1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang diminati oleh masyarakat luas. Bahkan banyak orang yang tidak mengetahui nama dari kesenian yang ada di sekitar. Di zaman modern sekarang ini sangat rawan sekali dengan efek globalisasi yang mengakibatkan masyarakat meninggalkan kesenian daerahnya beralih terhadap kesenian luar negeri yang lebih modern. Permasalahan ini membuktikan pentingnya pengkajian karya kesenian agar tidak hanya sebagai peninggalan yang sia-sia. Dilihat dari kenyataan yang ada penulis akan mengadakan penelitian terhadap kesenian daerah yaitu kesenian Angguk. Kesenian Angguk adalah salah satu kesenian tradisional yang merakyat yang sudah dikenal oleh sebagian masyarakat khususnya di desa Klapagading, Kecamatan Wangon. Mayoritas masyarakatnya adalah di pedesaan, dan pada kesenian Angguk ini tidak menetapkan tarif untuk menontonnya hanya saja pada waktu tole-tole (peserta angguk meminta uang sukarela terhadap penonton) serta ada kesepakatan antara yang punya hajat dengan tim kesenian tersebut. Kesenian Angguk ini masih jarang diketahui oleh banyak kalangan, padahal kesenian ini merupakan kesenian yang sangat merakyat. Di dalam satu kecamatan hanya ada dua kelompok kesenian Angguk yaitu, di desa Karangwangkal dan di Klapagading sehingga penulis memutuskan untuk meneliti salah satu dari desa tersebut, yaitu desa Klapagading dengan alasan penulis berasal dari desa tersebut, untuk dimudahkan dalam memperoleh sumber yang akurat. Sebagai orang daerah kita wajib berbangga hati karena banyak sekali kesenian 1 1 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
2
tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan dalam ruang lingkup yang kecil, yaitu di desa-desa. Kesenian Angguk ini masih banyak orang yang tidak mengetahui tentang kesenian ini sehingga peneliti mempunyai rasa ingin untuk mengembangkan lagi kesenian tradisional. Kesenian Angguk sebenarnya wajib untuk didukung oleh masyarakat lokal karena kesenian Angguk merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Dalam perjalanan waktu kesenian Angguk di desa Klapagading mengalami pasang surut, apalagi pada tahun 1992-2012 kesenian Angguk hampir tidak terdengar nasibnya, karena tidak ada penerus pada tahun tersebut, tetapi pada awal tahun 2012 pada pemerintahan kepala desa baru membuat kebijakan untuk menghidupkan kembali kesenian tersebut yang diibaratkan sudah mati suri selama dua puluh tahun. Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang ada di atas, penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul Kesenian Angguk di Desa Klapagading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas Tahun 1976-2014.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, penulis membatasi pada pokok masalah sebagai berikut. 1.
Kondisi sosial budaya desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas.
2.
Petunjukan kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas.
2 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
3
3.
Kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas 1976-2014.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap rumusan masalah di atas. 1.
Kondisi sosial budaya desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas.
2.
Pertunjukan kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas.
3.
Kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas 1976-2014.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut, dapat juga dijadikan referensi bagi penelitianpenelitian lanjutan yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai Sejarah Lokal. Penelitian ini dapat dijadikan arsip atau data penelitian di daerah setempat sebagai masukan bagi pembaca untuk lebih jauh mengenal kesenian Angguk , dan menambah pengetahuan lebih tentang kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. 2.
Manfaat Praktis
3 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
4
Penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah desa dan bagi peneliti yaitu : digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan upaya membangun seni tradisional, khususnya kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Memberikan wawasan tentang kesenian tradisional Angguk. Mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa terdapat kesenian tradisional yang perlu dilestarikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan infornasi dan masukan kepada pemerintah desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, dan sebagai bahan untuk lebih mempelajari tentang kesenian tradisional Angguk.
E. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, pada saat ini belum pernah dilakukan penelitian oleh karena itu referensi atau kepustakaan yang berkaitan secara khsus sulit didapatkan. Namun, terdapat penelitian yang hampir sejenis sudah pernah dilakukan. Penelitian Aprilia Pangestuti (2001), yang berjudul Kesenian Janeng dan Fungsi di Desa Kambangsari Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kesenian Janeng. kesenian Janeng ini, dipentaskan pada waktu upacara tertentu. Namun, pada zaman sekarang pertunjukan atau kesenian Janeng berfungsi untuk kesenian hiburan untuk rakyat. Kesenian Janeng memiliki keunikan dalam baitnya, karena menggunakan lengkingan pada nyanyiannya.
4 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
5
Penelitian Suranto (2002), yang berjudul Kesenian Tradisional Dames di Desa Karang Jambe, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga Tahun 19602000. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesenian ini merupakan kesenian tradisional yang bernuansa Islami (religius), baik dalam syair maupun bentuk gaya yang mencerminkan pribadi seseorang wanita Jawa yang dilatarbelakangi agama. Dalam kesenian ini terdapat pesan moral yang juga memiliki kehalusan gerak yang pelan sebagai lambang wanita Jawa. Penelitian Retno Prastiyawati (2004), yang berjudul Kesenian Tradisional Emblek di Dusun Janti Desa Kadipeten kabupaten Wonosobo. Penelitian ini berisi tentang peranan dari lurah atau kepala desa Emblek dan tentang solidaritas antara anggota kesenian terhadap kelangsungan hidup kesenian Emblek. Peneliti meneliti dari dalam grup kesenian tersebut ternyata di dalam kesenian Emblek ini anggotanya bertugas mengkoordinasi serta memanejemen bertujuan untuk tetap membuat eksis kesenian Emblek ini di mata masyarakat. Penelitian Nur Abidah Listiani (2013) yang berjudul Kesenian Tari Buncis di Desa Tanggeran Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas Tahun 1970-2013. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan suatu kondisi yang sosial ekonomi seniman tari Buncis itu, tetapi dengan adanya globalisasi pada saat ini kesenian tradisional makin menurun eksistensinya di dunia kesenian sehingga kesenian tari Buncis itu hanya dapat tampil apabila ada yang menyewa dalam hajatan orang nikah ataupun orang khitan saja. Tari Buncis ini mirip dengan kuda kepang karena sama-sama pemainnya dapat mengalami kesurupan.
5 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
6
Pertunjukan kesenian Angguk pada hakikatnya merupakan tradisi yang sudah dimiliki oleh masyarakat sejak dahulu, fungsinya pada zaman dahulu adalah untuk menyebarkan agama islam tetapi sekarang kesenian Angguk bertujuan untuk menghibur masyarakat dengan biaya yang terjangkau. Penelitian ini memusatkan kepada kesenian Angguk dalam konteks kehidupan sosial budaya diperlukan penjelasan ilmu lainnya yang berhubungan dengan masalah tersebut.
F. Landasan Teori dan Pendekatan 1.
Landasan Teori
a.
Kebudayaan Antropologi mengambil budaya manusia di segala waktu dan tempat
sebagai bidangnya yang sah. Bukan hanya itu antropologi juga menjelajah masalahmasalah yang meliputi kekerabatan dan organisasi sosial, politik, teknologi, ekonomi, agama, bahasa, kesenian, dan mitologi (Kaplan, 2012: 1). Budaya atau culture adalah sesuatu yang manusianya tidak melakukan perubahan besar-besaran, melainkan memberikan tanggapan dengan memainkan suatu peran yang aktif serta bentuk kehidupan beradaptasi dengan lingkungannya sebagaimana wujud adanya, manusia semakin memodifikasi dan mengadaptasi lingkungannya terhadap diri manusia itu sendiri (Kaplan, 2012: 104). Bagi Bangsa Indonesia, kebudayaan tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada 32 Bab XII yang berbunyi “Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.” Kebudayaan di Indonesia sangat banyak jenis dan macamnya karena semua itu bermodalkan
6 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
7
berbagai kebudayaan lingkungan wilayah di seluruh Indonesia yang berkembang sesuai sejarahnya masing-masing. Menurut Ruth Benedict, kebudayaan merupakan pola-pola pemikiran serta tindakan tertentu yang terungkap dalam aktivitas sehingga pada hakikatnya kebudayaan itu sesuai dengan yang dikatakan Ashley Montagu, yaitu, a way of life (cara hidup tertentu) yang memancarkan identitas tertentu pula pada suatu bangsa (Daeng, 2012 : 45). Menurut Koentjaraningrat (2001: 18-19), kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka hidup bermasyarakat dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat merinci kebudayaan sebagai berikut : (1) Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, ada dua hasil yaitu: (a) Kebudayaan material (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya, alat-alat untuk keperluan kehidupan manusia, (b) Kebudayaan non-material (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya, religi, bahasa, dan ilmu pengetahuan, (2) Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin memperoleh dengan cara belajar, (3) Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara individual maupun masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya, (4) Jadi kebudayaan itu, adalah kebudayaan manusia dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar misalnya, tindakan atas dasar naluri (instink), gerak reflek.
7 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
8
Setiap kebudayaan pada umumnya mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu : (1) wujud kebudayaan sebagai suatu himpunan gagasan, (2) wujud kebudayaan sebagai jumlah perilaku yang berpola, (3) wujud kebudayaan sebagai sekumpulan benda dan artifact. Wujud (1) adalah wujud yang paling abstrak. Sebagai suatu himpunan gagasan, suatu kebudayaan tak dapat dilihat atau diamati, karena tersimpan dalam kepala orang yang dibawa kemanapun ia pergi. Kebudayaan dalam wujud himpunan gagasan ini disebut cultural system atau sistem budaya, juga disebut covert culture. Dalam wujudnya yang ke (2) kebudayaan disebut social system atau sistem sosial, sedang dalam wujud yang ke (3) adalah kebudayaan fisik, phisical culture. Wujud kedua dan wujud ketiga disebut over culture. (Daeng, 2012: 46). Sebagian kalangan mengenai berbagai unsur dan nilai budaya bangsa kita yang terancam oleh pengembangan turisme dan berbagai pengaruh luar (terutama sikap-sikap ekonomi) dalam kebudayaan banyak bangsa di dunia di masa lampau, terdapat kearifan dan hubungan yang erat dengan sekelilingnya (Lubis, 1992: 181). Budaya dalam keseluruhan warisan sosial yang dapat dipandang sebagai hasil kerja yang tersusun menurut tata tertib teratur, biasanya terdiri dari kebendaan, kemahiran, teknik, pikiran, gagasan, kebiasaan, nilai-nilai tertentu dan organisasi sosial tertentu. Adakalanya pembeda budaya materi, termasuk di dalamnya nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, organisasi sosial dan lembaga-lembaga adat (Daeng, 2012: 81). Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem budaya, yaitu aspek dari sistem gagasan. Dalam kaitan itu sistem nilai budaya adalah sejumlah pandangan mengenai soal-soal yang paling berharga dan bernilai dalam hidup. Karena itu disebut sistem nilai. Sebagai inti dari suatu sistem kebudayaan, sistem nilai budaya menjiwai
8 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
9
semua pedoman yang mengatur tingkah laku warga pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Pedoman tingkah laku itu adalah adat-istiadat, sistem normanya, aturan etikanya, aturan moralnya, aturan sopan-santunnya, pandangan hidup dan ideologi pribadi (Daeng, 2012: 46). Orientasi nilai budaya manakah yang diperlukan manusia Indonesia dalam menghadapi tekanan-tekanan zaman baru yang dilandasi peradaban industri atau peradaban komunikasi informasi? Para pakar ilmu sosial mengemukakan bahwa orientasi nilai budaya yang diperoleh adalah Masyarakat yang menghadapi lepas landas sebaiknya berorientasi terhadap pandangan hidup yang positif dan aktif, serta wajib menentukan nasibnya sendiri, berbeda dari manusia berbudaya agraris yang secara pasif menggantungkan hidupnya pada nasib atau kekuatan-kekuatan alam sekitarnya. Masyarakat yang menghadapi lepas landas sebaiknya mementingkan kepuasan atas hasil pekerjaan yang dilakukannya dan atas mutu dari hasil pekerjaannya, berbeda dari masyarakat agraris tradisional yang bekerja hanya untuk mendapatkan makan, ganjaran, dan gengsi. Masyarakat yang menghadapi lepas landas sebaiknya berorientasi ke masa depan
dan
belajar
merencanakan
hidupnya
secermat
mungkin,
sambil
memperhitungkan kemungkinan terjadinya hal-hal yang kurang menguntungkan di masa depan, sehingga ia terdorong untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk hal itu. Orientasi ke masa depan mendorongnya untuk hidup hemat, berbeda dengan masyarakat agraris tradisional yang berorientasi ke masa kini, kurang
9 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
10
mengindahkan masa depan, sementara kaum elit dalam masyarakat tradisional seringkali terlampau berorientasi ke masa jaya zaman lampau. Masyarakat yang menghadapi lepas landas sebaiknya sejak kecil diajarkan dan dilatih untuk menjaga keselarasan dengan alam sekitarnya, tidak merusaknya habis-habisan walaupun ia terus berupaya memahami rahasia kekuatan-kekuatan yang ada di alam. Orientasi nilai budaya terhadap alam semacam ini merupakan dasar dari kemajuan ilmu pengetahuan sains, dan teknologi. Masyarakat yang menghadapi lepas landas seyogyanya berpegang teguh pada aspek-aspek positif dari adat-istiadat, misalnya gotong-royong, dengan cara menghindari aspek-aspek negatifnya. Manusia dengan mentalitas peradaban industri dan peradaban komunikasi informasi sebaiknya lebih mandiri, lebih berani bertanggung jawab sendiri, menghindari sikap lebih mementingkan ketaatan kepada atasan daripada menghargai orang yang menghasilkan karya bermutu, berdisiplin murni (tidak hanya bila ada pengawasan dari atas), lebih terbuka untuk kritik yang positif dan bertanggung jawab (Daeng, 2012: 49-51). Kebudayaan sebagai hasil usaha manusia sesuai dengan perkembangan cara berpikir manusia dalam situasi dan lingkungan yang berkembang dan berbedabeda, kebudayaan itupun ikut pula berkembang dalam aneka ragam. Dengan mempelajari kebudayaan kehidupan dan perkembangan bangsa atau suku bangsa itu, dan bagaimana proses pewarisan kebudayaan itu dari satu generasi ke generasi lain. Oleh karena kebudayaan merupakan salah satu kekayaan dan ciri suatu bangsa atau suku bangsa yang pada saat-saat tertentu merupakan suatu kebanggaan sendiri, maka
10 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
11
pada hakikatnya semua bangsa di dunia ini berusaha menghidari musnahnya kebudayaan yang mereka miliki dari nenek moyang mereka, bahkan di lain pihak masyarakat dan pemerintah berusaha memajukan kebudayaan dengan tidak mengurangi nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Khususnya Indonesia, batasan kebudayaan haruslah berdasarkan pada pandangan menyeluruh mengenai jiwa, mental, budi, psikis, dan manusia. Ini berarti manusia mampu mencerminkan kebudayaan (Susantiana, 2001: 18).
b.
Seni dan kesenian Seni merupakan unsur yang sangat penting yang memberi wajah
manusiawi, unsur-unsur keindahan, kelarasan, keseimbangan, perspektif, irama, harmoni, proporsi, dan sublimasi pengalaman manusia pada kebudayaan dan tanpa nilai-nilai itu maka manusia akan jatuh ke kekuasaan saja (Lubis, 1992: 83). Kesenian adalah konsep gaya seni atau style of art. Bagaimanapun yang akan dilihat perkembangannya adalah pada pertamanya gaya seni itu. Sesudah itu dalam rangka mencari penjelasan atau memilih aspek untuk menjelaskan mengenai gaya seni (Sedyawati, 2006 :124). Suatu masalah tersendiri yang dapat diperdalam mengenai kesenian dalam suatu kebudayaan adalah mengenai ada atau tidaknya pemisahan antara apa yang digolongkan sebagai seni dan apa yang menjadi hiburan. Ada perbedaan antara seni dan hiburan, seni yang sering disebut sebagai seni adiluhung adalah jenis ungkapan seni yang mempunyai implikasi kepada perenungan didukung oleh teknik yang cukup rumit dan pengingat konsep yang mendasarinya. Hiburan sifatnya langsung
11 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
12
merangsang panca indera atau juga tubuh untuk mengikuti dengan gerak mementingkan sifat glamour dan sensasional (Sedyawati, 2006 :124). Pada masyarakat tradisional ada juga seniman yang berhasil menciptakan seni yang baru tanpa meninggalkan kerangka seni yang lama atau yang tradisional. Seni masa depan merupakan sumber dari seni yang asli di masa tradisional, yaitu terdapat pada manusianya itu sendiri, kembali pada nilai-nilainya yang membuat manusia memerlukan seni, dan seni bermakna bagi kehidupan manusia (Lubis, 1992: 52-53). Kesenian juga dapat diartikan menjadi kreativitas yang dapat diekspresikan di muka umum atau di area publik terutama di dalam lingkungannya sendiri, sebagian dari seni merupakan kreativitas bagi yang membentuknya pada zaman dahulu atau masa lampau (Lubis, 1992: 126-127). Perkembangan merupakan akar dari kebudayaan yang akan memberikan ciri khas serta identitas kepribadian suatu masyarakat dan bangsa. Untuk mengembangkan seni tradisional di Indonesia, keberadaannya sangat terkait dengan perubahan struktur masyarakatnya. 2.
Pendekatan Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Antropologi serta
Sosiologi. Pendekatan Antropologi, yaitu pendekatan yang akan mengungkap nilainilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status, dan gaya hidup, sistem kepercayaan yang mendasari pola hidup, dan lain sebagainya (Kartodirdjo, 2014 :5). Para tokoh Kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas percaya bahwa mereka masih memerlukan hiburan yang memberi
12 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
13
motivasi terhadap kesenian tradisional itu sendiri. Peneliti mencoba mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari perilaku masyarakat tertentu. Gejala historis yang serba kompleks setiap penggambaran atau deskripsi menurut adanya pendekatan yang memungkinkan penunjangan terhadap data yang diperlukan. Pendekatan Sosiologi yaitu suatu barang tentu akan meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, umpamanya golongan sosial mana yang berperan, serta nilai-nilainya, hubungan dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi, dan lain sebagainya (Kartodirdjo, 2014 :4-5). Penulis mengkaji dalam segi sosial yang terjadi pada masyarakat desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Penulis mengharapkan dengan pendekatan ini mendapatkan data sebanyak-banyaknya sehingga penulisannya sempurna.
G. Metode Penelitian Penelitian tentang kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas termasuk dalam kategori penelitian sejarah, di dalamnya meneliti jejak masa lampau dari aktivitas tersebut, oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode historis yaitu: 1.
Heuristik, yaitu penelitian yang menggunakan jejak sejarah, sumber sejarah, atau data sejarah dengan melakukan observasi serta wawancara langsung kepada tokoh dan pelaku kesenian Angguk desa Klapagading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.
13 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
14
Wawancara atau interview adalah sebuah dialog tentang tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara terhadap informan kunci yang dianggap mengetahui semua kejadian yang telah terjadi (Priyadi, 2011: 68). Wawancara digunakan untuk mencari informasi dan data sebanyak-banyaknya kesenian Angguk. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara suatu bentuk wawancara yang terdiri atas daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti ditujukan kepada semua informan, sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah suatu bentuk wawancara yang terdiri atas daftar pertanyaan yang tidak disiapkan sebelumnya. Wawancara yang dilakukan penliti juga dibagi menjadi dua yaitu, wawancara individual dan wawancara simultan. Wawancara individual merupakan wawancara yang dilakukan oleh perorangan dan mengdandalkan pada ingatan individu itu sendiri, sedangkan wawancara simultan merupakan wawancara yang dilakukan untuk mengetahui keautentikan pelaku sejarah dengan melihat umur dari yang mengaku sebagai pelaku sejarah (Priyadi, 2014: 92-97). Peneliti yang melakukan wawancara diharapkan mampu untuk mencairkan suasana, karena suasana yang diharapkan oleh keduanya adalah serius, tetapi menyenangkan. Suasana yang menyenangkan di sini diharapkan mampu membuat responden atau informan mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara jujur. Dengan teknik wawancara yang diharapkan dapat menghasilkan data yang lebih lengkap dan rinci dari hal-hal yang diperlukan sesuai dengan topik masalah penelitian, untuk memperoleh data yang jelas tentang usaha pelestarian dan pengembangan kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, maka peneliti memilih informan yang
14 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
15
dipandang mampu memberikan data yang akurat. Adapun informan yang diwawancarai adalah Pimpinan dan pelatih paguyuban Kesenian Angguk Muji Rahayu, dimana materi adalah asal usul kesenian Angguk di desa Klapagading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas dan bentuk penyajian yang meliputi Kesenian Angguk, pemain (penari), materi wawancara dengan pemain atau penari meliputi gerakan tari, penabuh atau pemusik, materi wawancara meliputi musik iringan dan syair lagunya, kepala desa Klapagading, materi wawancara kondisi sosial budya Desa Klapagading, dan tokoh masyarakat dan seniman, materi wawancara adalah sejarah kesenian Angguk. 2.
Kritik, yaitu sesuatu yang berupa pengkajian sumber untuk mencari suatu kebenaran atau fakta sumber yang sesuai dengan materi penelitian. Sumber sejarah memiliki aspek ektern dan intern, oleh karena itu, kritik yang dilakukan pun terdiri atas dua macam, yaitu ektern dan intern.
a.
Menurut Priyadi (2011: 75) Kritik ektern adalah mencari otentisitas atau keotentikan (keaslian) sumber dalam jalannya penelitian harus benar-benar memilih narasumber untuk kredibiltas penelitian peneliti misalnya, memilih informan pelaku kesenian dan pelaku sejarah yang mengalami secara langsung.
b.
Kritik intern dilakukan dengan memperhatikan dua hal (1) penilaian intrinsik terhadap sumber-sumber, (2) membanding-bandingkan kesaksian dari berbagai sumber agar sumber dapat dipercaya (diterima kredibilitasnya). Penilaian intrinsik terhadap suatu sumber dapat dilakukan dengan dua pertanyaan (1) adakah ia mampu untuk memberikan kesaksian? (2) adakah ia mau memberikan kesaksian yang benar? (Notosusanto, 1978: 39-40 dalam buku Priyadi, 2011: 81).
15 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
16
3.
Interpretasi adalah tahap analisis peneliti menguraikan sedetail mungkin ketiga fakta (mentifact, socifact, dan artifact) dari berbagai sumber data sehingga unsurunsur terkecil dalam fakta tersebut menampakkan koherensinya. Terdapat dua macam interpretasi, yakni analisis yang berarti menguraikan suatu kebenaran atau fakta-fakta yang ada dari sumber subyektif dan obyektif, dan tahap sintesis yang berarti peneliti mengaitkan dan menyatukan semua fakta yang sudah terkumpul sehingga antar unsur membentuk makna keseluruhan yang utuh dan bulat (Priyadi, 2011: 88). Sejarawan dituntut untuk dapat berimajinasi tentang kejadian yang ada, bukan berarti berimajinasi secara bebas, melainkan berimajinasi berdasarkan fakta yang ada.
4.
Historiografi adalah tahap ketika peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Penyajian historiografi meliputi (1) pengantar, (2) hasil penelitian, (3) simpulan. Historiografi harus memperhatikan aspek kronologis, periodisasi, serialisasi, dan kausalitas (Priyadi, 2011: 92).
H. Sistematika Penyajian Supaya lebih mudah dalam memahami isi skripsi ini maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut. BAB I, berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalahrumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian, dan sistem penyajian.
16 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.
17
BAB II, berisi deskripsi sosial budaya desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas yang meliputi, kondisi umum desa Klapagading, sejarah pemerintahan desa, susunan pemerintahan, keadaan penduduk dan pendidikan, dan kondisi sosial budaya. BAB III, Pertunjukan kesenian Angguk di desa Klapagading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. BAB IV, berisi perkembangan kesenian Angguk di desa Klapagading, KecamatanWangon, Kabupaten Banyumas di dalamnya terdapat sejarah kesenian Angguk di Klapagading 1976-2014.
BAB V, berisi simpulan penelitian yang sudah dilakukan atau dengan kata lain terdapat hasil dari penelitian ini, dan saran ditunjukkan terhadap orang yang akan meneliti kembali mengenai kesenian Angguk ini agar lebih mendetail.
17 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.