BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu a. Penelitian yang dilakukan oleh Manalu (2004) mengenai analisis tingkat efifiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera Utara dengan menggunakan rasio aktivitas, rasio keuntungan, dan rasio likuiditas. Penelitian tersebut menghasilkan : 1. Terjadinya peningkatan pada aktivitas yaitu total asset turn over, collecting ratio, average collecting period, inventory turn over, dan working capital turn over. 2. Rasio keuntungan (profitabilitas), yaitu kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aktivanya untuk menghasilkan pendapatan (revenue) dan laba (profit). Dari ketiga rasio yang dianalisis yaitu profit margin, operating income ratio, dan operating ratio mengalami peningkatan, walaupun untuk operating income ratio peningkatannya tidak terlalu tinggi. 3. Rasio likuiditasnya dapat diketahui tidak mengalami kenaian yang tinggi dari analisis yang elah dilakukan. b. Penelitian yang dilakukan oleh Hardiman (2005) mengenai efektivitas dan efisiensi penggunaan modal kerja pada PT. Berdikari Indonesia. Penelitian ini menghasilkan :
Universitas Sumatera Utara
1. Menunjukkan adanya peningkatan modal kerja yang cukup besar baik untuk tahun 2002 maupun tahun 2003. 2. Posisi likuiditas perusahaan jika ditinjau dari rasio-rasio modal kerja, menunjukkan hasil yang semakin baik, hal ini dilihat dari adanya kenaikan persentase tersebut dari tahun ke tahun.
B. Pengertian Modal Kerja Modal kerja dibutuhkan setiap perusahaan untuk membiayai aktivitasnya sehari-hari. Walaupun perusahaan mempunyai aktiva tetap, tetapi tidak memiliki modal kerja, maka perusahaan tersebut dikatakan perusahaan mati. Kehidupan perusahaan sangat tergantung pada modal kerjanya, dengan jumlah modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk melakukan operasinya secara ekonomis sehingga perusahaan dapat mencapai batas laba yang
diinginkan.
Apabila
jumlah
modal
kerja
perusahaan
akana
mengorbankan kemampulabaannya (profitabilitas), dan sebaiknya apabila modal kerja lebih kecil dari jumlah yang dibutuhkan maka perusahaan dapat kehilangan pasar. Modal kerja yang dibutuhkan diharapkan dapat masuk kembali keperusahaan dalam jangka waktu yang pendek, yaitu berupa pendapatan bagi perusahaan. Kemudian pendapatan tersebut kembali dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dan hasil perputaran modal krja diharapkan dapat memberikan laba bagi perusahaan sehingga akan menambah jumlah modal kerja untuk periode berikutnya. Demikianlah secara terus-
Universitas Sumatera Utara
menerus modal kerja berputar setiap periode selama hidup perusahaan tersebut. Sanjaya dan Barlian memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut : Modal kerja adalah aktiva lancer yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha atau Modal kerja adalah kas/bank, surat-surat berharga yang mdah diuangkan (misalnya giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak lebih dari 1 tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan. Sementara itu, Sawir (2005:129) menutip defenisi modal kerja yang dikemukakan oleh Burton A. Kolb, yaitu : Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk didalamnya kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan, biaya dibayar dimuka. Menurut Syamsuddin (2000:98) mengemukakan bahwa “modal kerja didefenisikan sebagai investasi perusahaan dalam aktiva lancer dikurangi dengan kewajiban lancar”. Sesuai dengan pengertian aktiva jangka pendek, maka modal kerja terdiri dari aktiva lancar. Aktiva lancar yang utama adalah kas, piutang, dan persediaan. Mengelola modal kerja berarti mengelola aktiva lancar. Aktiva lancar biasanya dikaitkan dengan utang lancar. Riyanto (2001:57) berpendapat untuk memahami pengertian modal kerja, dapat dikemukakan beberapa konsep yaitu : 1. Konsep Kuantitatif Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan atau keseluruhan dari pada aktiva lancar dimana aktiva ini sekali lagi berputar dam dapat kembali ke bentuk semula atau dana
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relative pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital). Berapa konsep tersebut diatas disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek. Dalam konsep initidak memperhatikan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar juga , bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan dating, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan. 2. Konsep Kualitatif Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar diatas hutang lancar. Modal kerja ini sebahagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja netto (net working capital). Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tingkat keamanan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
Universitas Sumatera Utara
3. Konsep Fungsional Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan fungsi dari pada dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebahagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tertentu. Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan dating, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan. Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi perusahaan secara efisien dan efektif.
C. Pentingnya Manajemen Modal Kerja Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Adapun menurut Sawir (2005:133) sasaran yang ingin dicapai oleh manajemen modal kerja adalah : 1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.
Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo. Dari ketiga sasaran yang ingin dicapai oleh manajemen modal kerja, mengindikasikan bahwa modal kerja sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan dan likuiditas merupakan persyaratan menuju keberhasilan perusahaan. Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam artian harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Djawanto (2001:87) modal kerja yang cukup akan memberikan keutungan bagi perusahaan antara lain : 1.
Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai dari aktiva lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2.
Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya.
3.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.
4.
Menjamin perusahaan memiliki credit sanding dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian dan sebaainya.
5.
Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup, guna melayani permintaan konsumennya.
Universitas Sumatera Utara
6.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para pelanggan.
7.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.
8.
Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya pengelolaan dana
yang tidak efektif disamping akan menimbulkan keburukan-keburukan seperti: 1. Dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan. 2. Investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan. 3. Kerugian bunga karena saldo bank yang tidak dipergunakan. Pentingnya manajemen modal kerja menurut Sawir (2005:135) antara lain sebagai berikut : 1. Hasil survei menunjukkan bahwa sebahagian besar waktu manajer tersita untuk kegiatan operasi perusahaan dari hari ke hari, yang kurang lebih dapat diartikan sebagai manajemen modal kerja. 2. Lebih separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar. Sebagai bagian investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang seksama dari manajer keuangan, karena bagaimanapun aktiva lancar mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menjalankan bisnis.
Universitas Sumatera Utara
3. Keburukan dalam manajemen aktiva lancar dapat mengakibatkan kegagalan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan keputusan strategi dan investasi yang tepat terhadap aktiva modal. 4. Manajemen modal kerja terutama sangat penting bagi perusahaan kecil. Walaupun perusahaan kecil ini dapat mengurangi investasi aktiva tetapnya melalui sewa-beli peralatan dan mesin, mereka tidak dapat menghindari kebutuhan akan kas, piutang dan persediaan. Oleh karena itu, aktiva lancar sangat penting bagi para manajer perusahaan kecil. 5. Adanya hubungan yang kangsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar. Peningkatan penjualan juga membutuhkan tambahan persediaan, dan mungkin juga tambahan kas. Investasi aktiva lancar hanya memiliki waktu yang relative singkat dalam pengambilan keputusan. 6. Dalam memberikan kredit, kreditor sangat memperhatikan bagaimana perusahaan mengelola aktiva lancar dan kewajiban lancarnya. Kegagalan dalam mengelola akan mempengaruhi perusahaan.
D. Jenis-Jenis Modal Kerja Riyanto (2001:16) mengutip pendapat Taylor menggolongkan modal kerja dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Modal Kerja Permanen (Permanen Working Capital), yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanent dapat dibedakan dalam :
Universitas Sumatera Utara
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah modal kerja
yang
dibutuhkan
untuk
melaksanakan
operasi
normal
perusahaan. 2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan antara : a. Modal kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musiman. b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur. c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya karena adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
E. Faktor-Faktor Yang Menentukan Modal Kerja Besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu : a. Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil, hal ini terjadi karena beberapa alas an. Perusahaan bersar
Universitas Sumatera Utara
mempunyai keuntungan akibat luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat trgantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat mempengaruhi unsure-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan. b. Aktivitas Perusahaan Perusahaan yang bergerak dibidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dangangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang dijual. c. Perkembangan Teknologi Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatis yang mengakibatkan proses produksi yang cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu juga akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banak, apabila tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan besar. d. Volume Penjualan Volume penjualan merupakan factor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila volume penjualan meningkat
Universitas Sumatera Utara
maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat demikian pula sebaliknya. e. Sikap Perusahaan Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relative besar mempunyai kecendrungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
F. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut Sawir (2005:141) yang merupakan sumber-sumber modal kerja yang akan menambahkan modal kerja adalah : 1. Adanya kenaikan sector modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham. 2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Adanya penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya. Perubahan-perubahan dalam non-akun lancar yang menambah modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Aktiva Lancar
Utang Lancar
+ + Modal Sendiri + + Utang Jangka Panjang
+
Aktiva Tetap
Modal Sendiri +
+
Gambar 2.1 Sumber-Sumber Modal Kerja Sumber : Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (2005:141)
Sedangkan penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut : 1. Berkurangnya modala sendiri karena kerugian, mapun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan. Berkurangnya modal terjadi jika pemilik mengambil kembali ataupun mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan. Berkurangnya modal
Universitas Sumatera Utara
berarti jumlah dana dalam perusahaan juga berkurang, hal ini berarti pengurangan modal merupakan penggunaan modal kerja. 2. Pembayaran utang-utang jangka panjang Pembayaran utang jangka panjang akan mengurangi jumlah huang jangka panjang perusahaan, yang berarti ada pembayaran atau pelunasan hutang jangka panjang yang diilakukan oleh perusahaan. Pembayaran ini tentu menggunakan dana sehingga merupakan salah satu bentuk penggunaan modal kerja. 3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap Penambahan aktiva tetap terjadi karena perusahaan melakukan pembelian aktiva baru. Pembelian ini tentu membutuhkan dana, oleh sebab itu penambahan aktiva tetap merupakan penggunaan modal kerja. Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Aktiva Lancar
Utang Lancar
Modal Kerja
+
Utang Jangka Panjang
Aktiva Tetap
Modal Sendiri
Gambar 2.2 Sumber-Sumber Modal Kerja Sumber : Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (2005:141)
Dasar analisis dalam mengevaluasi efektivitas sumber dana merujuk pada pandangan Riyanto (2001:191) yaitu : Ditinjau dari susut likuidasi penarikan dana yang dibutuhkan didasarkan pada ketentuan bahwa dana yang dibutuhkan itu hendaknya ditarik untuk jangka waktu yang sesuai dengan penggunaan dana tersebut didalam perusahaan. Ia merumuskan pola pembelanjaan yang tepat berdasarkan ketentuan tersebut yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Masing-masing aktiva lancar apabila dipandang secara ondividual, maka pedoman pembelanjaan yang tepat untuk masing-masing aktiva tersebut : a. Aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang umumnya tidak lebih pendek dari masa terikatnya dana dalam aktiva lancar. b. Aktiva tetap yang tidak berputar (misalnya tanah), pada prinsipnya diboayai dengan modal sendiri, karena untuk jenis aktiva ini tidak diadakan depresiasi. c. Aktiva tetap yang berputar secara berangsur-angsur misalnya gedung, mesin, kendaraan dan sebagainya dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau dengan modal sendiri. Kalau digunakan kredit jangka panjang hendaknya jangka waktu atau umur kredit yang akan ditarik itu jangan lebih pendek dari pada waktu terikatnya dana dalam aktiva tetap. 2. Keseluruhan dana yang ditanamkan dalam perusahaan apabila dianggap sebagai satu kesatuan, maka pedoman pembelanjaan yang tetap adalah : a. Kebutuhan dana yang permanen (modal Konstan) pada prinsipnya harus dibiayai dengan modal sendiri atau kredit jangka panjang. b. Kebutuhan dana yang berubah-ubah (modal variabel) pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang umurnya tidak lebih pendek daripada kebutuhannya. Sistem pembelanjaan ini disebut jaga dengan pedoman pembelanjaan total. Pendanaan modal kerja apabila dikaitkan dengan dalam artian sebagai keseluruhan aktiva lancar, maka harus dipahami lebih dahulu bahwa faktor
Universitas Sumatera Utara
konstan dan variabel dalam sistem pembelanjaan total ini, terdapat baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Faktor konstan, dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar disebutk sebagai modal kerja permanen dan faktor variabelnya disebut modal kerja variabel. Pendanaan modal kerja sebagai keseluruhan aktiva lancar didasrkan pada pedoman pembelanjaan total maka seharusnya dilakukan dengan kombinasi pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Kebutuhan modal kerja yang relatif permanen didanai dengan modal sendiri atau hutang jangka panjang, sedangkan kebutuhan modal kerja yang relatif variabel seharusnya didanai dengan hutang jangka pendek. Menurut Riyanto dalam prakteknya (2001:193) mengemukakan : Kedua macam pembelanjaan tersebut (partial dan total) dijalankan secara bersama-sama, sehingga kita lihat adanya pedoman pembelanjaan partial disamping dijalankannya pedoman pembelanjaan total, dan kedua pedoman tersebut tidak dipisahkan secara tegas. Tujuan dari metode tersebut agar terdapat suatu kombinasi yang optimal antara pemenuhan kebutuhan dana dengan pembiayaan jangka panjang dan jangka pendek mampu
sehingga terdapat pola pembelanjaan yang
menghasilkan tingkat likuiditas yang sehat dan wajar sekaligus
menghasilkan tingkat profitabilitas yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
G. Pengukuran Tingkat Efisiensi Dan Efektivitas Penggunaan Modal Kerja Dengan Menggunakan Rasio-Rasio Keuangan. Rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan atau menjelaskan posisi keuangan suatu keuangan. Besarnya modal sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas operasional dan finansial. Tanpa modal kerja yang cukup aktivitas bisnis perusahaan dapat terancam. Masalah
likuiditas
berhubungan
dengan
masalah
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi. Sebuah perusahaan yang mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi digolongkan sebagai perusahaan tersebut adalah “likuid”. Sebaliknya bila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi maka perusahaan itu dikatakan “illikuid”. Apabila kemampuan tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada pihak jreditur, ini dinamakan “likuiditas badan usaha”. Apabila kemampuan
tersebut
dihubungkan
dengan
kewajiban
untuk
menyelenggarakan produksi, maka dinamakan “likuiditas perusahaan”. Adapun rasio-rasio keuangan yang akan dibahas didalam skripsi untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja adalah rasio-rasio yang dapat mengukur kecukupan aktiva lancar, kecukupan quick assets, kecukupan kas, arus dana dari persediaan, exposure dari kewajiban lancar, dan rasio kecukupan modal kerja (Sawir 2001:143).
Universitas Sumatera Utara
1. Kecukupan Aktiva Lancar Aktiva lancar perusahaan merupakan alat ukur yang paling kasar yang menunjukkan adanya dana likuid yang segera menjadi kas dan tersedia untuk membayar tagihan-tagihan. Rasio yang dapat digunakan : a. Current Ratio Current ratio (rasio lancar) adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang sebera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Current Ratio
Current Assets Current Liabilities
b. Rasio aktiva lancar terhadap total aktiva Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang yang rendah) atau kurangnya dukungan untuk produksi dengan persediaan yang cukup. Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang yang buruk (piutang berlebihan) atau persediaan yang besar.
Current assets to total assets ratio
Current Assets 100% Total Assets
c. Rasio aktiva lancar terhadap penjualan Ketika perusahaan menghasilkan penjualan, maka terdapat tagihan untuk dibayar, piutang untuk didanai, dan persediaan untuk mendukung penjualan. Besarnya aktiva-aktiva tersebut haruslah cukup untuk membayar tagihan tepat waktu, memungkinkan pengiriman barang yang cepat, dan pemberian kredit dengan syarat kredit yang kompetitif. Sehingga, aktiva lancar seharusnya tumbuh secara
Universitas Sumatera Utara
proesional dengan penjualan atau menurun apabila penjualan berkurang. Rumus yang digunakan :
Current assets to revenue ratio
Current Assets 100% Re venues
2. Kecukupan Quick Assets Quick assets terdiri dari kas dan piutang dan merupakan aktiva paling likuid dalam neraca. Dengan menggunakan kas dan piutang, likuiditas dapat diukur dengan lebih tepat daripada aktiva lancar. Rasio-rasio yang dipergunakan untuk mengukur kecukupan quick assets adalah sebagai berikut : a. Rasio quick assets terhadap kewajiban lancar (quick assets) Kas harus tersedia untuk membayar tagihan-tagihan yang jatuh tempo dalam hitungan minggu ataupun bulan. Pengukuran terhadap kecukupan kas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio kas terhadap
kewajiban
lancar.
Rasio
ini
mengukur
kemampuan
sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang tepat pada waktunya. Quick Ratio
Quick Assets Current Liabilities
b. Rasio total asset terhadap total aktiva Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap. Hal ini dapat diukur dengan rasio ini. Quick assets to total assets ratio
Quick Assets Total Assets
Universitas Sumatera Utara
c. Rasio quick assets terhadap penjualan Bila sebuah perusahaan meningkatkan penjualannya, maka kas juga perlu ditingkatkan. Bila perusahaan memiliki saldo kas yang tidak mencukupi, ini akan menimbulkan hambatan dalam kegiatan operasinya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi laba. Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan operasinya. Quick assets to total assets ratio
Quick Assets Total Assets
3. Kecukupan Kas Kebanyakan perusahaan mempertahankan saldo kas seminimal mungkin tetapi menginvestasikan dalam efek yang setara kas yang dapat segera dicairkan. Efek-efek tersebut harus dimasukkan dalam perhitungan rasio untuk menghitung kecukupan kas. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk keperluan analisis ini adalah : a. Rasio kas terhadap kewajiban lancar (cash ratio) Kas harus tersedia untuk membayar tagihan-tagihan yang jatuh tempo dalam hitungan minggu ataupun bulan. Pengukuran terhadap kecukupan kas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio kas terhadap
kewajiban
lancar.
Rasio
ini
mengukur
kemampuan
sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang tepat pada waktunya. Cash ratio
Cash Current Liabilities
Universitas Sumatera Utara
b. Rasio kas terhadap total aktiva Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap. Hal ini dapat diukur dengan rasio ini. Cash to total assets
Cash Total Assets
c. Rasio kas terhadap penjualan Bilasebuah perusahaan meningkatkan penjualannya, maka kas juga perlu ditingkatkan. Bila perusahaan memiliki saldo kas yang tidak mencukupi, ini akan menimbulkan hambatan dalam kegiatan operasinya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi laba. Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan oerasinya. Cash to revenue ratio
Cash Re venues
4. Arus Dana dari Persediaan Adalah pentingnya bagi perusahaan memiliki arus kas yang cukup dari kegiatan operasinya. Apabila perusahaan tidak menjual persediaan, maka tidak akan ada piutang. Apabila piutang tidak dikumpulkan, maka perusahaan tidak memiliki kas. a. Perputaran persediaan dalam kas Rasioa ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan. Rasio ini mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama dengan persediaannya. Inventory turn over in cash
Re venues Inventory
Universitas Sumatera Utara
5. Eksposure dari kewajiban lancar Dalam menentukan struktur modlnya, perusahaan melakukan pilihan antara utang jangka pendek atau utang jangka panajang. Utang jangka panjang tidak membutuhkan pembayaran utang pokoknya dalam 1 bulan atau 1 tahun, sebagaimana halnya utang jangka pendek yang semakin rendah, semakin rendah pula kemungkinan utang tidak dapat dibayar pada waktunya. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur resiko dari kewajiban lancar antara lain : a. Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar (total assets to current liabilities ratio) Rasio ini mengukur porsi dari aktiva yang didanai dari utang jangka pendek. Rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa dana jangka panjang yang memadai digunakan untuk mendanai aktiva. Rasio yang rendah menunjukkan tingginya kewajiban lancar dalam struktur modal. Total assets to current liabilities ratio
Total Assets Current Liabilities
b. Rasio ekuitas terhadap kewajiban lancar ( total equity to current liabilities ratio) Rasio ini mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan
exposure
mengindikasikan kepentingan
lebih
dari
kewajiban
bahwa besar
para dalam
lancar.
pemegang bisnis.
Rasio saham Rasio
yang
tinggi
mempunyai yang
rendah
mengindikasikan bahwa perusahaan meminimalkan kerugian bagi para pemegang sahamnya dengan mendanai porsi yang lebih besar dari aktivanya dengan sumber jangka pendek.
Universitas Sumatera Utara
Total equity to current liabilities ratio
Total Equity Current Liabilities
c. Rasio HPP terhadap utang dagang (COGS to accounts payable ratio) Untuk mempertahankan rating kreditnya, perusahaan harus membayar tagihannya dalam waktu tertentu. Apabila perusahaan membiarkan utang dagangnya meningkat secara berlebihan, perusahaan dapat menghadapi kesulitan dengan pemasoknya. COGS to account payable ratio
COGS Aaccount Payable
6. Kecukupan Modal kerja Modal kerja bersih, selisih aktiva lancar dan kewajiban lancar, adalah ukuran dasar dari likuiditas perusahaan. Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan menggunakan rasio : a. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (total assets to net working capital) Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas, sedangkan rasio yang terendah mengindikasikan tingkat likuiditas yang tinggi. Total assets to net working capital ratio
Total Assets Net working Capital
b. Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih (current liabilities to net working capital ratio) Rasio ini merupakan ekspresi alternative dari current ratio. Bila current ratio rendah, rasio ini akan tinggi, mengindikasikan likuiditas rendah.
Universitas Sumatera Utara
34
Bila rasio ini rendah, current ratio akan tinggi, mengindikasikan likuiditas tinggi. Current liabilities to net working capital ratio
Current Liabilities Net working Capital
c. Perputaran modal kerja (revenues to net working capital ratio) Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio tinggi mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasionalnya, rasio yang rendah menunjukkan likuiditas tinggi. Working capital ratio turn over
Re venues Net working Capital
Universitas Sumatera Utara