menghubungkan risiko yang diukur dengan deviasi standar atau varian (variance) dengan return ekspektasinya atau rata-rata return-nya (mean), sehingga metode ini disebut dengan mean variance method. Sharpe (2002) menyatakan bahwa dalam praktek mengalokasikan dana, dana pensiun biasanya menggunakan pendekatan standar yaitu single-index period mean-variance model, dan terkadang diikuti dengan simulasi Monte Carb untuk mengetahui proyeksi jangka panjang dari pengalokasian dana yang dilakukan di masa yang akan datang. Jadi, model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Markowitz sudah tepat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
.Penelitian ini difokuskan pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang menjalankan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Berbeda dengan dana pensiun yang menjalankan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), risiko investasi dana pensiun dengan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) ada pada peserta pensiun. Hal ini sesuai dengan definisi PPIP menurut Undang-undang Dana Pensiun bahwa Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun (PDP) dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening peserta sebagai manfaat pensiun. Semakin baik kinerja keuangan dan kinerja investasi yang dilakukan oleh dana pensiun, maka akan semakin besar manfaat pensiun yang akan diterima oleh peserta DPLK. Satu-satunya DPLK di Indonesia yang menggunakan prinsip syariah adalah DPLK Muamalat. Konsep syariah mulai diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1991 ketika Bank Muamalat Indonesia berdiri. Pada tahun 1998 terjadinya krisis finansial yang menghantam Indonesia telah menyebabkan kondisi ekonomi yang tidak kondusif, sehingga menyebabkan ditutupnya sejumlah bank di Indonesia. Namun dalam kondisi tersebut, modal Bank Muamalat masih positif, tidak ada negative spread dan Bank Muamalat tetap dalam predikat bank dengan kategori A. Hal tersebut menyebabkan Bank Muamalat tidak ikut dalam program rekapitalisasi yang dilakukan Pemerintah, sehingga dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah mampu bertahan dalam krisis ekonomi yang terjadi. Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia diawali oleh perkembangan sektor perbankan, selanjutnya diikuti oleh sektor perasuransian dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
pasar modal. Dalam perkembangannya, setiap sektor memiliki tantangan yang berbeda. Data perkembangan produk syariah dalam periode 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan bahwa pada umumnya seluruh produk keuangan syariah memiliki
tren positif sebagaimana terlihat
dalam
Tabel
1.1.
Adanya
perkembangan tersebut memberikan kontribusi yang cukup penting dalam aktivitas perekenomian Indonesia.
Tabel 1.1 Perkembangan Sektor Jasa Keuangan Syariah (Triliun Rupiah) 2010 Pasar Modal Syariah Kapitalisasi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Sukuk Korporasi Surat Berharga Syariah Negara NAB Reksadana Syariah IKNB Syariah (aset) Perbankan Syariah (aset)
na
2011
2012
2013
2014
1.968,09 2.451,33 2.557,85 2.946,89
6,12
5,88
6,88
7,55
7,11
44,34
77,73
124,44
169,29
206,10
5,23 18,68 97,51
5,56 26,90 145,46
8,05 35,83 195,01
9,43 41,71 242,27
11,24 54,41 272,34
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2015
1.2
Identifikasi, Perumusan, dan Batasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia terlihat dari pesatnya perkembangan industri perbankan syariah. Hal ini berdampak positif terhadap perkembangan industri keuangan lainnya (Febriyanti 2008). DPLK Muamalat merupakan salah satu dari 24 DPLK yang ada di Indonesia dan merupakan satusatunya DPLK yang menggunakan prinsip syariah. Berdasarkan Gambar 1.4, pertumbuhan asset DPLK Muamalat dalam enam tahun terakhir rata-rata berada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
di 28,8%. Pertumbuhan asset yang cukup baik membutuhkan perhatian khusus dari Pendiri DPLK Muamalat bahwa DPLK Muamalat merupakan salah satu unit bisnis yang cukup menjanjikan.
800 714,241
700
Miliar Rupiah
600
565,746
500 442,831
400 328,155
300 200
266,292 200,446
100 0 2009
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Gambar 1.4 Jumlah Aset DPLK Muamalat Tahun 2009-2014 (Miliar Rupiah) Sumber: DPLK Muamalat, 2015
Pengurus DPLK Muamalat melaporkan secara rutin kinerja portofolio investasinya kepada peserta. Kinerja dari DPLK Muamalat tentunya menjadi salah satu komponen yang dapat dijadikan pertimbangan bagi para calon peserta DPLK dalam melakukan pemilihan DPLK. Kinerja yang baik merupakan nilai lebih bagi DPLK dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemberi kerja atau pekerja mandiri yang ingin ikut serta dalam program pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Muamalat. Berdasarkan Gambar 1.5, kinerja investasi DPLK Muamalat masih belum menunjukkan kinerja yang cukup baik, karena tingkat pengembalian hasil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
(return on investment/ROI) dari DPLK Muamalat terus menurun selama 5 tahun terakhir.
Presentase ROI
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
2009
2010
2011
2012
2013
DPLK
16,16
10,95
8,8
8,24
3,64
DPLK MUAMALAT
13,17
8,87
7,71
8
4,48
Gambar 1.5 Tingkat Pengembalian Investasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan Tahun 2009-2013 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan DPLK Muamalat, 2015
Setiap DPLK biasanya menawarkan beberapa alternatif pilihan paket investasi bagi pesertanya. Paket investasi itu bebas dipilih oleh setiap peserta pensiun sesuai dengan seberapa besar risk-return yang diekspektasikannya. Namun, investasi pada pihak mana akan ditempatkan dan seberapa besar komposisi penempatan pada setiap kelas aset investasi tetap menjadi kebijakan DPLK. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Dana Pensiun berkewajiban untuk menjaga kesinambungan pelaksanaan program pensiun. Oleh karena itu, evaluasi dalam pengelolaan portofolio investasi dana pensiun perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi diversifikasi portofolio yang dilakukan tersebut sudah berjalan kearah yang benar, atau perlu perbaikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
sehingga dapat dicapai suatu nilai portfolio yang optimal di periode yang akan datang. Untuk itu, berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis akan menganalisis kinerja Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat periode tahun 2012-2014 dalam melakukan diversifikasi portofolio dengan menggunakan pendekatan Markowitz.
1.2.2 Rumusan Masalah Dalam membentuk portofolionya, DPLK perlu melakukan analisis atas risiko dan imbal hasil setiap instrumen keuangan untuk menetapkan kebijakan diversifikasi portofolionya. Hal ini dilakukan agar portofolio yang dibentuk merupakan portofolio yang optimal. Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, berikut adalah permasalahan yang akan dibahas lebih detail dalam penelitian ini. 1) Bagaimanakah karakteristik return individual aset investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014? 2) Bagaimanakah karakteristik risiko individual aset investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014? 3) Bagaimanakah kinerja portofolio investasi DPLK Muamalat tahun 20122014? 4) Bagaimanakah karakteristik alternatif portofolio efisien dan optimal dengan menggunakan metode Markowitz yang terbentuk berdasarkan data historis DPLK Muamalat?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
5) Apakah kinerja portofolio optimal menggunakan metode Markowitz lebih baik dari kinerja portofolio investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014 berdasarkan Sharpe ratio?
1.2.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada data yang terdapat pada DPLK Muamalat. Data yang digunakan adalah data historis atas investasi yang dilakukan oleh DPLK Muamalat pada tahun 2012-2014. Instrumen investasi yang dibahas dalam penelitian ini hanya mencakup instrumen deposito, sukuk, reksadana, dan saham. DPLK Muamalat merupakan Dana Pensiun yang menjalankan pengelolaan investasinya berdasarkan prinsip syariah, sehingga instrumen investasi yang dipilih sesuai dengan kaidah syariah.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui karakteristik return individual aset investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014. 2) Untuk mengetahui karakteristik risiko individual aset investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014. 3) Untuk mengetahui kinerja portofolio investasi DPLK Muamalat tahun 20122014. 4) Untuk mengetahui karakteristik alternatif portofolio efisien dan optimal dengan menggunakan metode Markowitz yang terbentuk berdasarkan data historis DPLK Muamalat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
5) Untuk mengetahui kinerja portofolio yang paling optimal berdasarkan Sharpe ratio.
1.4 1.
Manfaat dan Kegunaan Penelitian Bagi Dana Pensiun Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Dana Pensiun perusahaan lainnya sebagai masukan dan bahan pertimbangan di dalam memilih strategi dan pengelolaan investasi portofolio untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
2.
Bagi DPLK Muamalat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa bahan masukan dan dijadikan pertimbangan dalam rencana strategi dan pengelolaan investasi portofolio di periode selanjutnya.
3.
Bagi Akademisi Sebagi sumber informasi yang dapat memperkaya dunia pustaka, terutama yang berkaitan dengan bidang ilmu manajemen investasi dan portofolio.
http://digilib.mercubuana.ac.id/