BAB II LANDASAN TEORITIS Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka pada bagian ini akan dikaji teori-teori yang relevan guna memberi kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian.
2.1 Mutu Pendidikan 2.1.1 Definisi Mutu Banyak
ahli
yang
mengemukakan
tentang
definisi mutu, seperti yang dikemukakan Sallis (2006), mutu adalah sebuah filosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan eksternal yang berlebihan. Menurut Danim (2007), mutu mengandung
makna
derajat
keunggulan
sesuatu
produk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Sumayang (2003) menyatakan quality (mutu) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang atau jasa sesuai dengan fungsi dan penggunaan, di samping itu quality adalah tingkat dimana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya. 13
Arcaro (2007) mengembangkan definisi mutu yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah suatu proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Sedangkan Sallis (2006) berpendapat ada dua konsep tentang mutu. Mutu dalam konsep absolut yaitu suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat sempurna dengan biaya mahal. Sementara dalam konsep relatif mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan kebutuhan pelanggan (quality in perception). Menurut Hamalik (1990), pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif. Dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik
dan
ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni "manusia yang terdidik" sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, mutu pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik "tenaga kerja" yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi belajar. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa
mutu (quality)
adalah merupakan
derajad keunggulan suatu barang atau jasa dan juga merupakan
tingkat
dimana
rancangan
spesifikasi
produk atau jasa sesuai dengan fungsi dan penggunaan. Mutu juga merupakan sebuah filisofis dan 14
metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan eksternal yang berlebihan. 2.1.2 Indikator Mutu Pendidikan Menurut
Nurhasan
(1994)
dalam
Zamroni
(2007), yang dapat dijadikan tolok ukur sebuah mutu pendidikan di sekolah meliputi 5 aspek, yaitu: (1) hasil akhir pendidikan, (2) hasil langsung pendidikan, (3) proses pendidikan, (4) instrumen input, dan (5) raw input dan lingkungan. Hasil akhir pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada kurun waktu tertentu pada catur wulan, semester, setahun, 5 tahun dan sebagainya. Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya Ulangan Umum, Ujian Nasional (UN) dan lain-lain) dapat pula prestasi di bidang olah raga dan seni. Hasil langsung pendidikan bisa berupa tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap. Proses pendidikan meliputi kemampuan
guru,
desain
pembelajaran,
metode
pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media dan evaluasi. Adapun instrumen input, yaitu alat berinteraksi dengan siswa seperti guru harus punya komitmen tinggi serta kesadaran mau berubah untuk maju, menguasai materi ajar dan metode mengajar yang tepat, kreatif, membangun kinerja dan disiplin diri 15
yang baik, dan mempunyai sikap positif serta antusias terhadap siswa. Kemudian sarana dan prasarana belajar harus tersedia dalam kondisi layak pakai, bervariasi sesuai kebutuhan, alat peraga dan media belajar disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan dengan sumber dana, budgeting controle dengan pembukuan yang jelas, kurikulum yang memuat pokokpokok materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik, sesuai dengan fenomena kehidupan yang sedang dihadapi. Sedangkan Raw input dan lingkungan yaitu siswa itu sendiri dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Dilihat dari sisi standar nasional kelima aspek indikator mutu tersebut mengacu pada 8 standar nasional pendidikan yaitu aspek hasil akhir dan hasil langsung pendidikan merupakan implementasi dari standar penilaian dan standar kompetensi lulusan (SKL), sedangkan aspek proses pendidikan merupakan implementasi dari standar isi, standar proses, dan standar sarpras. Instrumen input merupakan implementasi dari standar tendik, standar sarpras, standar pembiayaan, dan standar pengelolaan, sedangkan raw input dan lingkungan merupakan implementasi dari standar proses.
2.2 Peningkatan Mutu Pendidikan Peningkatan mutu pendidikan menurut Djauzak (1996), adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan 16
secara operasional dan efisien terhadap komponenkomponen yang ada di sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Dalam pandangan Zamroni (2007), peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut. Untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan
di
sekolah, Danim (2007) menyarankan dengan melibatkan lima faktor yang dominan. Kelima faktor tersebut yaitu: kepemimpinan kepala sekolah, siswa, guru, kurikulum, dan jaringan kerjasama. Kepala sekolah harus memahami visi kerja secara jelas, mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal dan disiplin kerja yang kuat. Siswa merupakan input yang sangat berperan dalam menentukan mutu pendidikan. Pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat” sehingga kompetensi dan kemampuan dapat digali agar sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa. Agar guru dapat berperan dalam peningkatan mutu maka guru harus dilibatkan secara maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan profesi kerja 17
guru dalam kegiatan seminar, KKG, lokakarya, serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan di sekolah sebagai usaha untuk peningkatan mutu sekolah. Adanya kurikulum yang ajeg/tetap tetapi dinamis, dapat memungkinkan atau memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal. Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat saja, tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan/instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap dalam dunia kerja. Berdasarkan
pendapat
di
atas
peningkatan
mutu pendidikan harus diupayakan secara bersamasama antara pimpinan dan karyawan dan mereka harus mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu di lingkungan kerja khususnya di lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan karyawan
harus
menjadi
satu
tim
yang
utuh
(teamwork) yang saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals) akan tercipta dengan baik. Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat dari sudut pendekatan mikro dan
makro
pendidikan.
Pendekatan
mikro
yaitu
pendekatan terhadap pendidikan dengan indikator kajian dilihat dari hubungan antara elemen peserta didik, pendidik dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Secara lengkap elemen mikro sebagai 18
berikut: (1) Kualiatas manajemen; (2) Pemberdayaan satuan pendidikan; (3) Profesionalisme dan ketenagaan; dan (4) Relevansi dan kebutuhan (Rochaety dkk, 2005). Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan siswa yang merupakan bagian dari pemberdayaan satuan pendidikan merupakan elemen sentral. Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan itu ada berbagai sumber dan kendala, dengan memperhatikan sumber dan
kendala
ditetapkan
bahan
pengajaran
dan
diusahakan berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan. Proses ini menampilkan hasil belajar. Hasil belajar perlu dinilai sebagai umpan balik pendidikan. Pendekatan
makro
pendidikan
yaitu
kajian
pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan elemen; (1) Standarisasi pengembangan kurikulum; (2)
Pemerataan
dan
persamaan,
serta
keadilan;
(3) Standar mutu dan (4) Kemampuan bersaing (Rochaety dkk, 2005). Tinjauan makro pendidikan menyangkut berbagai hal yang digambarkan dalam bagan Coombs (Rochaety dkk, 2005)
Pendekatan makro pendidikan
melalui jalur pertama: Input sumber, proses pendidikan, dan hasil pendidikan, skema berikut:
19
INPUT SUMBER
PROSES PENDIDIKAN: Tujuan dan prioritas Siswa/peserta didik Manajemen Struktur dan jadwal Isi Guru/pendidik Alat Bantu Belajar Fasilitas Teknologi Pengawasan mutu Penelitian Biaya
HASIL PENDIDIKAN
Sumber Rochaety, dkk,(2005)
Input pendidikan akan mempengaruhi proses pendidikan, dimana program pendidikan didasari oleh berbagai unsur, semakin lengkap komponen pendidikan yang dimiliki akan tercipta pendidikan yang berkualitas.
2.3 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Dessel (2008) mengatakan strategi sebagai rencana jangka panjang organisasi berkenaan dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Strategi yang tepat dapat mengantarkan organisasi atau lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan 20
kompetitif. Sedangkan menurut James & Edward (dalam Umar 2002) strategi adalah rencana yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas. Oleh karena itu dalam penerapannya di sekolah, kepala sekolah perlu membuat strategi yang mana dikoordinasi dengan guru-guru untuk dijalankan bersama demi mencapai tujuan yang diinginkan sekolah. Strategi merupakan suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau akan dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa (Tjokroamidjojo, 2000). Untuk mendapatkan strategi yang tepat, lembaga pendidikan memerlukan pengenalan dan penguasaan terhadap berbagai informasi lingkungan strategisnya. Lingkungan strategis lembaga pendidikan itu akan selalu berubah dan mempengaruhi eksistensinya. Karena itu lembaga pendidikan perlu melakukan analisis yang cermat terhadap lingkungan strategisnya. Analisis ini dimaksudkan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal lembaga serta memahami peluang dan ancaman eksternalnya, sehingga lembaga dapat melakukan antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi. Selain itu analisis lingkungan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan informasi yang bisa dijadikan sebagai
21
dasar
untuk
mengambil
langkah-langkah
dalam
jangka panjang. Menurut dengan
Zamroni
perencanaan,
(2007)
strategi
pelaksanaan
berkaitan
gagasan
dan
sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidenfikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Sedangkan menurut Sanjaya (2006) strategi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam menyusun strategi perlu mempertimbangkan berbagai faktor, baik ke dalam maupun luar. Sebelum
menentukan
strategi,
perlu
dirumuskan
tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi. Vancil (dalam Sihombing, 2000) mengatakan, strategi adalah sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau diimplementasikan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan, berupa: (1) Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan tujuan organisasi tersebut; (2) Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan sendiri oleh sang pemimpin atau yang diterimanya oleh pihak atasannya, yang membatasi skope aktivitas-aktivitas organisasi tersebut; dan (3) Kelompok-kelompok rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi
22
akan diberikannya sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut.
Strategi peningkatan mutu pendidikan di sekolah dalam implementasinya tidak lepas dari manajemen peningkatan mutu sekolah. Berkaitan hal ini Usman (2002) mengatakan bahwa manajemen peningkatan mutu, terkandung upaya: (a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, (b) melibatkan proses diagnose, dan (c) memerlukan partisipasi semua pihak, kepala sekolah, guru, staf administrasi, peserta, didik, orang tua dan pakar.
Lebih lanjut dikatakan Usman (2002), bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip: (1) peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah, (2) peningkatan mutu dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik, (3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik sifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah, dan (5) peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa strategi peningkatan mutu pendidikan merupakan perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk memastikan bahwa tujuan dapat dicapai melalui tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Agar strategi yang diterapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan perlu dirumuskan tujuan yang jelas. 23
Danim (2007) menyatakan bahwa untuk dapat mempertahankan mutu sekolah maka perlu dilakukan perbaikan terus menerus karena tidak ada capaian yang bersifat sempurna dan permanen. Upaya peningkatan mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan harus menggunakan sistem terbuka. Lewis dan Smith (dalam Tjiptono & Diana 2003) mengatakan bahwa pendekatan sistem terbuka menekankan kebutuhan kualitas pada tiga tahap utama, yaitu akreditasi, proses transformasi dan assessment. Akreditasi berkaitan dengan input, sedangkan assessment berkaitan dengan output. Berikut adalah bagan penyempurnaan secara berkesinambungan. Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan Akreditasi
Proses Transformasi
Input
Assessment
Output
Sumber: Lewis & Smith (dalam Tjiptono & Diana 2003)
Gambar 2.1 Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan 24
Proses penyempurnaan kualitas dalam sistem pembelajaran ditentukan oleh: 1. Input Input adalah segala sesuatu yang tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pendidikan. Input pendidikan meliputi kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, program, dan jasa pendukung. Kesiapan input sangat dibutuhkan agar proses berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input makin tinggi mutu input. Masyarakat secara umum berasumsi bahwa masukan siswa yang berkemampuan tinggi akan menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi pula.
Sebaliknya
masukan
yang
berkemampuan
rendah akan menghasilkan lulusan yang berkemampuan rendah pula. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, sekolah yang berkualitas harus mampu mengolah input yang rendah atau sedang untuk menjadi lulusan yang berkemampuan tinggi. 2. Proses Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses meliputi kemampuan guru, desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media, evaluasi. Sanjaya (2006), menjelaskan terdapat 4 hal penting dalam proses 25
pendidikan. Pertama, proses pendidikan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan agar peserta didik dapat
mengembangkan
potensi
dirinya.
Keempat,
akhir proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuata spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. 3. Output Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan
dari
proses/perilaku
sekolah.
Kinerja
sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Sanjaya (2006) menjelaskan ketika murid sudah mengalami proses pembelajaran maka akan terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Hal itu dipertegas oleh Scheerens (2003) yang mengatakan bahwa kinerja sekolah dapat diukur dengan prestasi rata-rata murid pada akhir masa pendidikan formalnya di sekolah. Mustakim (2008) mengemukakan ukuran sekolah yang baik bukan semata-mata dilihat dari kesem-
26
purnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan yang dimilikinya, melainkan diukur pula dari kemampuan sekolah tersebut mengantisipasi perubahan, konflik, serta kekurangan dan kelemahan yang ada dalam dirinya.
2.4 Strategi Peningkatan Mutu Berdasarkan Analisis SWOT Sallis (2006) mengemukakan salah satu alat yang digunakan dalam perencanaan strategi peningkatan mutu sekolah adalah analisis SWOT. SWOT adalah
singkatan
Opportunities,
and
dari Treats
Strengths, (Kekuatan,
Weaknesses, Kelemahan,
Peluang, dan Ancaman). SWOT adalah perangkat umum yang didesain sebagai alat analisis, yang selanjutnya analisis itu disebut dengan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan sebagai langkah awal untuk proses
pembuatan
keputusan
dan
perencanaan
strategis (Wulaningrum et al., 2006). Analisis SWOT itu adalah komparasi dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (Snell dan Bohlander, 2007). Menurut Robbin & Coulter (2009) kekuatan adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang berjalan baik atau sumber daya yang dikendalikan. Kelemahan adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang tidak dijalankan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh sekolah tetapi tidak dimiliki oleh sekolah. Peluang adalah faktor-faktor di luar sekolah yang bersifat 27
positif, sedangkan ancaman adalah faktor-faktor di luar lingkungan sekolah yang bersifat negatif. Menurut Sharplin (dalam Sagala, 2010) analisis SWOT adalah salah satu tahap manajemen strategik yang merupakan pendekatan analisis lingkungan, digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah sekaligus memantau peluang dan tantangan yang harus dihadapi sekolah. SWOT dapat dibagi ke dalam dua elemen analisa internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri dan analisa lingkungan. Dalam perencanaan strategis pendidikan, analisis SWOT sudah lazim digunakan. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis guna merumuskan strategi organisasi atau lembaga. Kerangka pikir yang mendasari analisis SWOT ini adalah mengoptimalkan kekuatan (Strengths), dan peluang (Opportunities), serta meminimalkan
kelemahan
(Weaknesses)
dan
ancaman
(Threats) yang sedang dialami organisasi atau lembaga. Analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sedang dialami oleh lembaga itu disebut
dengan
analisis
situasi
atau
lingkungan
(Rangkuti, 2006). Komparasi dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal ini akan menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang sesuai yang dimiliki oleh lembaga. Seperti digambarkan pada diagram analisis SWOT berikut ini:
28
BERBAGAI PELUANG 3. Mendukung strategi turnaround
1. Mendukung strategi agresif
KELEMAHAN INTERNAL
KEKUATAN INTERNAL
2. Mendukung strategi diversifikasi
4. Mendukung strategi defensif
BERBAGAI ANCAMAN Sumber: Rangkuti, 2006
Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT Diagram ini menunjukkan strategi-strategi yang berbeda untuk masing-masing kuadran berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dikemukakan oleh Rangkuti (2006) sebagai berikut: Kuadran I: merupakan situasi yang sangat menguntungkan, peluang Strategi
karena
dan
sekolah
kekuatan
yang
harus
memiliki
yang
baik.
diterapkan
dalam kondisi ini yaitu strategi yang mendukung
kebijakan
pertumbuhan
29
yang
agresif
atau
strategi
agresif,
yang mana sekolah perlu memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada. Kuadran II: meskipun sekolah menghadapi berbagai ancaman dari luar, namun sekolah masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi
yang
perlu
diterapkan
yaitu
strategi diversifikasi yang mana kekuatan yang ada digunakan untuk mengatasi ancaman yang datang dari luar. Kuadran III: sekolah menghadapi peluang dari luar yang sangat besar, tetapi di lain pihak sekolah menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus sekolah adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga bisa merebut peluang dari luar yang lebih baik dengan menerapkan strategi turn-around. Kuadran IV: ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan karena sekolah menghadapi berbagai ancaman dari luar dan mempunyai kelemahan-kelemahan internal, sehingga sekolah perlu bertahan menghadapi
semuanya
ini
menerapkan strategi defensif.
30
dengan
Analisis SWOT memberikan informasi kepada pengambil keputusan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan dan tindakan (Sagala, 2007). Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Snell dan Bohlander (2007) bahwa analisis SWOT membantu pengambil keputusan untuk menyimpulkan fakta-fakta penting, dan prediksi-prediksi atau proyeksi-proyeksi yang diperoleh dari analisis faktor internal
dan
eksternal.
Selanjutnya,
kesimpulan
tersebut dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan dan menyusun strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, mengatasi ancaman, dan mengurangi atau meminimalkan kelemahan internal. Selain empat komponen dasar ini, terdapat asumsi dasar dari model ini adalah korelasi yang berpasangan antara S dan W serta O dan T. Korelasi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan yang ada di sekolah selalu ada kelemahan yang bersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka untuk sekolah selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus memiliki satu pasangan Weaknesses (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan Threats (T) (David, 1996). Matrik di bawah ini menjelaskan empat set kemungkinan alternatif strategi seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini. 31
IFAS
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
EFAS
Menentukan 5-
Menentukan 5-
10 faktor-faktor
10 faktor-
kekuatan
faktor
internal
kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
THREATS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Menentukan 510 faktor-faktor peluang eksternal
Menentukan 510 faktor-faktor ancaman eksternal
Sumber: Rangkuti, 2009
Gambar 2.3 Matrik SWOT a. Strategi SO Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan sekolah untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki sekolah untuk mengatasi ancaman. 32
c. Strategi WO Strategi ini dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk menangkap peluang. d. Strategi WT Strategi ini dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk menghindari ancaman. Jika analisis ini digunakan dengan baik maka sekolah akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah dalam hubungannya dengan masyarakat,
lingkungan
sekitar,
lembaga-lembaga
pendidikan lain dan jenjang lanjutan yang akan dimasuki siswa. Pemahaman mengenai faktor internal dan eksternal ini akan membantu pengembangan visi masa depan serta membuat program yang relevan dan inovatif. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu yang sedang terjadi, memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada dalam sekolah. Menurut Boulton (dalam Rangkuti 2009) proses untuk melaksanakan analisis kasus dapat dilihat pada diagram analisis kasus. Kasus yang terjadi di sekolah harus dijelaskan sehingga pembaca dapat mengetahui
33
permasalahan yang sedang terjadi. Setelah itu metode yang sesuai dan dapat menjawab semua permasalahan secara tepat dan efektif dipergunakan. Caranya adalah dengan memahami secara detail keseluruhan informasi yang ada dan melakukan analisis numerik. Lihat Gambar 2.4. Mengetahui strategi sekolah
Jelaskan situasi
Tentukan dan evaluasi kekuatan dan kelemahan sekolah. Tentukan dan evaluasi Peluang dan acaman lingkungan
Evaluasi situasi
Analisis masalah yang perlu mendapat perhatian
Cari pemecahan masalah
Tentukan alternative dan pilihan strategi
Sumber: Rangkuti, 2009
Gambar 2.4 Diagram Analisis Kasus 34
2.5 Langkah-langkah Pengembangan Rencana
Strategis
Langkah-langkah yang digunakan untuk mengembangkan rencana strategis peningkatan mutu sekolah menurut Sugiyono (2010) adalah sebagai berikut: 1. Potensi dan masalah Sekolah mempunyai potensi internal yang bisa dijadikan sebagai kekuatan, dan potensi eksternal yang bisa dijadikan sebagai peluang. Selain itu sekolah juga tidak mempunyai masalah-masalah internal yang dianggap menjadi kelemahan dari sekolah, dan masalah-masalah eksternal yang dianggap menjadi ancaman bagi mutu sekolah. Potensi dan masalah yang ada ini dikemukakan dalam penelitian berupa data-data empirik. 2. Mengumpulkan data Setelah potensi dan masalah yang ada di sekolah ditunjukkan secara faktual, selanjutnya dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan suatu strategi yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa dari berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi dokumen dan focus Group discussions (FGD) 3. Desain produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Rencana strategis ini masih bersifat hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti dan akan diketahui setelah melalui pengujian. 4. Validasi desain Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat secara rasional akan efektif digunakan sebagai usaha peningkatan mutu seko-
35
lah. Validasi desain pernah dilakukan oleh pengamat lain untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 5. Perbaikan desain Setelah rencana strategis tersebut divalidasi, akan dapat diketahui kelemahannya, selanjutnya dicoba untuk memperbaiki rencana strategis tersebut. Yang bertugas memperbaiki rencana strategis adalah peneliti sendiri. Pada akhirnya dapat dihasilkan suatu rencana strategis yang bisa diberikan kepada sekolah sebagai upaya peningkatan mutu.
Sedangkan Arikunto (2010), memberikan empat tahap untuk mengembangkan rencana strategis yaitu: 1. Menyusun rancangan (perencanaan) Pada tahap ini tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana penelitian itu akan dilakukan. Selain itu peneliti perlu menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat suatu instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama penelitian berlangsung. 2. Pelaksanaan Yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam penelitian. Peneliti harus taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar. Boleh membuat modifikasi selama itu tidak mengubah tujuan penelitian, serta mengindari kekakuan dalam penelitian. 3. Pengamatan Sebenarnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan penelitian, biasanya kedua tahap ini dilaksanakan secara bersamaan, karena sambil melaksanakan penelitian, peneliti akan sekalian mengamati apa yang terjadi selama penelian berlangsung.
36
4. Refleksi Yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap ini, peneliti bersama-sama dengan orang-orang yang berkepentingan pada objek penelitian berdiskusi mengenai apa saja yang sudah terjadi selama penelitian. Mungkin masih ada penelitian yang belum berjalan dengan baik dan perlu penyempurnaan. Tahap ini bisa dikatakan sebagai tahap evaluasi.
Berdasarkan dua pendapat di atas, peneliti tertarik menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang peneliti hadapi sebagai dasar untuk melakukan penelitian ini. Namun tidak lepas juga dari apa yang dikatakan oleh Arikunto, sehingga peneliti bisa merumuskan langkah-langkah pengembangan rencana strategi yang akan dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menyusun rancangan penelitian Di sini peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, lembar observasi, instrumen analisis SWOT dan panduan FGD; 2. Potensi dan masalah Karena peneliti sudah melakukan pra penelitian maka paling tidak peneliti sudah melihat apa yang menjadi potensi dan masalah di sekolah ini walaupun belum lengkap. 3. Pengumpulan data Dalam usaha mengumpulkan data bisa dikatakan bahwa peneliti menjalankan tahap pelaksanaan 37
dan pengamatan. Karena di sini peneliti akan melakukan FGD untuk mengumpulkan data, hingga memperoleh suatu analisis SWOT yang berisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada disekolah, berdasarkan bobot dan skor yang diberikan berdasarkan FGD. 4. Validasi data Data yang sudah diperoleh akan divalidasi menggunakan kriteria kredibilitas (kepercayaan). 5. Desain produk Berdasarkan analisis SWOT akan dibuat suatu rencana strategis yang sekiranya bisa dijadikan sebagai pedoman bagi sekolah untuk meningkatkan mutu. Akan tetapi renstra yang sudah ada bisa diperbaiki oleh sekolah berdasarkan tujuan dan kebutuhan dari sekolah sehingga menghasilkan renstra yang sempurna untuk bisa diterapkan di sekolah.
2.6 Kerangka Pikir Kerangka Peningkatan
pikir
Mutu
tentang
Sekolah
Alternatif
Strategi
Berdasarkan
Analisis
SWOT di SDN 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:
38
Analisis Lingkungan Eksternal
Idenfikasi Peluang & Ancaman
Identifikasi Visi,Misi & Tujuan
Merumuskan Strategi
Analisis Lingkungan Internal
Implementasi Strategi
Identifikasi Kekuatan & Kelemahan Evaluasi Kinerja
Gambar 2.5 Model Kerangka Pikir
Strategi peningkatan mutu pendidikan merupakan perencanaan yang berisi tentang kegiatan yang didesain untuk memastikan bahwa tujuan dapat dicapai melalui tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mendapatkan alternatif strategi yang tepat, lembaga pendidikan perlu mengidentifikasi visi, misi, dan tujuan sekolah yang memberi arah dan fokus, serta menganalisis lingkungan internal dan eksternalnya. Dari analisis lingkungan
internal
dan
eksternal
itu
kemudian
diidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis tersebut 39
dapat memberikan informasi yang bisa dijadikan sebagai dasar dalam menentukan rencana strategis langkah-langkah tindakan peningkatan mutu. Setelah menentukan rencana strategi kemudian melaksanakan strategi hingga akhirnya dievalusi apakah strategi itu berjalan dengan baik atau tidak. Namun penelitian ini dibatasi sampai merumuskan rencana strategis saja.
40