BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gelombang elektromagnetik adalah salah satu materi fisika di kelas X semester 2.
Sebenarnya, gelombang elektromagnetik selalu ada disekitar
kita. Gelombang
elektromagnetik
dimanfaatkan
dalam
berbagai
bidang
kehidupan. Bidang telekomunikasi memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk radio dan televisi. Bidang kedokteran memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi kelainan pada organ tubuh. Banyak manusia yang tidak sadar bahwa gelombang elektromagnetik banyak yang digunakan untuk peralatan elektronik pada saat ini. Banyaknya kegunaan dalam berbagai bidang tersebut membuat materi gelombang elektromagnetik sangat penting untuk dipelajari. Peralatan elektronik yang digunakan berasal dari pemanfaatan gelombang elektromagnetik.
Salah satu contohnya adalah telepon genggam. Telepon
genggam ini merupakan salah satu contoh perkembangan hasil dari gelombang elektromagnetik. Siswa hendaknya lebih mengetahui dan memahami tentang gelombang elektromagnetik kerena selain bermanfaat untuk kehidupan, ternyata gelombang elektromagnetik memiliki dampak yang buruk juga. Setelah mempelajari materi tersebut, diharapkan siswa akan lebih berhati-hati dalam memanfaatkan gelombang elektromagnetik dalam kehidupan sehari-hari. Materi gelombang elektomagnetik adalah materi yang sering dihindari oleh
peserta
didik.
Mereka
beranggapan
bahwa
materi
gelombang
elektromagnetik adalah materi yang membosankan dan penuh dengan hafalan-
1
hafalan teori. Penelitian Suryani, Fadiyah dan Fatkhulloh (2012) menuliskan pada konsep gelombang elektromagnet di kelas X semester 2 adalah materi yang berisi banyak pemahaman, hafalan bukan soal menghitung sehingga siswa banyak yang kurang berminat terhadap materi ini, siswa banyak yang tidak aktif. Pramuda, Adi (2012) berpendapat bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran fisika karena mahasiswa mengalami kesulitan dalam belajar fisika khususnya materi gelombang elektromagnetik. Faktor internal mahasiswa seperti kemampuan berfikir abstrak dan kreativitas belum diperhatikan dalam pembelajaran. Hasil Nursanti, Pinda Maya (2012) menuliskan bahwa nilai ulangan harian siswa SMP Negeri 1 Binangun-Blitar materi gelombang elektromagnetik dan hukum pemantulan bunyi hanya sebesar 13,33% dan ratarata kelas hanya 53,25. Bila dibandingkan dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75 hanya empat siswa yang tuntas. Ketiga hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa materi gelombang elektromagnetik merupakan salah satu materi fisika yang kurang diminati siswa. Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat mejadikan belajar aktif. Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang dikelola secara efektif dan berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang efektif dapat tercipta bila siswa dapat secara kritis menanggapi hal-hal yang dikemukakan atau dipertanyakan oleh guru sehingga mereka dapat menemukan hakikat aktivitas yang mereka lakukan. Peserta belajar mengerti benar ”apa”, ”bagaimana”, dan ”mengapa” tentang suatu hal yang sedang dipelajari dan peserta belajar memiliki
2
kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya sekaligus mengkomunikasikan dan mendiskusikannya dengan sesama peserta belajar maupun dengan gurunya. Berbagai model dapat digunakan untuk menjadikan situasi belajar aktif. Salah satu model yang dapat digunakan dan mengaktifkan ruang kelas adalah model pembelajaraan kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Sejumlah penelitian juga mencoba menerapkan model pembelajaran tersebut pada materi gelombang elektromagnetik. Penelitian Setiyowati, Pita Indah (2011) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X MAN 2 Semarang Untuk Materi Pokok Gelombang Elektromagnetik” menyimpulkan bahwa secara keseluruhan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT layak dikembangkan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika. Penelitian Zahro, I'im Sahita (2011) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Gelombang Elektromagnet Siswa Kelas X-C SMA Negeri 1 Turen”. Pada penelitiannya menyatakan bahwa pada lembar observasi aktivitas siswa terjadi peningkatan, pada siklus I keaktifan siswa sebesar 76,2 % sedangkan pada siklus II sebesar 82,86 %. Hasil ini diperoleh dari perbandingan skor total yang diperoleh siswa dengan skor tertinggi total pada lembar observasi. Penyelesaian masalah dan anggapan mengenai belajar fisika tentang materi gelombang
elektromagnetik
yang
belum
ideal
diperlukanlah
langkah
3
pengembangan model pembelajaran secara nyata, efektif, dan konsisten. Salah satu terobosan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat model pembelajaran yang inovatif dan memungkinkan diterapkan disebagian besar satuan pendidikan. Model pembelajaran inovatif yang akan diteliti keefektifan dalam pembelajaran fisika materi gelombang elektromagnetik adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan permainan halma yang secara garis besar memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu, tetapi dalam penelitian ini model kooperatif tipe TGT dipadukan dengan gerakan brain-gym. Penelitian ini dilakukan karena penelitian-penelitian sebelumnya hanya berfokus pada meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa sehingga belum menyentuh pada hubungan antara gerakan dengan neuron-neuron yang ada dalam otak siswa saat belajar. Model pembelajaran yang akan diteliti ini mengaitkan antara konsep pembelajaran yang memfokuskan untuk mengaktifkan siswa dengan sebuah gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan neuron pada hipokampus. Penelitian Rustiana, Eunike R (2011) menyatakan bahwa gerakan-gerakan dalam takaran dan kondisi tertentu dapat memberi atau membawa efek positif bagi seseorang yang melakukannya, baik secara fisik, mental, termasuk kognitif dan emosional, maupun sosial. William Greenough (2006) menemukan bahwa latihan fisik dalam lingkungan yang kondusif dapat menyebabkan pembentukan koneksi sinaptik (antar sel saraf) dalam jumlah besar. Latihan fisik akan memperkuat area-area otak seperti ganglia basalis, serebelum, dan korpus kalosum. Selain itu, kepadatan korteks meningkat dan kemampuan memecahkan masalah menjadi lebih baik.
4
Hal yang digunakan untuk dapat menarik potensi-potensi yang terdapat dalam diri setiap manusia dapat dilakukan dengan pendekatan dasar edu-K (educational
kinesiology)
sebagai
metode
belajar
yang
pertama
kali
dikembangkan oleh Paul E. Dennison. Brain Gym merupakan inti dari Educational Kinesiology ( Edu K) yang berarti ”educare” menarik keluar dan ”kinesis” ilmu tentang gerakan tubuh. Maka dengan Brain Gym kita menarik keluar potensi yang terpendam melalui gerakan tubuh. Brain Gym atau senam otak adalah gerakan sederhana dengan menggunakan keseluruhan otak karena merupakan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari sehingga belajar jadi riang dan senang. Eliasa, eva imania (2007) menuliskan bahwa: Brain Gym sangat diperlukan bagi anak-anak yang sulit belajar, berusaha terlalu keras sehingga terjadi stress di otak. Mekanisme integrasi otak melemah sehingga bagian-bagian otak tertentu kurang berfungsi. Selain itu juga meningkatkan refleks karena stress yang diakibatkan informasi yang diterima di otak bagian belakang sulit diekspresikan melalui bagian depan otak, sehingga anak merasa kurang mampu. Brain Gym diperlukan bagi anak yang perasaan kurang mampu dan kurang berhasil mengakibatkan semangat belajar atau bekerja kurang, sehingga prestasi statis atau menurun. Maka dengan Brain Gym, pikiran akan lebih jernih, hubungan antar manusia akan lebih rileks dan senang, lebih semangat berkonsentrasi, anak akan kreatif dan efesien juga lebih sehat dan prestasi belajar akan meningkat. (Eliasa, eva imania 2007; 2)
Demuth, Elisabeth (2005) memaparkan bahwa salah satu persepsi pendidikan tradisional yang selama ini masih dominan di Indonesia adalah bahwa proses belajar hanya menyangkut perkembangan potensi intelektual seseorang yang terpisah dari aspek jasmani manusia. Upaya menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan
tersebut
memang
tidak
kalah
pentingnya
untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan aktivitas belajar anak dalam belajar. Maka dalam penelitian ini mencoba untuk merancang suatu model pembelajaran
5
yang dapat membantu kreativitas guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Materi
gelombang
elektromagnetik
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif yang akan dikembangkan dengan memanfaatkan gerakan brain-gym diharapkan dapat meminimalisir keadaan kelas yang pasif. Metode ini memanfaatkan gerakan-gerakan tubuh untuk membentuk neuron baru pada hipokampus, karena orang yang melakukan gerakan fisik mempunyai neuron dua kali lebih banyak daripada yang tidak melakukan gerakan fisik. Kemampuan belajar merupakan bentuk yang paling fundamental daripada kemampuan berfikir. Tidak peduli betapa cemerlangnya seseorang, apabila ia tidak mau belajar, karena seluruh kekuatan otak akan sia-sia. Akan tetapi, sekalipun seorang sangat tidak cemerlang, asalkan mau belajar ia akan memiliki kekuatan otak untuk belajar. Bermain adalah sebuah fenomena yang berkembang secara menyeluruh di dalam masyarakat. Setiap orang bermain setiap harinya. Meskipun begitu, bermain dalam lingkup pembelajaraan di sekolah masih terasa terlarang. Permainan biasanya di lakukan dalam waktu senggang, di Taman Kanak-kanak dan dalam pendidikan dasar. Akan tetapi di sekolah tingkat lanjut siswa diharapkan tidak bermain, melainkan belajar dan bekerja. Hal yang tidak diperhatikan di sini adalah bahwa sebenarnya bermain mempunyai peranan dalam semua bentuk sekolah, dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Permainan dapat memperkaya sistem pembelajaran sehingga menjadi lebih bervariasi. Permainan memungkinkan terwujudnya pembelajaran mandiri, kelompok dan tim. Permainan dapat dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Penelitian ini mencoba mengembangkan model pembelajaran pada materi
6
gelombang elektromagnetik
yang siswa menganggap materi tersebut adalah
materi yang membosankan. Upaya untuk menghilangkan kebosanan adalah dengan melakukan permainan, karena dengan bermain siswa tidak akan menyadari bahwa dirinya sedang belajar. Permainan yang dipadukan dalam model pembelajaran tersebut adalah halma yang diperankan secara langsung oleh seluruh siswa tanpa menggunakan pion-pion sebagai pelaku jalannya permainan. Memfungsikan manusia (peserta didik) sebagai pelaku pion-pion permainan maka akan mengajak siswa untuk melakukan gerakan dan berfikir langkah-langkah yang harus ia tempuh. Gerakan Brain Gym dilakukan pada saat guru dan siswa melakukan diskusi kelas sebelum permainan dimulai dan didalam permainan siswa wajib melakukan gerakan-gerakan Brain Gym secara bebas. Keterkaitan antara fungsi gerakan tubuh yang dapat dilakukan dengan gerakan Brain Gym sangat erat hubungannya dengan sistem kerja otak. Sistem otak kerja yang tinggi akan meningkatkan motivasi belajar dan dengan motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar akan meningkat.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan ruang lingkup penelitian tentang
“Pengembangan Model Pembelajaran
Pendekatan Kooperatif
TGT
Fisika
Melalui
Menggunakan Teknik Brain Gym di SMA
Nahdlatul Ulama 1 Gresik” agar penelitian ini lebih terfokuskan kepada masalah yang dituju, maka digunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
7
1. Bagaimana gambaran pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik? 2. Bagaimana
perangkat
pembelajaran
untuk
pengembangan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik? 3. Bagaimana validasi untuk pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik? 4. Bagaimana implementasi pembelajaran efektif pada model pembelajaran koperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym pada materi gelombang elektromagnetik di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik?
C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan ruang lingkup penelitian tentang
“Pengembangan Model Pembelajaran
Pendekatan Kooperatif
TGT
Fisika
Melalui
Menggunakan Teknik Brain Gym di SMA
Nahdlatul Ulama 1 Gresik” maka penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan penelitian dan tujuan pengembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tujuan penelitian a. Menggambarkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym pada materi gelombang elektromagnetik di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik. b. Menyusun perangkat model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym pada materi gelombang elektromagnetik di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik.
8
c. Memvalidasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym pada materi gelombang elektromagnetik di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik. d. Mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym pada materi gelombang elektromagnetik di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik. 2. Tujuan pengembangan a. Menghasilkan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym pada materi gelombang elektromagnetik di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik
sebagai fungsi kreasi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Menghasilkan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan gerakan Brain Gym pada materi gelombang elektromagnetik di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik sebagai fungsi pengembangan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran.
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Pengembangan
Model
Pembelajaran
Fisika
Melalui
Pendekatan
Kooperatif TGT Menggunakan Teknik Brain Gym di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik
adalah model
pembelajaran berbasis kompetensi yang memerlukan
keterampilan gerak yang afektif dan efisien. Pengembangan model ini membutuhkan perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian pembelajaran materi gelombang elektromagnetik yang harus dimulai dari gerakan atau perbuatan mendasar menuju pembelajaran tingkat lanjut. Karakteristik model
9
yang akan dikembangkan akan lebih sesuai dengan karakteristik siswa pra remaja yang menginginkan untuk bisa dipahami dan dimengerti, dan selalu ingin disayangi dan diperhatikan. Pengembangan model untuk materi gelombang elektromagnetik ini menjadikan siswa mencapai integrasi diri kedua dalam dirinya karena model ini menuntut siswa lebih berperan aktif didalam setiap sintak pembelajarannya terutama saat permainan. Pengembangan model ini menekankan pada pengalaman belajar yang menyenangkan dan mengenal lingkungan dengan karakteristik siswa sendiri. Model ini dapat diidentifikasi melalui kemampuan siswa melakukan aktivitas keterampilan
gelombang
elektromagnetik
dalam
suasana
bermain
yang
mengedepankan unsur kegembiraan. Pengimplementasian model ini diharapkan dapat memungkinkan siswa memperoleh suatu keterampilan atas dasar pengalaman belajar, bukan atas dasar diajari oleh guru saja, serta siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap atas dasar pengalaman belajar yang diperolehnya sendiri. Proses pembelajaran dengan menggunakan model ini melibatkan seluruh unsur diantaranya kemampuan awal siswa, tipe belajar siswa, karakteristik siswa, fasilitas belajar, kemampuan profesional guru. Model ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan halma dan gerakan Brain Gym yang dikembangkan menjadi lima tahapan pokok, yaitu tahap apersepsi, tahap eksplorasi, tahap pengembangan konsep, tahap pengembangan aplikasi dan tahap kesimpulan. Model ini mempunyai sejumlah perangkat yaitu materi gelombang elektromagnetik, silabus, dan RPP. Materi gelombang elektromagnetik menyajikan materi-materi gelombang elektromagnetik yang sekaligus membiming
10
siswa untuk aktif di dalam kelas karena materi tersebut selain menyajikan materi pokok gelombang elektromagnetik juga mengajak siswa untuk melakukan aktivitas dengan gerakan Brain Gym, sehingga rasa kebosanan, mengantuk dan jenuh dapat diminimalisir karena gerakan-gerakan Brain Gym berfungsi untuk membuka otak yang sebelumnya tertutup/terhambat ketika siswa berada di dalam keadaan jenuh, bosan dan mengantuk. Permainan halma yang dikembangkan pada model ini memberikan umpan balik secara langsung tentang jawaban benar atau salah dari soal-soal yang telah diberikan. Membentuk strategi-strategi setiap langkah untuk menuju suatu tujuan dengan membentuk lintasan gelombang adalah inti dari permainan tersebut. Area permainan halma ini menggunakan tali rafia, karena alat tersebut mudah diperoleh dan memenuhi syarat pembelajaran inovatif yaitu pembelajaran yang tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam media belajarnya. Penggunaan permainan halma dalam pengembangan model dilakukan selama ± 30 menit dan dapat digunakan sebagai bahan pengevaluasian untuk guru mengenai hasil belajar siswa secara global, karena semakin cepat siswa menyelesaikan permainan maka semakin banyak pengalaman yang telah siswa peroleh. Hal tersebut dikarenakan permainan halma ini selain diperlukan strategi dan keterampilan berfikir juga diperlukan ketangkasan untuk menjawab soal-soal yang tersimpan dalam setiap petak area permainan halma serta menjawab soalsoal yang diberikan oleh tim yang lain sesuai dengan peraturan permainan halma. Pengevaluasian hasil belajar yang lebih intensif diperoleh dari nilai hasil tugas/ PR/ tes ulangan individu masing-masing.
11
E. Manfaat Penelitian Kegiatan penelitian dan hasil penelitian ini memiliki manfaat tertentu dari segi teoritis dan praktis bagi penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menemukan prinsip-prinsip dan konsep-konsep baru yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran terutama pembelajaran model materi gelombang elektromagnetik melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan halma dan gerakan Brain Gym. Manfaat praktis dari hasil penelitian ini secara umum dapat digunakan bagi pengembang kurikulum dalam rangka penyusunan model-model praktis (operasional) tentang teknologi pembelajaran dimasa mendatang. Manfaat penting lainnya bagi guru fisika adalah memperoleh pengetahuan dan pengalaman untuk merancang dan menerapkan model materi gelombang elektromagnetik melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan halma dan gerakan Brain Gym.
F. Batasan Kajian Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas dan dapat didiskripsikan dengan jelas dan terhindar dari berbagai interpretasi, maka peneliti memberikan batasan yaitu penelitian hanya dibatasi oleh pengembangan model untuk materi gelombang elektromagnetik melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan halma dan gerakan Brain Gym pada semester 2 kelas X.
G. Definisi Istilah 1. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
12
Malau, Jawane (2006). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah sebuah model pembelajaran yang mengkondisikan situasi kelas untuk belajar secara student centered dengan membentuk kelompok-kelompok kecil didalam aktivitas belajarnya. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda (Gora, Winastwan dan Sunarto, 2012). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dengan memasukkan unsur permainan halma untuk tournament dalam mengetauhi perkembangan hasil belajar siswa secara berkelompok. 3. Halma adalah salah satu permainan bertipe boar dengan name yang sederhana namun mengandalkan ketelitian dalam menemukan langkah taktis agar dapat memenangkan permainan (Saputra, Agus Bayu dan Syafrizal, Melwin, 2012). Halma dalam penelitian ini adalah komponen belajar model kooperatif tipe TGT dengan memasukan model permainan yang dalam setiap langkah gerak pemainnya harus membentuk suatu gelombang sampai pada tempat tujuan dengan melewati rintangan-rintangan pertanyaan yang harus dijawab dengan benar.. 4. Gerakan “Brain Gym” atau dalam Bahasa Indonesia “Senam Otak” adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari, dan merupakan inti dari Edu-K. (Demuth, Elisabeth, 2005). Gerakan Brain Gym dalam penelitian ini
13
difokuskan untuk menetralisir kejenuhan siswa disaat belajar sehingga rasa ngantuk
dapat
berubah
dengan
aktivitas
belajar
siswa
membangun
pengetahuannya secara mandiri dapat tercapai. 5. Materi gelombang elektromagnet adalah materi kelas X semester dua. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal yang arah medan listrik dan arah medan magnetiknya tegak lurus terhadap arah perambatan dan terhadap satu sama lain (Young, Hugh D dan Freedman, Roger A, 2004). Materi gelombang elektromagnetik adalah materi belajar siswa yang dipadukan dengan permainan halma untuk mengaplikasikan bentuk gelombang yang abstrak menjadi langkah-langkah yang kongkrit dalam permainan tersebut. 6. Efaektifitasan pembelajaran hanya akan tercapai ketika guru bisa melibatkan (involving) sebanyak mungkin peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan cakupan sedalam dan seluas mungkin (Sembiring, M. Gorky, 97;2009). Penelitian ini mendefinisikan pembelajaran yang efektif adalah sebuah pembelajaran
yang
dapat
memberikan
respon
positif
untuk
siswa,
meningkatkan aktivitas belajar yang positif dan dapat membuat para peserta didiknya untuk belajar dengan suasana belajar yang menyenangkan dengan memperhatikan landasan teoritikal, sintak, sistem sosial, prilaku guru, sistem pendukung, dampak pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran.
14