BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1
Sistem Informasi Sistem informasi menurut Kenneth & Jane (1998, p7) didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama dalam mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk
mendukung
pengambilan
keputusan
dan
pengendalian
dalam
organisasi. Sistem informasi berisi tentang orang, tempat dan hal yang signifikan terhadap organisasi dan lingkungan yang ada di sekitar organisasi tersebut. Terdapat tiga aktivitas dalam sistem informasi untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi organisasi dalam pengambilan keputusan, pengendalian operasi, analisa masalah dan dalam penciptaan produk atau jasa baru, yaitu: input, proses dan output Input dipahami sebagai pengambilan dan pengumpulan data organisasi atau dari luar organisasi. Proses merupakan kegiatan yang mengubah input menjadi sebuah bentuk yang lebih informatif, sedangkan output merupakan pendistribusian informasi yang telah diproses kepada orang atau aktivitas yang berkepentingan terhadap informasi tersebut. Sistem informasi disini merupakan sistem informasi yang sudah menggunakan teknologi komputer sebagai dasar pengoperasiannya. Sistem
informasi yang berbasis komputer, menggunakan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) untuk memproses dan menyebarluaskan
informasi. Teknologi komputer menjadi penyedia perlengkapan penyimpanan dan pemrosesan informasi. Sedangkan software menyediakan sekumpulan petunjuk instruksi yang langsung mengontrol proses komputer. Tetapi berbicara mengenai sistem informasi, kita tidak bisa hanya mengacu pada teknologi yang digunakan saja. Kita perlu melihat bahwa teknologi itu hanya sebagai alat dalam membangun sistem informasi yang modern. Masih terdapat bagian lain dari sistem informasi yang perlu diperhatikan pula untuk memastikan sistem informasi dapat berjalan dengan baik. Sistem informasi merupakan bagian dari organisasi, dimana organisasi itu sendiri terdiri dari orang, struktur dan prosedur operasional, kebijakan serta budaya. Sistem informasi merupakan sosioteknikal sistem dimana walaupun sistem informasi ini terdiri dari mesin, alat atau pelengkap dan teknologi secara fisik, tetapi membutuhkan pula keterlibatan organisasional, sosial dan intelektual agar dapat berjalan dengan baik.
2.1.1 Pendekatan dalam Sistem Informasi Terdapat dua pendekatan dalam sistem informasi yaitu pendekatan teknis dan pendekatan perilaku. 1. Pendekatan Teknis
Pendekatan ini menekankan pada dasar secara matematis dan normatif model dalam menjelaskan sistem informasi. Disiplin ilmu yang mendukung pendekatan ini meliputi: computer science, management science dan operation research. Computer science mempelajari bagaimana pembentukan teori perhitungan, model perhitungan dan metode yang efektif untuk penyimpanan dan akses data. Management science menekankan pada pengembangan model pengambilan keputusan dan praktek manajemen. Sedangkan operation research sendiri lebih pada pembentukan teknik matematis untuk mengoptimalisasi parameter-parameter dalam organisasi, seperti transportasi, pengendalian persediaan dan biaya transaksi. 2. Pendekatan Perilaku Masalah perilaku sebagai
bagian dari sistem informasi,
menjadi topik yang makin berkembang saat ini. Banyak masalah perilaku seperti pemanfaatan sistem, implementasi sistem dan pengembangan desain yang tidak dapat diatasi hanya dengan pendekatan teknis saja. Ahli sosial menekankan pada pengaruh sistm informasi terhadap kelompok, organisasi dan masyarakat. Para politikus juga cukup tertarik dalam meneliti pengaruh politis dari penggunaan sistem informasi. Sedangkan ahli psikologi lebih berkepentingan dalam melihat tanggapan individual terhadap sistem
informasi dan dalam pembentukan model kognitif dari tanggapan manusia. Pendekatan perilaku ini tidak berarti mengabaikan sisi teknis dari sistem informasi, tetapi teknologi sistem informasi dijadikan sebagai stimulus untuk masalah perilaku yang muncul. Perhatian pendekatan perilaku ini tetap pada perubahan sikap, kebijakan manajemen dan organisasi serta perilaku. Dengan melihat kedua pendekatan dalam sistem informasi ini akan membantu kita dalam melihat masalah sistem informasi tidak semata-mata sebagai masalah teknologi saja, tetapi lebih kepada bagaimana mengubah dan merancang teknologi sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan individu.
2.2
Enterprise Resources Planning (ERP) Merupakan salah satu aplikasi sistem informasi yang mempunyai keunggulan dapat mengintegrasikan semua departemen dan fungsi-fungsi dalam perusahaan ke dalam sistem komputer yang dapat memenuhi kebutuhan semua departemen di perusahaan tersebut. ERP menggabungkan sistem komputer yang ada di tiap departemen ke dalam suatu software yang terintegrasi menggunakan database tunggal, sehingga departemen-departemen dapat berbagi informasi secara mudah dan dapat berkomunikasi satu sama
lain. ERP mempunyai kemampuan untuk otomatisasi, mengelola dan mengkoordinasi serta standarisasi berbagai aspek penting dalam manajemen perusahaanm, termasuk di dalamnya adalah supply chain, inventory, bill of material, jadwal produksi, perencanaan kapasitas, finance&cash plan, personalia, pembiayaan dan aspek lain. Menurut Koch&Slater (1999, www.cio.com), penerapan ERP tidak selalu berjalan dengan mudah karena akan membawa perusahaan ke dalam sebuah perubahan dalam melakukan bisnis yang telah dilakukan selama ini, terutama bagi karyawan dalam melakukan tugas sehari-hari. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam implementasi ERP adalah alasan mengapa perlu ERP dan bagaimana penggunaan ERP dan peningkatan kinerja perusahaan, ada tiga alasan dalam hal ini: 1. ERP mengintegrasikan data finansial 2. Standarisasi proses manufacturing 3. Standarisasi informasi sumber daya manusia Sedangkan menurut Rockford (1999, www.rcg.com), terdapat empat alasan utama adanya kegagalan dam implementasi ERP, antara lain: 1. Definisi persyaratan yang tidak memadai 2. Pemilihan sistem ERP yang tidak layak 3. Sumber daya yang tidak mencukupi 4. Penolakan terhadap perubahan
2.2.1 SAP (System, Application and Product) PT. ‘XYZ’ dalam kasus ini menggunakan software SAP R/3 versi 4.6 yang merupakan salah satu jenis ERP, yang dikembangkan oleh perusahaan Jerman dan merupakan vendor software terbesar di Eropa saat ini. Selain SAP, vendor ERP yang lain adalah Baan, Oracle,JP Edwards, Peoplesoft, dimana vendor-vendor tersebut masukan dalam deretan vendor yang terkenal, yang memberikan kontribusi besar dalam perkembangan ERP di seluruh dunia. SAP merupakan sistem ERP yang cukup dikenal dan sistem ini didesain dengan arsitektur baru, menggunakan multi-tiered client atau client architecture. Sistem ini melakukan penyimpanan data pada database server yang menjalankan beberapa relational database, application code dan ditulis dalam bahasa ABAP/4 yang dijalankan pada application server. Module dalam software ini sudah terintegrasi sehingga data yang ada dapat dibagi (data share) secara otomatis dan mempunyai database management system tersendiri. Meskipun software SAP ini merupakan paket softaware standard, tetapi dapat pula disesuaikan dengan kebutuhan bahkan sudah disiapkan untuk pemanfaatan rekayasa bisnis.
2.3
Sistem Informasi dalam Dunia Usaha
Jika dilihat dari perspektif bisnis, sistem informasi merupakan solusi organisasi dan manajemen yang didasarkan pada teknologi informasi dalam menghadapi perubahan lingkungan (Kenneth & Jane, 1996, p9). Perlu usaha untuk menggabungkan manajemen, teknologi dan elemen organisasi agar bisa bekerjasama membentuk sistem informasi yang sesuai dan berdaya guna. Menurut O’Brien ( 1999, p17 ), pemahaman tentang efektivitas dan peranan sistem informasi merupakan hal yang penting bagi para manajer di era informasi global ini. Sistem informasi memainkan peran yang penting dalam operasi bisnis yang efisien, manajemen yang efektif dan merupakan strategi keberhasilan bisnis di persaingan global. Peran utama sistem informasi dalam suatu organisasi adalah untuk mendukung operasi bisnis, mendukung pengambilan keputusan dan memberi daya saing strategis. Penerapan teknologi informasi merupakan keharusan dalam strategis bisnis untuk menghadapi tantangan dari lingkungan luar yang cepat berubah agar bisnis tersebut mempunyai daya saing strategis. Penggunaan sistem informasi merupakan kesempatan bagi perusahaan baik manufaktur maupun jasa. Pemanfatan teknologi informasi sebagai penunjang dari sistem informasi mengakibatkan adanya perubahan dalam prosedur kerja, aliran kerja dan proses kerja, dari yang dulunya manual menjadi otomatis. Perubahan ini selain dapat mengurangi biaya produksi, juga dapat meningkatkan jasa pelayanan pada saat yang sama. Hal lain yang mengalami perubahan dengan
adanya sistem informasi yang baru ini adalah adanya kebutuhan akan kualifikasi baru dari karyawan. Karyawan membutuhkan training lebih dari sebelumnya untuk mendapatkan keahlian yang sesuai dan cukup dengan lingkungan kerja yang sudah serba otomatis dan berbasis elektronik, serta kesediaan untuk belajar software baru dan untuk memahami prosedur bisnis yang baru pula.
2.4
Efektivitas Sistem Informasi (SI) Efektivitas adalah kemampuan suatu
perusahaan dalam mencapai
tujuan utama atau misi perusahaan (Northcraft & Neale, 1994, p5 ). Manajemen yang efektif tercermin dalam pemilihan pekerjaan yang benar untuk dilaksanakan dan merupakan kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Menurut Sukrisno Agoes (1996, p180), efektivitas merupakan produk akhir dari suatu kegiatan operasi yang telah mencapai tujuannya, jika ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan. Perusahaan menggabungkan kemampuan dan keahlian karyawan untuk mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai secara individu. Efektivitas sistem informasi diperlukan dalam rangka untuk mengevaluasi sistem informasi yang digunakan oleh perusahaan. Menurut Munshi (1996, www.munshi.sonoma.edu) terdapat 3 dimensi dari efektivitas sistem informasi, antara lain: ruang lingkup, ukuran dan paradigma sosial. Efektivitas
sistem informasi tidak ditentukan oleh observasi peneliti tapi dari pendapat rata-rata yang diberikan user, developer dan manager. Dimensi ruang lingkup menjelaskan konsep efektivitas apa yang akan diterapkan.
Pada
tingkat
aplikasi,
pengukuran
efektivitas
dapat
diinterpretasikan sebagai desain, usability dan manfaat aplikasi. Pada tingkat perusahaan, efektivitas dihubungkan dengan kebijakan, anggaran, sikap dan pendapat tentang manajemen sistem informasi. Dimensi ukuran menyangkut tipe data yang dikumpulkan, metode pengumpulan data dan cara interpretasi data. Dimensi ini dibagi 2 yaitu pengamatan pada variabel bisnis dan pengukuran variabel sikap dan perilaku. Pengukuran variabel sikap dan perilaku dilakukan melalui kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pendapat user, developer dan manajer dalam hal information
satisfaction
(tingkat
kepuasan
terhadap
informasi
yang
dihasilkan) dan utilization (tingkat penggunaan sistem informasi oleh user untuk tujuan yang seharusnya). Dimensi paradigma sosial memberi kemungkinan bahwa tidak semua aktivitas bisnis hanya diinterpretasikan sebagai usaha untuk memaksimalkan keuntungan
pemilik saja, tapi ada
pelaku lain yang ikut berperan antara lain manajer, karyawan dan stakeholder. Efektivitas sistem informasi dinilai dari sisi perusahaan melalu ukuran kinerja bisnis, sedangkan dari sisi individual diukur melalui variabel perilaku, minat dan pendapat misalnya kepuasan user.
Sistem yang efektif berdasar pendapat Hussain (1992, p95) adalah sistem yang dapat memenuhi harapan user dalam survei tentang efektivitas sistem informasi biasanya responden diberi kuisioner dengan pertanyaan tentang : kesesuaian sistem dengan kebutuhan user, output yang dihasilkan program aplikasi dengan permintaaan user, kemudahan penggunaan sistem (user friendly), kepuasan user terhadap sistem informasi yang digunakan. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk mengukur efektivitas sistem informasi karena faktor-faktor tersebut mendasari kepuasan user. Jika user merasa puas dengan sistem yang digunakan maka sistem tersebut dapat dikatakan efektif. Menurut Remenyi (1995, p70), penerapan sistem informasi yang efektif membutuhkan yang harmonis antara top manajemen, user dan staf sistem informasi. Keterlibatan top manajemen dengan tujuan untuk memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk berinvestasi di bidang teknologi informasi. User harus mempunyai komitmen terhadap kesuksesan penerapan sistem informasi karena hanya melalui user manfaat sistem bisa terwujud, sedangkan peranan staf sistem informasi adalah menggunakan keahlian yang dimiliki untuk memastikan sistem berjalan dengan lancar. Dalam mengukur kepuasan user terhadap sistem informasi yang dipakai, Remenyi (1995, p117) menekankan perlu diketahui persepsi user terhadap beberapa variabel, antara lain prosedur input output, kemampuan sistem memproses data, kecepatan respon, kualitas servis, kualitas staf IT,
pelatihan, kualitas dokumentasi selain itu juga perlu diketahui persepsi terhadap faktor-faktor organisasi misalnya top manajemen involvement, user participation.
Kinerja individu Training Pengetahuan Keahlian
Kinerja Organisasi Pengukuran Persepsi Efektivitas sistem informasi Tujuan
Kinerja sistem Daur hidup desain Operasional Fleksibitas
Gambar 2.1. Kerangka efektivitas sistem informasi Sumber: Strategic Information Management, Galliers&Baker (1997, p187)
2.4.1 Kinerja Sistem Sistem informasi dianggap efektif bila kinerja atau performance sistem tersebut dapat memenuhi harapan atau kebutuhan user. Hussain (1992, p188) mengatakan bahwa kinerja sistem dapat diukur dari system availability, kualitas, ketepatan waktu, akurasi dan katerandalan sistem. Availability adalah ketersediaan sistem untuk dapat digunakan tanpa gangguan. Jika down time makin rendah maka efektivitas makin tinggi. Kualitas secara umum diukur dari kepuasan user, faktor-faktornya antara lain kemudahan pemakaian, keamanan dan kerahasiaan data, dukungan teknis terhadap user, kelengkapan dan kemudahan untuk dibaca, dokumentasi, kepercayaan atau keyakinan user
terhadap sistem, kemudahan pemeliharaan dan upgrade sistem, profitability dan rentability, kemudahan audit dan pengujian sistem. Ketepatan sistem ada 3 ukuran : turnaround time, respond time dan schedule adherence, akurasi dapat diartikan dengan tidak adanya error. Keterandalan hampir sama dengan ketersediaan namun lebih spesifik karena selain sistem dapat digunakan tanpa gangguan juga harus menghasilkan output yang akurat.
Pengukuran kesuksessan sistem informasi
Tingkat pengunaan sistem yang tinggi
Kepuasan user terhadap sistem
Sikap yang mendukung fungsi sistem
Tercapainya tujuan sistem informasi
Hasil finansial
Gambar 2.2. Pengukuran kesuksesan sistem informasi Sumber: Management Information System, Kennet&Jane (1998, p512)
1. Tingkat penggunaan sistem yang tinggi diukur dengan jajak pendapat user, kuesioner, dan melihat parameter seperti volume transaksi online. 2. Kepuasan user terhadap sistem diukur dengan kuesioner atau wawancara. Termasuk di dalamnya adalah pendapat user mengenai keakuratan informasi, ketepatan waktu, dan relevansi informasi serta kualitas pelayanan dan ketepatan jadwal operasi.
3. Sikap user yang mendukung sistem informasi dan staf sistem informasi. 4. Pencapaian tujuan, merupakan tingkat tercapainya tujuan tertentu dari sistem informasi yang tercermin dalam perbaikan kinerja organisasi dan pengambilan keputusan dengan menggunakan sistem informasi. 5. Hasil finansial bagi organisasi, baik dengan menurunnya biaya maupun dengan meningkatnya penjualan dan laba usaha.
2.5
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dapat diartikan sebagai karyawan yang bekerja dalam organisasi atau perusahaan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan faktor sumber daya manusia adalah end user (pengguna SAP R/3) dalam PT. ‘XYZ’. End user menurut Kenneth& Jane (1998, p 92) adalah perwakilan departemen di luar kelompok sistem informasi yang menikmati hasil pengembangan aplikasi sistem. Dari faktor sumber daya manusia ini, ada beberapa sub faktor yang hendak dibahas berkenaan dengan pengaruhnya terhadap efektivitas penerapan SAP R/3. Sub faktor tersebut adalah user attitude, user involvement dan user expectation.
2.5.1 User Attitude Segala macam perubahan yang ada di perusahaan yang mempengaruhi pola kerja yang sudah terukur akan sulit diterima oleh sebagian besar karyawan. Demikian juga dengan penerapan sistem informasi akan banyak mengalami hambatan dari sumber daya yang seharusnya mendukung sistem tersebut. Sikap ini harus segera diatasi karena produktitivas perusahaan hanya akan dicapai dengan dukungan user. Stark (2000, www.johnstark.com) berpendapat bahwa potential system user harus diyakinkan sedini mungkin tentang manfaat penerapan sistem informasi tersebut. Tahap selanjutnya setelah user menyadari tujuan penerapan adalah memotivasi mereka untuk menggunakan sistem tersebut seefisien mungkin. User harus diyakinkan bahwa penerapan sistem informasi tidak akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja, jika mereka tidak yakin akan hal ini maka sistem akan digunakan secara sangat tidak efisien agar produktivitas tidak tercapai atau bahkan mereka menolak untuk menggunakan sistem tersebut. Insentif bagi user yang mempunyai tingkat keberhasilan perlu dipertimbangkan untuk memotivasi mereka, namum penalti bagi user yang kurang berhasil perlu dipikirkan lebih mendalam. Untuk mengatisipasi sikap negatif karyawan terhadap menajemen perubahan maka karyawan diikutkan dalam proyek pengembangan sistem yang akan digunakan. Hussain (1992, p189) mengatakan bahwa karyawan
yang
sukar
menerima
perubahan
dapat
diberi
peran
aktif
dalam
mengidentifikasi masalah dan merencanakan pemecahannya sehingga mereka yang ikut terlibat dapat memandang komputer bukan sebagai mesin yang menakutkan tapi alat bantu bisnis yang berharga. Karyawan termotivasi dalam diri sendiri akan cenderung untuk menyebarkan antusiasme mereka kepada karyawan lain. Sumber penolakan bukan saja dari karyawan yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan komputer. Profesional di bidang teknologi informasi seperti halnya karyawan non teknis juga mempunyai ketakutan akan kehilangan pekerjaan dan kehilangan kekuasaan sebagai dampak makin maju teknologi informasi yang akan merubah pekerjaan mereka. Menurut Luthans (1992, p108), attitude dibagi menjadi 3 komponen: emosional, informational dan behavioral. Komponen emotional meliputi perasaan seseorang terhadap suatu objek misalnya positif, negatif atau netral. Informational meliputi kepercayaan dan informasi yang diperoleh seseorang tentang suatu objek tanpa memperdulikan apakah informasi tersebut benar atau salah secara empiris. Sedangkan komponen behavioral adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu terhadap suatu objek. Secara keseluruhan sikap terdahap sistem informasi dipengaruhi oleh ukuran perbedaan antara harapan dan kinerja sistem yang diterapkan.
2.5.2 User Involvement User Involvement merupakan perwujudan dari sikap yang timbul akibat motivasi akan adanya kebutuhan terhadap sistem informasi dan pengembangannya. Sikap ini mempunyai pengaruh penting terhadap keberhasilan penciptaan dan penerapan sistem informasi dalam perusahaan. Hussain (1992, p190) berpendapat bahwa selain sebagai pengguna sistem informasi, user mempunyai 2 peran utama yaitu sebagai pemberi umpan balik dengan melaporkan jika terjadi masalah dalam penggunaan sistem dan sebagai partisipan dalam pengembangan suatu sistem informasi mulai dari tahap desain sampai dengan implementasi. Adanya User Involvement dan komitmen sangat penting dalam implementasi sistem informasi. Penerapan sistem ini akan berdampak pada seluruh anggota perusahaan oleh sebab itu sebaiknya seluruh karyawan dapat menerima secara positif, semua karyawan harus menjadi bagian dari proyek tersebut untuk meminimalkan tekanan budaya yang diakibatkan dari perubahan oleh sistem informasi dalam menjalankan bisnis perusahaan. Metodologi yang disarankan oleh Manfred (1999, www.manex.com) untuk menghindari kegagalan penerapan sistem informasi adalah dengan melibatkan komitmen manajer dan user. Metodologi tersebut antara lain :
1. Komitmen manajemen melalui justifikasi tahap implementasi misalnya tujuan yang realistis melalui jadwal yang realistis yang ditetapkan dalam analisa cost benefit yang lengkap. 2. Komitmen manajemen dan user dalam menentukan spesifikasi sistem. Kedua belah pihak harus menyetujui persyaratan yang ditentukan. 3. Manajemen dan user harus benar-benar memahami dampak positif dari sistem yang diterapkan karena pada tahap awal akan timbul rasa frustasi karena penerapan sistem baru tersebut.
2.5.3 User Expectation Merupakan harapan atau kebutuhan user terdahap sistem informasi yang digunakan. Dengan mengetahui User Expectation, maka top manajemen dan staf sistem informasi dapat lebih memehami user, memotivasi mereka, mobilitas, kebutuhan mereka dan kebutuhan spesifik mereka sehubungan dengan pelayanan dan dukungan dari sistem yang diterapkan. Menurut Hussain (1992, p282), terdapat penggolongan user yang mempengaruhi harapan atau kebutuhan mereka sesuai tingkatnya. User sering digolongkan berdasarkan: 1. Kemampuan penggunaan komputer ( rendah, sedang, ahli ) 2. Intensitas penggunaan komputer ( jarang, kadang, sering ) 3. Posisi dalam struktur organisasi
4. Tipe sistem yang digunakan ( statis, dinamis ) Pendapat user dipertimbangkan sesuai klasifikasi tersebut dan masalah yang dihadapinya misalnya pendapat user yang berpengalaman
tentang
pengembangan sistem akan lebih diperhatikan dibandingkan user yang kurang berpengalaman. Federickson (1999, www.federicson.com) mengatakan bahwa dengan penerapan teknologi sistem informasi akan terjadi perubahan besar bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis dan bagi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini akan mengakibatkan perubahan struktur organisasi dan job description sehingga memerlukan dokumentasi dan training untuk menambah pengetahuan dalam rangka tahap implementasi. Mereka juga butuh bantuan dan dukungan baik dari bagian departemen IT, vendor, maupun top manajemen dalam mengatasi masalah penerapan sistem baru tersebut. Menurut Murray (2001, p1014), pelatihan teknis saja tidak cukup karana selain itu dibutuhkan pendidikan (education) bagi semua user termasuk senior manajer. Pendidikan ini harus dimulai sebelum pemilihan teknologi sistem informasi dilakukan. Wu (2001, www.dmreview.com) berpendapat bahwa kesuksesan penerapan sistem informasi membutuhkan pemahaman akan persyaratan fungsional agar dapat memenuhi bahkan melebihi harapan atau kebutuhan user. Hal ini merupakan dasar yang penting dalam pemilihan sistem yang akan diterapkan. Proses yang ditempuh untuk memahami harapan atau
kebutuhan user perlu waktu yang panjang karena proses ini melibatkan berbagai user dalam mencapai konsensus pemilihan sistem dengan cara ini akan mempunyai tingkat keberhasilan cukup tinggi dan dapat memenuhi harapan atau kebutuhan user. Dengan mengorbankan waktu yang cukup lama untuk perencanaan dan pemilihan sistem agar sejalan dengan tujuan perusahaan
akan
meminimalkan
potential
risk
dan
memaksimalkan
opportunity dalam memperoleh sistem yang terbaik bagi perusahaan.
2.6
Kerangka Berpikir Dengan adanya pemanfaatan sistem informasi dalam sebuah organisasi akan membawa dampak yang cukup luas, tidak hanya berpengaruh terhadap teknologi yang digunakan, tetapi berpengaruh juga pada organisasi itu sendiri. Sistem informasi yang sangat berpotensi untuk mengubah struktur organisasi, budaya, kebijakan dan cara kerja anggota organisasi ini seringkali memunculkan sikap penolakan terhadap sistem. Beberapa peneliti sistem menyebutkan terdapat perubahan sosial dengan adanya perubahan sistem informasi dalam sebuah organisasi, antara lain: Organisasi tidak akan inovatif, kecuali terdapat perubahan lingkungan yang mendasar. Organisasi melakukan inovasi hanya jika dirasa perlu untuk melakukannya.
Faktor mendasar penolakan terhadap perubahan ada dalam struktur organisasi, nilai dan ketertarikan kelompok dalam organisasi. Inovasi dalam organisasi merupakan sesuatu yang tidak mudah dan kompleks untuk dicapai. Untuk mendapatkan manfaat penerapan teknologi sistem informasi, inovasi harus dikelola secara tepat. Oleh karena itu diperlukan pula perubahan dalam nilai, norma dan kepentingan kelompok dalam organisasi. Fungsi kepemimpinan memegang peran yang cukup penting, yaitu harus dapat mengambil keuntungan dari lingkungan eksternal untuk menyatukan kekuatan. Pemimpin harus dapat memanfaatkan kesempatan eksternal untuk menangani konflik internal dalam organisasi. Studi tentang proses implementasi sistem informasi seringkali lebih menekankan pada hubungan antara perancang sistem informasi dengan pengguna sistem dalam tahap-tahap pengembangan tertentu. Terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian dalam studi ini antara lain: Konflik antara orientasi teknis dari spesialist sistem informasi dengan orientasi organisasi atau bisnis dari user. Pengaruh dari sistem informasi terhadap struktur organisasi, kelompok kerja dan perilaku anggota organisasi. Perencanaan dan pengelolaan aktivitas pengembangan sistem informasi. Tingkat partisipasi user dalam desain dan pengembangan sistem
Dengan melihat pentingnya peranan anggota organisasi, terutama pengguna sistem informasi (user) dalam penerapan sebuah sistem dalam organisasi, maka untuk dapat mengukur efektivitas penerapan SAP R/3, faktor sumber daya manusia ini perlu diperhitungkan pula.
2.7
Pengajuan Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara faktor sumber daya manusia dengan efektivitas penerapan SAP R/3. 2. Terdapat pengaruh user attitude terhadap efektivitas penerapan SAP R/3. 3. Terdapat pengaruh user involvement terhadap efektivitas penerapan SAP R/3. 4. Terdapat pengaruh user expectation terhadap efektivitas penerapan SAP R/3. 5. Terdapat pengaruh faktor sumber daya manusia terhadap efektivitas penerapan SAP R/3.