BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Depkripsi Teoritis 2.1.1 Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun pada laki-laki dan 10 tahun pada perempuan (satumed, 2003). Pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan diantaranya perubahan
fisik,
menyangkut
intelektual,
perubahan
bersosialisasi, dan perubahan kematangan kepribadian termasuk emosi. Pada perubahan organ produksi remaja laki-laki kepriaan ditandai dengan terjadinya mimpi basah, ereksi, orgasme, dan ejakulasi. Pada perempuan diawali dengan datangnya menstruasi yang pertama kali yang biasanya disebut menarche, umumnya terjadi antara usia 10-16 tahun, sedangkan perubahan fisiknya antara lain : bentuk tubuh mulai tampak jelas lekuk-lekuknya, kulit menjadi lebih halus, payudara membesar, suara menjadi lebih nyaring, juga munculnya bulu-bulu halus di beberapa bagian tubuh. Masyarakat Indonesia mendefinisi remaja denga batasan usia yaitu 10-24 tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan karena usia 10 tahun merupakan
usia dimana remaja putri
mengalami perubahan dalam bentuk tubuhnya, tetapi perubahan
yang terjadi bisa berbeda-beda pada setiap remaja putri (Pardede, 2002) Masa remaja
periode yang paling rawan dalam
perkembangan hidup seorang manusia setelah ia mampu bertahan hidup (suevive) dimana secara fisik ia akan mengalami perubahan fisik yang spesifik dn secara psikologik akan mulai mencari idntitas diri. Dalam proses pencarian indentitas diri ini, remaja masih harus dihadapkan pada kondisi
lingkungan yang juga
membutuhkan penyesuaian kejiwaan. Masa remaja merupakan suatu transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan dan perkembangan yang cepat
baik
fisik
maupun
psikososial.
(Kurniawan,
2002).Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidak seimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi pada remaja akan berdampak negative pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, resiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. (Permaisih, 2000) b. Karakteristik Remaja Siswa atau anak sekolah mempunyai karakteristik mulai mencoba atau mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau norma. Disinilah variasi individu mulai lebih mudah dikenali seperti pada perrtumbuhan dan perkembangan,
pola aktivitas, kebutuhan zat gizi,perkembangan kepribadian, serta asupan makannya. Laju pertumbuhan anak wanita dan pria hampir sama cepatnya pada usia 9 tahun. Selanjutnya , antara 1012 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan lebih dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi, sementara pria baru menyusul dua tahun kemudian.Puncak pertambahan berat dan tinggi badan wanita tercapai pada usia masing-masing 12,9 dan 12,1 tahun, Sementara pria pada 14,3 dan 14,1 tahun (Arisman, 2004) c. Pola Makan Masa Remaja Pangan adalah salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi . kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi tergantung pada berbagai factor seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik.(Almatsier, 2004), Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi
dalam
keluarga,
dan
kebiasaan
makan
secara
perorangan, hal ini bergantung pula pada pendapatan, agama, adat kebiasaan dan pendidikan masyarakat bersangkutan (Almatsier, 2003), Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang di makan (dikonsumasi ) oleh seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis makanan yang dikonsumsi (Hardiansyah dan Briawan 1994, dalam Wiwit wahyunningsih 2010) Meningkatkan jumlah dan mutu konsumsi makanan memerlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang makanan bergizi, perubahan sikap serta perubahan perilaku sehari-hari dalam menentukan, memilih dan mengkonsumsi makanannya. Kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimum yang harus dipenuhi dari konsumsi pangan (hardiansyah & Martianto 1992, dalam Wiwit wahyu Ningsih 2010). Menurut djiteng (1989), semakin banyak jenis bahan pangan yang dipakai menyusun makanan semakin baik pula kualitas konsumsi makanan. Pola makan merupakan factor yang berhubungan langsung dengan status gizi, keadaan ini disebabkan pola makan yang baik akan mempengaruhi status gizi anak sekolah, Anak yang pola makannya kurang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tubuh itu dikarenakan kurangnya makanan yang masuk kedalam tubuh anak yang mengakibatkan anak rawan terkena penyakit Pola makan atau yang disebut dengan kebiasaan makan (food habit) adalah tingkah laku manusia/kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi akan sikap, kepercayaan atau pemilihan makanan. Sikap orang
terhadap makanan dapat bersifat positif atau negative. Sikap positif atau negative terhadap makanan bersumber pada nilainilai” afektive” yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial, ekonomi) dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan (Belief) terhadap makanan, hanya saja wilayah kejiwaannya adalah nilainilai “ cognitive “ yang berkaitan dengan kualitas baikatau buruk, menarik atau tidak menarik dan pemilihan adalah proses “ Psychomotor” untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaan (Khumaidi, 1994) Menurut Supariasa (2001), prinsip metode food recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24
jam
yang
lalu
(kemarin).
Keam
yaitu
1)
Mudah
melaksanakannya dan tidak terlalu membebani responden; 2) Biaya relative murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara; 3) Cepat sehingga dapat mencakup banyak responden; 4) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Selain itu, metode ini juga mempunyai kekurangan seperti, 1) tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan food recall satu hari;2) Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden
Metode food recall adalah metode penelitian konsumsi pangan, dimana pewawancara menayakan apa yang telah dikonsumsi oleh responden . wawancara dilakukan berdasarkan sesuatu daftar pertanyaan atau kuissioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Ditanyakan dengan lengkap apa yang telah dikonsumsi ketika pagi, siang, malam dan selingan atau makanan kecil diluar waktu makan. Tanggal dan waktu makan serta porsi setiap makanan dicatat dengan teliti. Hasil pencatatan wawancara kemudian diolah, dikembalikan kepada bentuk bahan mentah dan dihitung zat-zat gizinya berdasarkan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) yang berlaku. Jumlah masing-masing zat gizi dijumlahkan dan dihitung rata-rata konsumsi setiap hari (Sediaoetama, 2002) Siswa SMP digolongkan dalam anak remaja. Pola makan anak remaja serupa dengan pola makan orang dewasa. Selera makan yang begitu besar selama masa remaja harus dipenuhi dengan makanan yang baik dan bergizi baik dan seimbang. Diet yang terdiri atas beraneka ragam jenis makanan akan memastikan kecukupan gizi anak remaja.Anak remaja yang tumbuh baik dalam lingkungan rumahnya sendiri memilih makanannya dengan bijaksana. Selanjutnya dia akan mempunyai kebiasaan makan yang baik (Djaeni, 1996). d. Kebutuhan Energi , Protein dan Fe bagi Remaja
Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi yang berasal
dari
makanan
yang
diperlukan
untuk
menutupi
pengeluaran energi seseorang bila seseorang mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Almatsier, 2002). Kebutuhan anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik sehingga membutuhkanenergi
lebih
banyak.
Sedangkan
aktifitas
perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak. (RSCM, 2002). Tabel 2.1 Angka Kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan (perorang perhari) Golongan
Energi/ Berat Badan
Tinggi Badan
10-12 thn
30
135
2000
13-15 thn
45
150
2400
16-19 thn
56
160
2500
10-12 thn
35
140
1900
13-15 thn
46
153
2100
50
154
2000
Umur
Kkalori
Pria
Wanita
16-19 thn
2.1.2 Status Gizi a. Pengertian
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi atau keadaan keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai keperluan proses biologis. Status gizi dibedakan antara status gizi kurus, normal dan obesitas atau lebih. Makanan seharihari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makana (Almatsier, 2004) Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.(supariasa, 2001) Berdasarkan analisis HL Bloom (1978) menunjukan bahwa status kesehatan termasuk status gizi dipengaruhi oleh factor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan factor keturunan. Factor lingkungan antara fisik, biologis dan sosial memegang peranan yang terbesar dalam menentukan status kesehatan dan gizi, selanjutnya factor yang berpengaruh adalah faktor perilaku yang berkaitan denagn pengetahuan dan pendidikan yang menentukan perilaku sehat atau tidak sehat. Factor keturunan
mempunyai pengaruh yang lebih kecil dibandinhkan dengan factor lingkungan , perilaku dan pelayanan kesehatan. Status gizi adalah keadaan sebagai akibat makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001) penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : Antropometri, klinis, biokimia,dan biofisik (Supariasa et al. 2002). Pengukuran antropometri terdiri dari dua demensi yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh ( pengukuran komponen lemak dan komponen bukan lemak)menurut Nasoetion dan Riyadi (1996 dalam Iffah fadillah 2010) indicator antropometri yang dipakai dilapangan adalah berat badan untuk mengetahui massa tubuh dan panjang atau tinggi badan untuk dimensi berat linear dan indicator tersebut sangat tergantung pada umur. Antropometri sangat penting pada masa remaja karena antropometri dapat memonitor dan mengevaluasi perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi factor hormonal. Pengukuran paling reliable untuk ras spesifik dan popular untuk menentukan status gizi pada masa remaja saat ini adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Indikator ini telah divalidasi sebagai indicator yang telah direkomendasikan untuk orang dewasa (Riyadi 2003). IMT merupakan indeks berat badan seseorang dalam hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan
membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter ( Supariasa. 2002)
b. Penilaian status gizi Penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada periode kehidupan lain. Penilaian status gizi dilakukan dengan dua cara, penilaian dengan cara pengukuran antropometri yang merupakan penilaian status gizi secara langsung dengan penilaian BB/TB dan penilaian status gizi secara tidak langsung melalui survey konsumsi makanan yaitu food recall. Cara penilaian status gizi yang paling umum dan sering dilakukan adalah dengan menggunakan
antropometri. Secara
umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat tubuh (Supariasa dkk,2002). Keunggulan pengukuran antropometri adalah alat yang mudah digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah, pengukuran tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga ahli tapi juga dapat dilakukan oleh tenaga lain asalkan terlatih. Biaya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas dan baku rujukan yang pasti dan secara ilmiah
diakui
kebenarannya.
Sedangkan
kelemahan
dari
pengukuran antropometri adalah tidak sensitive, faktor diluar gizi
(penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan sensitifitas dan sensifitas pengukuran antropometri, kesalahan yang terjadi mempengaruhi
presisi
pada waktu pengukuran dapat akurasi
dan
validitas
pengukuran
antropometri gizi. Kesalahan terjadi biasanya karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran, analisa dan asumsi yang keliru. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat yang tidak ditera dan kesulitan pengukuran (Supariasa dkk,2001). Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini ( Supariasa dkk, 2001). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat
badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal (Supariasa dkk, 2001). Tinggi
badan
merupakan
antropometri
yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa dkk, 2001). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (18 tahun Keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit-penyakit
tertentu,
juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal Tabel 2.2 Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Supariasa, 2002)
Kurus
Kategori
IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan
< 17,0 17,018,5 >18,525,0 >25,027,0 >27,0
Normal Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat
2.1.3 Status Anemia
a. Pengertian Anemia Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemaoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml. Definisi ini mungkin sedikit berbeda pada sumber dan referensi laboratorium yang digunakan.(Atikah Proverawati,2011) Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah merah (eritrosit) dan atau jumlah hemoglobin yang ditemukan dalam sel-sel darah merah menurun dibawah normal. Sel darah merah dan hemoglobin yang terkandung didalamnya diperlukan untuk transportasi dan pengiriman oksigen dari paruparu keseluruh tubuh.Anemia dapat ringan,sedang atau berat tergantung pada sejauh mana menghitung RBC atau tingkat hemoglobin yang menurun. Ini adalah kondisi yang cukup umum, mempengaruhi baik pria maupun wanitadari segala usia, ras dan kelompok peningkatan
etnis.namun resiko
Proverawati,2011).
b. Penyebab Anemia
orang-orang
tertentu
berkembangnya
berada
anemia.
pada
.(Atikah
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersngkutan adalah besi, protein, piridoksin (Vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin c yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin kedalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membrane sel darah merah. Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebagian besar anemia gizi ini adalah anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi terutama karena makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam bentuk besi hem. Disamping itu pada wanita karena kehilangan darah karena haid dan persalinan ( Almatsier 2003). c. Klasifikasi Anemia Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah yaitu anemia makrostik, mikrositik dan normositik serta berdasarkan kandungan hemoglobin didalamnya yaitu anemia hipokromik dan normokromik. Pada anemia makrostik, ukuran sel darah merah dan jumlah hemoglobin yang terkandung bertambah. Sebaliknya pada anemia mikrositik, ukuran sel darah merah mengecil. Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak mengalami perubahan (Normal). Adapun anemia hipokromik terjadi karena kandungan hemoglobin dalam tiap sel darah merah
berkurang, sehingga warna sel darah merah menjadi pucat. Sementara pada anemia normokromik, kandungan hemoglobin normal (Stopler, 2004) Anemia defisiensi besi beresiko terjadi pada remaja, khususnya remaja putri karena pada periode ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan, kehilangan darah selama berlangsungnya menstruasi serta kebiasaan makan yang kurang baik (Ernst et.al 1998). Husaini (1989) memberikan penjelasan terjadinya keadaan anemia gizi besi yang terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung berupa ketersediaan zat besi dalam makanan yang rendah, praktek pemberian makanan yang kurang baik, dan rendahnya keadaan sosial ekonomi dapat menimbulkan pentebab langsung berupa junlah zat besi dalam makanan yang kurang. Komposisi makanan yang kurang beragam serta keberadaan zat yang menghambat absorpsi besi merupakan penyebab tidak langsung yang mengakibatkan prnyebab langsung berupa zat besi yang rendah, penyebab tidak langsung berupa pertumbuhan fisik dan kondisi fisiologis wanita, yaitu hamil dan menyusui mengakibatkan peningkatan kebutuhan zat besi yang menjadi penyebab langsung keadaan kurang besi. Penyebab tidak langsung yaitu perdarahan kronis, infeksi parasit dan pelayanan kesehatan yang kurang menjadi penyebab langsung kehilangan darah dan mengakibatkan keadaan kurang besi.
Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang paling umum terdapat,
baik
dinegara
maju
maupun
dinegara
sedang
berkembang. Defisiensi besi terutama menyerang golongan rentan, seperti anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Namun sejak 25 tahun terakhir banyak bukti menunjukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktifitas kerja.Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi. Disamping itu kekurangan besi dapat terjadi karena perdarahan akibat cacing atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang mengganggu absorpsi, seperti penyakit gastro intestinal. Kekurangan besi terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama terjadi bila simpanan besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritin dalam plasma hingga 12ug/L. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan absorpsi besi total yang terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi ( Total-iron Binding Capacity/TIBC). Pada saat ini belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh. Tahap kedua terlihat dengan hbisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferin hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan meningkatnya protoporfirin, yaitu bentuk pendahulu (precursor) hem.
Pada tahap ini nilai hemoglobin didalam darah masih
berada pada 95% nilai normal. Hal ini dapat mengganggu metabolisme
energy,
sehingga
menyebabkan
menurunnya
kemampuan belajar. Pada tahap ketiga terjadi anemia gizi besi, dimana kadar hemoglobin total turun dibawah nilai normal. Anemia gizi besi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak-anak kekuran gan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar. ( Almatsier, 2003) Zat besi merupakan unsur runut terpenting bagi manusia dan paling banyak terdapat didalam tubuh manusia. Besi juga berperan dalam membantu otak untuk memproses nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan untuk aktivitas otak serta membantu proses neurotrasmiter. Hampir seratus jenis neurotrasmiter untuk sekian banyak fungsi otak. Kekurangan salah satu kimiawi penghubung antarsel otak ini berakibat fungsi otak terganggu. Setiap bagian fungsi otak diperankan oleh satu kimiawi vital ini. Zat besi juga turut berperan dalam pembentukan neurotrasmiter dopamin, dimana neurotrasmiter adalah zat kimia pada syaraf yang berfungsi mengatur sel syaraf untuk menghantar stimulus dan
kekurangan zat besi bisa menghambat produksinya. Kekurangan Fe berarti menurunnya jumlah dopamin yang dapat terjadi gangguan
hiperaktif,
sulit
konsentrasi
dan
menurunkan
kecerdasan, sehingga akan mengganggu kemampuan belajar dan menurunkan prestasi belajar (Almatsier 2006) Beberapa bagian otak dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari transport besi yang dipengaruhi oleh reseptor trasferin. Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi otak yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa.Defisiensi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar untuk konsentrasi dan belajar serta produktivitas kerja ( Almatsier 2006). Besi yang berasal dari tubuh, berasal dari tiga sumber yaitu besi yang diperoleh dari hasil perusakan sel-sel darah merah, besi diambil dari penyimpanan dalam badan, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan. Besi berfungsi sebagai komponen penyusun sel darah merah (Hemoglobin), kekurangan besi dapat menyebabkan anemia. Sebagian besar besi berada didalam hemoglobin, yaitu molekul protein mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin didalam otot. Hemoglobin dalam darah berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari ke sel-sel yang membutuhkannya untuk metabolisme
glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP) ( sari 2004 dalam Dahrian 2011) Telah banyak penelitian dilakukan mengenai hubungan antara keadaan kurang besi dan dengan uji kognitif. Walaupun ada beberapa penelitian mengemukakan bahwa defisiensi besi kurang nyata hubungannya dengan kemunduran intelektual tetapi banyak
penelitian
membuktikan
bahwa
defisiensi
besi
mempengaruhi pemusnahan perhatian (atensi), kecerdasan, dan prestasi belajar di sekolah. Dengan memberikan intervensi besi maka nilai kognitif tersebut naik secara nyata ( Sari 2004 dalam Dahrian 2011) . Table berikut ditampilkan angka kecukupan Fe perhari berdasarkan kelompok umur. Besi (Fe) adalah unsur mineral yang paling
penting
dibutuhkan oleh tubuh karena peranannya pada pembentukan hemoglobin. Senyawa ini bertindak sebagai pembawa oksigen dalan darah, dan juga berperan dalam transfer CO2 dan H+ pada rangkaian transpor elektron yang diatur oleh fosfat organic. Kebutuhan zat besi terbesar adalah selama 2 (dua) tahun kehidupan pertama, selam masa pertumbuhan yang cepat dan kenaikan Hemoglobin (Hb) di usia remaja, serta masa kehamilan. Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Resiko anemia gizi besi ini dapat menyebabkan produktivitas kerja rendah, daya tahn tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan belajar anak sekolah rendah. Kehilangan
esi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi. Disamping itu kekurangan besi dapat terjadi karena perdarahan akibat cacingan atau luka, atau penyakit-penyakit yang mengganggu absorpsi seperti penyakit gastro intestinal. (Bang darwin.files.wordpress.com/2011) Penilaian status gizi secara langsung melalui pemeriksaan biokimia darah dapat digunakan untuk mengetahui keadaan status anemia seseorang. Prevalensi anemia dalam suatu populasi sangat baik ditentukan menggunakaan metode yang reliable dari pengukuran consentrasi hemoglobin ( WHO 2001). Hemoglobin adalah suatu molekul terdiri dari sebuah protein yang disebut globin dan tersusun atas empat rantai polipeptida (dua rantai α dan dua rantaiβ ) serta terdapat pigmen non protein yang berbentuk seperti cicin disebut heme yang berikatan dengan masing-masing keempat rantai tersebut. Pada bagian tengah dari cincin heme terdapat ion fero (Fe2+) yang dapat bergabung secara reversible dengan suatu molekul oksigen (Tortora & Derrikson 2006). Hemoglobin mempunyai afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen membentuk oxihemoglobin didalam sel darah merah. Melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru keseluruh tubuh (Pearce 1992, dalam ) Hemoglobin sangat baik ditentukan menggunakan darah vena yang diantikoagulasi menggunakan etilendiamen tetraacetic acid (EDTA ). Adapun penggunaan darah kapiler dari telinga, tumit
atau ujung jari biasa juga digunakan, namun akan memberikan hasil yang kurang tepat, karena cairan interstitial akan mengencerkan sampel darah kapiler, sehingga hasil pengukuran kadar HB yang diperoleh dari metode hemocue cenderung menjadi lebih besar (Gibson 2005)
2.1.4 Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Syaiful Bahri (1994) Prestasi Belajar adalah Penilaian Pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa akan pelajaran dan nilai yang terdapat dalam kurikulum yang mengarah pada tingkat pemahaman dan aplikasi untuk pencapaian tujuan kecakapan seseorang. Menurut Abdurrachman Saaleh (1981) Prestasi belajar adalah hasil yang dicapaai siswa dari mempelajari tingkat pengusaan ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, kata atau simbol. Menurut Thursan Hakim (2004) Prestasi belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribdian manusia, dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapaan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan lainnya.
Dari beberapa pengertian prestasi belajar jelaslah bahwaa prestasi belajar secara umum merupakaan suatu hasil yang dimiliki oleh seorang siswa dalam memenuhi tujuan nya indikator ini dapat diukur dengan indeks prestasi atau nilai –nilai lain dalam bentuk huruf, angka, atau bilangan lainakan kuantitas dan kuantitas potensi diri yang sudah dicapai atau dimiliki Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat Perkembangan
sebaya.
Semakin
tinggi
kemampuan
intelegensi seseorang siswa makan semakin besar peluangnya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Oleh karena itu jelas bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar. Prestasi belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan kognitif siswa. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar anak adalah factor internal dan eksternal. Factor internal antara lain terdiri dari aspek fisik, keadaan gizi anak, minat, motivsi, konsentrasi, keingintahuan, kepercayaan diri dan
intelegensi. Adapun factor eksternal meliputi factor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (Opit 1996 dalam Wiwit Wahyuningsih 2010) Hubungan defisiensi besi dengan fungsi otak dijelaskan oleh lozoff dan youdim pada tahun 1988. Beberapn kemampuan bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari transpor besi yang dipengaruhi oleh reseptor trasferin. Kadar besi dalam darah meningkat seloama petumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmiter ( pengantar saraf). Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampua belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fugsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu menurun. Setiap tes tersebut mempunyai butir-butir soal yang berfungsi untuk menilai materi-materi yang telah disajikan (Arikunto 1996). Menurut Iskandar (2010) Kecerdasan intektual merupakan kecerdasan dasar yang berhubungan dengan proses kognitif, pembelajaran matematis-logis
kecenderungan dan
bahasa,
menggunakan pada
kemampuan
umumnya
hanya
mengembangkankemampuakognitifs(menulis,membaca,menghafa l,menghitung, dan menjawab). Kecerdasan ini sering kita kenaldengan kecerdasan rasional, karena menggunakan potensi
rasio dalam memecahkan masalah. Tingkat kecerdasan intelektual seseorng dapat diuji melalui tes, yakni dengan ujian daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan menghitung dan menganalisis data. b. Penilaian Prestasi Belajar Penilaian prestasi belajar pada dasarnya untuk mengetahui tingkat prestasi yang dicapai seorang siswa dalam materi pelajaran tertentu, dengan cara dilakukan evaluasi atau dengan melakukan tes atau ujian. Fungsi tes prestasi belajar adalah untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang sudah diajarkan di berbagai tingkat pendidikan atau menilai sejauh mana siswa dapat memperoleh manfaat dari pelajaran yang telah diperoleh. Setiap tes tersebut mempunyai butir-butir soal yang berfungsi untuk menilai materi-materi yang telah disajikan (Arikunto 1996). Evaluasi dapat mencakup beberapa aspek yaitu psikologis, kognitif dan afektif ( Slamet, 2003), sistem penilaian tidak terlepas dari kemampuan menjawab soal ujian / tes, dan pengerjaan tugas, semua nilai dikumpulkan dengan prosentase tertentu akan digabungkan sehingga memperoleh nilai akhir.dari masing-masing mata pelajaran tersebut. Masing-masing bagian penilaian bisa menolong dalam proses kelulusan mata pelajaran tersebut. Nilai-nilai tersebut akan digabungkan untuk menentuka indeks prestasi (IP) Anwar idochi, 2004). c. Indeks Prestasi
Indeks Prestasi adalah angka yang menunjukan prestasi atau kemajuan belajar siswa dalam satu semester yang dihitung setiap akhir semester. Dengan adanya indeks prestasi dapat diketahui kemampuan siswa dalam satu semester. Semakin tinggi indeks prestasi siswa, semakin besar peluang siswa untuk menempuh kejenjang berikutnya. Memiliki IP/ nilai raport yang baik dapat mengantarkan siswa menyelesaikan proses belajar dengan cepat pada waktu yang telah ditentukan ( Thursan Hakim, 2004).
Tabel 2.3 Kategori Nilai Raport Sekolah berdasarkan Standar Depdiknsas Huruf
Angka
Keterangan
A
79 - 100
Baik Sekali
B
68 - 78
Baik
C
56 - 67
Cukup
D
50 - 55
Kurang
Indeks Prestasi Belajar berguna untuk : 1. Mengetahui kemampuan siswa dalam satu semester, siswa akan mengetahui hasil studi, mengetahui secara dini maka dapat membantu siswa dalam pengaturan belajar, jika hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan maka siswa tinggal mempertahankan cara belajarnya, tetapi jika hasilnya jauh dari
harapan maka harus memperbaikinya atau mengubah cara belajar. 2. Prestasi belajar yang baik dapat menyelesaikan jenjang yang lebih tinggi dengan cepat dari waktu yang ditentukan. Nilai yang diperoleh bergantung pada cara belajar siswa sendiri. (Sudarman, 2004).
d. Kecerdasan Kognitif Kognitif diartikan sebagai proses untuk memperoleh suatu pengetahuan (termasuk kesadaran dan perasaan) atau usaha untuk
mengenali
sesuatu
melalui
pengalaman
sendiri
(Hadidjaya, dalam Fifendy 2012).
2.1.5 Besar Uang Saku Disetiap wilayah setiap propinsi,kota dan tentunya lokasi negara memiki standar atau kelas keuangan yang berbeda,bahkan dalam wilayah yang sama, untuk wilayah berdekatan sekalipun, nilai ekonomi dan level cash flow menjadi tidak setingkat. Maka untuk menjawab berapa besaran nilai uang saku yang dapat kita berikan supaya anak dapat menjadi hemat dan bertanggung jawab, tidak mudah ditentukan walau tolok ukur yang diberikan. Sesuaikan besaran uang saku dengan kemampuan pendapatan keluarga dimana besaran uang saku anak jangan sampai menjadi beban yang merusak perekonomian keluarga hanya karena gengsi
karena lingkungan sekolah anak elite, kasihan melihat anak atau karena
tidak
memahami
dengan
benar
akan
manajemen
keuangan.Orang tua wajib melakukan survei dan memahami kondisi keuangan keluarga dengan bijak dan seimbang dalam penentuan besaran uang saku/ uang jajan anak. . Usia anak menentukan besaran uang saku/ jajan, dimana semakin besar usia anak, uang saku / uang jajan otomatis menjadi lebih besar sampai pada satu titik, anak berhenti menerima uang saku bila
sudah
mandiri
secara
keuangan/
dapat
mencukupi
kebutuhannya sendiri via bekerja. Tujuan dari pemberian uang saku / jajan anak adalah supaya anak dapat mencukupi di sekolah secara mandiri terkait dengan makan siang, membeli barang kebutuhan mendadak seperti alat tulis bila hilang/ rusak pulang kerumah secara mandiri bila tidak dijemput/ ongkos transportasi dan banyak hal lain.
2.2 Kerangka Berpikir Karakteristik Responden
Umur Besar uang saku Lama belajar Pekerjaan Orang tua Pendapatan orang tua
Status gizi
Konsumsi
Anemia
Prestasi belajar siswa
. kecerdasan emosional
. Lingkunan belajar
. Kecerdasan kognitif
. fasilitas Belajar
. Pola Belajar
. Motivasi
Gambar II.1 Kerangka teori hubungan antara Konsumsi, Status gizi dan Anemia dengan Prestasi belajar Santriwati Syanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam
2.3 Kerangka Konsep
KONSUMSI
Energi
STATUS GIZI
Kadar Hemoglobin (
PRESTASI BELAJAR
HB)
Gambar II.2 Kerangka Konsep Hubungan Konsumsi, Status Gizi, Anemia dan Prestasi Belajar.
2.4 Hipotesis 1. Ada hubungan antara konsumsi (Energi, Protein, Fe) dan Prestasi belajar santriwati Tsanawiyah diPondok Pesantren Babussalam. 2.
Ada hubungan antara Status gizi dan Prestasi belajar santriwati Tsanawiyah diPondok Pesantren Babussalam.
3. Ada hubungan antara Kadar hemoglobin dan Prestasi belajar santriwati Tsnawiyah diPondok Pesantren Babussalam.