BAB II LANDASAN TEORI II.1
Auditing
II.1.1 Pengertian Audit Menurut William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) mendifinisikan auditing yaitu: “Auditing adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaiaan antara asersi-aseri tersebut dan menetapkan criteria serta mengkomunikasikaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Menurut Hall, James. A. yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D. dan Kwary, D.A. (2007:48) mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Auditing adalah bentuk dari pembuktian independen yang ahli auditor menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan”. II.1.2 Jenis-Jenis Audit Menurut Agoes, S. (2008:9) berdasarkan luasnya pemeriksaan, audit dibedakan atas: 1. Pemeriksaan Umum (General Audit) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
7
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit) Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen dan pada akhir pemeriksaan, auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya, KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan terhadap penagihan piutang usaha perusahaan. Ditinjau dari jenis pemeriksaannya menurut Agoes (2008:9), audit bisa dibedakan atas : 1. Operasional Audit (Management Audit) Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. 2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit) Audit Kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa buktibukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entintas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan atau peraturan tertentu. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturanperaturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern.
8
3. Pemeriksaan Intern (Internal Auditing) Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP (Kantor Akuntan Publik). Internal auditor tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan tidak independen. 4. Computer Audit Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing) sistem. II.2
Audit Operasional
II.2.1 Pengertian Audit Operasional Menurut Agoes, S. (2008:9) Audit Operasional adalah : “Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Menurut Bayangkara I.B.K (2008:2) Audit Operasional adalah : “Rancangan secara sistemastis untuk mengaudit aktivitas-aktivitas, program-progra, yang diselenggarakan, atau sebagian dari entitas yang bias diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien, serta apakah
9
tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Audit Operasional yaitu suatu proses sistematis untuk menilai kegiatan operasional perusahaan apakah sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis serta memberikan rekomendasi perbaikan kepada pihak manajemen sehingga keberlangsungan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik. II.2.2 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional Tujuan umum dari audit operasional menurut Agoes, S. (2008:173) yaitu: 1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan. 2. Untuk menilai apakah persediaan perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis. 3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak. 4. Untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada manajemen puncak untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan sistem pengendalian internal dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektifitas dari kegiatan operasionaal perusahaan. Manfaat audit operasional menurut Tunggal, Amin. Widjaja. (2008:42) adalah: 1. Memberikan informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan. 10
2. Membantu pihak manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan, dan pengendalian. 3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan rencanarencana, prosedur, serta persyaratan peraturan pemerintah. 4. Mengidentifikasikan area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil. 5. Menilai
keekonomisan
dan
efisiensi
penggunaan
sumber
daya
termasuk
memperkecil pemborosan. 6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perubahan yang telah ditetapkan. 7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh tahap operasi perusahaan. II.2.3 Jenis-Jenis Audit Operasional Jenis-Jenis Audit Operasional menurut Tunggal, A.W. (2008:28) terdiri dari : 1. Fungsional Audit operasional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu organisasi, misalnya fungsi pemasaran, fungsi pembayaran, fungsi penggajian suatu divisi untuk perusahaan secara keseluruhan. Keunggulan audit fungsional adalah memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. 2. Organisasional Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organiasasi seperti departemen, cabang atau anak perushaan. Penekanan dalam suatu audit organisasi adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi saling berinteraksi. 11
3. Penugasan Khusus Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Audit ini dapat terjadi sewaktu-waktu, dapat pula dalam suatu pelaksanaan audit operasional secara fungsional maupun organisasional, pemeriksa diminta untuk melakukan audit operasional yang bersifat khusus. II.2.4 Tahap-Tahap Audit Operasional Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima, menurut Bayangkara I.B.K (2008:10) yaitu: 1. Audit Pendahuluan Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang diaudit. Pada tahap audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. 2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. 3. Audit Rinci / Lanjutan
12
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. 4. Pelaporan Tahapan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen (objek audit) tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan. 5. Tindak Lanjut Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. II.2.5 Tahapan Perencanaan Audit Operasional Tahap dalam proses audit operasional menurut Tunggal,A.W. (2008:62) terdiri dari tujuh tahap yaitu : 1. Menganalisis penugasan Dapat dilakukan dengan cara memahami penugasan dan mendefinisikan ruang lingkup audit. 2. Mengumpulkan fakta-fakta Auditor harus mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan, struktur organisasi, sistem dan prosedur, laporan-laporan. 13
3. Melakukan analisis risiko Semua organisasi perusahaan akan menghadapi faktor risiko oleh karena itu auditor internal melakukan penilaian risiko. Pada umumnya suatu risiko akan mempengaruhi kemampuan suatu organisasi perusahaan untuk bersaing dan mempertahankan kualitas produk dan jasanya. 4. Mengidentifikasi bukti-bukti audit Jenis dan bentuk bukti mempengaruhi perencanaan. Jenis bukti yang tersedia tergantung pada aplikasi komputer yang digunakan. 5. Membuat tujuan audit secara rinci Tujuan audit mendefinisikan sasaran yang akan dicapai oleh tim audit selama penugasan audit. Sasaran harus dibuat cukup rinci sehingga mudah dimengrti dan dapat diukur. 6. Membuat audit program Tujuan membuat audit program adalah untuk mengidentifikasi alat dan teknik yang digunakan selama audit, untuk memilah dan membagi tujuan menjadi beberapa bagian komponen yang logis dan untuk memperkirakan jumlah sumber daya yang dibutuhkan guna menyelesaikan tugas audit. 7. Menentukan jadwal dan staf audit. II.2.6 Definisi Efektif, Efisien dan Ekonomis Menurut Bayangkara, I.B.K. (2008:12) pengertian efektif, efisien dan ekonomis adalah sebagai berikut : 14
1. Efektif (effective) Efektif yaitu tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Efektivitas merupakan ukuran dari output. 2. Efisien (efficient) Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi). Efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan ouput dalam operasional perusahaan. 3. Ekonomis (Economist) Keekonomisan berhubungan dengan bagaimana perusahaan dalam mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam setiap aktivitas. Keekonomisan merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola. II.2.7 Temuan Audit Operasional Menurut Tunggal, A.W. (2008:186) menyatakan suatu yang penting dalam audit adalah pengembangan temuan-temuan untuk dikomunikasukan kepada pihak-pihak lain. Kata temuan atau findings diartikan sebagai himpunan informasi-informasi mengenai kegiatan, organisasi, kondisi atau hal-hal yang lain yang telah dianalisa atau dinilai serta diperkirakan akan menarik atau berguna untuk pejabat berwenang. Penyusunan temuan yang baik harus mencakup sebagai berikut : 1.
Kondisi (condition)
15
Kondisi adalah keadaan yang menggambarkan kenyataan yang terjadi di perusahaan. Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam setiap pekerjaan lapangan (field work). 2.
Kriteria (criteria) Kriteria adalah ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang seharusnya ada dan merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap bagian dalam perusahaan, yang dapat berupa kebijakan yang telah ditetapkan manajemen, kebijakan perusahaan sejenis atau kebijakan industri dan peraturan pemerintah.
3.
Sebab (cause) Sebab adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku dan apa penyebab terjadinya kondisi tersebut di perusahaan serta bagaimana terjadinya. Temuan audit tidaklah lengkap sampai auditor secara penuh mengidentifikasi penyebab atau alasan terjadinya penyimpangan dari kriteria. Faktor penting dari temuan audit yaitu menentukan penyebab kelemahan.
4.
Akibat (effect) Akibat adalah dampak dari tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku. Salah satu tujuan utama dalam melaksanakan audit operasional adalah mendorong manajemen operasional melakukan tindakan positif untuk mengoreksi temuan atas kekurangan yang diidentifikasi oleh tim audit.
5.
Rekomendasi (recommendation) Menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan masalah yang dikemukakan dalam temuan. Keberhasilan penyempurnaan suatu temuan audit adalah pengembangan rekomendasi sebagai suatu tindakan yang harus diambil untuk mengoreksi kondisi yang tidak diinginkan saat ini. 16
17
II.3
Sistem Pengendalian Intern
II.3.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Murtanto (2005:19) pengendalian internal adalah : “Sebuah proses dipengaruhi oleh dewan direktur, manajemen dan personil lain dari entitas tersebut, dirancang untuk member jaminan yang masuk akal sehubungan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut : efektifitas dan efisiensi operasi, kehandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan pada hukum dan regulasi yang berlaku”. Menurut rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo, M.S.(2008:132) pengendalian internal adalah: “Suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan yang terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dam efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”. II.3.2 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Arens dan Loebbecke (2003:258) yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf menyatakan bahwa manajemen memiliki tiga hal yang penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan pengendalian internal perusahaan. Ketiga hal itu adalah : 1. Keandalan Pelaporan Keuangan Manajemen bertanggung jawab dalam pembuatan laporan keuangan untuk investor, kreditur, dan pengguna laporan keuangan lainnya. Manajemen memiliki kewajiban 18
hukum dan professional untuk menjamin bahwa informasi yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan telah disiapkan sesuai standar pelaporan. 2. Mendorong Efisiensi dan Efektivitas Operasional Pengendalian internal dalam sebuah organisasi adalah alat untuk mencegah kegiatan dan pemborosan yang tidak perlu dalam segala aspek usaha, dan untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan efektif. 3. Ketaatan Kepada Hukum dan Peraturan Organisasi diharuskan untuk mengikuti banyak peraturan yang berlaku. Ada peraturan yang tertentu yang hanya berlaku di bidang akuntansi, seperti peraturan perpajakan dan peraturan yang tidak langsung berhubungan dengan akuntansi seperti UU Lingkungan Hidup dan UU Perburuhan, sedangkan peraturan lain yang sangat berkaitan erat dengan akuntansi contohnya adalah UU Perpajakan dan UU Perseroan Terbatas. II.3.3 Karakteristik Sistem Pengendalian Intern Menurut Sawyer yang diterjemahkan oleh Desi Adhiarani (2005) ciri-ciri dari sistem pengendalian yang baik adalah : 1. Tepat Waktu Pengendalian seharusnya sejak awal dapat mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial terjadi untuk menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya. Pengendalian harus tepat waktu, meskipun efektivitas biaya juga harus dipertimbangkan juga.
19
2. Ekonomis Pengendalian harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang diinginkan dengan biaya yang minimum dan dicari efek samping paling rendah. 3. Akuntabilitas Pengendalian harus dapat membantu karyawan dalam mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan. Manajer membutuhkan kontrol untyuk membantu mereka memenuhi tanggung jawabnya dan oleh karena itu manajer harus memperhatikan tujuan dan pengoperasian kontrol sampai akhir dan bias memanfaatkannya. II.3.4 Unsur-Unsur Pengendalian Internal Terdapat 5 Komponen pengendalian internal Committee of
Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO) Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2009:268): 1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian intern terdiri dari tindakan, kebijaksanaan dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap manajemen puncak, direktur dan pemilik terhadap pengendalian. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal sebagai berikut ini : a. Integritas dan nilai etika. b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit 20
d. Struktur organisasi e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. 2) Penilaian resiko (Risk Assesment) Penilaian risiko untuk pelaporan keuangan adalah identifikasi manajemen dan analisis risiko yang relevan untuk penyusunan laporan keuangan sesuai dengan GAAP. 3) Aktivitas pengendalian (Control Activities) Merupakan kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan bahwa perintah manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian terdiri dari : a. Pemisahan Tugas (segregation of Duties) b. Pengendalian pemrosesan Informasi (information Processing Control) c. Pengendalian Fisik (Performance Evaluation) d. Evaluasi Kinerja (performance Evaluation) 4) Informasi dan komunikasi (Information and Communication) Tujuan informasi akuntansi entitas dan komunikasi adalah untuk memulai merekam,
memproses,
dan
melaporkan
transaksi
entitys
dan
untuk
mempertahankan akuntabilitas atas aktiva yang bersangkutan. 5) Pemantauan (Monitoring) Kegiatan pemantauan menangani penilaian yang berkelanjutan atau berkala terhadap kualitas kinerja pengendalian internal oleh manajemen untuk determine bahwa kontrol operasi sebagaimana dimaksud dan bahwa mereka yang diubah sesuai dengan perubahan kondisi. Informasi untuk penilaian dan modifikasi berasal dari berbagai sumber, termasuk studi kontrol internal yang telah ada, 21
laporan auditor internal, kecuali melaporkan kegiatan pengendalian, laporan oleh lembaga regulator seperti bank regulasi, umpan balik dari personil operasi dan kepatuhan dari pelanggan tentang biaya penagihan. II.4
Penjualan dan Penerimaan Kas
II.4.1 Pengertian Penjualan Menurut Arens dan Loebbecke (2003:356) yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf definisi dari penjualan yaitu : “Penjualan merupakan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan” Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2006:300) mendefinisikan penjualan yaitu : “ Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yag dijual baik secara tunai maupun kredit”. Berdasarkan syarat pembayaran, penjualan terbagi dua macam yaitu : 1.
Penjualan Tunai Penjualan tunai merupakan penjualan yang mewajibkan pembeli melakukan sejumlah pembayaran atas pembelian barang terlebih dahulu sebelum penyerahan barang tersebut dilakukan oleh perusahaan.
2.
Penjualan Kredit Penjualan kredit dimulai dengan diterimanya pesanaan dari pelanggan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan status kredit pelanggan. Bila status kredit pelanggan telah memenuhi permintaan dan pengiriman barang, pencatatan dan penagihan piutang sebagai bukti penerimaan kas.
22
II.4.2 Siklus Penjualan dan Penerimaan kas Siklus penjualan dan penerimaan kas menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2003:359) adalah sebagai berikut : 1. Pemrosesan pesanan pelanggan Permintaan barang oleh pelanggan merupakan permintaan untuk membeli barang dengan ketentuan tertentu.Permintaan pesanan pelanggan menghasilkan pesanan penjualan. 2. Persetujuan penjualan secara kredit Sebelum barang dikirim oleh pejabat yang berwenang dalam perusahaan harus menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit tersebut. 3. Pengiriman barang Kebanyakan perusahaan mengakui penjualan saat barang dikirim. Nota pengiriman disiapkan pada saat pengiriman dan dokumen pengiriman diperlukan untuk kepastian penagihan atas barang yang dikirim ke pelanggan. 4. Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan Aspek penting dalam penagihan adalah untuk menyakinkan bahwa seluruh pengiriman barang diperlukan sebagai dasar untuk menyakini penagihan atas pengiriman ke pelanggan mencakup pembuatan faktur penjualan dan berkas induk piutang usaha. 5. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas Pertimbangan utama dalam penerapan penerimaan kas adalah seluruh kas disetor ke bank dalam jumlah yang benar dengan tepat waktu dan dicatat di berkas termasuk
23
berkas penerimaan kas, yang digunakan untuk membuat jurnal penerimaan kas memperbaharui berkas induk piutang usaha. 6. Pemrosesan dan pencatatan retur penjualan dan pengurangan penjualan Jika pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang diterimanya, maka akan dilakukan pengembalian barang. Bagian penjualan harus mencatat retur yang ada kemudian memberikan pengurangan penjualan dan berkas induk piutang. 7. Penghapusan piutang tak tertagih Penghapusan piutang tak tertagih terjadi ketika perusahaan berkesimpulan bahwa suatu jumlah tidak tertagih lagi, maka jumlah tersebut harus dihapuskan dan biasa ini terjadi setelah pelanggan pailit dan piutang dialihkan ke agen penagihan. 8. Penyisihan piutang tak tertagih Penyisihan piutang tak tertagih merupakan gambaran dari penjualan sekarang yang diperkirakan tidak dapat ditagih di masa depan. II.5
Aktivitas Pengendalian Transaksi Penerimaan Kas Penerimaan kas merupakan hasil dari beberapa aktivitas. Sebagi contoh kas yang
diterima dari hasil transaksi pendapatan, pinjaman jangka pendek atau jangka panjang, serta aktivitas lainnya. Lingkup bagian ini dibatasi pada penerimaan kas dari penjualan tunai dan penagihan dari pelanggan atas penjualan kredit. Sumber penerimaan kas terbesar suatu perusahaan dagang, seperti toko buku berasal dari transaksi penjualan tunai. Berdasarkan sistem pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan kas dari penjualan mengharuskan: Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam jumlah penuh dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk melakukan internal check. 24
Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu kredit, yang melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan transaksi penerimaan kas. II.6
Metodologi Penelitian Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang
relevan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Literatur (Library Research) Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membaca, mencari dan mempelajari data-data serta informasi dari berbagai media seperti artikel, buku, materi kuliah dan media elektronik seperti internet. Penelitian ini mencari bahanbahan dan data mengenai pembahasan yang terkait yaitu audit operasional yang berkaitan pada fungsi penjualan dan fungsi penerimaan kas. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam penelitian lapangan, penulis datang langsung ke PT. Bumi Maestroayu untuk mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini. Hal yang dilakukan dalam penelitian lapangan dilakukan dengan cara seperti berikut : a. Wawancara (Interview) Kegiatan wawancara dilakukan dengan karyawan yang terlibat dan bertanggung jawab atas kegiatan operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas. Dalam kegiatan wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaanpertanyaan yang terkait atas kegiatan penjualan dan penerimaan kas yang ada di dalam perusahaan.
25
b. Daftar Pertanyaan (Questionaire) Daftar pertanyaan disusun untuk memberikan sejumlah pertanyaan mengenai masalah yang akan diteliti oleh penulis kepada kepala pimpinan serta staf yang terkait langsung pada fungsi penjualan dan fungsi penerimaan kas. Daftar pertanyaan diajukan untuk memperoleh informasi dan keterangan yang lebih terinci. c. Pengamatan (Observation) Pengamatan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan perusahaan khususnya pada fungsi penjualan dan fungsi penerimaan kas. Kegiatan pengamatan digunakan untuk mengetahui bagaimana internal kontrol yang terdapat dalam fungsi penjualan dan fungsi penerimaan kas. d. Dokumentasi (Documentation) Dokumentasi dilakukan untuk menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang terkait dengan kegiatan penjualan dan penerimaan kas.
26