8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Sepak Bola
2.1.1. Pengertian Sepak Bola Pengertian Sepakbola Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010: 2) sepakbola merupakan permainan beregu masing- masing regu terdiri dari 11 orang pemain. Wujud permainannya adalah menendang bola kian kemari yang diperebutkan dengan lawan dengan tujuan mendapatkan nilai. Nilai itu sendiri diperoleh dengan cara memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Bersama itu mereka juga menjaga gawang supaya tidak kemasukan bola dari pihak lawan. Dalam permainan yang sebenarnya sepak bola dilakaukan dilapangan yang berbentuk empat persegi panjang serta bola yang yang digunakan mempunyai ukuran tertentu. Ukuran lapangan dan bola sebagai berikut, panjang garis samping 100 - 110 meter, lebar lapangan 64 - 75 meter, jari-jari lingkaran tengah 9,15 meter, daerah gawang dengan ukuran 18,32 x 5,5 meter, daerah hukuman (Penalty area) 40,39 x 15,5 meter, jarak titik tendang pinalti dari gawang 11 meter. Sedangkan untuk ukuran gawang, tinggi gawang 2,44 meter, lebar gawang 7,32 meter serta diameter tiang dan palang gawang 12 meter. Ketentuan bola sebagai berikut bola terbuat dari kulit atau sejenisnya berbentuk bundar. Bentuk bola bulat dengan berat 396 - 453 gram, keliling lingkaran 68 - 71 cm dan untuk tekanan udara: 0,60 - 0,70 atmosfer.
9
2.1.2.
Gerak Dasar Sepak Bola. Pada prinsipnya, gerakan dasar pada manusia adalah lokomosi (locomotion),
yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki ke kaki yang lain secara silih berganti. Untuk itu diperlukan kemampuan keterampilan yang baik agar pemain dapat melakukan setiap gerak yang di ajarkan. Menurut Martens (1990: 170) keterampilan gerak memiliki dua makna, yaitu kemampuan pada tugas gerak tertentu dan kualitas individu dalam menampilkan kemampuan motorik. Menurut Sucipto, dkk (2000: 8) menyatakan bahwa gerakan-gerakan dalam permainan sepakbola meliputi: lari, lompat, loncat, menendang, menghentakkan dan menangkap bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan tersebut diperlukan oleh semua pemain untuk menjalankan tugasnya bermain sepakbola gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat. 2.1.3.
Teknik Dasar Menendang bola
Mengoper berarti memindahkan bola dari kaki Anda ke kaki pemain lain dengan cara menendangnya (Koger, 2007:19). Menendang bola paling banyak dilakukan dalam permaian sepakbola bila dibandingkan dengan teknik lain, maka wajarlah bila dalam setiap latihan banyak banyak diajarkan teknik menendang bola. Menurut Abdoellah, (1981: 421) menendang bola berfungsi untuk: memberikan (passing) bola, menembak (shooting) bola kegawang, membersihkan (clearing), dan tendangan- tendangan khusus. Dilihat dari perkenaan kaki kebola, menendang dibedakan beberapa macam yaitu: a.
Menendang dengan Kaki Bagian Dalam
10
Menurut Sucipto dkk (2000: 17-18), pada umumnya teknik menendang dengan kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: 1) Badan menghadap sasaran di belakang bola. 2) Kaki tumpu berada di samping bola ± 15 cm, ujung jari kaki menghadap sasaran, lutut sedikit ditekuk. 3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola. 4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di tengah bola. 5) Pergelangan kaki ditegangkan pada sat mengenai bola. 6) Gerak lanjut kaki tendang diangkat menghadap sasaran. 7) Pandangan ditujukan ke bola dan mengikuti arah jalannya bola terhadap sasaran. 8) Kedua lengan terbuka di samping badan.
11
Gambar 2.1. Menendang dengan Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto dkk, (2000: 18) b.
Menendang dengan Kaki Bagian Luar Menurut Sucipto dkk (2000: 19), pada umumnya teknik menendang
dengan kaki bagian luar digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian luar adalah sebagai berikut: 1) Posisi badan di belakang bola, kaki tumpu di samping belakang bola ± 25 cm, ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk. 2) Kaki tendang berada di belakang bola, dengan ujung kaki menghadap ke dalam. 3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola. 4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki bagian luar dan tepat pada tengah-tengah bola, pada saat perkenaan dengan bola pergelangan kaki ditegangkan. 5) Gerak lanjut kaki tending diangkat serong ± 45˚ menghadap sasaran. 6) Pandangan ke bola dan mengikuti jalannya bola ke sasaran. 7) Kedua lengan terbuka menjaga keseimbangan
12
Gambar 2.2. Menendang dengan Kaki Bagian Luar Sumber: Sucipto dkk, (2000: 19)
c.
Menendang dengan Punggung Kaki Menurut Sucipto dkk (2000: 20), pada umumnya menendang dengan
punggung kaki digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the goal). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki adalah sebagai berikut: 1) Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan di samping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk. 2) Kaki tending berada di belakang bola dengan punggung kaki menghadap ke depan/sasaran. 3) Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.
13
4) Perkenaan kaki tepat pada punggung kaki penuh dan tepat pada tengahtengah bola dan pada saat mengenai bola pergelangan kaki ditegangkan . 5) Gerak lanjut kaki tending diarahkan dan diangkat ke arah sasaran. 6) Pandangan mengikuti jalannya bola dan ke sasaran.
Gambar 2.3. Menendang dengan Punggung Kaki Sumber: Sucipto dkk, (2000: 20) d. Menendang dengan punggung kaki bagian dalam Menurut Sucipto dkk (2000: 21), pada umumnya menendang dengan punggung kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak jauh (long passing). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: 1) Posisi badan berada di belakang bola, sedikit serong ± 40˚ dari garis lurus bola. Kaki tumpu diletakkan di samping belakang bola ± 30 cm dengan ujung kaki membuat sudut 40˚ dengan garis lurus bola.
14
2) Kaki tendang berada di belakang bola dengan ujung kaki serong ± 40˚ ke arah luar. Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola. Perkenaan kaki pada bola tepat di punggung kaki bagian dalam dan tepat pada tengah bawah bola dan pada saat kaki mengenai bola, pergelangan kaki ditegangkan. 3) Gerak lanjutan kaki tending diangkat dan diarahkan ke depan. 4) Pandangan mengikuti jalannya bola ke sasaran. 5) Lengan dibuka berada di samping badan sebagai keseimbangan.
Gambar 2.4. Menendang dengan Punggung Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto dkk, (2000: 21)
2.1.4.
Tendangan Sepak bola
a. Akurasi Tendangan pada Sepakbola Akurasi tendangan pada sepakbola adalah keberhasilan tendangan yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan. Secara umum tujuan dari tendangan dalam sepakbola terbagi 3 jenis yaitu mengumpan, menembak ke arah gawang
15
dan menghalau serangan lawan. Keberhasilan sebuah tendangan tentunya juga diukur dari berhasil tidaknya sebuah tendangan dilakukan. b. Komponen Akurasi Tendangan Akurasi tendangan dapat dilakukan secara maksimal jika komponen akurasi tendangan mempunyai kemampuan yang optimal juga, untuk itu perlu diketahui komponen-komponen utama akurasi tendangan. Komponen terbesar yang mempengaruhi kemampuan akurasi tendangan didasari oleh faktor genetik, artinya akurasi tendangan akan dipengaruhi oleh rasio dari otot tonic (red muscle) dan otot phasic (white muscle). Koordinasi neuromuscular berperan penting dalam kerjasama otot yang efektif. Koordinasi, gerakan dan proprioseptif merupakan hal yang penting untuk memahami bagaimana otot bekerja pada waktu yang tepat dan meningkatkan penampilan kerjanya secara menyeluruh. Kekuatan otot tungkai juga merupakan komponen pendukung utama untuk meningkatkan akurasi tendangan, dalam hal ini yang berperan utama adalah otot Quadriceps Femoris, Hamstring, Gastrocnemius serta Tibialis Anterior. Kekuatan otot yang menghasilkan power dan stabilitas, penempatan kaki serta kekuatan ankle berpengaruh terhadap akurasi tendangan. Diluar komponen genetik dan kekuatan otot tungkai, komponen lain yang juga mempengaruhi akurasi tendangan adalah core stability. Peningkatan pola aktivasi core stability akan menghasilkan peningkatan level aktivasi pada anggota gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau menggerakkan anggota gerak
16
c. Faktor- faktor yang mempengaruhi akurasi tendangan Selain komponen dari akurasi tendangan, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi tendangan. Jika faktor-faktor ini meningkat maka akan meningkatkan kemampuan akurasi tendangan juga. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Technical skills (keterampilan teknis) Keterampilan teknis diartikan sebagai kemampuan teknis seseorang dalam melakukan suatu aktivitas. Dalam hal tendangan sepakbola, skill berarti kemampuan seseorang dalam melakukan tendangan sesuai dengan tehnik dasar tendangan sepak bola. Hal ini dipengaruhi beberapa hal, diantaranya adalah: a) Pandangan mata Pandangan mata diperlukan untuk membantu memastikan posisi bola yang akan ditendang, arah sasaran dan juga arah bola menuju sasaran. b) Kaki tumpu Kaki tumpu merupakan letak titik berat badan (center of gravity). Posisi kaki tumpu terhadap letak bola akan mempengaruhi arah lintasan bola dan tinggi rendahnya lambungan bola.
c) Kaki yang menendang Hal utama terkait dengan kaki yang menendang adalah perkenaan bagian kaki dengan bola, yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:
17
kaki bagian dalam, kura-kura kaki bagian dalam, kurakura kaki bagian luar, kura-kura kaki penuh, ujung jari dan tumit. d) Bagian bola yang ditendang Hal ini akan menentukan arah jalannya bola serta tinggi rendah lambungan bola. e) Sikap badan Sikap badan saat menendang sangat dipengaruhi oleh posisi atau letak kaki tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola maka pada saat menendang badan akan berada tepat diatas bola dan sikap badan sedikit condong. Sikap badan ini untuk tendangan mengalir rendah atau melambung sedang. Bila posisi kaki berada sedikit di belakang samping bola maka badan berada di atas belakang bola sehingga sikap badan condong ke belakang dan tendangan bola akan melambung tinggi. 2) Keterampilan Fisik Keterampilan fisik diartikan sebagai kapasitas dan kemampuan fisik dalam melakukan aktifitas. Dalam hal ini keterampilan fisik dalam tendangan sepak bola diantaranya adalah: 3) Daya tahan jantung paru Merupakan kemampuan sistem tubuh untuk mendapatkan, memproses dan mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Kemampuan sistem subuh yang terkait dengan oksigen ini akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan otot, daya tahan otot dan juga power atau daya ledak otot. Daya tahan jantung
18
dan paru juga bisa diartikan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang ringan sampai dengan tingkat intensitas submaksimal, dengan melibatkan kelompok otot-otot besar secara terus menerus tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Tendangan sepakbola melibatkan otot-otot besar pada trunk dan extremitas bawah, sehingga dengan daya tahan jantung paru yang baik tingkat akurasi tendangan juga lebih baik. 4) Kekuatan otot Kekuatan otot merupakan kemampuan otot atau group otot untuk menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis.39 Kekuatan maksimal otot ditunjang oleh crosssectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi. Saat melakukan kontraksi otot menghasilkan tegangan dan kekuatan. Tenaga yang dihasilkan dari kontraksi otot dan secara langsung berhubungan dengan jumlah tegangan yang dihasilkan oleh kontraksi otot, sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot berupa level tegangan, hipertropi dan rekruitmen serabut otot. Kekuatan selain dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: faktor biomekanik, faktor neuromuskular, faktor metabolisme (ketersediaan energi) serta faktor psikologis. Kekuatan otot merupakan salah satu komponen dari power yang akan dihasilkan. Semakin besar kekuatan dalam melakukan suatu gerakan maka semakin
19
besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan mampu mempengaruhi akurasi tendangan pada sepakbola. 5) Daya tahan otot Daya
tahan
otot
merupakan
kemampuan
otot
untuk
melakukan
gerakan/bekerja secara berulang dengan intensitas rendah dalam waktu yang lama. Untuk menghasilkan kinerja yang optimal tidak hanya diperlukan tingkat kekuatan yang tepat namun juga kesanggupan mempertahankan dan mengontrol tingkat persentase yang tinggi dari kekuatan tersebut selama beberapa waktu atau selama serangkaian usaha otot itu melakukan pengulangan aktivitas. Karena itulah daya tahan otot juga berperan penting dalam peningkatan akurasi tendangan. 6) Power atau Daya ledak otot Power merupakan fungsi dari kekuatan dan kecepatan suatu gerakan. Power atau daya ledak otot adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan yang dilakukan dengan mengerahkan gaya (force) otot secara maksimum dengan kecepatan maksimum. Power adalah unsur yang penting dalam menilai kapasitas seseorang saat melakukan olahraga. Kualitas power seseorang tergantung kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kuat dan cepat. Artinya dalam power tidak hanya memerlukan kekuatan otot saja tetapi juga dibutuhkan kecepatan kontraksi otot. Hal ini dihubungkan dengan tipe serabut otot yaitu otot tonic (red muscle) dan otot phasic (white muscle), semakin tinggi kualitas power yang dihasilkan akan semakin kuat dan cepat
20
suatu gerakan yang akan dilakukan. Kecepatan saat otot berkontraksi dan timbulnya tenaga sepanjang luas gerak sendi (Range Of Motion/ROM) 7) Proprioseptik Propriosepsi diartikan sebagai sadar akan posisi dan gerak yang dilakukan yang terkait dengan sistem neuromuskuloskeletal. Propriosepsi merupakan satu tipe khusus sensitivitas yang menginformasikan tentang sensasi dan kedalaman organ serta hubungan antara otot dan sendi. Propriosepsi akan berpengaruh terhadap gerak yang dilakukan, gerakan yang ditimbulkan akibat impuls yang diberikan oleh stimulus yang diterima dari reseptor, dan selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak yang kemudian akan informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh yang bersangkutan. Propriosepsi sangat dibutuhkan dalam melakukan tendangan agar saat melakukan tendangan reseptor sendi dan otot sudah siap untuk digerakkan karena informasi yang sudah diolah dan direkam otak akan memudahkan untuk memberikan stimulus kembali kepada reseptor agar gerakan tendangan menjadi terkendali sehingga tendangan lebih akurat. 8) Kelenturan Kelenturan merupakan kemampuan untuk menggerakkan sendisendi dalam jangkauan gerakan penuh dan bebas. Kelenturan otot dan kebebasan gerak sendi sering dikaitkan dengan hasil pergerakan yang terkoordinasi dan efisien. Kelenturan diarahkan pada kebebasan luas gerak sendi. Kelenturan juga menjadi faktor yang penting dalam akurasi tendangan. Dalam hal latihan, penguatan dan kelenturan saling berhubungan, sehingga jika
21
seseorang melakukan latihan kelenturan juga berpengaruh terhadap penguatan. 9) Kelincahan (agility) Kelincahan diartikan sebagai kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya. Tendangan sepakbola adalah gerakan dinamis dan selalu ada perubahan posisi dari fase awal (fase preparation) sampai fase akhir (follow through). Dengan kelincahan yang baik, pesepakbola mampu mengubah posisi tubuh dengan cepat sehingga memudahkan untuk melakukan tendangan yang akurat. 10) Koordinasi Koordinasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan secara halus, tepat dan terkendali. Sebagai gerak dinamis yang ditujukan untuk mencapai sasaran tertentu, tendangan sepakbola menuntut koordinasi yang baik dari masing-masing komponen yang terkait. 11) Keseimbangan Keseimbangan didefinisikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Saat dilakukan tendangan dengan kaki kanan maka kaki kiri akan berperan sebagai bidang tumpu. Dengan kemampuan keseimbangan yang baik akan didapatkan tumpuan/stabilisasi yang baik sehingga akan terjadi fasilitasi pada kaki yang menendang untuk mencapai tendangan yang akurat.
22
12) Mental skills (Keterampilan mental) Keterampilan mental adalah keterampilan praktis dan metode yang membantu atlet untuk bisa mengeksplorasi keterampilan fisik, teknik dan taktik sehingga dapat mencapai hasil terbaik serta bersaing mencapai hasil terbaik.40 Keterampilan mental meliputi: berpikir positif, motivasi, pengendalian emosi, kepercayaan diri serta konsentrasi. 13) Environment (lingkungan) Faktor lingkungan umumnya memberikan pengaruh tidak langsung terhadap akurasi tendangan, kecuali hal tersebut merupakan kondisi yang ekstrim. Beberapa faktor yang menjadi perhatian diantaranya adalah: cuaca, kecepatan angin, suhu udara serta ketinggian lokasi. 14) Sensory Motor Channel Sensory motor channel yang terdiri atas sensoris, body scheme, body preparation dan biomekanik akan mempengaruhi komponenkomponen dalam faktor fisik untuk mencapai kinerja yang optimal. Terkait dengan komponen yang mempengaruhi akurasi tendangan diatas maka sistem muskuloskeletal akan berperan sangat besar disamping juga komponen pendukung lain. Oleh karena itu perlu diketahui mengenai anatomi muskuloskeletal yang mendukung terjadinya akurasi tendangan pada sepakbola. d. Biomekanika Tendangan pada sepak bola Saat menendang awalnya tubuh berperan sebagai pivot/sumbu untuk kaki yang menedang dan dalam posisi yang seangat kuat untuk gerak dalam bidang sagital. Saat menendang, kaki yang mengayun/ menendang tidak menyentuh
23
tanah. Otot-otot fleksor panggul dan ekstensor lutut akan terekrut secara maksimal dan menempatkan kekuatan yang utama pada kaki ketika menendang. gluteus maksimus, hamstring dan adductor harus bergerak secara lambat ketika kaki kontak dengan bola. Gerakan menendang pada sepak bola dapat diuraikan dalam tiga fase, yaitu: 1) Fase preparation Dimulai dari jarak 3-4 meter yang dilakukan sambil berlari untuk memperoleh percepatan. Lari yang dilakukan seenaknya dengan percepatan yang diatur sedemikian rupa dengan tetap melihat letak bola. Sambil berlari ayunkan tangan seenaknya mengikuti irama langkah kaki. Jika melangkah kaki kanan, maka tangan kiri mengayun ke depan demikian sebaliknya saat melangkah kaki kiri maka ayunan tangan pada sisi kanan. Posisi fase ini sebaiknya dibelakang bola dan jika ditarik garis lurus, sejajar dengan sasaran. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase preparation dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja a) Trunk Gerak yang terjadi adalah stabilisasi untuk rotasi trunk ke arah kanan, dimana otot-otot yang bekerja adalah otot-otot abdominal, otot-otot postural, erector spine serta dibantu m. iliopsoas b) Hip dextra Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus maksimus serta hamstring. c) Hip sinistra
24
Gerak yang terjadi adalah external rotasi serta extensi eksentrik/memanjang dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus medius, m. gluteus minimus serta hamstring. d) Knee dextra Gerak yang terjadi adalah flexi dengan otot-otot yang bekerja meliputi hamstring dan m. popliteus. e) Knee sinistra Gerak yang terjadi adalah extensi eksentrik/memanjang dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps. f) Ankle dextra Gerak yang terjadi adalah plantar flexi konsentrik/memendek dengan otot yang terjadi adalah plantar flexor. g) Ankle sinistra Gerak yang terjadi adalah plantar flexi eksentrik/memanjang dengan otot yang bekerja adalah plantar flexor. 2) Fase Kicking Sebelum melakukan tendangan (menggunakan kaki kanan) maka letakkanlah kaki kiri disisi kiri dan agak ke belakang dari bola yang jika ditarik garis lurus membentuk sudut 45°. Posisi kaki kiri akan menentukan luncuran bola. Jika kaki kiri berada di belakang bola, maka jalannya bola akan melambung karena dengan sendirinya perkenaan bola tepat di bagian bawah. Jika kaki tepat di sisi kiri bola, jalannya bola akan mendatar atau menggelinding di tanah, karena perkenaannya berada pada bagian atas bola. Jika letak kaki kiri agar ke
25
belakang sekitar 45° maka dapat diprediksi jalannya bola lurus dan mendatar, sebab perkenaan bola pada bagian tengah antara atas dan bawah. Menendang dengan punggung kaki maksudnya adalah perkenaan bola pada kaki tepat pada bagian punggung kaki. Menendang dengan punggung kaki adalah yang paling sering digunakan bila yang diharapkan adalah tendangan dengan kekuatan maksimal dan laju bola yang cepat. Setelah dirasa letak kaki kiri cukup nyaman maka ayunlah kaki kanan yang masih di belakang sekuat-kuatnya dengan tetap memperhatikan perkenaan kaki dengan bola dan perkenaan bola dengan kaki. Perkenaan pada punggung kaki berarti keadaan ankle adalah ekstensi atau jika ditarik garis lurus sejajar dengan tulang kering. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase kicking dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja. a) Trunk Gerak yang terjadi adalah stabilisasi dengan otot-otot yang bekerja adalah otot-otot abdominal, otot-otot postural, erector spine serta dibantu m. ilio psoas. b) Hip dextra Gerak yang terjadi adalah internal rotasi dan flexi dengan otot-otot yan bekerja meliputi m. tensor fascia lata, m. rectus femoris, m. ilio psoas, m. Sartorius serta grup adductor. c) Hip sinistra, gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus maksimus, m. hamstring serta m. adductor magnus. d) Knee dextra
26
Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps. e) Knee sinistra Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m. quadriceps. f) Ankle dextra Gerak yang tejadi adalah plantar flexi dengan otot yang bekerja adalah plantar flexor. 3) Fase follow through Dimulai dari pelepasan obyek/bola sampai dengan flexi hip secara penuh. Setelah bola ditendang oleh kaki kanan, bisa diikuti dengan melangkah ke depan satu atau dua langkah. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase follow through dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja. a) Hip dextra Gerak yang terjadi adalah external rotasi eksentrik, extensi eksentrik serta abduksi eksentrik. Otot yang bekerja meliputi hamstring, m. gluteus medius, m quadratus lumborum, m. gluteus maximus serta m. piriformis. b) Knee dextra Gerak yang terjadi adalah flexi eksentrik dengan otot yang bekerja adalah hamstring. Tiap perbedaan variasi tendangan akan menghasilkan perbedaan/variasi lamanya tiap fase. Seperti pada kebanyakan latihan rantai terbuka (open
27
chain exercise), kebebasan dari segmen sebelah distal memberikan variasi inti dalam performa skill. 2.2. Neurac (Neuromuscular Activation) Neurac adalah metode neuromuscular pada level
terapi atau pengobatan
yang melibatkan stimulasi
yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola gerak
fungsional normal. Metode ini digunakan untuk menangani masalah musculoskeletal yang menyebabkan nyeri dan atau tidak aktifnya otot. Sub kelompok terbesar yang dapat menggunakan metode neurac adalah kondisi gangguan muskuloskeletal mencakup pasien dengan masalah leher, punggung, panggul, dan gangguan bahu, kondisi untuk latihan kekuatan dan pengkondisian, serta pelatihan pribadi dan spesialis olahraga (Gitle Kirkesola, 2009). Tindakan neurac atau neurac treatment merupakan unsur penting dari metode yang dikenal dengan sebutan S-E-T (Sling -Exercise- Therapy) dan dikenal dengan nama redcord. Pada awalnya ini dikembangkan oleh fisioterapis dan dokter di Norwegia. Ditemukan pada 1991, (belum lama ini disebut TerapiMaster). Neurac merupakan
dasar dari tehnik tindakan redcord.
Terapi selempang Tradisional yang sudah ada sebelumnya berfokus terutama pada tehnik latihan dalam rantai kinetik terbuka (Open Kinetic Chain (OKC)) dan latihan yang dilakukan tanpa efek gravitasi. Namun sebaliknya pada prosedur Redcord, berfokus pada rantai kinetik tertutup (Closed Kinetic Chain (CKC)) latihan secara sistematis memanfaatkan manfaat dari fenomena biomekanik dan fisiologi fungsional yang tidak bergantung pada gravitasi (yaitu, berat tubuh individu karena perlawanan diterapkan ke dalam pelaksanaan
28
selama gerakan). Konfigurasi workstation redcord atau pelatih tunggal redcord menggunakan sistem tahanan pada neuromuskuler-skeletal untuk meningkatkan kondisi fisik aktif neuromuskular dan rehabilitasi. Sistem redcord menggunakan paten dari neurac method untuk menstimulasi otot yang tidur atau tidak aktif dan mengembalikan fungsi normal mereka. Manusia diprogram untuk bergerak yang dikendalikan dan dimodifikasi oleh neuromuskular dan sensorimotor (visual, vestibular, dan mechanoreceptor atau proprioceptor) sistem. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa penstabil otot cenderung untuk beralih "off" ketika nyeri timbul (Moseley, 2005; Botti, 2004; Berhala, 2002; le, 2001, Moseley, 2006). Hal ini dapat menyebabkan kualitas gerakan yang buruk, penurunan neuromuskular, kelelahan, dan penurunan
kekuatan otot dan kontrol
kualitas hidup secara keseluruhan.
Bahkan jika nyeri yang sesungguhnya mereda , "program saraf" bisa tetap dimatikan, hal ini dapat menyebabkan cedera kembali dan mengalami sakit tambahan. kondisi Ini, tampaknya sering berulang dan tidak pernah berakhir dan akan tetap kronis bila tidak ada intervensi pengobatan aktif. Ini adalah salah satu alasan mengapa kesehatan Uni Eropa guidelines merekomendasikan pengobatan aktif untuk nyeri non-spesifik punggung bawah. 2.2.1.
Latar belakang untuk pengobatan neurac (aktivasi neuromuskuler)
Neurac adalah metode pengobatan/penanganan yang bertujuan untuk mencapai atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan masalah musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada tingkat atau level yang tinggi.
29
Pendekatan pengobatan /tindakan aktif yang memiliki empat elemen utama : a. Latihan menumpu berat badan menggunakan system sling redcord b. Control vibrasi dipilih pada bagian-bagian tubuh tertentu c. Peningkatan resisten/tahanan secara bertahap d. Tidak ada nyeri atau tidak ada peningkatan nyeri Selain itu, aparat getaran yang baru dikembangkan, Redcord stimulasi,
bisa
digunakan untuk meningkatkan adaptasi saraf. Neurac method selalu disertai dengan prosedur tes untuk mengevaluasi fungsi rantai kinetic neuromuscular, dengan penekanan pada integrasi fungsi otot lokal dan
otot global. Neurac didirikan berdasarkan penelitian terbaru yang
mendukung
penggunaan
tubuh
dalam
menahan
beban
latihan
ketika
menggunakan rantai biomekanik. Selain itu, neuroscience dan uji klinis menyarankan penggunaan getaran untuk meningkatkan dorongan saraf dan untuk mengurangi rasa sakit. 2.2.2.
Latihan Kekuatan pada rantai kinetik tertutup
Fokusnya adalah pada pelatihan fungsi dimana beberapa otot direkrut dalam rantai tertutup dan otot-otot bekerja bersama sebagai latihan yang sedang dilakukan. Pelatihan dalam rantai kinetik tertutup didefinisikan sebagai berikut dimana, segmen distal tetap dan menumpu semua berat atau sebagian dari berat tubuh. Ini mencapai kompresi lebih pada sendi bersama dengan stabilisasi yang dinamis dan aktivasi agonis, antagonis dan synergists.
30
Gambar 2.21. Latihan pada rantai kinetic tertutup Sumber :(Neurac 1, 2008)
a. Latihan stabilisasi Studi terbaru menunjukkan bahwa otot-otot tertentu memiliki fungsi stabilisasi yang sangat khusus. Otot Ini disebut otot-otot "lokal", yang dekat dengan sendi dan dianggap penting untuk stabilitas sendi, sedangkan otot
"global"
untuk
muskuloskeletal dapat
melakukan
gerakan.
Cedera
pada
sistem
mengubah mekanisme ini, menyebabkan
kerusakan abadi dalam berfungsi. Terapi Master, diterapkan dalam konsep SET, menunjukkan hasil yang baik dalam mempengaruhi dalam sistem stabilisasi
Gambar 2.22 Latihan stabilisasi Sumber :(Neurac 1, 2008)
b. Latihan sensorimotor
31
Kontrol
neuromuskular
yang
tepat
sangat
penting
untuk
mempertahankan tingkat fungsi normal. Keluhan kronis mempengaruhi fungsi sensorimotor. Efektivitas pelatihan Neuromuskuler yang terkontrol pada ekstremitas bawah didokumentasikan dengan baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa jenis pelatihan ini juga penting untuk leher, punggung dan bahu. Pelatihan sensorimotor ialah elemen penting dari konsep S-E-T. Ketidakstabilan dicapai pada kain TerapiMaster itu. Selain itu, bantalan karet berisi udara, tikar karet tebal / matras dan menggunakan papan miring.
Gambar 2.23 Latihan sensorimotor. Sumber : (Neurac 1, 2005)
2.2.3.
Sling Exercise Terapi (SET)
Sebuah metode baru yang dikembangkan SET disebut Neurac, yang merupakan
singkatan
dari
aktivasi
neuromuskuler.
Pengalaman
klinis
menunjukkan bahwa dalam banyak situasi telah memungkinkan untuk mencapai perbaikan spontan dalam kontrol neuromuskular saat menstabilkan otot-otot inti
32
dan juga fungsi otot. Hal ini didasarkan pada latihan yang dilakukan dalam rantai kinetik tertutup, dengan beban seberat yang dapat dikelola oleh pasien, dengan ketidakstabilan maksimum dan tanpa meningkatkan atau memprovokasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil yang baik hal terpenting adalah individu harus mengatur pembagian beban latihan terhadap ketidakstabilan sling TerapiMaster. Penelitian telah menunjukkan bahwa aliran sinyal ke otot meningkat jauh ketika latihan dilakukan pada permukaan penyangga yang tidak stabil. Inti dari teknik neurac melibatkan dua progresi pelatihan neuromuskuler yang disesuaikan: a. Terus menerus tergantung dengan berat tubuh individu selama latihan dan terapi b. Selempang dan tali yang Adjustable (dapat disesuaikan) untuk memberikan gerakan
olahraga
yang
aman,
semakin
menantang
untuk
menjaga
keseimbangan dan kontrol postural. Keberhasilan neurac tergantung pada integrasi dari tiga faktor berikut: 1) Merencanakan gerakan ekstremitas atas dan bawah dan
atau dasar
(corset) yang melibatkan berat tubuh dalam lingkungan yang tidak stabil dengan menggunakan sling Redcord, tali dan bantal keseimbangan. 2) Bebas rasa sakit, intensitas kontraksi otot dengan upaya yang tinggi dilakukan dalam gerakan CKC. 3) Getaran variabel diterapkan pada tali dan sling. Redcord telah mengembangkan sistem evaluasi disfungsi otot yang disebut Weak Link Testing (WTL) untuk mengidentifikasi otot yang tidak
33
aktif atau sleeping muscles dan secara simultan, kemampuan usaha atau kerja otot individu yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan kelemahan otot serta keterbatasan gerak. Ketika kelemahan otot teridentifikasi terapis mulai melaksanakan proses neurac treatment. 2.2.4. Prosedur penerapan latihan Neurac a. Tehnik Aplikasi 1) Sebelum latihan terlebih dahulu melakukan pemanasan berupa peregangan pada otot trunk dan anggota gerak bawah 2) Latihan neurac terdiri dari: push-up standing, prone bridging, supine pelvic lift, side lying bridging 3) Fisioterapis memberikan instruksi dalam penggunaan sling yaitu dengan b. Dosis 1) Frekwensi
: 3 X seminggu
2) Intensitas
: 3 set latihan
3) Time
: tiap posisi ditahan selama 6 detik
4) Repetisi
: 6 kali
5) Rest
: 30 detik/ pengulangan satu posisi
c. Tehnik latihan Neurac ( Neuromuskuler Activation) 1) Push-up standing Posisi awal peserta berdiri tegak sambil memegang tali sling kemudian tubuh bergerak miring ke depan sejauh 450 dari posisi awal, gerakan ini diulang 6x/set. Masing masing posisi dipertahankan selama 6 detik
34
kemudian kembali ke posisi awal dan istirahat selama 30 detik, 3 set, frekuensi latihan 3x seminggu dengan waktu atau durasi latihan 20 sampai 30 menit.
12
11 Gambar . 2. 24: Push-Up Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy
2) Prone bridging Posisi awal posisi tengkurap dengan kedua lutut menggantung pada sling, lengan bawah menyangga pada matras, flexi 900 kemudian tubuh dan panggul diangkat lurus setinggi bahu pertahankan selama 6 hitungan turunkan dan istirahat 30 detik ulangi 4x dalam 1 set latihan, gerakan ini dapat dilakukan 4set latihan, kemudian pindahkan sling dibawah pergelangan kaki dengan posisi awal sama kemudian angkat panggul dan tubuh setinggi punggung lalu dipertahankan 6 detik, turunkan dan istirahat 30 detik, ulangi kembali gerakkan sebanyak 6x dalam 1 set latihan, lakukan selama 10-20 menit
35
Gambar .2. 25: Prone Bridging Sumber: Redcord medical active sport,2013
3) Supine pelvis lift Posisi awal pasien terlentang dengan sling diletakkan di bawah lutut kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan pertahankan posisi selama 4-6 hitungan kemudian istirahat selama 30 detik dan ulang kembali sebanyak 4x pengulangan untuk satu set pertama , set kedua posisi sling di letakkan di bawah pergelangan kaki kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan mempertahankan posisi 6 detik, istirahat 30 detik dan diulang 6x gerakan. Latihan dilakukan selama 10-20 menit Gambar
gGgg
Gambar 2.26. Supine pelvis lift Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy
36
4) Side lying bridging Posisi awal tidur miring dengan sling diletakkan pada lutut bagian lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi tersebut selama 6 hitungan dengan istirahat 30 detik dan pegulangan gerak 4x setiap set latihan, setelah itu untuk meningkatkan beban latihan sling digeser ke pergelangan kaki lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi selama 6 detik dengan istirahat 30 detik dan gerakan di ulang sebanyak 6x dalam tiap set. Latihan dilakkukan selama 10-20 menit
Gambar. 2.26: Side lying Bridging Sumber: Redcord medical active sport,2013
2.2.5.
Mekanisme latihan Neurac terhadap ketepatan tendangan pada olahraga sepak bola. Neurac adalah metode latihan/penanganan yang bertujuan untuk mencapai
atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan masalah musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada tingkat atau level yang tinggi dengan aktifasi otot-otot core trunk. Fisiologi otot-otot core
menghasilkan beberapa efek biomekanik lokal yang efisien dan fungsional pada
37
bagian distal gerakan atau eksekusi gerak terjadi, aktivasi otot menghasilkan
penyesuaian antisipasi postural/anticipatory postural adjustments (APAs), yang memberikan posisi tubuh bertahan dari gangguan untuk membuat keseimbangan baik berupa menendang, melangkah atau berlari. Otot-otot core menghasilkan stabilisasi yang fungsi utamanya bekerja untuk menghasilkan APAs. APAs menciptakan stabilisasi proksimal untuk mobilisasi pada distal., sehingga saat eksekusi gerak menendang proses menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain. Menendang bola melibatkan banyak komponen. Pada tendangan yang dilakukan dengan kaki kanan maka kaki kanan yang melakukan tendangan akan menjadi bagian mobilitas, sementara kaki kiri menjadi bagian stabilitas. Stabilitas tungkai kiri bisa terjaga jika didukung oleh stabilitas postur yang adekuat karena faktor perubahan letak center of gravity (COG) saat menendang akan mempengaruhi stabilitas tungkai kiri. Hal ini dapat diminimalisir dengan aktivasi dari core stability. Dengan kata lain akurasi menendang dapat dicapai jika eksekusi gerak menendang tidak dipengaruhi oleh instabilitas postur. Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam tendangan akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini memberikan pengaruh alignment dari kepala sampai pelvis dalam membentuk alignment postur. Saat dilakukan gerak ayunan tungkai, akan
38
terjadi pelvic tilt dimana otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi sebagai stabilisasi terhadap mobilitas distal. Di sisi lain dibutuhkan banyak dan lebih kecil di dalam pheriperal segment, pergerakan dari inersia dalam area distal tersebut berkurang, mengakibatkan penyajian dalam kecepatan tinggi. Pengaruh aktivasi otototot postural akan membentuk suatu pola midline dimana adanya suatu antisipasi postural akan mempengaruhi persiapan anggota gerak bagian distal dalam membentuk midline sebagai perkembangan potensial dari linear akselerasi dalam persiapan untuk bergerak.
2.3. Core Stability Core stability secara definisi adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan batang badan melalui panggul dan kaki untuk memungkinkan produksi optimal, transfer dan control kekuatan dan gerakan ke segmen terminal dalam aktifitas rantai kinetic terintegrasi (Kibler, 2006). Core adalah daerah lumbo-pelvic-hip kompleks. Daerah core adalah letak atau tempat dari pusat perkenaan gaya gravitasi dan tempat dari awal semua gerakan. Pada daerah ini terdapat 29 otot yang terkait atau terdapat pada daerah lumbo-pelvic- hip kompleks. Efisiensi daripada core dimaksudkan untuk memelihara hubungan pemanjangan normal dari fungsi agonis dan antagonis, yang mana akan meningkatkan hubungan dari kedua kekuatan pada daerah lumbo-pelvic-hip complex. ( Kibler, 2006)
39
Core stability yang baik berfungsi untuk meningkatkan penampilan gerak serta untuk mencegah terjadinya cedera, kekuatan daripada otot-otot inti batang badan berasal dari regio batang badan dan sesungguhnya bertugas untuk membantu mengontrol kondisi kekuatan, memperhalus gerakan, serta koordinasi gerak yang efisien dan lebih baik pada anggota gerak. Selebihnya kondisi core muscle yang baik juga membantu mengurangi resiko terjadinya cedera akibat posisi postur yang buruk. Otot utama dari Core Muscle adalah otot panggul, transversus abdominis, multifidus, internal dan eksternal obliques, rektus abdominis, sacrospinalis khususnya longissimus thoracis, dan diafragma. Minor core muscle termasuk latisimus dorsi, gluteus maximus, dan trapezius. Dilihat dari letak core muscle tersebut, maka tidak heran jika setiap gerakan fungsional dari anggota gerak akan berkaitan erat dengan core muscle ini. Core muscle merupakan "inti" atau bagian pusat untuk semua kekuatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan melaksanakan kegiatan fisik yang berbeda. Fungsi umum dari core muscle untuk menstabilkan dada dan panggul selama gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat (muntah, kotoran, udara penuh karbon, dll). Berdasarkan pergerakan tubuh, fungsi core musle dapat dibagi menjadi dua, yaitu; static core function dan dynamic core function a. Static core muscle
40
Fungsi statis core adalah kemampuan seseorang untuk menyelaraskan dan menstabilisasi atau menjaga tubuh tetap diam melawan dorongan kekuatan dari luar. Contoh fungsi statis adalah ketika atlet menembak menjaga tubuhnya tetap diam melawan dorongan tolakan yang ditimbulkan dari tembakan peluru. b. Dinamik core muscle Sifat gerakan dinamis harus memperhitungkan struktur kerangka kita (sebagai tuas) di samping kekuatan resistensi eksternal, dan akibatnya menggabungkan sebuah kompleks yang sangat berbeda dari otot-otot dan sendi melawan posisi statis. Karena itu desain fungsional, selama gerakan dinamis ada ketergantungan lebih pada otot inti dari hanya kekakuan kerangka seperti dalam situasi statis. Hal ini karena tujuan gerakan ini tidak melawan tahanan, statis tidak berubah, tapi untuk melawan
kekuatan yang
berhubungan dengan perubahan bidang gerak . Dengan menggabungkan gerakan, tulang-tulang tubuh harus menyerap perlawanan dengan cara cairan, dan dengan demikian tendon, ligamen, otot, dan persarafan mengambil tanggung jawab yang berbeda. Tanggung jawab ini meliputi reaksi postural dengan perubahan dalam kecepatan (kecepatan dari kontraksi), gerak (reaksi waktu kontraksi) dan kekuatan (jumlah perlawanan menolak dalam periode waktu). Fungsi dinamis core muscle adalah menjaga keseimbangan tubuh saat bergerak. Sebelum seseorang melakukan gerakan yang lebih dulu mesti dilakukan
adalah
menciptakan
keseimbangan
tubuh
untuk
dapat
41
menggerakkan anggota tubuh lainya secara fungsional. Sebagai contoh dari ini adalah berjalan di lereng. Tubuh harus melawan gravitasi sambil bergerak dalam arah, serta menyeimbangkan dirinya sendiri di tanah yang tidak rata. Hal ini akan memaksa tubuh untuk menyesuaikan tulang dengan cara yang menyeimbangkan tubuh, sementara pada saat yang sama mencapai momentum melalui mendorong terhadap tanah yang berlawanan arah gerakan dengan yang dikehendaki. Pada awalnya, mungkin tampak bahwa kaki adalah penggerak utama dari tindakan ini, tetapi tanpa keseimbangan, kaki hanya akan menyebabkan orang jatuh. Oleh karena itu, penggerak utama berjalan adalah inti mencapai stabilitas, dan kemudian kaki melangkah hal menjelaskan tentang inti yang stabil dengan menggunakan otot kaki. Dalam kasus lereng licin, seseorang mungkin harus bereaksi dan menangkap diri mereka sendiri untuk menjaga keseimbangan. Ini adalah fungsi dari seberapa cepat otot-otot seseorang dapat bereaksi terhadap situasi, ukuran kecepatan dan kecepatan (seberapa cepat mereka bereaksi dan seberapa cepat mereka dapat merekrut otot-otot yang diperlukan). Seseorang yang dapat bereaksi dengan cepat tetapi tidak merekrut cukup cepat otot-otot mereka akan tahu bahwa mereka sedang jatuh, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Seseorang yang tidak dapat bereaksi cukup cepat (atau tepat) tetapi dapat merekrut otot-otot mereka dengan kecepatan, akan bereaksi berlebihan dengan mudah. Akhirnya, dengan asumsi subjek memiliki reaksi dalam waktu dan dengan kecepatan, mereka harus memiliki kekuatan untuk menerima berat badan mereka, karena
42
tergelincir mengurangi beban pada otot-otot mereka, namun singkat. Kemampuan otot untuk memiliki kekuatan, akan memastikan bahwa beban langsung dapat diambil oleh otot dan mereka akan mampu mengembalikan keseimbangan dan, akhirnya, mencapai tujuan mereka. 2.3.1.1.
Manfaat melatih core muslce
a. Memperkuat core muscles akan memperbaiki postur tubuh dan mencegah sakit pinggang (low back). b. Membantu menjaga kesehatan otot, sehingga mencegah cidera pinggang lebih lanjut. c. Meningkatkan kinerja tubuh d. Latihan memperkuat core muscle tidak menyebabkan sakit nyeri otot. e. Memperpanjang otot dan mencegah ketidak seimbangan pijakan saat anda menjadi tua. 2.3.1.2.
Fisiologi Core Stability
Otot Inti digunakan untuk menstabilkan dada dan panggul selama gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat (muntah, kotoran, karbon-saratudara, dll). a.
Valsava manuver Otot inti sangat penting dalam manuver Valsava, yang adalah ketika thorax seseorang mengencangkan sementara menahan napas mereka. Tindakan ini biasanya sukarela dapat diinduksi dengan menghubungkan
43
tangan seseorang di depan dada sambil berdiri, dan kemudian menarik terhadap tangan tanpa melepaskan. Manuver Valsava membantu dalam mengangkat, ekskresi, mendorong, dan melahirkan. b.
Tarak (kemampuan menahan buang air) Kontinensia adalah kemampuan untuk menahan buang air besar, dan inkontinensia stres kemih (kurangnya kontrol kandung kemih karena dasar panggul dapat menyebabkan disfungsi otot inti lemah).
c.
Kehamilan Wanita menggunakan otot inti mereka, khususnya transversus abdominis , selama persalinan dan melahirkan. Sebuah contoh dari fungsi inti statis adalah menembak senapan dalam posisi tengkurap. Untuk menjaga akurasi, penembak harus mampu mentransfer berat tubuh mereka sendiri dan berat senapan ke tanah.
Gambar 2.5. Contoh fungsi inti statis. Dari Tentara dalam posisi tiarap akan menembak Pada daerah lumbar spine, otot local dan global bekerja dalam harmony untuk memberikan keseimbangan biomekanik . Dengan mempertimbangkan lumbar spine sebagai contoh; distribusi kekuatan pada sistem local menunjukkan respon untuk mempertahankan atau memelihara kondisi
44
postural, selama system global menghasilkan gerakan dan membantu dalam stabilisasi seperti yang seharusnya atau dibutuhkan. Local muscles (segmental stabilization) dan Otot global mengontrol range of movement dan alignment. (Comerford MJ, Mottram SL, 2001) d. Proses pembentukan stabilisasi pada core muscle Postural Adjustments
External Loads
Lumbopelvic Region
Muscle Activation
Spinal Ligament Deformation Muscle Spindles
Golgi Tendon Organs
Neural Feedback
Stability Requirement
Gambar 2.6. Model of core stability (Core Stability Training: Application To Sport Condition Programs) (Jeffrey, 2007)
Berdasarkan gambar diagram tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme terbentuknya stabilisasi oleh otot inti (core muscle) terjadi karena stimulasi
dari
gerak
ekstremitas
(
aktifitas
proprioceptor)
melalui
pembebanan(external load) serta kondisi postural adjustments yang kemudian di interpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai keputusan akan adanya kebutuhan untuk melakukan stabilisasi pada regio lumbopelvic, lalu di sampaikan ke otot inti
45
(stabilisator) serta mengaktivasi otot tersebut yang kemudian akan menghasilkan stabilisasi serta kontrol saraf. Hal tersebut di atas juga dikenal sebagai mekanisme feed forward mechanism (FFM) yang memiliki hubungan erat dengan otot-otot inti pada tubuh manusia
2.3.2.
Stabilisasi Lumbo Pelvic
Pada tahun 1970-an, para peneliti mulai menggambarkan konsep stabilitas Spinal. Bahwa stabilitas adalah sebuah proses dinamis yang meliputi dua hal : posisi statis dan gerakan yang terkontrol, mereka berteori bahwa cedera punggung dan nyeri dapat disebabkan oleh degenerasi sendi dan secara bertahap jaringan lunak dari waktu ke waktu mengalami microtrauma berulang, yang disebabkan oleh kontrol yang kurang dari struktur tulang belakang. (Barr, 2005) Berdasarkan
penelitian biomekanik Punjab dan kawan-kawan, maka
diperkenalkan konsep stabilitas lumbopelvic fungsional. Stabilitas sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh kerja antara
tiga subsistem; pasif, aktif dan
persarafan. subsistem pasif terdiri dari struktur osseus atau vertebrae dan diskus atau artikular, ligamen dan tulang belakang, serta pembatasan gerakan segmental mereka. Adapun tugas daripada subsistem pasif adalah memonitor gerak dan posisi spine. Struktur aktif mengacu pada otot dan tendo sendiri, yang menstabilkan segmen tulang belakang saat bergerak. Otot-otot harus memiliki ketahanan dan kekuatan yang memadai untuk melakukan fungsi ini agar memuaskan (karakteristik fungsional otot). Subsistem kontrol mengacu pada kontrol otot yang menyediakan sokongan pada tulang belakang. Neuromuskular
46
kontrol menyediakan aksi bersama antara input aferen (proprioception) dan output eferen dari sistem saraf (koordinasi), dan memungkinkan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan yang diperlukan dan pada waktu yang tepat. Dengan kata lain bahwa stabilitas tulang belakang dan juga daerah lumbo-pelvic adalah hasil kerja yang sinergis dari 3 elemen utama menurut Punjab, 1992: Dukungan dari struktur pasif osseoligamentous. (Osteo-ligamentous subsystem (passive)), dukungan aktif dari sistem otot. (muscle subsystem (active)), pengendalian sistem otot oleh SSP (Central Nervous Subsystem) Stabilitas lumbo pelvic atau panggul mengacu pada kemampuan otot-otot punggung dan panggul untuk menjaga tulang belakang dan panggul dalam posisi yang optimal selama aktivitas gerak dan olahraga. Jika struktur ini dipertahankan atau dijaga dalam keselarasan yang optimal maka otot-otot dan sendi pada tungkai bawah dapat berfungsi secara efisien. Jika struktur ini tidak dijaga dalam keselarasan yang optimal, maka sendi kurang berhasil dan fungsi otot dapat menyebabkan cedera dan nyeri di tulang belakang serta tungkai bawah. Ketika lumbo-pelvis kompleks stabil, otot-otot perifer memerlukan kontraksi yang sedikit untuk menghasilkan jumlah gerak yang dibutuhkan. Stabilitas panggul yang memadai memungkinkan untuk transfer efisien daya dari ekstremitas
bawah
ke
ekstremitas
atas.
Misalnya,
tindakan
melempar
membutuhkan kaki dan dasar untuk memulai gerakan dan untuk mentransfer kekuatan sampai lengan untuk melempar bola. Postur tubuh yang kurang baik di saat istirahat atau bergerak, misalnya, saat berdiri dengan otot fleksor pinggul dalam kondisi kontraksi dan kurangnya
47
tahanan
pada
glutealis dapat menunjukkan rendahnya kontraksi aktif otot
gluteal. Hal ini menjadi lebih nyata saat menjalankan aktivitas dengan level yang tinggi. kontrol postural, adalah kapasitas untuk menjaga proyeksi pusat gravitasi tubuh terhadap base of support. Spasme otot dan contoh di atas, yaitu keterbatasan fleksor pinggul dapat berarti kontrol otot yang buruk pada otot panggul dan ketidakseimbangan antara pinggul dan otot-otot panggul. Hal lain yang harus dicari adalah kelemahan otot. Melakukan beberapa tes sederhana dapat mengidentifikasi masalah, namun melakukan tes fungsional yang lebih, seperti; satu langkah kaki turun atau kegiatan melompat akan mengidentifikasi masalah yang lebih halus yang perlu dikoreksi. Stabilisasi tulang belakang lumbopelvic melibatkan co-kontraksi otot
lumbar multifidus dan transversus
abdominis. Secara mekanis, stabilitas tergantung pada posisi, gerak, dan beban. Pola gerakan yang berubah oleh karena kekuatan dan fleksibilitas yang salah, kelelahan oleh karena kurangnya daya tahan, atau kontrol saraf yang abnormal pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan akan mengakibatkan penurunan stabilitas struktur tulang belakang, meningkatkan tahanan atau beban ke otot-otot yang sudah tidak efisien, dan mengakibatkan kelangsungan dari proses degenerasi. Keseimbangan agonis dan antagonis diperlukan untuk membantu ligamen dalam memberikan stabilitas sendi dan untuk menyeimbangkan distribusi tekanan pada permukaan artikular (Barrata, 1988) Stabilitas sendi merupakan akibat dari mekanisme kerja baik statis maupun dinamis.
48
Stabilitas statis berasal dari struktur pasif seperti kesesuaian tulang, ligamen, dan kapsul sendi. Stabilitas dinamis diciptakan oleh kontraksi otot dan sendi yang disebut sebagai stabilisasi fungsional. Postural stabilitas (biasanya disebut sebagai keseimbangan) didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat gravitasi (COG) dalam bidang tumpu (BOS) pada batas-batas stabilitas (line of stability) (LOS)) pengaturan ini disebut sebagai kerucut terbalik Stabilitas postural adalah hasil dari input, proses, dan output informasi dari PNS dan SSP. khususnya, informasi yang terlibat dalam stabilitas postural meliputi visual, vestibular dan informasi somatosensori.(neurac 1, 2008) 2.3.3.
Anatomi Lumbo-pelvic
a. Tulang : Secara anatomi, struktur kolumna vertebralis terdiri atas 33 ruas, dibagi menjadi 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang thorakalis, 5 ruas lumbalis, 5 ruas tulang sakrum dan 4 ruas tulang koksigeus. Secara fungsional kolumna vertebralis merupakan satu kesatuan, baik dalam fungsi dinamik maupun fungsi statis. Secara keseluruhan tulang belakang harus menggerakan dan meneruskan berat badan dan melindungi medula spinalis. Pada posisi berdiri tegak segmen lumbal akan lordosis dan kolumna vertebralis bekerja seperti derek, otot paravertebral merupakan kabel-kabel yang mengimbangi setiap beban yang dibawa ke depan. b. Persendian
49
Pada kolumna vertebra ada dua jenis persendian, yaitu persendian antara dua korpus vertebra dan antara 2 arkus vertebra, yang mana dihubungkan oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamentum interoseus.
Gambar.2.7 Kurva Spine di lihat dari anterior, posterior dan lateral Sumber http://www.spineuniverse.com (Jason M. Highsmith, MD)
Gambar. 2.8 Struktur tulang Vertebra Lumbal Sumber http://www.spineuniverse.com (Jason M. Highsmith, MD)
c. Diskus Intervertebralis Tiap diskus intervertebralis terdiri dari lapisan luar annulus
fibrosus dan
inti lunak serta licin seperti jeli, nucleus pulposus yang berisi sisa notochord (Chordda Dorsalia). Annulus fibrosus mengandung lapisan serabut kolagen dan kartilago fibrosa tersusun konsentris melingkari nukleus pulposus yang
50
berada dalam tegangan. Diskus intervertebralis terletak antara tiap-tiap korpus vertebra. Pada potongan sagital tampak seperti kerucut.
Gambar 2.9 Discus Intervertebralis Sumber.http://www.alphaklinik.de
d. Foramen Intervertebralis Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal kolumna vertebralis antara vertebra atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasi oleh pediculus vertebra bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral discusserata sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh prosesus artikularis dan sendi facetnya dan tepi lateral ligamentum flavum. e. Radiks Radiks merupakan sepertiga sampai setengah isi foramen yang terdiri atas saraf sensorik dan motorik, diselubungi oleh jaringan ikat fibrosus dan setinggi foramen masih terdapat cairan serebrospinal sebagai lanjutan dura.
51
Gambar 2.10. Persyarafan pd regio Lumbal Sumber. www.back. Com
f. Saraf Sinuvertebra Saraf sinuvertebra merupakan cabang rami vertebralis yang melewati foramen ke kanalis vertebra kemudian bercabang dan mensarapi satu segmen di atasnya, segmen yang bersangkutan dan dua segmen di bawahnya. g. Pembuluh darah Pada bagian bawah foramen terdapat lebih dari dua vena yang cukup besar. Selain itu terdapat pula cabang kecil dari arteri segmental. Arteri ini terbagi menjadi tiga cabang, yaitu satu cabang mensuplai corpus vertebra, satu cabang lagi mensuplai bagian posterior. Kemudian juga terdapat arteri vertebralis pada sisi kiri dan kanan medulla spinalis dan batang otak. Kedua arteri ke atas bersama-sama setelah memasuki foramen magnum bergabung membentuk arteri basilaris. h. Facet Merupakan bagian yang sensitif pada spine dan memiliki banyak jaringan pengikat untuk membentuk sendi yang normal. Facet terdiri dari kartilago, kapsule, cairan sendi dan ligamen. Facet joint merupakan sendi yang terdapat pada tubuh yang dapat bergerak dan termasuk jenis sendi datar dengan gerak utamanya adalah gerak geser atau glide dan menekuk atau tilting serta banyak
52
mengandung cairan sinovium. Ketika mengalami iritasi, kompresi, trauma atau injuri dapat mengakibatkan nyeri yang hebat dan bengkak. Facet dibentuk oleh facies artikularis inferior pada vertebra atas dan facies artikularis superior dari vertebra bawahnya. Tidak semua facet berada dalam bidang yang sama, pada segmen tertentu lebih convex atau concave. i. Ligamen 1) Ligamentum interspinosus, ligamentum ini berperan dalam mencegah terpisahnya dua vertebra. 2) Ligamentum supraspinosus, 3) Ligamentum intertransversus, 4) Ligamentum iliolumbal, merupakan ligamentum penting yang mengikat prosesus transversus L3 ke ilium. Ligamentum ini menahan meluncurnya ke
depan menekuk ke lateral dan rotasi aksial vertebra L5 terhadap
sakrum. 5) Ligamentum flapum, Berperan sedikit dalam menahan fleksi lumbal tetapi tidak membatasi gerakan. Peran utamanya memelihara keutuhan dan permukaan yang mulus sepanjang atap kanalis vertebralis. 6) Ligamentum longitudinale anterior, 7) Ligamentum longitudinal posterior, ligamen ini berfungsi untuk membatasi gerakan utama pada gerakan fleksi ektensi dan melindungi diskus intervertebralis. Ligamen ini kaya akan capiler dan saraf afferen IVC.
53
Gambar 2.11. Ligamen-ligamen pada columna Vertebra Sumber. www.spineuniverse.com
j. Innervasi Persarafan mengikuti saraf segmental dimana segmen of junghan disarafi oleh sinuvertebral nerve segmen yang bersangkutan dan satu segmen atas, serta satu segmen bawahnya. Saraf persegmen yang terdapat pada columna vertebra terdiri dari saraf sensorik, motorik dan vegetatif. Pada lumbal bagian posterior terdapat foramen intervertebral dan semua persarafan yang percabangannya terletak disana. Setiap dorsal ramus berjalan menyilang dan dapat bercabang dua hingga tiga percabangan. Sisi lateral percabangan berjalan hingga ke lateral lumbal dan mensarafi otot erector spine hingga iliocostalis. Percabangan lateral L1 – L3 muncul dari otot dan menyilang ke iliaca dan menjadi cutaneus dan berakhir di bokong. Percabangan bagian tengah berdiri sendiri berasal dari dari setiap percabangan lateral dan mensarafi bagian medial lumbal otot longissimus thorasic. Percabangan medial mensarafi otot multifidus dan interspinosus, ligamen dan facet joint.
54
Bagian anterior terdapat korfus vertebra dan diskus intervertebralis juga ligamen. Persarafan bagian anterior mensarafi ligament longitudinal antereior, sedangkan bagian posterior mensarafi ligament longitudinal posterior. Dari kedua bagian itu interior dan posterior pleksus banyak terdapat percabangan yang masuk pada korpus dan diskus intervertebralis. Percabangan yang di diskus hanya mensarafi bagian luar yaitu pada bagian anulus fibrosus dan tidak sampai ke dalam. Untuk persarafan pada korpus tidak terlalu dalam hanya sampai pada spongiosa.
Gambar 2.12. Radiks Vertebra Lumbal Sumber. http://www.spineuniverse.com
k. Otot – otot Para lumbal Otot secara umum dibagi atas 3 jenis yaitu, otot rangka, otot jantung dan otot polos. Otot rangka merupakan masa besar yang menyusun jaringan otot somatic. Otot merupakan jaringan yang kerjanya dapat diatur dan kerja otot adalah berkontraksi, yaitu memendekan dirinya, sehingga dengan demikian kerja otot dapat dimanfaatkan untuk memindahkan bagian bagian skelet, yang
55
berarti bahwa suatu gerakan terjadi. Otot spine terdiri atas otot intrinsik dan ekstrensik muscle dengan fungsi utama sebagai stabilisator, di samping sebagai penggerak. Otot spine termasuk otot tipe I sehingga bila ada patologi akan terjadi tighness dan contraktur. Otot – otot spine terdiri atas : 1) M.Rectus abdominis untuk fleksi dan lateral fleksi, berasal dari krista iliaka dan simpisis pubis dan berinsersio di kosta 5-
7, procesus
xyphoideus. 2) M.Obliquus externus abdominis untuk fleksi dan rotasi. Dengan origo dari slips bagian luar diantara costa 8 dan
berinsersio di abnominal
aponeurosis, anterior dari krista illiacum. 3) M.Obliquus internus untuk fleksi dan lateral fleksi, 4) M. Transversus Abdominis, berfungsi untuk gerak flexi 5) M. Semispinalis (thoracic) bila berkontraksi secara bilateral berfungsi untuk ektensi kolumna vertebra, bila secara unilateral berfungsi untuk rotasi kolumna vertebra pada sisi yang berlawanan. 6) M.Quadratus lumborum bila bilateral action untuk ekstensi lumbar spine dan bila unilateral action untuk lateral fleksi lumbar spine dan elevasi pelvis. 7) M. Multifidus bila berkontraksi secara bilateral untuk ektensi kolumna vertebrae dan bila secara unilateral untuk lateral fleksi dan rotasi pada sisi yang berlawanan. 8) M.Erector spine terdiri atas M. Illiocostalis thoracis berfungsi untuk
56
ekstensi trunk bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi bila berkontraksi secara unilateral. 9) M.Illiocostalis lumborum berfungsi untuk ekstensi bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi-rotasi-elevasi pelvis bila berkontraksi secara unilateral, M.Longisimus thoracis dan prosessus tranversus vertebrae thorakal, berfungsi untuk ekstensi trunk bila berkontraksi secara bilateral dan lateral fleksi bila berkontraksi secara unilateral, M.Spinalis thoracis Berfungsi untuk ekstensi trunk. 10) M. Psoas sebagai otot pembantu termasuk otot tipe I berfunsi untuk fleksi hip.
Gambar 2.13. A Otot-otot Spine bagian posterior Sumber. www.med.uottawa.com
Gambar 2.14 Otot-otot Spine bagian anterior dan penampang otot Sumber. www.med.uottawa.com
57
2.3.4.
Fisiologi Lumbo-pelvic
Aktivasi Otot dalam fungsi rantai kinetik didasarkan pada program sebelum pola aktifasi otot yang berorientasi pada tugas, khususnya untuk kegiatan atletik, dan ditingkatkan dengan pengulangan gerak. Pola-pola ini dikelompokkan ke dalam dua kelas berikut: Pola memanjang-tergantung,
yang memberikan stabilitas di satu sendi, dan
dimediasi oleh masukan gamma afferent serta melibatkan hambatan timbal balik otot untuk memberikan kekakuan di sekitar sendi; Pola kekuatan-menggantung merupakan aktivasi terintegrasi pada beberapa otot, untuk menggerakkan beberapa sendi dan meningkatkan kekuatan, serta dimediasi oleh reseptor tendon golgi. Dalam pola aktivasi Kekuatan-menggantung lebih banyak ditunjukkan pada aspek yang berhubungan dengan kegiatan inti. Evaluasi pola aktivasi otot dalam hubungan dengan gerakan lengan yang cepat menunjukkan bahwa otot-otot pertama yang diaktifkan adalah gastrocnemius kontralateral / soleus, dan bahwa pola aktivasi dilanjutkan sampai ke lengan melalui otot - otot pada daerah sangkar torax (corset). Kecepatan Kaki maksimum dalam menendang sangat berkaitan dengan aktivasi otot fleksor pinggul daripada ekstensi lutut. Pada sebuah penelitian tentang melempar cepat bola bisbol didemonstrasikan bahwa di semua tingkat kesulitan ada pola aktivasi otot yang dimulai dari eksternal oblik kontralateral dan memberikan hasil kerja untuk lengan.
58
Pola aktivasi otot ini juga mengakibatkan peningkatan tingkat aktivasi otot di ekstremitas,
meningkatkan kemampuan mereka untuk mendukung atau
memindahkan ekstremitas. Gerakan plantarflexi maksimal otot gastrocnemius merupakan hasil stimulasi dari otot-otot pinggul. Aktivasi lebih dari dua puluh enam persen dapat terjadi di pergelangan kaki sebagai akibat dari aktivasi otot proksimal. Demikian pula, peningkatan 23-24% dalam aktivasi rotator cup maksimal terjadi ketika skapula distabilkan oleh otot trapezius dan rhomboid, baik pada individu tanpa gejala atau dengan gejala. Selain itu, aktivitas otot distal dapat lebih diarahkan presisi dan terkontrol, dari pusat, ketika aktivasi otot proksimal maksimum. Hal ini dapat dilihat dalam fungsi otot-otot siku saat melempar. Aktivasi otot inti digunakan untuk menghasilkan torsi rotasi sekitar tulang belakang. Sebagian besar dari studi aktivasi otot menunjukkan pola diferensial intensitas dan waktu aktivasi otot, yang dimulai pada sisi kontralateral, yang menciptakan rotasi serta generasi kekuatan. Akhirnya, aktivasi otot inti memberikan kekakuan ke seluruh pusat massa, membuat silinder kaku yang membuat tuas lengan panjang
disekitar
daerah rotasi dapat terjadi dan terhadap otot-otot yang dapat distabilkan karena mereka berkontraksi. (Kibler, 2006) 2.3.5.
Biomekanik Lumbo-pelvic
Secara fisiologis hasil aktivasi otot dalam beberapa efek biomekanik memungkinkan fungsi lokal dan distal menjadi efisien. Program sebelum aktivasi otot mengakibatkan penyesuaian postur antisipatif (APAs-anticipatory postural adjustments),
dimana
posisi
tubuh
untuk
menahan
gangguan
dalam
59
menyeimbangkan tubuh diciptakan oleh kekuatan menendang, melempar, atau berlari. APAs menciptakan stabilitas proksimal untuk mobilitas distal. Pada aktivasi otot juga menciptakan momen interaktif yang mengembangkan dan mengendalikan kekuatan serta beban pada sendi. Momen interaktif pada sendi dibuat oleh gerakan dan posisi segmen yang berdekatan. Momen interaktif dikembangkan dalam segmen pusat tubuh dan merupakan kunci untuk mengembangkan gaya yang tepat pada sendi distal dan relatif untuk menciptakan pengurangan momen inersia dari posisi tulang di daerah-daerah distal, serta memungkinkan
kecepatan
penjumlahan
yang
lebih
tinggi.
Akhirnya,
memungkinkan untuk mengendalikan gaya bersama yang akan sangat dipengaruhi dan dikendalikan oleh program sebelum pola aktivasi otot dan saat interaktif dikembangkan melalui aktivasi inti, bukannya berdasarkan ukuran ligamen lokal atau umpan balik berbasis aktivasi otot lokal, ligamen bisa lebih kecil dalam ukuran, dan otot-otot lokal yang lebih kecil dapat diaktifkan untuk presisi dan kontrol kinerja variabel. ( Kibler, 2006) a) Osteokinematik dan arthrokinematik Vertebra Lumbal Osteokinematik adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak tulangnya saja. Pada osteokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak rotasi ayun, rotasi putar, dan rotasi spin. b) Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi, pada arthrokinematik gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide. Dari kedua gerak tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi, translasi dan spin. Gerak fisiologis spine dalam klinis berupa fleksi-ekstensi, lateral
60
fleksi dan rotasi. Hal ini terjadi karena facet pada lumbal berada dalam bidang sagital. Saat gerakan fleksi di bagian anterior akan terjadi kompresi pada korpus vertebra, diskus intervertebralis, ligamen anterior memendek dan otototot abdominal terjadi kontraksi pemendekan. Sedangkan bagian posterior terjadi penguluran pada ligamen longitudinal posterior, ligament plavum, interspinosus, supraspinosus dan otot-otot back ekstensor, facet membuka, foramen intervertebralis menjadi lebar, spinal cord teregang. Saat gerakan ekstensi bagian anterior terjadi peregangan pada otot-otot abdominal, ligamentum longitudinal anterior dan diskus intervertebralis terjadi peregangan dan korpus vertebra membuka sedangkan pada bagian posterior terjadi kompresi pada diskus intervertebralis, facet, prosessus spinosus, foramen intervertebralis menyempit, ligamen longitudinal posterior memendek serta otot-otot back ekstensor kontraksi memendek. Saat lateral fleksi terjadi kompresi facet homolateral, gapping facet kontra lateral, penyempitan foramen intervertebralis homolateral, diskus kontra lateral merenggang, kompresi ligamen intertranverse homo lateral kompresi, ligamen intertransverse kontralateral terulur dan ipsi lateral relaksasi. Saat rotasi facet bagian superior menghadap ke posterior, dan medial facet ini tidak datar tapi cenderung konkaf dan tegak lurus. Saat terjadi rotasi pada bagian atas lumbal dengan bagian bawah terlihat gerakan yang kecil disebabkan karena bentuk disebabkan karena bentuk dari facet yang tidak datar melainkan cenderung konkaf. Gerak Osteokinematik vertebra lumbal yaitu :
61
1) Gerak fleksi, terjadi kompresi pada pilar anterior, dari beberapa penelitian telah dilakukan pengukuran tekanan intradiskal untuk mendukung teori mengenai pengaruh perubahan postur terhadap fungsi diskus. Tekanan paling kecil terjadi pada saat terlentang (25%) dan terbesar pada posisi berdiri tegak (100%), ini terjadi dalam postur lordosis Pada otot-otot abdominal terjadi kontraksi memendek, sedangkan pada bagian posterior terjadi penguluran yaitu pada ligamen longitudinal posterior, ligamen plavum, supra spinalis dan otot-otot back ekstensor, facet membuka dan spinal cord teregang. 2) Gerak ekstensi, pada bagian anterior terjadi peregangan sedang pada bagian posterior terjadi kompresi, pada otot-otot back ekstensor akan terjadi kontraksi yang kuat karena menahan beban ke arah anterior. 3) Gerak fleksi kemudian melakukan gerakan lateral fleksi maka akan terjadi gerakan rotasi kearah sisi konkaf.
Gambar 2.15 Gerakan nukleus karena pengaruh tekanan Sumber: http://www.spineuniverse.com
62
2.3.6. Mekanisme core stability dalam tendangan sepak bola Aktifasi fisiologi otot-otot core menghasilkan beberapa efek biomekanik lokal yang efisien dan fungsional pada bagian distal ya gerakan atau eksekusi gerak
terjadi,
aktivasi
otot
menghasilkan
penyesuaian
antisipasi
postural/anticipatory postural adjustments (APAs), yang memberikan posisi tubuh bertahan dari gangguan untuk membuat keseimbangan baik berupa menendang, melangkah atau berlari. Otot-otot core menghasilkan stabilisasi yang fungsi utamanya bekerja untuk menghasilkan APAs. APAs menciptakan stabilisasi proksimal untuk mobilisasi pada distal., sehingga saat eksekusi gerak menendang proses menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain. Menendang bola melibatkan banyak komponen. Pada tendangan yang dilakukan dengan kaki kanan maka kaki kanan yang melakukan tendangan akan menjadi bagian mobilitas, sementara kaki kiri menjadi bagian stabilitas. Stabilitas tungkai kiri bisa terjaga jika didukung oleh stabilitas postur yang adekuat karena faktor perubahan letak center of gravity (COG) saat menendang akan mempengaruhi stabilitas tungkai kiri. Hal ini dapat diminimalisir dengan aktivasi dari core stability. Dengan kata lain akurasi menendang dapat dicapai jika eksekusi gerak menendang tidak dipengaruhi oleh instabilitas postur. Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam tendangan
63
akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini memberikan pengaruh alignment dari kepala sampai pelvis dalam membentuk alignment postur. Saat dilakukan gerak ayunan tungkai, akan terjadi pelvic tilt dimana otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi sebagai stabilisasi terhadap mobilitas distal. Di sisi lain dibutuhkan banyak dan lebih kecil di dalam pheriperal segment, pergerakan dari inersia dalam area distal tersebut berkurang, mengakibatkan penyajian dalam kecepatan tinggi. Pengaruh aktivasi otot-otot postural akan membentuk suatu pola midline dimana adanya suatu antisipasi postural akan mempengaruhi persiapan anggota gerak bagian distal dalam membentuk midline sebagai perkembangan potensial dari linear akselerasi dalam persiapan untuk bergerak. 2.4. Resistance Tube Exercise Resistance Tube Exercise merupakan bentuk latihan dengan menggunakan elastis tube sebagai tahanan/beban. Latihan dengan menggunakan elastis tube resistance bertujuan untuk mempertahankan massa otot, merehabilitasi dan memulihkan
otot
dan
fungsi
tubuh,
meningkatkan
kekuatan
dinamik,
meningkatkan stabilitas, endurance dan power otot dengan menggunakan tahanan yang berasal dari external force (Wess 2006). Perbedaan dasar dari tabung resistance dengan bentuk lain dari latihan resistance adalah tabung yang digunakan menghasilkan kontrol dan konsistensi dari kekuatan sesuai dengan kebutuhan (Patterson, 2001)
64
Elastis tube merupakan bahan elastis yang terbuat dari karet lateks berbentuk tabung dengan pemegang pada kedua ujungnya. Secara progresif produk Elastis tube resistance memiliki elastisitas dan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk latihan pada atlit. Hal ini dikarenakan karet elastic resistance dapat di gunakan secara mandiri. Untuk latihan harus di sesuaikan dengan warna karet yang berdasarkan elastisitas karet dan kekuatan otot. Tersedia berbagai warna elastis tube resistance sesuai dengan progresif tingkat tahanan yaitu warna kuning, merah, hijau, biru, hitam dan perak. Intensitas yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan repetisi maksimal (RM), yaitu beban maksimal yang dapat dilakukan/diangkat selama satu kali gerakan atau kontraksi. Repetisi untuk meningkatkan kekuatan otot repetisi yang harus diberikan adalah 60% sampai 100% dari 1 RM. Latihan isotonik adalah suatu bentuk latihan dimana adanya kontraksi otot dengan beban konstant dari awal sampai akhir gerakan. Latihan isotonik bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dinamik, endurance otot dan power sehingga dapat meningkatkan tekanan intramuskuler dan menyebabkan meningkatakan aliran darah, mencegah peradangan, dan peningkatan kelenturan jaringan yang dapat menurunkan nyeri (Sherwood, 2009) 2.4.1.
Prosedur penerapan latihan elastis tube resistance pada anggota gerak bawah
65
a. Teknik Aplikasi 1) Sebelum latihan terlebih dahulu melakukan pemanasan berupa peregangan pada otot anggota gerak bawah (hamstrings, quadriceps, calf muscle dan adductor) 2) Latihan elastis tube resistance terdiri dari: one-leg press, knee lift, seat leg extension, side leg raise, dan standing leg curl) 3) Fisioterapis memberikan instruksi dalam penggunaan elastis tube resistance yaitu dengan gerakan menarik karet elastis sampai batas regangan tertentu sesuai dengan lingkup gerak sendi yang ditentukan, kemudian kembali keposisi awal secara perlahan-lahan. 4) Elastis tube resistance yang dipakai adalah warna merah b. Dosis 1) Frekwensi
: 3 X seminggu
2) Intensitas
: 3 set latihan
3) Time
: 30 menit
4) Repetisi
: 10 kali
5) Rest
: 30 detik per 1 set latihan
c. Teknik latihan elastis tube resistance 1) One-leg press Peserta duduk di lantai dengan tungkai ke depan dan lutut sedikit ditekuk. Elastis tube resistence diletakkan di sekitar telapak kaki kanan untuk menjaga lutut kanan tetap posisi sedikit menekuk. Masingmasing ujungnya elastis tube dipegang tangan. Peserta meluruskan
66
lutut kanan tetapi tidak sampai
penguncian pada lutut. Sambil
mempertahankan regangan elastis tube perlahan-lahan tungkai kembali ke posisi semula.
Gambar. 2.16. One leg press 2) Knee lift Peserta duduk nyaman dengan posisi pinggul dan lutut tegak lurus satu sama lain. Elastis tube resistance diletakkan pada bagian paha kanan, dan ujung masing-masing elastis tube dipegang masing-masing tangan. Peserta menarik lutut kana kearah dada dengan melawan tahanan ari elastis tube resistance. Kemudian dengan perlahan kembali ke posisi semula dengan mempertahankan tahanan elastis tube.
67
Gambar. 2.17. Knee lift 3) Seat leg extension Peserta duduk tegak dengan pinggul dan lutut posisi fleksi. Letakkan elastis tube resistance pada telapak kaki dan ujung tube elastis dipegang masing-masing tangan. Peserta diminta meluruskan kaki kiri perlahan-lahan sampai tungkai terangkat pada posisi 90 derajat dengan batang
tubuh.
Kemudian
kembali
ke
mempertahankan tahanan pada elastis tersebut.
posisi
awal
sambil
68
Gambar. 2.18. Seat leg extension 4) Standing leg curl Dua peserta terlibat dalam latihan. Peserta pertama memegang kedua ujung elastis tube resistance yang diletakkan pada kaki peserta kedua dengan posisi lutut menekuk 90 derajat dan sendi paha menekuk ke depan sekitar 45 derajat. Peserta kedua diminta menurunkan tumit perlahan-lahan kemudian kembali ke posisi semula dengan perlahan. Selama gerakan di pertahankan posisi lutut dan paha tetap stabil.
Gambar. 2.19. Standing leg curl 5) Side leg raise Peserta berdiri tegak. Ujung elastis tube resistance dilingkarkan pada pergelangan kaki kanan sementara kaki kiri menginjak elastis tube resistance. Gerakkan kaki kanan kesamping kanan sampai kaki terangkat sekitar 30cm dari lantai. Kemudian perlahan-lahan kembali ke posisi awal. Saat melakukan gerakan posisi tubuh dan tungkai tetap dalam posisi stabil.
69
Gambar.2.20. Side leg raise
2.4.2. Mekanisme Resistance Tube Exercise terhadap ketepatan tendangan Latihan resistance tube dalam bentuk isotonic kontraksi dapat mempertahankan massa otot, merehabilitasi dan memulihkan otot dan fungsi tubuh, meningkatkan kekuatan dinamik, meningkatkan stabilitas, endurance dan power otot dengan menggunakan tahanan yang berasal dari external force. Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan kekuatan otot. Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit mototr unit, tetapi kontraksi otot dengan tenaga yang besar akan mengaktifkan banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif pada saat yang sama. Hal ini berarti kontrol neural fast twitch fiber dan slow twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang akan digunakan sesuai dengan karakteristiknya. Jenis latihan akan mempengaruhi motor unit yang
70
aktif, pada resistance exercise atau latihan untuk meningkatkan kekuatan otot akan
mengaktifkan fast
twitch
fiber sedangkan
pada
latihan
untuk
meningkatkan endu-rance akan mengaktifkan slow twitch fiber. Elastis tube yang digunakan sebagai stimulus untuk meningkatkan kontrol gerakan dan konsistensi tonus otot selama latihan. Pelatihan yang dilakukan secara continue dapat meningkatkan kekuatan otot phasik anggota gerak bawah, peningkatan sirkulasi pembuluh darah kapiler hingga meningkatkan kekuatan otot phasik mengakibatkan terjadinnya penambahan recuitment motor unit pada otot yang akan mengaktifasi badan golgi sehingga otot akan bekerja secara optimal. Dalam keadaan tersebut akan terjadi peningkatan kordinasi gerak anggota gerak bawah dikarenakan stabilisasi pada daerah distal mengalami peningkatan. Kondisi ini yang dapat meningkatkan ketepatan tendangan pada olahraga sepak bola.