6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Motivasi Pemilihan metode atau sistem akuntansi yang digunakan oleh pembayar pajak akan selalu dipengaruhi oleh motivasi pelaku bisnis dalam melakukan kegiatan usahanya. Motivasi secara umum timbul ketika pelaku kegiatan mengetahui kebutuhan dan kekurangannya, kemudian mencari cara untuk memuaskan kebutuhannya itu. Secara garis besar teori Motivasi digolongkan dalam dua kategori Teori Isi dan Teori Proses.Teori isi merupakan teori motivasi yang memfokuskan pada faktor-faktor pada individu yang mendorong, mengarahkan, menjaga dan menghentikan perilaku. Teori proses merupakan teori motivasi yang menjelaskan dan menganalisis bagaimana perilaku didorong, diarahkan, dijaga dan dihentikan oleh faktor eksternal kepada seseorang. Salah satu teori isi adalah teori penguatan (Reinforcement Theory). Berdasarkan
perspektif
manajerial
teori
penguatan
akan
sangat
berpengaruh ketika ia menyadari manfaat atau konsekuensi positif dari pelaporan pajak dengan menggunakan e-SPT dibandingkan dengan menggunakan metode lainnya. Demikian juga motivasi seorang wajib pajak untuk memilih metode pelaporan pajak yang dilakukannya
7
akandipengaruhi oleh seberapa besar manfaat dari sistem yang disajikan. Semakin tinggi manfaat penggunaan informasi akuntansi maka akan memotivasi wajib pajak untuk menggunakan sistem tertentu yang paling menguntungkan baginya. B. Kajian Pustaka 1. Sistem Teknologi Informasi Menurut Pratama (2009), penerapan suatu sistem dan teknologi informasi tidak terlepas dari aspek perilaku karena pengembangan sistem terkait dengan masalah individu dan organisasional sebagai pengguna sistem tersebut, sehingga sistem yang dikembangkan harus berorientasi pada penggunanya. Lina (2007) menyatakan bahwa keberhasilan penerimaan sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem tersebut bisa memproses suatu informasi dengan baik, tapi juga ditentukan oleh tingkat penerimaan individu terhadap penerapan sistem informasi tersebut. Istilah teknologi informasi (TI) atau information technology(IT) yang populer saat ini adalah bagian dari rantai panjang dari perkembangan istilah dalam dunia sistem informasi (SI) atau information system (IS). Teknologi informasi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara memperoleh pengetahuan berupa informasi melalui komunikasi dengan cara yang lebih mudah menggunakan peralatan dan media yang baru (Wijayanto, 2013:8), sedangkan sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama, digunakan untuk mencatat data,
8
mengolah data, dan menyajikan informasi untuk para pembuat keputusan agar dapat membuat keputusan dengan baik (Winarno 1:1). Teknologi informasi dapat dikatakan suaturangkaian perangkat keras dan lunak yang dirancang untuk mentransformasi datamenjadi informasi yang berguna (George H Bodnar, 2006). Sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi (Arief Wibowo, 2006). Sedangkan Hariningsih (2005) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen informasi dimana komponen-komponen sistem informasi antara lain hardware, software, manusia, data dan prosedur.Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sebuah prosedur terorganisir yang terdiri atas hardwaredan softwareyang digunakan untuk mengelola suatu informasi tertentu yang berguna dalam pengambilan keputusanorganisasi. Sistem informasi dapat diterapkan secara internal dan eksternal perusahaan.Secara eksternal sistem informasi yang ada dapat ditarik keluar menjangkau ke pelanggan (Jogiyanto, 2005:219). Menurut Firmawan (2009), Sistem Informasi (SI) adalah sebuah rangkaian prosedur formal mengenai pengumpulan data yang kemudian diproses
menjadi
informasi
dan
distribusikan
kepada
para
pemakai.Penerimaan Teknologi didefinisikan sebagai keluasaan sebaran
9
dari suatu teknologi pada proses organisasional atau masyarakat menjadi bagian utuh dari tugas-tugas yang berhubungan dengan proses tersebut. Pada dunia perpajakan, salah satu bentuk penerapan sistem informasi adalah pengembangan layanan pelaporan SPT secara online(efiling).Pada e-filingterdapat banyak aplikasi teknologi baik dalam bentuk perangkat keras (hardware) seperti komputer, juga perangkat lunak (software) seperti jaringan internet dan piranti-piranti yang mampu meningkatkan aktivitas perpajakan dan wajib pajak sebagai pengguna. 2. Pengertian E-Filing dan Kegunaannya E-filing adalah sebuah layanan pengiriman atau penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik baik untuk Orang Pribadi maupun Badan (perusahaan, organisasi) ke Direktorat Jendral Pajak melalui sebuah ASP (Application Service Provider atau Penyedia Jasa Aplikasi) dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet secara online real time, sehingga Wajib Pajak (WP) tidak perlu lagi melakukan pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual. Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila datadata Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik. Secara umum, penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik melalui e-filingdiatur
10
melalui
Peraturan
Direktur
Jenderal
Pajak
Nomor
PER-
48/PJ/2011tentangPerubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak NomorPER-19/PJ./2009 Tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan SuratPemberitahuan Tahunantanggal 30 Desember 2011. Secara khusus, penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik melaluie-filing pada situs Direktorat Jenderal Pajak diatur melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-39/PJ/2011
tentang
Tata
Cara
Penyampaian
Surat
Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang PribadiMenggunakan Formulir 1770S atau 1770SS Secara e-filing Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)tanggal 23 Desember 2011. Menurut Gita Gowinda K. (2010:29), e-filing ini sengaja dibuat agar tidak ada persinggungan Wajib Pajak dengan aparat pajak dan kontrol Wajib Pajak bisa tinggi karena merekam sendiri SPT nya. E-filing ini bertujuan mencapai transparansi dan bisa menghilangkan praktek-praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan sebuah peraturan mengenai e-filing ini yaitu Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ./2008 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dan Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan secara Elektronik (e-filing) melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Wajib Pajak tidak perlu lagi datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika sudah menggunakan fasilitas e-filing sehingga penyampaian SPT
11
menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini karena pengiriman data SPT dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta dikirim langsung ke database Direktorat Jenderal Pajak dengan fasilitas internet yang disalurkan melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)
yang
ditunjuk
oleh
Direktorat
Jenderal
Pajak.
E-
filingmempermudah penyampaian SPT dan memberi keyakinan kepada Wajib pajak bahwa SPT itu sudah benar diterima Direktorat Jenderal Pajak serta keamanan jauh lebih terjamin. Menurut Gita Gowinda K. (2010:30),alat kelengkapan efilingmeliputi Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), Surat permohonan memperoleh e-FIN, e-FIN atau Electronic Filing Identification Number, Digital Certificate, e-SPT, bukti penerimaan e-SPT. Penjelasan mengenai alat kelengkapan e-filing adalah sebagai berikut: 1.
ASP atau Application Service Provider atau Penyedia Jasa Aplikasi adalah perusahaan yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang dapat menyalurkan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik langsung ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
2. Surat Permohonan memperoleh e-FIN adalah surat yang diajukan oleh Wajib Pajak sebagai permohonan untuk melaksanakan e-filing. 3. e-FIN atau Electronic Filing Identification Number adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat terdaftar kepada Wajib Pajak (WP) yang mengajukan permohonan e-
12
filing. E-FIN ini tidak sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 4. Digital Certificate adalah sebuah sertifikat berbentuk digital yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk kepentingan pengamanan data SPT. Sertifikat ini mirip dengan sertifikat yang diberikan oleh pihak yang berkompeten untuk menjamin validitas transaksi saat melakukan pembayaran secara online. Sertifikat ini digunakan untuk proteksi data SPT dalam bentuk encryption (pengacakan) sehingga hanya bisa dibaca oleh sistem tertentu (dalamhal ini sistem penerimaan SPT ASP dan Direktorat Jenderal Pajak) dengan nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tertentu pula. 5. e-SPT adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang berbentuk formulir elektronik (Compact Disk) yang merupakan pengganti lembar manual SPT. E-SPT ini tersedia untuk berbagai jenis laporan dan dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana wajib pajak terdaftar.E-SPT ini juga dapat dibeli melalui layanan pajak. 6. Bukti Penerimaan SPT Elektronik adalah bukti penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) yang dikirimkan lewat Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) secara on-line. Fungsi bukti penerimaan ini adalah sama dengan bukti penerimaan SPT secara off line.
13
Berikut ini merupakan prosedur penggunaan e-filing adalah sebagai berikut : (www.klinik-pajak.com) 1. Wajib Pajak menyampaikan Surat Permohonan memperoleh e-FIN atau melaksanakan e-filing kepada Direktorat Jenderal Pajak yaitu kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id). 2. Direktorat Jenderal Pajak via Kantor Pelayanan Pajak memberikan e-FIN. 3. Wajib Pajak mendaftar ke Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dan meminta Digital Certificate ke Direktorat Jenderal Pajak melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). 4. Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak memberikan Digital Certificate melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). 5. Wajib Pajak melakukan e-filing ke Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak. 6. Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak memberikan bukti penerimaan e-SPT yang mengandung informasi berupa : NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), tanggal transaksi, jam transaksi, Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS), Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA), nama ASP. 7. Wajib Pajak menyampaikan print out dari Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) berupa induk SPT yang sudah diberi bukti penerimaan
14
elektronik, ditanda tangani dan dilampiri sesuai ketentuan Kantor Pelayanan Pajak. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filling) dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar waktu adalah Waktu Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian, Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik (e-filling) pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang telah jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu. Alasan mengapa e-filingdiperlukan, karena antara lain : 1. Dibutuhkan waktu
yang
lama untuk
merekam data Surat
Pemberitahuan (SPT)di KantorPelayanan Pajak, khususnya data lampiran Surat Pemberitahuan (SPT). 2. Sering terjadi kesalahan pada saat perekaman data, sehingga data yang dituangkan wajib pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT)tidak sama dengan data yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak. 3. Perekaman data Surat Pemberitahuan (SPT)membutuhkan sumber daya manusia yang banyak. 4. Sering terjadi kesalahan dalam pengisian dan penghitungan Surat Pemberitahuan (SPT). 5. Input data sangat banyak sehingga proses pembuatan Surat Pemberitahuan (SPT)lama 6. Pemborosan Kertas
15
7. Pemborosan
tempat
untuk
menyimpan
dokumen
Surat
Pemberitahuan (SPT). 8. Bila terjadi kehilangan data misalnya kebakaran tidak ada Backupdata 9. Jarak dan Waktu.
3. Technology Acceptance Model (TAM) Salah satu teori mengenai penggunaan sistem informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem informasi adalah model penerimaan teknologi informasi atau Technology Acceptance Model (TAM). Technology Acceptance Model (TAM) merupakan suatu model penerimaan sistem informasi yang akan digunakan oleh pemakai (user) (Jogiyanto, 2007: 111). Menurut Davis, Bagozzi dan Warshaw dalam Almuntaha (2008: 12), TAM menganggap bahwa pengadopsian teknologi oleh pengguna ditentukan oleh dua persepsi, yaitu persepsi manfaat
(Perceived
of
Usefulness)
dan
persepsi
kemudahan
penggunaan (Perceived of Ease). Wijaya dalam Almuntaha (2008: 13) menyatakan bahwa TAM mendeskripsikan terdapat dua faktor yang secara dominan mempengaruhi integrasi teknologi.Faktor pertama adalah persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi.Sedangkan faktor
kedua adalah persepsi pengguna terhadap kemudahan
16
penggunaan teknologi.Kedua faktor tersebut mempengaruhi kemauan untuk memanfaatkan teknologi.
Technology
Acceptance
Model
(TAM)
pertama
kali
diperkenalkan oleh Fred D. Davis yang dikembangkan berdasarkan teori
tindakan
beralasan
(theory
of
reasoned
action)
yang
diperkenalkan oleh Ajzen dan Fishbein dalam Jogiyanto (2007: 111). Gefen dan Straub dalam Almuntaha (2008: 12) menyatakan bahwa peranan persepsi kemudahan penggunaan sebenarnya lebih kompleks karena
persepsi
kemudahan
penggunaan
mengukur
penilaian
kemudahan penggunaan (perceived easy of use) dan kemudahan untuk dipelajari (easy of learning) dari pengguna teknologi informasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan mempengaruhi persepsi manfaat. Menurut Jogiyanto (2007: 134) teori Technology Acceptance Model (TAM) memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. TAM merupakan model perilaku (behavior) yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak sistem teknologi informasi yang gagal diterapkan karena pemakainya tidak mempunyai minat (intention) untuk menggunakannya. 2. TAM dibangun dengan dasar teori yang kuat.
17
3. TAM telah diuji dengan banyak penelitian dan hasilnya sebagian besar mendukung dan menyimpulkan bahwa TAM merupakan model yang baik. 4. TAM merupakan model yang persimoni (parsimonious) yaitu model yang sederhana namun valid. Menurut Gefen (2002) dalam Ainurrofiq (2007), sampai saat ini TAM merupakan model yang paling banyak digunakan dalam memprediksi penerimaan teknologi informasi.Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pemakai TI terhadap penerimaan penggunaan TI itu sendiri.Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan TI dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan mudah diterimanya TI oleh pemakai. Technology Acceptance Model(TAM) merupakan model yang menjelaskan bagaimana pengguna dapat menerima dan menggunakan suatu teknologi(Chuttur, 2009). Dalam model ini terdapat empat variabel yaitu: 1. Perceived usefulness Merupakan tingkat kepercayaan seseorang bahwa penggunakan sistem akanmeningkatkan peforma kinerja sehingga orang tersebut akan menggunakan sistem untuk seterusnya.
18
2. Perceived ease of use Tingkat kepercayaan terhadap sistem akan mengurangiusaha yang diperlukan secara fisik maupun psikis dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. 3. Attitude toward using Tingkat seseorang merasakan suatu sistem dapat memberikan dampak positif dalam pekerjaannya. 4. Behavioral intention to use Tingkat
keinginan
seseorang
atau
perusahaan untuk
terus
menggunakan sistem.
4.Pengertian Persepsi Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalahkemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untukmenerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.Persepsimanusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yangmempersepsikan sesuatu itu baik ataupersepsi yang positif maupun persepsinegatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakansuatu prosespengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yangditerima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti,dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri
19
individu. Respon sebagaiakibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan
berbagai
macambentuk.
Stimulus
mana
yang
akan
mendapatkanrespon dari individutergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan haltersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yangdimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus,hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yangsama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhioleh
banyak
faktor,
diantaranya
adalah
pengetahuan,
pengalaman dan sudutpandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadapsuatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-bedadengan menggunakanalat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsibaik positif maupun negatif ibaratfileyang sudah tersimpan rapi di dalamalam pikiran bawah sadar kita.Fileitu akansegera muncul ketika adastimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsimerupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yangterjadi di sekitarnya (Waidi, 2006: 118). Jalaludin
Rakhmat
(2007:
51)
menyatakan
persepsi
adalahpengamatan tentangobjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperolehdengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan,Suharman (2005: 23) menyatakan: “persepsi merupakan suatu
20
prosesmenginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistemalat indera manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yangdianggap relevan dengan kognisi manusia,
yaitu pencatatan
indera,pengenalan pola, dan perhatian. Menurut Sunaryo (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi adalahsebagai berikut: a. Adanya objek yang dipersepsi b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatupersiapan dalam mengadakan persepsi. c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yangkemudian sebagai alat untuk mengadakan respon. 5. Persepsi Kebermanfaatan
Menurut Jogiyanto (2007: 114) persepsi manfaat penggunaan merupakan sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja dari pekerjaannya. Menurut Davis dalam Mangin et al., (2008: 14), persepsi manfaat didefinisikan sebagai suatu tingkatan di mana seseorang pecaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatnya kinerjanya dalam bekerja, artinya bahwa adanya manfaat dari fasilitas internet banking akan mampu meningkatkan produktivitas kinerja bagi orang yang menggunakan fasilitas tersebut.
21
Menurut Widjana (2010: 32) persepsi manfaat adalah manfaat yang diyakini dapat diperloleh individu apabila menggunakan TIK. Wibowo
(2008)
menjelaskan
bahwa
persepsi
kebermanfaatanmerupakan suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya.Sikap
seseorang
dalam
menggunakan
teknologi
informasi diprediksikan,jika seseorang tersebut mempercayai bahwa teknologi informasidapat memberikan manfaat terhadap pekerjaannya dan pencapaian prestasi kerjanya.Oleh karena itu, tingkat kemanfaatan teknologi informasi mempengaruhi sikap pengguna dalam menggunakan teknologi informasi tersebut.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan merupakan suatu kepercayaan seseorang tentang adanya suatu kemanfaatan yang akan diperoleh dari menggunakan teknologi informasi sehingga mampu membantu meningkatkan kinerjanya.
Chin dan Todd dalam Almuntaha (2008: 14) membagi menjadi dua kategori yaitu kemanfaatan dan efektifitas, dengan dimensinya masingmasing yang dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kemanfaatan, meliputi dimensi: (1) menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier), (2) bermanfaat (usefull), dan(3) menambah produktifitas (increase productivity).
22
b. Efektifitas meliputi dimensi: (1) mempertinggi efektifitas (encrease my effectiveness),dan(2) mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance). Menurut Wijaya dalam Almuntaha (2008: 14) persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi dapat diukur dari beberapa faktor sebagai berikut:
a. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan produktifitas pengguna. b. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan kinerja pengguna. c. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efisiensi proses yang dilakukan pengguna. Dalam konteks e-filingdi penelitian ini, persepsi kebermanfaatan ini diartikan sebagai seberapa besar manfaat sistem e-filingbagi wajib pajak dalam proses pelaporan SPT. Oleh karena itu, besarnya manfaat yang diperoleh mempengaruhi perilaku wajib pajak dalam menggunakan sistem tersebut. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan meliputi (1) Mengembangkan kinerja, (2) Manfaat sistem, (3) Menambah produktifitas, dan (4) Mempertinggi efektifitas.
6. Persepsi Kemudahan Penggunaan
Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) menurut Jogiyanto (2007: 115) adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha. Persepsi kemudahan
23
penggunaan merupakan tingkatan dimana pengguna masa depan berpikir bahwa penggunaan sistem akan membebaskan dari upaya. Menurut Widjana (2010: 33) persepsi kemudahan penggunaan berarti keyakinan individu
bahwa
menggunakan
sistem
teknologi
informasi
tidak
akanmerepotkan atau membutuhkan usaha yang besar pada saat digunakan (free of effort). Amin et al., (2012: 4) menyimpulkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan dapat dicapai apabila terdapat interaksi yang jelas dan dimengerti antara user dengan sistem, sehingga sistem dapat melakukan apa yang diperlukan oleh pengguna (user). Menurut Adam et al., intensitas penggunaan dan interaksi yang terjadi antara pengguna (user) dengan sistem dapat menunjukkan suatu kemudahan sistem tersebut sehingga dengan adanya kemudahan penggunaan akan dapat mengurangi usaha, waktu dan tenaga para nasabah untuk mempelajari seluk-beluk bertransaksi secara online (Almuntaha 2008: 19).
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi kemudahan dalam penggunaan teknologi informasi merupakan tingkatan dari sejauh mana pengguna (user) dengan cepat mampu memahami dan mengoperasikan teknologi informasi yang digunakan,
apabila
suatu
kemudahan
dapat
diperoleh
selama
menggunakan teknologi informasi maka akan semakin menghemat waktu dan tenaga.
24
Davis memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan terhadap suatu sistem informasi yang meliputi: (1) mudah untuk dipelajari dan dioperasikan; (2) pengguna dapat melakukan pekerjaan dengan lebih mudah, dan (3) menambah keterampilan para pengguna (Almuntaha, 2008: 19).
Dalam TAM,
faktor
persepsi terhadap kemudahan untuk
menggunakan teknologi dan persepsi terhadap daya guna sebuah teknologi informasi berhubungan dengan sikap seseorang pada penggunaan teknologi tersebut. Sikap pada penggunaan sesuatu adalah sikap suka atau tidak suka terhadap penggunaan suatu produk.Sikap suka atau tidak suka terhadap suatu produk ini dapat digunakan untuk memprediksi perilaku dan niat seseorang untuk menggunakan suatu produk atau tidak menggunakannya. Berdasarkan pengertian di atas, persepsikemudahan penggunaan merupakan keyakinan atau penilaian seseorang bahwa sistem teknologi informasi (e-filing) yang akan digunakan tidak merepotkan saat akan digunakan dan mudah dipahami. Ketika seseorang menilai dan meyakini bahwa suatu sistem informasi mudah digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya ketika seseorang menilai dan meyakini bahwa suatu sistem informasi tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya. Sehingga indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) Fleksibilitas, (2) Mudah dipahami, (3) Mudah digunakan, dan (4) Mudah untuk berinteraksi
25
7.Kepuasan Pengguna Menurut Sebayang (2009) menjelaskan bahwa kepuasan pengguna akhir merupakan akumulasi dari perasaan dan cara pandang yang berbeda terhadap pengiriman informasi dalam bentuk produk maupun layanan. Hal ini merupakan secara keseluruhan tentang kepuasan pengguna mengenai suatu sistem informasi.Menurut Kustono (dikutip dalamSupriyatna dan Jin, 2006), menjelaskan kepuasan pemakai mengungkapkan adanya kesesuaian antara harapan seseorang dengan hasil yang diperoleh.Suatu sistem yang baik bukan hanya dilihat dari kecanggihannya tetapi juga dilihat dari penerimaan dan pemahaman pengguna dimana pengguna merasa puas dengan sistem informasi yang dihasilkan.Tingkat kepuasan ini pada akhirnya mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja penggunaan sistem informasi yang diimplementasikan. Guptaetal(2007) menyatakan bahwa kepuasan pemakaidalam penggunaan sistem informasi digunakan sebagaisuatu ukuran efektivitas sistem informasi.Pengguna sistem informasi lebihdipengaruhi oleh staff sistem informasi dan pihak internalorganisasi dibandingkan dengan pihak eksternalorganisasi.Kepuasan
pengguna
sangat
pentinguntuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi, danketelitian pembuatan laporan organisasi.Efektivitas
sistem
informasi
organisasi
secara
positif
dihubungkandengan kepuasan pemakai. Penerapan suatu sistem dalam perusahaan dihadapkan kepada dua hal, apakah perusahaan mendapatkan keberhasilan penerapan sistem atau
26
kegagalansistem.Penggunaan sistem informasi merupakan perilaku yang muncul akibat adanya keuntungan atas pemakaian sistem informasi tersebut. Perilaku yang ditimbulkan dari pemakaian sistem informasi ini dalam proses selanjutnya diharapkan akan memberi dampak terhadap kinerja individu. Keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan.Kepuasan pengguna akhir sistem informasi dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran keberhasilan suatu sistem informasi(Istianingsih dan Utami, 2009). Supriyatna dan Jin (2006) menyebutkan bahwa kepuasan pengguna sistem informasi dapat diukur dengan menggunakan enam variabel, yaitu kelengkapan fungsi/fitur, stabilitas/keandalan, kemudahan penggunaan, inovasi, keamanan, dan fleksibilitas. Sedangkan penjelasannya sebagai berikut: (a) Kelengkapan fungsi/fitur, yaitu keberadaan fungsi/fitur yang lengkap seperti data atau informasi yang ditampilkan pada sistem informasi
yang
bertujuan
mempermudah
dan
menunjang
pemanfaatan bagi penggunanya. (b) Stabilitas/keandalan merupakan ketangguhan atau kemampuan aplikasi yang digunakan dalam sistem informasi untuk dapat beroperasi tanpa mengalami gangguan (error) yang berarti dalam jangka waktu lama serta handal dalam proses pengambilan, pengolahan, dan penyajian informasi dan data dengan tingkat
27
kebenaran/keyakinan yang baik. Disamping itu, sistem juga dapat menampilkan data dan informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu dan selalu baru. (c) Kemudahan penggunaan digunakan untuk menyatakan kemudahan yang dimiliki oleh sistem informasi terutama dalam penampilan informasi, navigasi dan interaksi antara pengguna dengan sistem dimana fitur-fitur dalam sistem user friendly. (d) Inovasi berkaitan dengan reputasi, kreasi, pembaruan, dan terobosan yang dimiliki dari sistem informasi menyangkut perbandingan dengan organisasi lain dalam hal penyediaan informasi serupa. (e) Keamanan menunjukkan kemampuan securitysistem informasi dalam
menghadapi kemungkinan
masuknya
virus
maupun
perusakan atau penghapusan data. (f) Fleksibilitas menggambarkan kemampuan sistem informasi untuk dapat di implementasikan pada segala jenis dan spesifikasi sistem komputer yang tersedia di pasaran termasuk kemampuannya untuk digabungkan dengan penggunaan databaseyang tersedia lainnya
C. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Wiyono (2008) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penerimaan Wajib Pajak terhadap e-filingdi Indonesia dengan menggunakan model TAM menunjukkan bahwa
28
persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap penggunaan senyatanya, sedangkan terhadap minat perilaku tidak berpengaruh signifikan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa sikap dan penggunaan e-filingberpengaruh signifikan terhadap minat perilaku penggunaan
e-filing,
kerumitan
berpengaruh
signifikan
terhadap
penggunaan senyatanya, pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap
persepsi
kegunaan
dan
minat
perilaku,
jenis
kelamin
berpengaruhsignifikan terhadap persepsi kegunaan, sedangkan pada persepsi kegunaan maupun penggunaan senyatanya tidak berpengaruh signifikan, persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap sikap dan persepsi kegunaan. Begum dan Jahangir (2008) mengevaluasi mengenai peran persepsi kegunaan (perceived usefulness), persepsi kemudahan (perceived ease of use), keamanan dan kerahasiaan (security and privacy), sikap pelanggan (customer attitude) untuk menimbulkan customer adaption dalam konteks perbankan elektronik di Bangladesh.Hasil pengujian menunjukkan bahwa persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, keamanan dan kerahasiaan, sikap pelanggan, dan customer adaptationberpengaruh positif terhadap sistem perbankan elektronik.Disamping itu hasil lainnya menunjukkan bahwa persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, keamanan dan kerahasiaan, dan sikap pelanggan berkorelasi positif terhadap customer adaptation. Dewi (2009)dalam penelitian menunjukkan bahwaperceived usefulness,
perceived
ease
of
use,
complexity,
29
voluntariesberpengaruhpositif
terhadap
minat
pengguna
e-filing.
Sedangkan experience, attitude, security and privacy, design and content, speedberpengaruh negatif terhadap minat pengguna e-filing.Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minatperilaku wajib pajak untuk menggunakan e-filingini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan Wiyono (2008) terhadap penerimaan wajib pajak terhadape-fillingdi Indonesia dengan menggunakan model kesuksesan Technology Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan oleh Amroso dan Gardner. Penelitian yang dilakukan oleh Ratih (2009) melakukan studi empiris mengenai persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, kompleksitas, kesukarelaan, pengalaman, sikap, keamanan dan kerahasiaan, desain, konten dan kecepatan terhadap penerimaan Wajib Pajak dalam menggunakan e-filing . Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, kompleksitas, kesukarelaan berpengaruh positif terhadap minat
penggunae-filing . (2)
pengalaman, sikap,
keamanan dan kerahasiaan, desain dan konten, kecepatan berpengaruh negatif terhadap minat pengguna e-filing. Titis (2011) juga melakukan studi empiris mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat perilaku Wajib Pajak untuk menggunakan e-filing.Hasilnya menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan kesukarelaan berpengaruh positif terhadap minat perilaku penggunaan e-filing.Sedangkan kompleksitas, pengalaman,
30
keamanan dan kerahasiaan, kecepatan tidak berpengaruh positif terhadap minat perilaku penggunaan e-filing. Penelitian Nurul Citra Noviandini(2011) yang berjudul “Pengaruh Persepsi
Kebermanfaatan,
Persepsi
Kemudahan
Penggunaan,
dan
Kepuasan Wajib Pajak terhadap Penggunaan E-filling bagi Wajib Pajak di Yogyakarta”.mengupas
mengenai
persepsi
wajib
pajak
terhadap
penggunaan e-filling.Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif antara persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan, dan kepuasan wajib pajak terhadap penggunaan e-filling. Hasil dari penelitian tersebut diringkas dalam tabel hasil penelitian, sebagai berikut: Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No 1.
Peneliti Wiyono, 2008
Variabel Hasil Penelitian Penelitian Persepsi kegunaan, Hubungan antar konstruk persepsi
TAM berpengaruh
kemudahan
signifikan terhadap
penggunaan, sikap
penggunaan senyatanya
menggunakan e-
kecuali minat perilaku
filing,
sedangkan dari konstruk
kompleksitas,
eksternal TAM
kesukarelaan,
hanyasignifikan pada
pengalaman, jenis
hubungankerumitan pada
kelamin, minat
penggunaan senyatanya
penggunaan e-
serta jenis kelamin
filing, penggunaan
terhadappersepsi
31
2.
senyatanya
kemudahan
Winna
Ekspektasi
Ekspektasi pengalaman,
Sugihanti,
pengalaman,
keamanan dan
2011
keamanan dan
kerahasiaan berpengaruh
kerahasiaan,
signifikan terhadap minat
ekspektasi usaha,
perilaku penggunaan e-
kompleksitas,
filing, sedangkan
kesukarelaan,
ekspektasi usaha,
minat perilaku
kompleksitas,
penggunaan e-
kesukarelaan tidak
filing
berpengaruh signifikan terhadap minat perilaku penggunaan e-filing
3.
Esy Persepsi kegunaan, Persepsi kegunaan, Desmayanti, kemudahan, kemudahan, keamanan, 2012 kerumitan, kerahasiaan berpengaruh keamanan,
positif terhadap intensitas
kerahasiaan,
perilaku dalam
intensitas perilaku
menggunakan e-filing,
dalam
sedangkan persepsi
menggunakan e-
kerumitan berpengaruh
filing
negatif terhadap terhadap intensitas perilaku dalam menggunakan e-filing
4.
Ratih, 2009
Persepsi kegunaan, Persepsi kegunaan, persepsi
persepsi kemudahan,
kemudahan,
kompleksitas,
kompleksitas,
kesukarelaan
kesukarelaan,
berpengaruh terhadap
pengalaman, sikap, minat pengguna e-filling.
32
keamanan dan
Sedangkan, pengalaman,
kerahasiaan,
sikap, keamanan dan
desain dan konten,
kerahasiaan, desain dan
kecepatan, minat
konten, kecepatan
pengguna e-filing
berpengaruh negatif terhadap minatpengguna e-filing
5.
Titis, Ekspektasi kinerja, 2011 ekspektasi
Ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan
usaha,kesukarelaa
kesukarelaan
n, kompleksitas,
berpengaruh positif
pengalaman,
terhadap minat perilaku
keamanan dan
penggunaan e-filing.
kerahasiaan,
Sedangkan kompleksitas,
kecepatan, minat
pengalaman, keamanan
perilaku
dan kerahasiaan,
penggunaan e-
kecepatan tidak
filing
berpengaruh positif terhadap minat perilaku penggunaan e-filing
6.
Nurul Citra
Persepsi
Persepsi kebermanfaatan,
Noviandini,
kebermanfaatan,
persepsi
2011
persepsi
penggunaan,
kemudahan
wajib pajak, berpengaruh
penggunaan,
positif
kepuasan wajib
penggunaan e-filling
pajak, penggunaan e-filling
kemudahan kepuasan
terhadap
33
D. Kerangka Pemikiran 1. Pengaruh persepsi kebermanfaatan terhadap penggunaan e-filing di Jakarta. Persepsi kebermanfaatan adalah suatu tingkatan dimana seseorang mempercayai
bahwa
penggunaan
sebuah
sistem
akan
mampu
meningkatkan kinerja, menambah tingkat produktifitas dan efektifitas. Pada konteks penggunaan e-filing dapat diartikan bahwa penggunaan efiling dapat meningkatkan kinerja bagi wajib pajak yang menggunakannya. Seseorang akan menggunakan e-filing apabila orang tersebut mempercayai bahwa e-filing dapat memberikan manfaat dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Oleh karena itu, tingkat persepsi kebermanfaatan e-filing mempengaruhi para wajib pajak untuk menggunakan e-filing tersebut. 2. Pengaruh persepsi kemudahan terhadap penggunaan e-filing di Jakarta. Persepsi kemudahan dalam penggunaan teknologi informasi merupakan tingkatan dari sejauh mana pengguna (user) dengan cepat mampu memahami dan mengoperasikan teknologi informasi yang digunakan,
apabila
suatu
kemudahan
dapat
diperoleh
selama
menggunakan teknologi informasi maka akan semakin menghemat waktu dan tenaga. Persepsi kemudahan penggunaan atas e-filing berarti bahwa wajib pajak tidak membutuhkan usaha yang keras untuk dapat memahami bagaimana cara melakukan pelaporan SPT melalui e-filing karena layanan tersebut mudah untuk dipahami dan digunakan. Persepsi kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha wajib pajak dalam mempelajari seluk
34
beluk melaporkan SPT via e-filing. Jika seseorang merasa bahwa sistem yang ada mudah digunakan, maka ia akan menggunakannya, sehingga kemudahan penggunaan e-filing akan mempengaruhi sikap wajib pajak dalam menggunakan e-filing. 3. Pengaruh kepuasan pengguna terhadap penggunaan e-filing di Jakarta. Kepuasan pengguna diperoleh jika terjadi kesesuaian antara harapan seseorang dengan hasil yang diperoleh. Kepuasan pengguna akan mempengaruhi penggunaan sistem e-filing. Jika pengguna merasa puas atas sistem e-filing maka penggunaan sistem oleh userakan tercapai. Jika penggunaan sistem tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna maka penggunaan sistem berpotensi akan dilakukan secara terus-menerus sehingga intensitas penggunaan sistem e-filing tersebut dapat meningkat.
c. Hipotesis 1. Pengaruh persepsi kebermanfaatan terhadap penggunaan e-filing di Jakarta. Persepsi keberanfaatan merupakan sesuatu yang menyatakan individu percaya bahwa penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan kinerja dari individu. Wibowo (2008) menjelaskan bahwa persepsi kebermanfaatan merupakan suatu ukuran dimana penggunaan
suatu
teknologi
dipercaya
akan
mendatangkan
manfaatbagi orang yang menggunakannya. Sikap seseorang dalam
35
menggunakan teknologi informasi diprediksikan, jika seseorang tersebut mempercayai bahwa teknologi informasidapat memberikan manfaat terhadap pekerjaannya dan pencapaian prestasi kerjanya. Oleh karena itu, tingkat kemanfaatan teknologi informasi mempengaruhi sikap pengguna dalam menggunakan teknologi informasi tersebut. Penelitian Nurul Citra Noviandini (2012) menunjukan bukti empiris bahwa persepsi kebermanfaatan berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan e-filing. Semakin tinggi tingkat persepsi kebermanfaatan e-filing, maka wajib pajak akan semakin sering pula menggunakan e-filing. Dari tinjauan tentang persepsi kebermanfaatan dan hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis yang diajukan adalah: H1 :
Terdapat pengaruh positif persepsi kebermanfaatan terhadap penggunaan e-filing
bagi Wajib Pajak di Jakarta
2. Pengaruh persepsi kemudahan terhadap penggunaan e-filing di Jakarta. Suatusistem dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam menggunakan sistem tersebut. Kemudahan penggunaan dalam konteks
ini
bukan
saja
kemudahan
untuk
mempelajari dan
menggunakan suatu sistem tetapi juga mengacu pada kemudahan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas dimana pemakaian suatu
36
sistem akan semakin memudahkan seseorang dalam bekerja dibanding mengerjakan secara manual (Pratama, 2008 dalam Gowinda, 2010). Penelitian Wiyono (2008) yang meneliti tentang evaluasi perilaku penerimaan pajak secara online dan realtime.Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan e-filing berpengaruh signifikan terhadap sikap dan persepsi kegunaan dala penggunaan e-filing. Hal ini menunjukkan bahwa jika wajib pajak merasa bahwa penggunaan e-filing itu mudah, maka wajib pajak tersebut akan merasa nyaman dan menikmati dalam menggunakan efiling. Dari tinjauan tentang persepsi kemudahan dan hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis yang diajukan adalah: H2:
Terdapat pengaruh positif persepsi kemudahan penggunaan terhadap penggunaan e-filing bagi Wajib Pajak di Jakarta.
3. Pengaruh kepuasan pengguna terhadap penggunaan e-filing di Jakarta. Menurut
Sebayang
(2009)
menjelaskan
bahwa kepuasan
pengguna akhir merupakan akumulasi dari perasaan dan cara pandang yang berbeda terhadap pengiriman informasi dalam bentuk produk maupun layanan. Hal ini merupakan secara keseluruhan tentang kepuasan pengguna mengenai suatu sistem informasi.
37
PenelitianLivari (2005) bahwa kepuasan pengguna (user satisfaction) memiliki hubungan yang signifikan terhadap intensitas pengguna (use).Namun hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Subramanian (2005) bahwa tidak ada asosiasi yang signifikan antarakepuasan
pengguna
(user
satisfaction)
dan
intensitas
penggunaan (use).Dody dan Zulaikha (2007) juga tidak menemukan hubungan yang positif antara kepuasan pengguna (user satisfaction) dan intensitas penggunaan (use). Oleh karena itu dalam penelitian ini penelitimencoba menguji kembali pengaruh kepuasan pengguna terhadap penggunaan e-filing, dengan hipotesis sebagai berikut: H3:
Terdapat pengaruh positif kepuasan pengguna terhadap penggunaan e-filing bagi Wajib Pajak di Jakarta
4. Model Konseptual Penelitian Berdasarkan kajian pustaka serta penelitian terdahulu, maka penelitian ini menjelaskan penggunaan e-filing yang dipengaruhi oleh persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan penggunaan dan kepuasan wajib pajak. Untuk membantu dalam memahami penelitian ini, diperlukan adanyasuatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
38
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Persepsi Kebermanfaatan H1 h Persepsi Kemudahan H2
Kepuasan Pengguna H3
Penggunaan e-filing