BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian Biaya Para ahli memberikan definisi biaya, diantaranya sebagai berikut : 1. Menurut Mulyadi “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu” (Mulyadi, 2009 : 23) 2. Menurut Amin Wijaya Tunggal “ Biaya adalah harga pertukaran, pengorbanan yang dibuat untuk mengamankan keuntungan “ (Tunggal,2009 : 1) Di dalam akuntansi biaya, biaya diartikan menjadi dua pengertian yang berbeda yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense atau beban. Biaya dalam arti cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan biaya dalam arti expense atau beban adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis, beban umumnya berasal dari aktiva atau terjadi langsung tanpa melalui aktiva.
7
B. Konsep Akuntansi Biaya Akuntansi biaya, dimasa lalu secara luas hanya dianggap sebagai cara perhitungan atas nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan nilai harga pokok penjualan yang dilaporkan di lapran laba rugi. Pandangan ini membatasi cakupan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan menjadi skedar data biaya produk guna memenuhi aturan pelaporan eksternal. Contoh-contoh dari aturan ini adalah peraturan pajak, standar akuntansi yang diharuskan untuk kontrak dengan pemerintah, dan standar akuntansi keuangan. Definisi yang terbatas seperti itu tidak sesuai untuk masa sekarang dan tidak cukup menggambarkan kegunaan informasi biaya. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat keputusankeputusan yang bersifat rutin maupun startegis. Pengumpulan, presentasi, dan analisis dari informasi mengenai biaya dan keuntungan membantu manajemen meyelesaikan tugas-tugas berikut : 1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya. Suatu aspek penting dari rencana adalah potensi untuk memotivasi manusia untuk berkinerja secara konsisten dengan tujuan perusahaan. 2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.
8
3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persedian, dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kinerja dai suatu produk, departemen, atau divisi. 4. Menetukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan pelaporan eksternal. 5. Memilih diantara dua atau lebih alternative jangka pendek atau jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya. Sistem akuntansi biaya berkaitan dengan pencatatan dan pengukuran elemen biaya saat sumber daya yang berhubungan mengalir melalui proses produksi. Semua biaya manufaktur, tanpa memperdulikan perilaku biaya tetap maupun variable, mengalir melalui perkiraan barang dalam proses dan persedian barang jadi. Hal ini merefleksikan asumsi penyerapan biaya penuh (fully absorption costing) yang penggunaannya diwajibkan untuk laporan keuangan eksternal dan untuk pelaporan pajak di kebanyakan Negara. Biaya yang dialokasikan ke unit produksi bisa berupa biaya actual atau biaya standar. Dalam system biaya actual atau system biaya histories, informasi biaya dikumpulkan pada saat biaya terjadi, tetapi penyajian hasilnya ditunda sampai semua operasi produksi untuk periode akuntansi tersebut telah selesai dilakukan atau, dalam bisnis jasa, semua jasa untuk periode tersebut telah selesai diserahkan. Dalam sistem biaya standar, produk-produk, operasi-operasi, dan 9
proses-proses dihitung biayanya berdasarkan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya dari sumber daya yang akan digunakan dan harga yang telah ditentukan sebelumnya dari sumber daya tersebut . Biaya actual juga dicatat, dan vaians atau selisih antara biaya actual dengan biaya standar dikumpulkan di perkiraan yang terpisah. Dalam system akuntansi biaya, perhitungan harga pokok produksi dapat dilakukan berdasarkan pesanan (job order costing) atau berdasarkan proses (process costing). Walaupun objek biaya final dari kedua metode tersebut adalah unit produksi, tetapi kedua metode tersebut berbeda dalam pendekatannya atas penelusuran biaya. Dalam job order costing biaya ditelusuri ke batch, lot, atau kontrak individual, sedangkan dalam process costing biaya ditelusuri ke suatu departemen, operasi, atau sub divisi lain dalam suatu pabrik. 1. Job Order Costing Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), biaya diakumulasikan untuk setiap batch, lot, atau pesanan pelanggan. Metode ini digunakan apabila produk yang diproduksi dalam suatu departemen atau cost center bersifat heterogen. Dalam metode ini akan lebih praktis dalam mengidentifikasikan secara fisik setiap pesanan yang diproduksi dan membebankan setiap pesanan dengan paling tidak beberapa elemen biayanya. Catatan terinci yang menunjukan biaya untuk setiap pesanan
10
merupakan perkiraan buku besar pembantu yang menunjang perkiraan buku besar umum barang dalam proses. Ketika suatu pesanan diproduksi sejumlah tertentu untuk persediaan, perhitungan biaya berdasarkan pesanan mmungkinkan perhitungan biaya perunit. Ketika pesanan dikerjakan berdasarkan spesifikasi pelanggan, perhitungan biaya berdasarkan pesanan memungkinkan perhitungan laba atau rugi untuk setiap pesanan. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan memberikan kesempatan untuk mengendalikan biaya dan untuk mengevaluasi profitabilitas dari suatu kontrak, produk, atau lini produk. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat diterapkan di pabrik, bengkel, dan tempat reparasi, pekerjaan konstruksi dan percetakan, dan bahkan pekerjaan di bidang jasa seperti firma medis, hukum, arsitek, akuntansi, dan konsultansi. 2. Process Costing Ketika semua unit dari produk yang dihasilkan dalam suatu pusat biaya adalah serupa (homogen), maka diperlukan perhitiungan biaya berdasarkan proses (process costing). Dalam system perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah 11
departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam suatu departemen. Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk. Perhitungan biaya berdasarkan proses dapat diterapkan untuk industri seperti penggilingan gandum, pabrik minuman , pabrik kimia, dan pabrik tekstil, dimana sejumlah besar dari satu jenis produk atau beberapa jenis produk diproduksi. Metode ini juga dapat diterapkan untuk operasi perakitan atau pengujian yang melibatkan sejumlah besar dari item-item kecil yang serupa seperti peralatan listrik, suku cadang peralatan elektronik, atau peralatan rumah tangga.
C. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional 1. Pengertian Sistem Biaya Tradisional Sistem
biaya
tradisional
(Traditional/
Convensional
Costing)
merupakan system perhitungan biaya yang mengalokasikan biaya overhead berdasarkan ukuran volume produksi, seperti jam kerja langsung, jumlah unit produksi atau jam mesin. Pada system ini biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang paling dominan dalam
12
proses produksi. Sedangkan biaya overhead pabrik hanya merupakan biaya yang mendukung dalam proses produksi. Pada system biaya tradisional hanya menggunakan satu tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan diawal. Semua biaya overhead pabrik digabungkan dalam suatu kelompok dan biaya tersebut dibebankan kepada suatu produk berdasarkan satu pemicu biaya (cost driver) saja. Pada system tradisional terdapat dua tahap pembebanan biaya overhead pabrik pada produk yang dihasilkan, antara lain : a. Tahap pertama, merupakan tahap dimana biaya-biaya yang terjadi di pabrik dibebankan ke kelompok biaya. b. Tahap kedua, merupakan tahap dimana biaya yang dialokasikan pada tahap
pertama
dibebankan
ke
masing-masing
produk
dengan
menggunakan ukuran pemicu biaya (cost driver) berdasarkan volume produksi.
13
Gambar 2.1 Prosedur dua tahap system biaya tradisional / konvensional
Resource Cost First Stage Cost Pool : Factory or Department Second Stage Cost Object
(Blocher, Chen dan Lin, 2002 : 108) Dalam pelaporan keuangan informasi mengenai biaya produksi menurut system biaya konvensional menggunakan dua metode, yaitu : a. Full Costing Method Pada metode ini kita dapat mengukur harga pokok produksi dengan mengkombinasikan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik menjadi tunggal yang ditransfer kepad setiap tahapan produksi. b. Variable Costing Method Suatu metode penghitungan biaya dimana biaya dialokasikan ke unit produksi hanya meliputi biaya produksi variable. Biaya ini biasanya biaya
14
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang bersifat variable, sehingga biaya produksi hanya menggambarkan biaya produksi marginal. 2. Kelebihan dan kekurangan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Kelebihan system akuntansi biaya tradisional adalah : a. Mudah diterapkan, karena system akuntansi biaya tradisional tidak banyak menggunakan cost driver dalam mengalokasikan biaya overhead
sehingga
memudahkan
manajer
untuk
melakukan
perhitungan b. Mudah diaudit, karena jumlah cost driver yang digunakan tidak banyak, biaya overhead dialokasikan berdasarkan volume based measure sehingga memudahkan auditor dalam melakukan proses audit. 3. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Selain memiliki kelebihan system ini juga memiliki kelemahan dalam penerapannya, antara lain sebagai berikut : a. Biaya overhead pabrik tidak dapat ditelusuri ke masing-masing produk. b. Total biaya overhead dalam biaya produk senantiasa meningkat, maka distrosi biaya produk pun menjadi semakin besar.
15
c. Banyak kegiatan yang termasuk dalam kegiatan administrasi dan penjualan yang sebenarnya dapat ditelusuri ke produk. d. Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini, seperti gaji, dan berdasarkan fungsi seperti perekayasaan dalam setiap item.
D. Sistem Activity Based Costing 1. Pengertian Sistem Activity Based Costing Era globalisasi telah memicu terbentuknya sebuah lingkungan bisnis yang dinamis, berorientasi pada pasar, kompetisi lintas negara, dan penggunaan teknologi secara intens. Mengakibatkan konsumen akan lebih kritis & concern terhadap kualitas & harga yang terjangkau. Jelas dalam hal ini perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan sumber daya & dana yang dimiliki serta lebih efisien & efektif dalam mengelola aktivitas operasional sehari-hari. ABC merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah inefisiensi yang sering terjadi dewasa ini karena pembebanan biaya terutama overhead cost tidak berdasarkan aktivitas atau faktor yang mempengaruhi masing-masing komponennya, melainkan berdasarkan satu faktor saja dalam suatu bagian/departemen. Untuk menghadapi tantangan bisnis yang semakin
16
berat, perusahaan harus mengarah kepada penerapan sistem pengalokasian biaya yang akurat & transparan. Dengan penerapan alokasi biaya aktivitas yang relevan, diharapkan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penetapan harga, tingkat produksi & distribusi, serta perampingan organisasi dengan meniadakan aktivitas yang dianggap tidak memberikan nilai tambah. Terdapat beberapa definisi yang menjelaskan system Activity Based Costing menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut : a) Menurut Garrison et al. Terjemahan Hinduan (2006:440) adalah : ”Metode
Perhitungan
biaya
(costing)
yang
dirancang
untuk
menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap b) Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009:2) Activity Based Costing adalah ”Metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan strategik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulan bahwa system Activity Based Costing merupakan suatu system yang mengkalkulasikan suatu biaya
17
yang berfokus pada aktivitas produksi yang mengkonsumsi sumber daya dan mengalokasikan biaya tersebut ke objek biaya dalam menghasilkan suatu produk. Pembebanan dengan system Activity-Based Costing dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu : 1. Prosedur Tahap Pertama Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut : a. Identifikasi berbagai aktifitas Aktifitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi, berbagai aktifitas diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok aktifitas yang mempunyai hubungan fisik yang jelas dan aktivitas inilah yang mengkonsumsi sumber daya dan menyebabkan biaya muncul. b. Pembebanan biaya pada tiap aktivitas Setelah aktifitas teridentifikasi, menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas tersebut berdasarkan pelacakan langsung driver-driver sumber dan perhitungan tariff overhead tiap aktivitas dapat ditentukan, namun bila hal ini dilakukan akan menghasilkan beratus-ratus klasifikasi overhead.
18
c. Pengelompokan biaya (cost pool) yang homogen Kelompok yang homogen adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubung secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan. Tujuan pengelompokan biaya adalah untuk mengurangi jumlah tariff overhead yang diperlukan dan untuk merampingkan proses perhitungan. d. Penentuan tariff kelompok (pool rate) Tarif kelompok (pool rate) adalah tariff biaya overhead per unit cost driver yang dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas tersebut 2. Prosedur Tahap Kedua Dalam tahap kedua ini, biaya untuk setiap kelompok overhead akan dilacak ke berbagai jenis produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan tariff kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Pembebanan overhead pada produk dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Overhead yang Dibebankan (pada suatu produk)
=
Tarif Kelompok X Unit Penggerak yang Dikonsumsi
Biaya overhead total per unit produk diperoleh dengan terlebih dahulu melacak biaya-biaya overhead dari kelompok tertentu ke produk tertentu secara individual. Total biaya overhead dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi hasilnya adalah biaya overhead per unit. Penjumlahan biaya
19
overhead per unit dengan biaya utama per unit menghasilkan biaya produksi per unit. Prosedur pembebanan biaya overhead tahap kedua dalam system ABC dapat dilihat pada gambar 2.1 Gambar 2.2 : Prosedur Pembebanan Biaya Overhead
Biaya Listrik
Biaya Pemeliharaan Mesin
Biaya inspeksi
Biaya Persiapan Produksi
Biaya Perekayasaan
Cost Pool 1
Cost Pool 2
Cost Pool 3
Produk 1
Produk 2
Produk 3
Sumber : Supriyono (2002) 3. Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas Langkah
utama
dalam
menerapkan
system
ABC
adalah
mengidentifikasi aktifitas yang akan menjadi dasar system tersebut. Langkah ini bukanlah hal yang mudah, memakan waktu, dan mungkin membutuhkan judgement. Prosedur umum untuk melakukannya adalahmelakukan interview terhadap semua orang yang terlibat atau setidaknya semua supervisor dan
20
manajer dalam departemen yang menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk menggambarkan aktifitas utama yang mereka lakukan. Dari sini diperolehlah suatu catatan aktifitas yang sangat panjang. Panjangnya catatan tersebut juga menimbulkan masalah. Di satu sisi, semakin banyak jumlah aktifitas yang dimasukan dalam system ABC, semakin akurat perlakuan terhadap biaya. Sebaliknya, diperlakukan biaya yang tidak sedikit untuk merancang, menerapkan, memelihara, dan menggunakan system yang kompleks yang melibatkan sejumlah besar aktifitas. Konsekwensinya, catatan aktifitas yang panjang tersbut dikurangin dengan menggunakan aktifitas –aktifitas yang sejenis. Sebagai contoh, beberapa aktifitas dalam handling dan moving bahan baku mulai dr menerima bahan baku dari area bongkar muat dan meyortirnya untuk dimasukan ke gudang. Seluruh aktifitas ini dapat digunakan menjadi satu aktifitas yang disebut material handling. Pada system ABC, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya produksi tidak langsung disebut pemicu (driver). Pemicu aktifitas adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktifitas ke produk, pelanggan atau objek biaya lainnya.
21
2. Tingkatan Biaya dan Pemicu Dalam ABC, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai penggerak atau pemicu (driver). a.
Pemicu sumber daya (resource driver) adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut.
b.
Pemicu aktivitas (activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan atau objek biaya final lainnya. ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas dan pemicu aktivitas pada
tingkatan agregasi (level of agregration) yang berbeda dalam satu lingkungan produksi. Empat tingkat yang umumnya diidentifikasi adalah unit, batch, produk dan pabrik. a. Tingkat unit Biaya tingkat unit (unit level cost) adalah biaya yang meningkatkan saat satu unit diproduksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat dibebankan secara akurat proporsional terhadap volume. Contohnya meliputi biaya listrik apabila mesin dengan tenaga lisrik digunakan dalam memproduksi setiap unit, biaya pemanasan jika setiap unit mengalami proses pemanasan. Sedangkan pemicu tingkat unit (unit-level driver)
22
merupakan ukuran aktifitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Semua pemicu tingkat unit adalah proporsional terhadap unit output, dan merupakan satu-satunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan dalam ABC. Contoh dari pemicu tingkat unit adalah jam teenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, berat bahan baku langsung, biaya bahan baku langsung. b. Tingkat Batch Biaya tingkat batch (batch-level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh dari biaya tingkat batch meliputi biaya persiapan dan kebanyakan biaya penanganan bahan baku. Sedangkan pemicu tingkat batch (batch-level driver) adalah ukuran aktifitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh dari pemicu tingkat batch adalah persiapan, jam persiapan, pesanan produksi, dan permintaan bahan baku. c. Tingkat produk Biaya tingkat produk (produk-level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan satu batch atau satu unit lebih banyak. Contoh dari biaya tingkat produk adalah biaya desain produk, pengembangan produk, pembuatan prototype, dan teknik 23
produksi. Sedangkan pemicu tingkat produk (product-level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan bermacam-macam jumlah produk yang diproduksi dan dijual. Contoh dari pemicu tingkat produk adalah perubahan desain, jam desain, dan jumlah komponen berbeda yang diperlukan. d. Tingkat pabrik Biaya tingkat pabrik (plant-level cost) adalah biaya memelihara kapasitas di lokasi produksi. Contoh dari biaya tingkat pabrik adalah sewa, penyusutan, pajak property, dan asuransi untuk bangunan pabrik. Sedangkan pemicu tingkat pabrik (plant-level driver) membebankan biaya berdasarkan ukuran tempat yang digunakan. 3. Kelebihan Sistem ABC Menurut Blocher, Chen, Lin dalam buku Manajemen Biaya yang diterjemahkan oleh Susuty Ambarriani (2000:127-128) kelebihan/kebaikan system ABC adalah sebagai berikut : a. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informative, yang mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusdan strategic yang lebih akurat kepada keputusan yang lebih baik tetntang penentuan harga jual, lini produk, pasar dan pengeluaran modal.
24
b. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan product value dan process value dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik, dan membantu perkembangan proyek-proyek peningkatan value. c. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pengambilan keputusan bisnis. 4. Kelemahan Sistem ABC Kelemahan atau keterbatasan Activity Based Costing adalah : a. Keterbatasan dalam alokasi, bahkan jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang menyebabkan aktivitas tersebut. Contohnya beberapa biaya untuk mempertahankan fasilitas, seperti aktivitas membersihkan pabrik dan pengelolaan proses produksi b. Mengabaikan biaya, keterbatasan lain dari ABC adalah beberapa biaya yang diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis. Aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, advertising, riset dan pengembangan, rekayasa produk, dan klaim
25
garansi. Tamabahan biaya secara sederhana ditambahkan ke biaya produksi untuk menentukan biaya produk total. Secara tradisional biaya pemasaran dan administrasi tidak dimasukan ke dalam biaya produk karena persyaratan pelaporan keuangan yang dikeluarkan oleh GAAP mengharuskan memasukan ke dalam biaya periode. c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, system ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Disamping itu juga membutuhkan waktu yang banyak. Seperti sebagian besar system akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu lebih
dari
satu
tahun
untuk
mengembangkan
dan
mengimplementasikan ABC dengan sukses.
E. Perbedaan antara system Akuntansi Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing Pilihan terhadap system perhitungan biaya yang akan digunakan oleh suatu perusahaan dapat dilakukan dengan tepat jika terlebih dahulu mengetahui perbedaan-perbedaan antara system akuntansi biaya tradisional dengan system activity based costing. Perbedaan dalam penentuan harga pokok produksi yang terdapat pada system akunyansi biaya tradisional dan system ABC yaitu pada pengalokasian biaya
26
produksi tidak langsung (biaya overhead). Dimana system akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead berdasarkan jumlah volume produksi dengan menggunakan satu pemicu biaya yaitu jam tenaga kerja langsung, atau jam kerja mesin yang sifatnya arbitrer dan tidak menggambarkan aktivitas yang sesungguhnya dikonsumsi oleh setiap produk sehingga memberikan informasi yang terdistorsi kepada manajemen sehingga salah dalam mengambil keputusan. Dalam kaitannya dengan beberapa hal diatas, system ABC memperbaiki keakuratan kalkulasi biaya produk dengan menganggap bahwa biaya overhead timbul berdasarkan jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk berdasarkan lebih dari satu pemicu biaya dan biaya yang ditimbulkan dapat ditelusuri kepada produk berdasarkan sebab akibat sehingga dapat diketahui mengapa biaya tersebut meningkat dan menurun.
27
Berikut ini disajikan beberapa perbedaan antara system akuntansi biaya tradisional dengan system activity based costing, antara lain : a. Perbedaan antara system manajemen tradisional dengan kontemporer Tradisional
Kontemporer
1. Penggerak berdasarkan unit
1. Penggerak berdasarkan unit & non unit
2. Alokasi intensif
2. Penelususran intensif
3. Penetapan
harga
pokok
produksi yang sempit dan kaku
3. Penetapan harga pokok produksi yang luas dan fleksibel
4. Fokus pada pengelolaan biaya
4. Fokus pada pengelolaan aktivitas
5. Informasi aktivitas yang jarang
5. Informasi aktivitas dirinci
6. Maksimisasi
6. Maksimisasi
kinerja
unit
individual
kinerja
system
keseluruhan
7. Menggunakan ukuran kinerja keuangan
7. Menggunakan ukuran kinerja keuangan dan non-keuangan
28
b. Perbedaan pendekatan tradisional dengan pendekatan ABC menurut Horngren Pendekatan Tradisional
Pendekatan ABC
1. Satu atau beberapa kelompok biaya tidak
langsung
departemen,
untuk dengan
setiap sedikit
keseragaman dalam kelompok biaya tersebut. 2. Dasar
mungkin
biaya
tidak
atau
tidak
mungkin tidak menjadi pemicu biaya. 3. Dasar
biaya
keseragaman tidak
pengaloksaian
biaya
kelompok
langsung,
karena
banyak aktivitas yang digunakan. 2. Dasar pengalokasian biaya tidak langsung
pengalokasian
langsung
1. Banyak
lebih
memungkinkan
untuk menjadi pemicu biaya. 3. Dasar pengalokasian biaya tidak langsung
lebih
bersifat
non-
tidak
keuangan, seperti jumlah bagian
langsung selalu bersifat keuangan,
dalam suatu produk atau jadwal
seperti biaya tenaga kerja langsung
pengujian.
dan biaya bahan langsung.
29
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa : a. Sistem ABC menggunakan aktivitas sebagai pemicu biaya untuk menentukan berapa besar biaya produksi tidak langsung (biaya overhead) dari setiap produk yang dikonsumsi. Sistem akuntansi biaya tradisional mengalokasikan overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representative, dengan demikian gagal menyerap konsumsi overhead yang benar menurut produk individual. b. Sistem ABC membagi konsumsi overhead ke dalam empat kategori : unit, batch, produk, dan fasilitas. Sistem akuntansi biaya tradisional membagi biaya overhead hanya ke dalam unit. c. Fokus system ABC adalah pada biaya, mutu, dan factor waktu. Sistem akuntansi biaya tradisional memfokuskan pada kinerja keuangan jangka pendek seperti laba yang cukup akurat.
30