BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Tentang Reksa Dana 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Menurut Soetrisno (2003:3) : ”Manajemen Keuangan adalah sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Menurut Agus Sartono (2001:8) : ”Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.” Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
7
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Agus Sartono (2001: 6) sebagai berikut : “Mempunyai tiga fungsi utama, yakni meliputi : keputusan investasi, pengambilan keputusan pembelanjaan dan kebijakan deviden.” Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pokok dari manajemen keuangan yaitu keputusan investasi yang menyangkut perolehan dana dan pengalokasian dana tersebut pada berbagai alternative investasi yang ada, keputusan pembiayaan yang menyangkut struktur keuangan dana, struktur modal perusahaan, dan keputusan deviden yang menyangkut presentase laba yang dibayarkan sebagai deviden tunai, deviden saham, pemegang saham, dan pembelian kembali saham beredar. Jadi fungsi pokok dari manajemen keuangan harus dapat diarahkan pada pencapaian tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai dari perusahaan bagi para pemegang sahamnya. Harga pasar saham merupakan cerminan dari hasil keputusan yang telah dipilih oleh manajemen keuangan dalam menentukan investasi, pembiayaan, dan pembagian deviden dalam perusahaan.
2.1.3 Pengertian Reksa Dana Menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat (11) adalah pihak yang kegiatannya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri
8
kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu UU pasar modal pasal 1 ayat (27), yang dimaksud dengan reksa dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk kemudian diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa dana juga diartikan sebagai portofolio yang dibentuk oleh perusahaan reksa dana dan dijual kembali pada masyarakat dalam bentuk unit penyertaan (Jogiyanto 2000 : 412). Secara umum pengertian reksa dana adalah sekumpulan dana dari masyarakat, pihak pemodal atau pihak investor untuk kemudian dikelola oleh Manajer Investasi dan diinvestasikan pada berbagai jenis portofolio investasi efek atau produk keuangan lainnya (Sapto Raharjo : 2004). Yang dimaksud dengan portofolio efek adalah kumpulan (kombinasi) surat berharga atau efek dikelola. Sedangkan manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah, karena tujuan utama pemodal dalam menghimpun dananya di reksa dana adalah untuk memperoleh hasil investasi yang sesuai dengan tujuan investasi dalam batas-batas toleransi yang dikehendaki. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang “ Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah” pasal 1 ayat 6 Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/Rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer
9
investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. kebijakan investasinya
mengacu pada Syariat Islam
seperti
tidak
menginvestasikan dananya pada saham-saham atau obligasi serta sekuritas lainnya
dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan
dengan syariat islam. Kegiatan investasi reksa dana dapat ditempatkan pada berbagai instrumen efek, baik di pasar uang, pasar modal, maupun gabungan dari keduanya. Disamping itu, seperti halnya instrumen investasi lainnya, reksa dana selain menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga mengandung unsur risiko (risk). Hanya bedanya, risiko yang terkandung dapat diperkecil (dikurangi) karena investasi tersebut terdiversifikasi dalam portofolio. Dan inilah yang menjadi ciri utama berinvestasi pada reksa dana.
2.1.4 Bentuk Reksa Dana Di indonesia, menurut Bapepam terdapat dua bentuk reksa dana, yakni Reksa dana berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksa Dana) dan Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Reksa dana KIK) (Eko Priyo Pratomo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2001). PT. Reksa dana akan menerbitkan saham yang dapat dibeli oleh investor. Dengan memiliki saham PT. Reksa dana, investor memepunyai kepemilikan atas PT. Reksa dana tersebut. Sementara Reksa dana KIK tidak menerbitkan saham, tetapi menerbitkan unit penyertaan. Dengan memiliki Unit Penyertaan Reksa dana KIK, investor juga mempunyai kepemilikan atau kekayaan bersih Reksa dana tersebut.
10
Reksa dana berbentuk perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup, sementara Reksa dana berbentuk KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka (Eko Priyo Pratomo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2001). a. Reksa Dana Berbentuk Perseroan Reksa dana berbentuk perseroan (PT. Reksa Dana) adalah suatu perusahaan perseroan terbatas, yang di sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha. Dalam Reksa dana bentuk ini, perusahaan penerbit Reksa dana kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dan menjual saham, selanjutnya dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang di perdagangkan di pasar modal dan pasar uang. Jadi Reksa dana yang
berbentuk
perseroan
ini
menerbitka
saham
yang
dapat
diperjualbelikan oleh investor (Eko Priyo Pratomo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2001). b. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Ini bentuk yang paling lazim, dimana ada kontrak antara Manajemen Investasi dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan (UP). Manajemen Investasi diberi wewenang untuk mengelola investasi kolektif dan bank kustodian memiliki wewenang untuk melakukan penitipan kolektif. Reksadana KIK tidak menerbitkan saham melainkan melalui unit penyertaan sampai sebesar jumlah yang ditetapkan dalam
11
Anggaran Dasar. Investor yang berpartisipasi akan mendapat bukti penyertaan berupa surat konfirmasi dari bank kustodian.
2.1.5 Sifat Reksa Dana Berdasarkan sifat operasinya, menurut Tim Uang dan Efek (Editor 1997:5) reksa dana dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: a. Reksa Dana Tertutup Reksa dana tertutup (Closed-End Investment Fund) mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Reksa dana tertutup hanya dapat berbentuk perseroan. Dan yang dapat menjalankan usaha reksa dana tertutup adalah perseroan yang telah memperoleh ijin usaha dari Bapepam. 2. Reksa dana tertutup hanya dapat menjual sahamnya kepada investor melalui penawaran umum sampai sebatas modal dasar. 3. Reksa dana tertutup tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual masyarakat investor. 4. Saham reksa dana tertutup umumnya dicatatatkan di bursa efek supaya investor dapat melakukan proses jual-beli saham tersebut. 5. Harga reksa dana tertutup lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran, bukan semata-mata karena kekayaan nilai aktiva bersihnya.
12
b. Reksa Dana Terbuka Reksa dana terbuka (Opened-End Investment Fund) mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Reksa dana terbuka dapat berbentuk perseroan atau Kontrak Investasi Kolektif (KIK). KIK adalah kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan. Unit penyertaan adalah bukti kepemilikan reksa dana KIK. 2. Reksa dana terbuka dapat menerima investor baru setiap saat. 3. Investor dapat menjual kembali saham atau unit penyertaan yang dimiliki setiap saat. 4. Oleh karena investor dapat menjual langsung kepada reksa dana yang bersangkutan, maka unit penyertaan reksa dana terbuka tidak dicatatkan di bursa efek. 5. Harga jual/beli unit penyertaan antara reksa dana dengan investor didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan (NAB/UP) yang dihitung oleh bank kustodian setiap harian.
2.1.6 Jenis Reksa Dana Jenis reksa dana menurut Jaka E. Cahyono, 2001, berdasarkan seleksi komposisi portofolio investasi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu :
13
a. Reksa Dana Pasar Uang Reksa dana pasar uang, yaitu reksa dana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifakat Deposit, Surat Pengakuan Hutang (SPH). b. Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa dana pendapatan tetap, yaitu reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya dalam bentuk efek bersifat hutang. c. Reksa Dana Saham Reksa dana saham, yaitu reksa dana yang melakukan investasi sekurangkurangnya 80% dari dana yang dikelolanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. d. Reksa Dana Campuran Reksa dana campuran, yaitu reksa dana yang mempunyai target perbandingan alokasi pada efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga reksa dana lainnya, misalnya kombinasi saham dan hutang. Uraian di atas dapat dibuat dalam tabel berikut ini:
14
Tabel 2.1 Jenis Reksa Dana, tujuan, serta alasan berinvestasi No
Jenis Reksa Tujuan Dana Pasar Uang Likuiditas, modal
Alasan Investasi
Risiko
kecil Untuk keperluan jangka pendek, yang sewaktuwaktu dapat diambil . Relatif 2. Pendapatan Pendapatan Mempertahankan lebih besar stabil nilai-nilai modal Tetap dan mementingkan dari pasar Campuran uang faktor keamanan. 3. Saham Peningkatan Untuk keperluan nilai jangka panjang, misal dana pensiun, Besar pendidikan anak, dan tunjangan kesehatan Sumber: Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, (2001) 1.
Sedangkan menurut peraturan nomor IV.C.4 yang merupakan lampiran Keputusan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal nomor Kep-08/PM/2005 tanggal 29 Juli 2005 terdapat tambahan jenis reksa dana untuk mengintrodusir suatu jenis reksa dana yang saat ini sedang berkembang pada industri reksa dana international, kondisi ini mengakibatkan investor reksa dana dihadapkan pada lebih banyak alternatif investasi yang sesuai dengan arah investasi yang dikehendakinya, yaitu : Penerbitan Peraturan nomor IV.C.4 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Terproteksi, Reksa Dana Dengan Penjaminan, dan Reksa Dana Indeks. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
15
a. Reksa Dana Terproteksi (Capital Protected Fund) Jenis reksa dana yang memberikan proteksi atas investasi awal investor melalui mekanisme pengelolaan portofolionya. Dalam rangka pemberian proteksi atas investasi awal tersebut, manajer investasi reksa dana terproteksi akan menginvestasikan sebagian dana yang dikelola pada efek bersifat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (Investment Grade), sehingga nilai efek bersifat utang pada saat jatuh tempo sekurang-kurangnya dapat menutupi jumlah nilai yang diproteksi. Selanjutnya ditentukan juga bahwa manajer investasi reksa dana terproteksi dapat membeli efek luar negeri yang informasinya dapat diakses melalui media masa atau fasilitas internet sebanyak-banyaknya 30% dari nilai aktiva bersih, mengingat bentuk proteksi atas investasi awal pada reksa dana terproteksi sepenuhnya dilakukan melalui mekanisme investasi dan tanpa penunjukan pihak ketiga sebagai penjamin atau guarantor, maka dimungkinkan pemegang saham atau unit penyertaan reksa dana terproteksi akan menerima hasil investasi yang lebih kecil dari nilai investasi awal pada saat reksa dana tersebut jatuh tempo. Sehingga manajemen investasi wajib memberikan tambahan dalam prospektusnya sekurang-kurangnya mengenai mekanisme proteksi dan kebijakan investasinya. Disamping itu dalam prospektus reksa dana terproteksi dapat dimuat gambaran kinerja reksa dana terproteksi ataupun indikasi hasil yang akan diterima oleh pemegang saham atau unit penyertaaan namun dengan memberikan penjelasan secara rinci
16
mengenai beberapa risiko yang ditanggung oleh pemegang saham atau unit penyertaan seperti risiko pasar, risiko derivatif, risiko tingkat suku bunga, risiko kredit, risiko nilai tukar mata uang, risiko industri dan risiko likuiditas. b. Reksa Dana Dengan Penjaminan (Guaranted Fund) Jenis reksa dana yang memberikan jaminan bahwa investor sekurangkurangnya akan menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo sepanjang persyaratannya dipenuhi. Pemberian jaminan tersebut dilakukan melalui penunjukan penjamin/guarantor berupa lembaga yang dapat dilakukan penjamin dan telah memperoleh ijin usaha dari instansi yang berwenang. Penjamin/guarantor berdasarkan kontrak penjaminan yang dibuatnya dengan manajer investasi dan bank kustodian bersedia untuk memberikan penjaminan atas investasi awal pemegang saham atau unit penyertaan reksa dana dengan penjamin. Dalam rangka lebih menerapkan prinsip kehati-hatian, peraturan ini menentukan bahwa manajer investasi reksa dana dengan penjaminan wajib menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai aktiva bersih reksa dana yang dikelolanya pada efek bersifat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (Investment Grade). Sejalan dengan reksa dana terproteksi, manajer investasi dapat memberikan gambaran dalam prospektus mengenai kinerja reksa dana dengan penjaminan ataupun indikasi hasil yang akan diterima oleh pemegang saham atau unit penyertaan namun harus menjelaskan beberapa hal seperti risiko yang
17
ditanggung oleh pemegang saham atau unit penyertaan reksa dana dengan penjaminan seperti risiko pasar, risiko derivatif, risiko tingkat suku bunga, risiko kredit, risiko nilai tukar mata uang, risiko industri dan risiko likuiditas. c. Reksa Dana Indeks Jenis reksa dana yang portofolio efeknya terdiri atas efek yang menjadi bagian dari sekumpulan efek dari suatu indeks yang menjadi acuannya. Peraturan ini menentukan bahwa manajer investasi reksa dana indeks wajib menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai aktiva bersih reksa dana pada sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh perseratus) efek yang menjadi bagian dari sekumpulan efek dari indeks yang menjadi acuan.
2.1.7 Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Reksa Dana Di dalam berinvestasi di reksa dana, salah satu hal penting yang harus dipahami oleh para investor adalah investor mempercayakan dananya kepada pihak lain untuk mengelola investasi mereka, diantaranya adalah: a. Manajer Investasi Manajer investasi adalah badan hukum berbentuk perusahaan yang kegiatan usahanya mengelola dana nasabah, untuk menjamin agar pengelolaan suatu reksa dana dilaksanakan secara profesional, maka perusahaan manajer investasi harus memperoleh ijin dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bapepam.
18
Dalam operasinya sehari-hari perusahaan manajer investasi diwajibkan mempekerjakan sedikitnya dua tenaga profesional yang di sebut wakil Manajer Investasi yang sudah memperoleh lisensi dari Bapepam (Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2001). Atas kegiatannya mengelola dana nasabah, manajer investasi akan memperoleh fee atau pembayaran dari nasabah tersebut. b. Bank Kustodian Di dalam mengelola reksa dana, peran manajer investasi dibatasi dengan adanya bank kustodian, peran bank kustodian ini sebagai penjaga kepentingan investor, dimana bank kustodian mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyimpan dana nasabah. Di samping itu bank kustodian juga memiliki fungsi administrasi berupa kewajiban untuk menyelesaikan setiap transaksi yang dilakukan oleh manajer investasi. Peran lain yang dimiliki bank kustodian adalah bank kustodian yang bertindak seperti akuntan independen mencatat semua transaksi yang dibuat manajer investasi dan menghitung nilai aktiva bersih reksa dana serta membuat laporan yang jujur dan memenuhi ketentuan yang berlaku (Jaka E. Cahyono, 2001). Sama halnya dengan manajer investasi, bank yang akan melakukan kegiatan ini harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Bapepam. Dalam UU Pasar modal No.8 tahun 1995 pasal 1 ayat 8 disebutkan bahwa bank kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain-lain, menyelesaikan
19
transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabah, Independensi bank kustodian dipastikan dengan peraturan bahwa antara manajer investasi dan bank kustodian tidak boleh terafiliasi. Atas jasanya tersebut bank kustodian mendapat imbalan berupa custodian fee yang besarnya tergantung portofolio nasabah. c. Profesi Penunjang Selain manajer investasi dan bank kustodian, ada beberapa profesi penunjang yang mempelancar roda industri reksa dana, yaitu : 1. Pemasar Reksa Dana Pemasar reksa dana adalah perseorangan yang mendapat ijin dari Bapepam untuk bertindak sebagai wakil agent penjual reksa dana, ijin ini tidak boleh digunakan untuk mewakili lebih dari satu perusahaan efek. 2. Notaris Notaris adalah pejabat umum yang berwewenang membuat akta otentik. Notaris diperlukan dalam pembuatan akta kontrak yang diperlukan dalam pendirian reksa dana, berupa kontrak investasi kolektif antara manajer investasi dengan bank kustodian. 3. Konsultan Hukum Konsultan
hukum
adalah
ahli
hukum
yang
memberikan
dan
menandatangani pendapat dari segi hukum tentang penawaran umum reksa dana. Konsultan hukum harus memeriksa secara seksama kontrak yang dibuat oleh manajer investasi dan bank kustodian. Pemeriksaan atas
20
akta kontrak tersebut dimaksudkan untuk menjaga agar kontrak yang dibuat tidak melanggar perundang-undangan yang berlaku. 4. Akuntan Publik Akuntan publik adalah pihak yang bertanggung jawab atas kewajaran penyajian informasi keuangan atau laporan keuangan reksa dana. Dalam melaksanakan tanggung jawab ini, akuntan publik tunduk pada Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan mematuhi Norma Pemeriksaan Akuntansi (NPA). 5. Sponsor Reksa Dana Sponsor reksa dana terlihat sebelum reksa dana diluncurkan dalam penawaran umum kepada publik. Kepada sponsor inilah manajer investasi pertama kali menawarkan unit penyertaan reksa dana yang akan dikelolanya. Dana dari sponsor inilah yang diperlukan untuk menjamin bahwa nantinya reksa dana tersebut bisa beroperasi seandainya dalam atau setelah penawaran umum tidak ada investor baru yang masuk. Dana sponsor ini dikenal dengan istilah dana awal.
2.1.8 Mekasnisme Kerja Reksa Dana Mekanisme kerja yang terjadi dalam reksa dana, selain melibatkan pelaku (perantara) di pasar modal (broker, underwriter) dan di pasar uang (bank) serta pengawasan yang dilakukan Bapepam (Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2001). Gambar 2.1 menjelaskan mekanisme kerja dalam Reksa Dana berbentuk Kontrak Invetasi Kolektif.
21
Gambar 2.1 Laporan Bulanan BAPEPAM
3
1
INVESTOR
4 BROKER
MANAJER INVESTASI
PASAR MODAL DAN PASAR UANG
5 6
2
7
9
8 10
BANK KUSTODIAN
Sumber : Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha (Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, hal:43-44, 2001). Keterangan : 1. Permohonan pembelian (investasi) atau penjualan kembali (pencairan) unit penyertaan. 2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan kembali. 3. Perintah transaksi investasi. 4. Eksekusi transaksi investasi. 5. Konfirmasi transaksi. 6. Perintah penyelesaian transaksi. 7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta. 8. Informasi nilai aktiva bersih / unit secara harian melalui media massa 9. Laporan evaluasi harian dan bulanan. 10. Laporan bulanan kepada Bapepam.
22
2.1.9 Nilai Reksa Dana Nilai reksa dana ditentukan oleh Nilai Aktiva Bersih (NAB) / Net Asset Value (NAV), istilah ini merupakan tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana. Nilai aktiva bersih (NAB) per saham/unit adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi dengan jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar pada saat tersebut (Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2001). Nilai aktiva bersih (NAB) per saham/unit dihitung setiap hari oleh bank kustodian setelah mendapat data dari manajer investasi. Besarnya nilai aktiva bersih (NAB) bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio. Meningkatnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang saham/unit penyertaan (Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2001). Angka nilai aktiva bersih (NAB) dapat dicari dari seluruh efek dan kekayaan lain reksa dana dikurangi dengan seluruh kewajiban reksa dana periode tersebut dan dibagi dengan jumlah reksa dana yang beredar pada saat itu, dengan formulasi sebagai berikut :
NABt =
TNPt − TNK t JSBt
Sumber : Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2001 Dimana : NABt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t TNPt = Total Nilai Pasar portofolio pada periode t TNKt = Total kewajiban pada periode t
23
JSBt = Jumlah sertifikat reksa dana yang beredar pada periode t
2.1.10 Manfaat Investasi Pada Reksa Dana Pada dasarnya setiap individu yang berinvestasi selalu ingin mendapatkan keuntungan dalam investasinya. Keuntungan yang akan di dapat oleh investor atas investasi yang dilakukannya menurut Sapto Rahardjo (2004:23) diantaranya adalah sebagai berikut : a. Reksa dana dikelola secara profesional oleh manajer investasi yang berpengalaman. Sistem pengelolaan reksa dana yang dikelola secara profesional akan memberikan manfaat menguntungkan bagi investor. Investor reksa dana tidak perlu khawatir dan bingung bagaimana dalam membuat strategi investasi yang canggih dan profesional. b. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi relatif kecil Investor yang akan membeli reksa dana tidak harus memiliki jumlah dana yang besar, tetapi cukup disesuaikan dengan nilai setiap unit penyertaan reksa dana yang akan dibelinya. c. Portofolio investasi reksa dana sudah terdiversifikasi Salah satu alasan penting dalam berinvestasi adalah agar dapat melakukan strategi diversifikasi investasi secara sistematis atas dana yang dimiliki. Produk investasi reksa dana merupakan jenis investasi yang menerapkan prinsip kehati-hatian yang sangat tinggi dan menerapkan strategi diversifikasi yang maksimal.
24
d. Informasi pengelolaan investasi sangat transparan Manajer investasi selaku pengelola dana secara periodik akan melaporkan tentang strategi investasi, pemilihan instrumen investasi, hasil kinerja, biaya transaksi, biaya pengelolaan termasuk profil dan kompetensi manajer investasi kepada nasabahnya. e. Tingginya tingkat likuiditas reksa dana Investor selaku pemegang unit penyertaan reksa dana bisa melakukan penjualan kembali (Redemption) kepada manajer investasi dengan mendapatkan pembayaran sesuai tingkat NAB yang dihitung berdasarkan hari atau periode penjualan reksa dana tersebut. f. Prosedur investasi sangat mudah Untuk berinvestasi pada reksa dana, seorang investor tidak perlu melakukan analisis investasi dan proses kajian atas prospek investasi, investor hanya perlu memantau peningkatan kinerja NAB atas unit penyertaan yang dibelinya. Selain itu panduan untuk membeli reksa dana sangat mudah dipahami oleh setiap investor. g. Sifat investasi yang konservatif Prinsip diversifikasi instrumen investasi, pilihan jenis investasi yang cenderung aman, selalu menghitung secara hati-hati potensi tingkat risiko pasar dan risiko kerugian harga atas instrumen investasi mengindikasikan bahwa investasi pada reksa dana bersifat konservatif dan sesuai untuk kalangan investor yang mengutamakan keamanan atas dana investasinya.
25
h. Biaya transaksi murah Investor reksa dana hanya cukup membayar biaya-biaya pembelian sekitar 0,5% dikalikan nilai pembelian reksa dana atau biaya penjualan sekitar 1% sampai 1,5%, tergantung pada jangka waktu berapa lama nasabah tersebut memegang investasi instrumen reksa dana. Sehingga investor tidak perlu memikirkan pembayaran fee jual atau fee beli, tidak perlu memikirkan biaya informasi analisis atau biaya pembuatan laporan riset atas kinerja setiap instrumen investasi, dan tidak perlu membayar biaya penasihat investasi serta penyusunan strategi investasi.
2.2 Pengertian Investasi Investasi (Investment), menurut The American Heritage Dictionary of the English language, adalah kata benda dari kata kerja invest. Kata invest mempunyai 2 (dua) definisi, pertama, menempatkan (uang atau modal) demi hasil atau bunga dengan cara membeli properti, saham obligasi dan lain-lain. Kedua, meluangkan atau memanfaatkan (waktu, uang atau tenaga) demi keuntungan atau manfaat di kemudian hari. Dari kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa harapan dari setiap investasi adalah apa yang akan dihasilkan di hari esok.
2.2.1 Proses Investasi Menurut Suad Husnan (2000 : 47), proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu
26
sekuritas apa yang dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk itu seorang investor sebelum melakukan investasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan kebijakan investasi Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, yaitu semakin besar risiko maka semakin besar kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh. Jadi tujuan investasinya harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. Dengan demikian preferensi risiko perlu di pertimbangkan dalam proses investasi. b. Analisis Sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis, tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data (perubahan) harga di masa yang lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktorfaktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.
27
c. Pembentukan portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. d. Melakukan revisi portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang dimiliki. e. Evaluasi kinerja portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Dengan demikian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami bagaimana mengukur tingkat keuntungan yang diharapkan, dan risiko investasi. Selain itu, hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapakan dan risiko dari suatu investasi.
2.2.2 Nilai Pengembalian (Return) Reksa Dana Tujuan seseorang mengadakan investasi adalah untuk memperoleh pendapatan dari aset yang diinvestasikan. menurut Jogiyanto (Jogianto, 2000:109) dalam bukunya berjudul “Teori Portofolio dan Analisis
28
Investasi” memberi pengertian bahwa Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi, yaitu return yang sudah terjadi dan return ekspektasi, yaitu return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Selain itu return histori ini juga berguna sebagai bahan dasar penentuan return ekspektasi
(expected return) dan risiko di masa datang. Adapun return Reksa dana sebagai berikut : a. Return Realisasi (Realized Return)
Return realisasi
merupakan
return
yang
telah
terjadi.
Return
realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.
Return histories ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa mendatang.
Return realisasi dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut
R it =
Pit − Pit −1 Pit −1
Dimana : Rit = Return saham perusahaan ke-i selama periode t Pit = Harga saham perusahaan ke-i pada periode t
29
Pit-1 = Harga saham perusahaan ke-i pada periode t-1 b. Return Ekspektasi (Expected Return)
Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi
sedangkan return ekspektasi bersifat belum terjadi.
Return ekspektasi ini dapat diukur dengan menggunakan rumus : n
E (Ri ) =
∑ (Ri ) i =1
n
Dimana : E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi yang diharapkan Ri
= Tingkat pengembalian investasi
n
= Jumlah periode selama transaksi
2.2.3 Risiko Reksa Dana a. Pengertian Risiko Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup, risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung semakin besar return yang harus dikompensasikan. Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome
30
yang diterima dengan yang diekspektasi. Risiko saham diukur dengan deviasi standar (σ) merupakan ukuran risiko saham yang belum mengaitkannya dengan kondisi pasar, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat risiko suatu perolehan internal bagi aset tertentu. Bisa juga dinyatakan dalam variance (σ2). Maka dapat dirumuskan sebagai berikut: n
[Ri − E (Ri )]2
i =1
n
σi2 = ∑ Dimana : σi2
= Varian dari pengembalian investasi.
E(Ri) = Rata-rata pengembalian investasi. Ri
= Tingkat pengembalian investasi bulanan.
n
= Jumlah bulan yang digunakan.
Sedangkan standar deviasi dari return pasar adalah akar dari varian
σi = σi2 Dimana : σ
= Standar Deviasi
Var (Ri) = Varian dari pengembalian investasi b. Jenis-jenis Risiko Menurut teori portofolio (Mohamad Samsul, 2006:286), jenis reksa dana dibedakan menjadi dua yaitu :
31
a. Risiko sistematik (systematic risk) Risiko
yang
tidak
dapat
dihilangkan
dengan
melakukan
diversifikasi karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktorfaktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, seperti adanya perubahan
tingkat
bunga, kurs valas, kebijakan
pemerintah dan sebagainya. b. Risiko tidak sistematik (unsystematic risk) Risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi
tiap
saham
akan
berbeda-beda
sehingga
masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas berbeda terhadap setiap perubahan pasar, seperti faktor struktur modal, struktur asset, tingkat likuiditas dan sebagainya. Berdasarkan dari jenisjenis
risiko
tersebut
di atas
maka
terbentuklah risiko total,
dimana suatu risiko dan aset tunggal yang terdiri dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko total dapat digambarkan sebagai berikut :
32
Gambar 2.2 Risiko
Risiko tidak sistematis
Risiko Sistematis Jumlah jenis saham Sumber : Mohamad Samsul (2006) Dalam gambar di atas tampak bahwa semakin banyak jumlah saham dalam
portofolio maka semakin kecil unsystematic risk. Oleh
karena itu unsystematic risk dapat dihilangkan dengan diversifikasi maka risiko ini menjadi tidak relevan dalam portofolio, sehingga yang relevan bagi investor adalah risiko pasar atau systematic risk yang diukur dengan beta (β).
2.2.4 Hubungan investasi dan pasar Dalam menganalisa kinerja investasi yang menggunakan suatu benchmark sebagai pembandingnya. Perlu adanya suatu analisa atas
keterkaitan atau hubungan diantara keduanya. Menurut Mohamad Samsul ( 2006), sebagai berikut : a. Covarience saham dengan pasar Kovarian adalah ukuran statistik dari hubungan antara dua variabel
33
acak. Jadi kovarian mengukur bagaimana dua variabel acak seperti return sekuritas i dan j yang sama-sama bergerak”. Dapat dirumuskan
sebagai berikut :
∑ (R n
COV (Ri , Rm ) =
i =1
i
)(
− Ri Rm − Rm
)
n
Dimana : σ Ri, Rm = covariance antara investasi dan pasar Ri
= return investasi
E(Ri)
= expected return investasi
Rm
= return pasar
E(Rm)
= expected return pasar
n
= jumlah periode analisa
b. Koefisien Korelasi Konsep dari kovarian dapat dinyatakan dalam bentuk korelasi (correlation). Koefisien korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua variabel relatif terhadap masing-masing deviasinya. Dengan demikian, nilai koefesien korelasi antara variabel i dan m dapat dihitung
dengan
membagi
nilai kovarian dengan
deviasi variabel - variabelnya :
ρ i ,m =
COV (Ri , Rm )
σ i ,σ m
Dimana : ρim
= koefisien korelasi investasi dengan pasar
34
COV (Ri, Rm) = kovarian investasi dan pasar σi
= standar deviasi investasi
σm
= standar deviasi pasar
Nilai koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai koefisien korelasi +1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai korelasi 0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan koefisien korelasi negatif sempurna.
2.2.5 Beta
Beta merupakan suatu pengukur volalitas (volability) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap pasar. Dengan demikian Beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Untuk menghitung
Beta yang mempresentasikan risiko dapat digunakan rumus sebagai berikut :
β=
COV (Ri , Rm ) Var (Rm )
Dimana : ß
= tingkat risiko pasar
COV (Ri;Rm) = kovarian return investasi dengan pasar Var (Rm)
= varian pasar
35
Nilai Beta saham dapat di kelompokkan menjadi tiga golongan yaitu : 1. ß lebih besar dari 1 (ß > 1) disebut sebagai saham agresif (agresif
stock) karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock) lebih besar daripada yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki
return yang sangat berfluktuasi dibandingkan dengan perubahan return pasar. 2. ß lebih kecil dari 1 (ß < 1) disebut sebagai saham defensive (defensive
stock) karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock) lebih kecil daripada yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki
return yang kurang berfluktuatif dengan perubahan return pasar. 3. ß sama dengan 1 (ß = 1) disebut sebagai saham netral (neutral stock) karena perubahan tingkat pengembalian saham (return of stock) sama dengan yang terjadi di pasar, artinya saham memiliki return yang bervariasi secara proporsional dengan excess return pasar.
2.3 Konsep Keuangan Islam Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (falah). Falah berarti terpenuhinya kebutuhan individu masyarakat dengan tidak mengabaikan keseimbangan makro ekonomi (kepentingan sosial), keseimbangan ekologi dan tetap memperhatikan nilai-nilai keluarga dan norma – norma. Dalam hal ini diperlikan sejumlah etika pokok dalam ekonomi sehingga falah dapat terwujud, etika tersebut adalah keberadaan tuntunan Allah sebagai pusat
36
kontrol setiap kegiatan ekonomi, keseimbangan baik dalam arti tidak berlebihlebihan, dalam arti keadilan distribusi, ataupun dalam arti keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial, dan kebebasan untuk memilih tindakan atau kebijakan ekonomi, namun hal ini dibatasi oleh tanggung jawab. Sistem keuangan islam yang bebas dari prinsip bunga diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik dalam mencapai kesejahteraan masyarakat, (Heri Sudarsono, 2003:5). Karenanya, kemudian ditemukan pernyataan fiqh bahwa segala sesuatunya adalah milik Allah, dan manusia merupakan agen pengelolanya dimuka bumi. Yang diberikan kepada manusia dibumi adalah karunia dan rahmatnya. Allah juga mengajarkan tuntunan kepada manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” (QS. Al-jumuah 63 : 10).
2.3.1 Pelarangan Riba (Prohibition of Usury) Riba dilarang karena termasuk dalam kategori mengambil atau memperoleh harta dengan cara tidak benar(wrong devouring of property). Ayat berikut salah satu pasal hukum yang melarang riba :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran 3 : 130). Riba
37
menurut
pengertian bahasanya berarti tambahan (Azziyadah), berkembang (an-
numuw), meningkat (Al-Irtifa), dan membesar (Al-U’luw). Dengan kata lain riba adalah
penambahan, perkembangan,
peningkatan dan
pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam sebagai imbalan karena menangguhkan
atau
berpisah dari
sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum ekonom muslim tersebut menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah. Penambahan tersebut cenderung tanpa mempertimbangkan risiko dan merugikan salah satu pihak (Heri Sudarsono, 2003 : 10).
2.3.2 Perjudian (Maysir) dan Spekulasi (Gharar) a.Perjudian (Maysir) Menghindari adanya ketidakjelasan informasi dalam melakukan transaksi. Maysir pada hakikatnya muncul karena tidak diketahuinya informasi oleh nasabah/peserta tentang berbagai hal yang berhubungan dengan produk yang akan dipergunakan. Dalam mekanisme syariah keterbukaan merupakan akselerasi dari realisasi prinsip-prinsip syariah. Karena tidak ada kepercayaan jika tida ada keterbukaan dalam informasi. Dan didalam mekanisme konvensional maysir sebagai akibat dari status kepemilikan dana dan gharar.
38
b. Spekulasi(Gharar) Transaksi gharar yang diterjemahkan sebagai risiko atau juga
hazard. Risiko disini lebih mengacu pada risiko yang tidak wajar atau keraguan yang menyesatkan. Syari’at mengetengahkan hal-hal yang mengandung unsur gharar seperti jual beli terhadap belum yang diketahui jenis dan mutunya, tukar menukar barang dengan takaran yang tidak sebanding dan kegiatan jual beli tanpa saling ridha.
2.3.3 Transaksi keuangan Islami Kata aqd dalam bahasa arab memiliki arti “terikat kuat” seperti
tali pengikat. Juga dimaksudkan sebagai kepercayaan yang
teguh. Al-Quran secara empatis menyatakan kewajiban moral untuk menjalankan dan memenuhi kontrak atau traksaksi (aqd) atau janji atau sumpah (ahd) atau amanat (yamin) atau sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan (trust) yang telah dibuat.Adapun rukunnya sebagi berikut : a. Rukun syarat sahnya kontrak Rukun atau pilar sebagai syarat sahnya kontrak terdiri dari : 1. Ijab qabul Ijab adalah proposal positif atau pernyataan penawaran sedangkan qabul merupakan penerimaan atau pernyataan persetujuan. 2. Pihak-pihak yang melakukan kontrak harus memiliki kapasitas,
39
mengerti hak, kewajiban dan tanggung jawab. 3. Subyek kontrak, yang harus memenuhi kondisi : a. Secara prinsipil bersifat legal dalam Islam, bukan sesuatu yang diharamkan. b. Dispesifikasikan dan didefinisikan dengan jelas untuk menghindarkan ketidakpastian, kebingungan atau ambiguitas. c. Harus dimiliki dan exist untuk menghindari spekulasi. b. Bentuk-bentuk kontrak keuangan islami 1. Jual Beli (Bai) Perlu diulang lagi bahwa dalam bidang muamalah, ushul yang dipakai
adalah segala
sesuatunya
boleh
(jaiz)
kecuali
yang
diharamkan (dilarang). Bentuk jual beli yang dilarang adalah yang menyalahi validitas kontrak, yang secara tegas dilarang baik dalam AlQuran maupun Sunnah. Jual beli dibolehkan pula menggunakan perantara atau broker. Yang dimaksud dengan perantara (simsar) adalah orang yang menjadi perantara antara pihak penjual dan pembeli guna lancarnya transaksi jual beli. 2. Pendanaan (Aqd Syarkah)
a. Mudharabah Teknik pendanaan dimana pemilik modal menyediakan dana untuk digunakan oleh unit defisit dalam kegiatan produktif dengan dasar
profit-loss sharing. Rasio pembagian keuntungan adalah tetap dan ditentukan dimuka berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
40
b. Musharakah Merupakan bentuk pendanaan patungan dalam kegiatan produktif bisnis yang juga didasarkan dengan profit-loss shasing. Rasio distribusi keuntungan atau kerugiannya berdasarkan proporsi kepemilikan modal dalam usaha tersebut. Boleh saja rasionya berbeda dengan porsi kepemilikan dengan pertimbangan bahwa pihak tertentu terlibat dalam manajemen usaha, sementara pihak lainnya hanya urun modal saja. Ini yang membedakan dengan
mudharabah dimana pihak pemilik modal tidak mempunyai hak untuk ikut mengatur manajemen usaha
atau
proyek
yang
dijalankan. Mudharabah dapat pula dipandang sebagai pinjaman (qard) dengan basis profit-loss sharing. 3. Sewa (Ijarah)
Ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al-iwadhu (ganti atau kompensasi). Kontrak ijarah adalah penggunaan manfaat atau jasa dengan ganti kompensasi. Pemilik yang menyewakan manfaat disebut
muajjir, sementara penyewa disebut mustajir. Sesuatu yang diambil manfaatnya adalah ma-jur dengan kompensasi atau balas jasa yang disebut ajran atau ujrah.
2.4 Analisis Kinerja Reksa Dana Melihat kinerja sebuah portofolio tidak bisa hanya melihat tingkat
return yang dihasilkan portofolio
41
tersebut,
tetapi kita juga harus
memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat risiko portofolio tersebut. Dengan berdasarkan teori pasar modal, beberapa ukuran kinerja portofolio sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam penghitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukkan faktor risiko adalah metode indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen (Eduardus Tandelin, 2001 : 324).
2.4.1 Model Sharpe Menurut Sharpe (1966:121) dalam buku Mohamad Samsul (2006:364), kinerja mutual funds di masa datang dapat diprediksi dengan menggunakan dua ukuran, yaitu expected rate of return (E) dan predicted
variability of risk yang diekpresikan sebagai deviasi standar return(σp). Expected rate of return adalah return tahunan rata-rata dan predicted variability of risk adalah deviasi standar dari return tahunan. Deviasi standar menunjukkan besar kecilnya perubahan return suatu reksa dana terhadap return rata-rata reksa dana yang bersangkutan. Excess return adalah selisih antara average rate of return dikurangi risk free rate. Penelitian Sharpe ini berkaitan dengan prediksi kinerja masa datang yang menggunakan data masa lalu untuk menguji modelnya (Mohamad Samsul, 2006). Berikut ini pernyataan Sharpe (1996:122) yang dikembangkan oleh William E. Sharpe, 1996 ”Mutual Fund Performance”, Journal of
Business, 39, January: 119-138, yaitu ” The capital-market model
42
described here deals wih predictions of future performance. Since the predictions cannot obtained in any satisfactory manner, the model cannot be tested dire ctly. Instead, ex post values must be used-the average of return of return of a portofolio must be substituted for expected rate of return, and the actual standard deviation of its rate of return for its predicted risk”. (Mohamad Samsul, 2006). Untuk menghitung Sharpe Model dapat dirumuskan sebagai berikut:
R Vs =
(R
p
− Rf
)
σp
Dimana : R/Vs = Reward to variability ratio model sharpe.
R p = Average return portofolio, yaitu capital gain dikurangi biaya jual/beli,dan biaya administrasi mutual funds (Sharpe 1966:122).
R f = Risk free rate σp = Deviasi standar return portofolio sebagai tolak ukur risiko.
2.4.2 Model Treynor Metode indeks Treynor merupakan ukuran kinerja porofolio yang dikembangkan
oleh Jack Treynor dan indeks ini
sering disebut juga
dengan reward to volatility ratio. Sama halnya seperti indeks Sharpe, pada indeks Treynor kinerja portofolio dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut.
43
Perbedaan dengan indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai stok duga dan bukan garis pasar modal seperti indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan beta). (Mohamad Samsul, 2006). Indeks Treynor suatu portofolio dalam periode tertentu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
R Vt =
(R − R ) p
f
βp
Dimana : R/Vt = Reward to volatility model treynor.
R p = Average return portofolio. R f = Risk free rate.
βp = Beta portofolio sebagai tolak ukur risiko. Perhitungan risk free rate dapat menggunakan rumus : n
Rf =
∑ SBI i =1
n
2.4.3 Model Jensen Metode ini didasarkan pada konsep security market line yang merupakan
garis
yang
menghubungkan
44
portofolio
pasar
dengan
kesempatan investasi bebas risiko yaitu persamaan garis yang melewati titik (0,Rf) dan (1, Rm). Garis security market line
memperlihatkan
hubungan antara systematic risk dan expected return dari suatu portofolio pada saat pasar dalam keadaan equilibrium. Jadi security market line merupakan kemiringan dari beta atau suatu garis regresi
dengan interceptnya adalah Rf dan slopnya dinyatakan sebagai [E(Rm)Rf) atau ßm. Sehingga untuk mencari besarnya tingkat pengembalian pasar yang dikehendaki (required of return) dalam konsep security market line dapat diformulasikan dengan persamaan berikut (Sharpe, Alexander
dan Bailey, 1999 : 445) (Mohamad Samsul, 2006).
[( )
( )
E R j = R f + β j E Rm − R f
]
Dimana :
( )
E R j = Expected return saham j Rf
= Risk free, interest rate.
βj
= Beta saham j.
( )
E Rm = Expected market return Persamaan indeks Jensen dan indeks Treynor adalah sama-sama menggunakan garis pasar sekuritas. Sedangkan perbedaannya bahwa indeks Treynor sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi portofolio dengan return bebas risiko, sedangkan merupakan selisih antara
return rata-rata dan return portofolio acuan.
45
Perbedaan ini biasanya disebut alfa atau differential return portofolio dan dinotasikan :
α i = E (Ri ) − [Rf + (E (Rm ) − Rf )β i ] Berdasarkan uraian di atas, maka Jensen dapat dimodifikasi dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :
α i = ( E (Ri ) − Rf ) − (E (Rm ) − Rf )β i
2.5 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari bermacam variabel yang berpengaruh terutama kejadian-kejadian ekonomi, social, politik dan keamanan dengan demikian IHS dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu Negara dan sebagai dasar untuk melakukan analisis statistic atas kondisi pasar terakhir (current market). Pengukuran indeks harga saham dapat menggunakan rumus : IHSI =
H arg aPasarUnit x100% NilaiDasarPerUnit
Agar bisa melakukan investasi di pasar modal dengan baik maka investor harus mengetahui IHS. Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat lima jenis indeks yaitu : 1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), meggunakan saham masingmasing perusahaan. 2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan saham masingmasing sektor usaha. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor
46
usaha yaitu: a. Sektor usaha primer (ektraktif) meliputi : 1) Pertanian 2) Pertambangan b. Sektor usaha sekunder (manufaktur) meliputi : 1) Industri dasar dan kimia 2) Aneka industri 3) Industri barang konsumsi c. Sektor usaha tersier (jasa) meliputi : 1) Properti dan real estate 2) Transportasi dan infrastruktur. 3) Keuangan 4) Perdagangan, jasa dan investasi 3. Indeks LQ 45 (ILQ 45), menggunakan saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham disesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap awal Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang termasuk dalam indeks tersebut akan selalu berubah. 4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham yang tercatat dibursa. 5. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan saham yang memenuhi criteria investasi dalam Syariat Islam.
47