INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1
Terminologi Judul Judul dari kasus proyek ini adalah “Indonesian Wax Sculpture Museum”.
Adapun pengertian dari Judul tersebut adalah: • Indonesian Officially the Republic of Indonesia (Indonesian: Republik Indonesia), is a country in Southeast Asia and Oceania. Indonesia is an archipelago comprising approximately 17,508 islands. It has 33 provinces with over 238 million people, and is the world's fourth most populous country. Indonesia is a republic, with an elected legislature and president. The nation's capital city is Jakarta.1 In.do.ne.si.a 1 n nama negara kepulauan di asia tenggara yg terletak di antara benua asia dan benua australia ; 2 n bangsa, budaya, bahasa, yg ada di negara indonesia.2 • Wax Wax refer to a class of chemical compounds that are plastic (malleable) near ambient temperatures. Characteristically, they melt above 45 °C (113 °F)
to
give
a
low
viscosity liquid. Waxes are insoluble in water but soluble in petroleum based solvent. All waxes are organic compounds, both synthetic and naturally occurring.3 (Wax (bahasa Indonesia : lilin) adalah kelas senyawa kimia yang merupakan plastik (mudah dibentuk) yang mendekati suhu sekitar.
Karakteristiknya yaitu meleleh di
atas 45 ° C (113 ° F) untuk memberikan cairan viskositas rendah. Lilin tidak larut dalam air tetapi larut dalam minyak bumi pelarut. Semua lilin adalah senyawa organik, baik sintetis dan alami.) Lilin adalah barang yang mengandung gemuk, lekat-lekat dan mudah
luluhbila
dipanasi.4 Sculpture Sculpture is three-dimensional artwork created by shaping or combining hard materials - typically stone - or marble, metal, glass, or wood. Softer ("plastic") materials can also be used, such as clay, textiles, plastics, polymers and softer metals. 5 (Sculpture (bahasa Indonesia : patung) adalah karya seni tiga dimensi yang dibuat dengan membentuk atau menggabungkan bahan keras – biasanya batu - atau
1. 2. 3. 4. 5.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Indone sia) (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ( http://en.wikipedia.org/wiki/Wax) ( Poerwadarminta, 1987) (http://en.wikipedia.org/wiki/Sculpt
8
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM marmer, logam, kaca, atau kayu. Bahan yang lebih lembut ("plastik") juga dapat digunakan, seperti tanah liat, tekstil, plastik, polimer dan logam lembut.) Patung adalah tiruan orang dan sebagainya, dibuat dari batu, kayu, dan sebagainya; arca. ( Poerwadarminta, 1987) Museum Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat. (Ensiklopedia Nasional Indonesia) Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan olehPtolomy I Soter 280 SM. (http://en.wikipedia.org/wiki/Museum) Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum sebagai berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan dan memamerkan barangbarang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.” Jadi secara umum Indonesia Wax Sculpture Museum ini mempunyai pengertian bangunan fasilitas umum yang bersifat non-profit oriented dan berfungsi sebagai tempat menyimpan obyek-obyek koleksi berupa patung lilin tokoh-tokoh penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, yang telah memberikan sumbangan jasa di berbagai bidang, dan akan dibangun di Indonesia. Kehadiran proyek ini juga dilihat dari segi pendidikan dapat menambah pengetahuan tentang tokoh-tokoh dan sejarah bangsa Indonesia dalam berbagai bidang. Selain itu, dari segi pariwisata proyek ini akan menjadi obyek wisata yang menarik bagi turis lokal mapun turis mancanegara.
9
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM 2.2
LOKASI
2.3.1
KRITERIA PEMILIHAN LOKASI Untuk memilih lokasi site yang sesuai, maka harus mempertimbangkan beberapa kriteria sehingga diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya: 1. Akses menuju lokasi (hubungannya dengan sarana transportasi) Pencapaian
harus
relatif
mudah
dan
dekat
dengan
jalan
utama
sertatransportasi yang mudah di akses. Kondisi jalan yang baik, sehingga transportasi yang menuju ke lokasi berjalan dengan lancar. 2. Luas Lahan Harus memadai dan cukup untuk menampung seluruh fasilitas yang telah direncanakan. 3. Kelengkapan sarana dan prasarana kawasan yang meliputi: Infra struktur Utilitas kawasan harus bisa memenuhi semua kebutuhan yang ada pada fasilitas museum. 4. Persyaratan lain Lokasi harus cocok digunakan sebagai tempat rekreasi dan merupakan kawasan sejarah atau pendidikan.
Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi6 No. 1.
Kriteria
Lokasi
Tinjauan terhadap struktur Berada dikawasan strategis yang merupakan kota
daerah komersil mengingat bangunan yang dirancang memiliki fungsi komersil yang berskala kota sehingga mendukung fungsi bangunan untuk komersil, pameran dan pendidikan.
2.
Wilayah Pengembangan
Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan.
3.
Lingkungan
Berada di lingkungan yang strategis dan memiliki fungsi
eksisting
yang
dapat
mendukung
bangunan. 6. Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data
10
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM 4.
5.
Pencapaian
atau Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik
aksesibilitas
angkutan umum ,pribadi mapun pribadi.
Area pelayanan
Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi komersial, community dan fungsi training.
6.
Utilitas kota / lingkungan
Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai sebagai pendukung dalam lokasi site ( listrik, air, telefon, drainase, dll )
7.
Status kepemilikian
Ada status hak milik
8.
Nilai lahan
Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum mungkin
9.
Orientasi
Orientasi
bangunan
mengurangi
cahaya
sebaiknya yang
masuk
dapat kedalam
bangunan 10.
View
Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.
11.
Ukuran lahan
Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. ( > 1 Ha )
12.
Kontur tapak / topografi
Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan.
2.3.2
Pemilihan Lokasi Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu :
11
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan WPP
A
Cakupan
Pusat
Peruntukan
Program
Kecamatan
Pengembangan Lahan
Pembangunan
M. Belawan
BELAWAN
Pelabuhan,
Jalan
M. Marelan
Industri,
jaringan air
M. Labuhan
Permukiman,
minum,
Rekreasi,
tank, sarana
Maritim
pendidikan dan
baru,
septic
permukiman. B
M.Deli
TJ. MULIA
Perkantoran,
Jalan baru,
Perdagangan,
jaringan air
Rekreasi
minum,
Indoor,
pembuangan
Permukiman
sampah, sarana pendidikan.
C
M. Timur
AKSARA
Permukiman,
Sambungan air
M. Perjuangan
Perdagangan,
minum,
M. Tembung
Rekreasi
septic tank,
M. Area
jalan baru,
M. Denai
rumah
M. Amplas
permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.
D
M. Johor
INTI KOTA
CBD, Pusat
Perumahan
M. Baru
Pemerintahan,
permanen,
M. Kota
Hutan
pembuangan
M. Maimoon
Kota, Pusat
sampah,
M Polonia
Pendidikan,
sarana
Perkantoran,
pendidikan.
Rekreasi 12
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Indoor, Permukiman E
M. Barat
SEI
Permukiman,
Sambungan air
M. Helvetia
SEKAMBING
Perkantoran,
minum,
M. Petisah
Perdagangan,
septic tank,
M. Sunggal
Konservasi,
jalan baru,
M. Selayang
Rekreasi,
rumah
M. Tuntungan
Lapangan
permanen,
Golf, Hutan
sarana
Kota
pendidikan dan kesehatan.
Keberadaan kawasan perencanaan dapat dilihat pada peta di bawah ini :
WPP A
WPP D Pusat Bisnis(CBD), pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan
WPP E Perumahan, perkantoran, konservasi, la
Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pergudangan dan permukiman
WPP B Merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan WPP C Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan,re kreasi, dan perdagangan
13
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM a) Alternatif Lokasi Berdasarkan kriteria – kriteria tersebut didapat 3 alternatif site yaitu : Lokasi 1 : Jl. Tembakau Deli, Deli kecamatan Medan Barat Lokasi 1 : Jl. Gatot Subroto simpang Jl. Asrama Lokasi 3 : Jl Perintis Kemerdekaan Lokasi 1 : Kasus Proyek : Medan Wax Sculpture Museum Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Swasta Lokasi Tapak : Jln. Tembakau Deli, Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan •
Batas
Utara : Deli
Super Block •
Batas Timur : Kantor PTPN 9
•
Batas Selatan : Pemukiman
•
Batas Barat : Sungai Deli
Luas Lahan : + 2.2 Ha (+ 22.000 m2) Letak : 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara dan 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur Kontur : Datar Iklim : tropis , suhu minimum 23°C – 24,1°C , suhu maksimum 30,6°C 30,6 –33,1 °C Kelembaban udara rata – rata : 78 – 82 %
KDB : 80 % Garis Sempadan Sungai : 15 m Bangunan Eksisting : Pemukiman 1-2 1 lantai Potensi Lahan : •
Terletak dipusat kota
•
Berada pada kawasan pendidikan dan rekreasi
•
Transportasi lancar dan baik
•
Luas site mendukung + 2.2 Ha
Memiliki jalur utilitas yang baik
14
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM
Lokasi 2 : Lokasi
: Jl. Asrama simpang Jl. Gatot Subroto
Kelurahan
: Sei Sikambing
Kecamatan
: Medan Helvetia
Luas Lahan
: ± 1,7 Ha
GSB
: 10 meter
KLB
: 6 lantai
KDB
: 60%
Luas
dan
ketinggian
bangunan: 5000 m2, 3-5 lantai Pemilik
: swasta
Sifat
: fiktif
15
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Lokasi 3 : Jalan Perintis Kemerdekaan Batas- batas: -
Utara
:
Jalan
Perintis
Kemerdekaan -
Timur
: Jalan Timor
-
Selatan
: Rumah Penduduk
-
Barat
: Jalan Gaharu
Posisi terhadap Struktur Ruang Kota: -
Berada pada kecamatan Medan Timur
Berdasarkan WPP E dengan fungsi permukiman, perkantoran, perdagangan, konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.
16
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Tabel 2.3 Perbandingan Lokasi Kriteria
Lokasi Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
(3)
(2)
(3)
2.2 Ha
1.7 Ha
1,8 Ha
(3)
(2)
(2)
Luas lahan
Tingkat Kemacetan
Tidak terlalu
Tidak terlalu
rame,lalu lintas
rame
Tidak terlalu rame
tidak tinggi Pencapaian ke Lokasi
(2)
(2)
Mudah
(3)
karena Mudah
karena Mudah
dapat diakses dari dapat segala
diakses dapat diakses dari
penjuru dari
Medan
segala segala
baik penjuru
dengan kendaraan
maupun kendaraan
angkutan umum
penjuru
Medan Medan baik dengan
dengan kendaraan baik pribadi
karena
pribadi
maupun
pribadi angkutan
maupun umum
angkutan umum Jangkauan
(3)
terhadap Struktur
Berada
kota
kota dan
Fungsi Pendukung sekitar lokasi
(1)
(3)
dipusat Berada
di Berada dekat pusat
kawasan merupakan urban
sub kota yang dan
merupakan
daerah
merupakan
daerah
pengembangan
daerah
pengembangan
pendidikan,
pengembangan
pendidikan,
rekreasi,
perdagangan dan rekreasi,
kesehatan,
rekreasi
kesehatan,
pemukiman,
pemukiman,
perdagangan
perdagangan
(3)
(2)
(3)
Komersil, Hotel,
Komersil, Hotel,
Perkantoran, hotel,
Permukiman,
Permukiman,
dan universitas 17
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Perkantoran RUTRK (Pengembangan
Perkantoran
(3)
(3)
(3)
Sesuai
Sesuai
Sesuai
(2)
(3)
(3)
Perdagangan dan Rekreasi)
Fungsi eksisting
Kontur
Permukiman
Lahan kosong
Realtif datar
Realtif datar
Lahan kosong
Relatif datar
Total Nilai
19
15
20
Peringkat
2
3
1
Keterangan: 3: Baik Sekali
2: Cukup
1: Kurang Sekali
b) Deskripsi Lokasi sebagai Tapak Perancangan
Lokasi Tapak: Jln. Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur, Kotamadya Medan, Sumatera Utara , Indonesia. Luas Lahan : + 1,7 Ha (+ 17.000 m2) Kontur : Datar KDB : 60 % KLB : 3-5 lantai GSB: •
Jln. Perintis Kemerdekaan : 10 meter
•
Jln. Gaharu
: 10 meter
•
Jln. Sena
: 4 meter
•
Jln. Timor
: 5 meter
18
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM
2.3
TINJAUAN INDONESIAN WAX MUSEUM
2.3.1
Museum
2.3.1.1
Pengertian Museum •
“Museum dalam pengertian modern adalah suatu lembaga yang secara aktif melakukan tugasnya dalam menjelaskan dunia manusia dan alam”. (A.C. Parker, 1945)
•
“..sebagai
badan
yang
memelihara
kenyataan,
dengan
perkataan
lain.Memamerkan kebenaran benda-benda, selama kebenaran itu tergantung dari bukti-bukti yang berupa benda” (Sir John Fordyske) •
Galeri atau museum adalah ruang sosial dimana para pengunjung dapat mengakses “virtual antiquity”. (Mirzoeff, 1999)
•
Pengertian museum menurut
ICOM (International Council of
Museum)
merupakan suatu lembaga atau badan yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum, bertugas
menghimpun,
memelihara,
meneliti,
dan
memamerkan
atau
mengkomunikasikan benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi dan rekreasi (Sutarga, 1983). Termasuk di dalamnya, perpustakaan umum, dan lembaga arsip umum yang mempunyai ruang pamer yang tetap, koleksi benda kesenian, sejarah,ilmu dan teknologi, kebun raya dan kebun binatang, aquarium, suaka alam, pusat pengetahuan dan planetarium. Demikian luasnya fungsi museum demikian pula kompleknya tugas yang diembannya. Salah satu tugas tersebut ialah pelayanan terhadap pengunjung dari berbagai pelosok dunia, dengan berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda. Masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang merupakan peristiwa yang diabadikan menjadi sejarah. Masa kini adalah hasil masa lalu dan masa yang akan datang ditentukan oleh masa kini. Memahami masa lalu sebagai dasar berpijak berarti menapak lurus menuju masa depan. Selain itu, museum juga berperan sebagai lembaga rekreatif dan oleh karenanya museum dapat menunjang program pengembangan pariwisata. •
Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya. Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi, etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko. Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi. 19
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM •
Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain : Museum Seni juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus . Museum Sejarah merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah dan relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu . Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni , benda arkeologi . Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau . Museum Otomotif merupakan museum yang memamerkan kenderaan Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yangmemiliki fokus di alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus pada dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi . Museum Open Air merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali bangunan tua di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu. Science Museum merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah scientific , dan sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks , pada umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini memmungkinkan memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi Museum Spesialisasi merupakan museum yang menspesialisasikan pada topik tertentu . Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas, dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda dibandingkan museum lainnya . Museum Virtual merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data .
2.3.1.2
Sejarah Perkembangan Museum •
Museum mulai dikenal pada jaman Yunani dalam arti yang masih sempit, dimana tujuannya untuk mengumpulkan benda-benda penghormatan kepada para pahlawan bangsa dan roh-roh dengan segala sesuatu yang berkenan dengan kemenangan kesenian rakyat, musik, dan lain-lain. Benda-benda tersebut dikumpulkan di kuil-kuil sebagai peringatan sepanjang masa. 20
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM •
Museum berasal dari bahasa Yunani yaitu “muse”, yang berarti tempat bersembahyang dan pemujaan terhadap9 dewi lambang-lambang dari pelbagai ilmu dan kesenian.
•
Pada abad 3SM ibukota Mesir terdapat tempat penelitian, penyimpanan kumpulan benda yang disebut “Museion”.
•
Perkataan “Museum” baru dipergunakan dalam kata “hellenestic museum” di Alexandria
•
Pada jaman Renaissance benda-benda seni dan religius dari negeri asing disimpan oleh bangsawan. Tempat penyimpanan ini disebut khasanah. Penyusunan benda-benda itu dalam lemari panjang yang disebut curio cabinet, yang juga merupakan perwujudan museum pertama.
•
Pada jaman pencerahan, museum merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang berbentuk karya tulis seorang sarjana, dan ditandai dengan kegiatan orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan yang menyangkut manusia, flora, fauna, bumi, dan jagad raya. Pada jaman ini koleksi dan kesenian di bawah pengaturan dan pengawasan dari bangsawan dan Gereja.
•
Museum dan istana setelah Revolusi Perancis dibuka untuk umum dalam rangka demokratisasi ilmu pengetahuan. Pada tahun 1792, Museum Le Louvre oleh pemerintah Perancis dibuka untuk umum, tetapi sebenarnya pembukaan untuk umum telah dilakukan pertama kali oleh Paul Sixtus IV terhadap Museum Capitoline di tahun 1471. Pada saat itu museum adalah tempat penyimpanan benda-benda berharga para raja-raja (schatzkammer). Selain itu disimpan pula benda-benda “aneh” (rarita tenbinete) terutama yang berisikan benda-benda yang berasal dari Timur Tengah maupun Timur Jauh.
•
Pada tahun1852 di kota Nurberg, Jerman, didirikan sebuah museum yang terkenal dengan nama Germanische National Museum, oleh yayasan pecinta sejarah terutama sejarah klasik.
•
Hadirnya British Museum di London dan Germanische National Museum di Nurberg, membuat semakin jelas bahwa apa yang dapat disimpan dimuseum bukan hanya benda-benda aneh saja, melainkan juga bukti kehidupan manusia, karena setiap benda adalah merupakan bukti keberadaan manusia pada jamannya.
•
Kalangan profesi permuseuman dari seluruh dunia lalu mendirikan badan kerja sama profesional yaitu ICOM (International council of museum) yang berada di bawah UNESCO, salah satu organisasi PBB yang bergerak di bidang
21
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM educational
(pendidikan),
Scientific
(ilmu
pengetahuan),
dan
cultural
(kebudayaan) •
Pada tahun 1662 Rumphius mendirikan De Ambonsche Rariteiten Kamer di Ambon, bersama dengan perkumpulan-perkumpulan ilmiah yang kebanyakan terdiri dari orang-orang Belanda, yang koleksinya tergolong barang-barang aneh dalam ilmu pengetahuan.
•
Pada tahun 1778 didirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Weteschappen di Jakarta yang sekarang lebih dikenal sebagai Museum Nasional.
•
Pada tahun 1817 didirikan Horus Botanicus Bogoriense di Bogor yang sekarang dikenal dengan Kebun Raya Bogor dan kemudian pada tahun 1884 baru didirikan Zoologicum Bogoriense.
•
Pada tahun 1924, Java Institut merintis berdirinya Museum Sono Budoyo di Yogyakarta.
•
Setelah kemerdekaan pemerintah banyak berperan dalam mendirikan museummuseum, misalnya museum-museum khusus yang banyak didirikan di Jakarta seperti Museum Wayang, Museum Tekstil, dan sebagainya.
•
Dalam perkembangannya museum dipengaruhi konteks sosial dan budaya seperti yang di katakan oleh Moh. Amir Sutarga, pakar permuseuman Indonesia, bahwa museum adalah suatu gejala sosial dan kultural dan mengikuti sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan. (Dannyjanto, 1995)
2.3.1.3
Sejarah Perkembangan Museum Di Indonesia
Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya Museum Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo di Yogyakarta. Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang Dunia II. Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
22
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museum-museum Nasional diganti menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka: •
Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museum-museum menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan Museum Lokal.
•
Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus, dan Museum Pendidikan.
•
Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus. Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokan Museum
Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional (propinsi) dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di Indonesia terdapat 135 buah museum. Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui: •
PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat (Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).
•
PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan pada sebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).
•
Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain membina dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah. Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya museum
dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai museum pembinan museum daerah dan swasta. Perbandingan antara museum yang didirikan sebelum kemerdekaan dengan museum yang didirikan setelah kemerdekaan dapat dilihat pada tabel berikut:
23
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Tabel 2.4 Perbandingan Museum yang didirikan sebelum dan sesudah kemerdekaan Museum Sebelum Kemerdekaan •
Didirikan ilmu
untuk
Museum Sesudah Kemerdekaan
kepentingan
pengetahuan
•
yang
Didirikan
untuk
kepentingan
pelestarian warisan budaya dalam
menunjang
rangka
pembinaan
dan
pengembangan •
Pelaksanaan dan
politik
kolonial
pengembangan
•
ilmu
Kebudayaan bangsa dan sebagai sarana pendidikan non formal
pengetahuan •
cukup
•
Jumlah koleksi terbatas
Sebagian besar bangunan tidak
•
Bangunan
Jumlah
koleksi
yang
besar •
direncanakan
untuk
suatau
umumnya
museum sudah
pada
direncanakan
museum, pada umumnya sudah
khusus untuk suatu museum dan
tua
mencerminkan
dan
tidak
lagimemenuhi
persyaratan bangunan modern
arsitektur
suatu
tradisional
gaya daerah
tertentu •
Sebagian museum tenaga
dari ini
museum-
tidak
•
Pada umunya masih kekurangan
memiliki tenaga ahli
ilmiah
yang
berpengalaman,
namun
jumlahnya tidak memadai •
Sebagian bagian
sudah
mempunyai
yang
melayani
•
Struktur organisasai disesuaikan dengan kebutuhan
bimbingan edukatif yang tidak terdapat pada zaman kolonial, sarana
penunjang
belum
memadai
24
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM 2.3.1.4
Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989 Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil pemikiran
dibidang pembinaan dan pengembvangan permuseuman secara garis besar sebagai landasan dan pedoman pengembangan Museum nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus di Indonesia. Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan program-program pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan penekanan pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”. Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan pada pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila dan berdasarkan kepada Undang-Undang
Dasar
1945.
Kebijakan
permuseuman
mencakup
kebijaksanaan
pengembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidangbidang koleksi, fisik, ketenagaan, sarana penunjang, dan fungsionalisasi. Untuk Museum Nasional dan Museum Propinsi dikembangkan pula peranannya sebagai museum pembina. Kebijakan pengembangan permuseuman Indonesia juga berpegang kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum yaitu: Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya Dokumentasi dan penelitian ilmiah Konservasi dan preservasi Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum Pengenalan dan penghayatan kesenian Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa Visualisasi warisan alam dan budaya Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam perlu dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan nasional.
25
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Landasan Kebijaksanaan Landasan Idial Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari landasan idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu Landasan idial Pancasila, yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. “….dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social….” Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31: (1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran (2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh undang-undang. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32: “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia” hal ini mengandung arti seperti disebut dalam penjelasan pasal tersebut. Landasan Operasional Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR No.II/MPR/1983) landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan termasuk pembinaan penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, antara lain menyebutkan. 1. Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat
penghayatan dan pengamalan pancasila,
memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan. 2. Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila. 3. Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit serta ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negative sedang dilain pihak ditimbulkan kemampuan masyarakat untuk mnunjang dan menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan memang dalam pembaharuan dalam proses pembangunan.
26
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM 2.3.1.5
Struktur Organisasi Museum Struktur organisasi museum dapat dilihat seperti gambar berikut :
KEPALA MUSEUM
KEPALA BAGIAN TEKNIS &
KEPALA BAGIAN PENDIDIKAN
KEPALA BAGIAN ADMINISTRASI
Diagram 1. Struktur Organisasi Museum Tugas Kepala Museum : Membuat program kegiatan museum secara rutin / khusus Menyediakan sarana / fasilitas material untuk kegiatan museum Mengkoordinasikan karyawan-karyawan museum Mengusahakan penyediaan dana/sumber dana Tugas Kepala Bagian Teknis & Operasional : Mengumpulkan, mendata, meneliti, dan mempelajari koleksi serta menyiapkan konsepsi yang berhubungan dengan presentasi / tulisan ilmiah Preparasi : mempersiapkan penyajian koleksi dan pameran Reproduksi : memproduksi karya-karya seni dan kerajinan Konservasi : merawat dan mencegah kerusakan koleksi Pengadaan, penelitian, dan registrasi Tugas Kepala Bagian Pendidikan : Mengadakan penjelasan bagi rombongan anak-anak / pelajar dan kelompok – kelompok Memberikan bimbingan untuk pengenalan, menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai koleksi. Tugas Bagian Administrasi : Mengurus urusan rumah tangga museum,urusan administrasi, keamanan, dan mengurus personalia.
27
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM 2.3.1.6
Pokok-Pokok Pengertian Penyelenggaraan Museum
Sebelum mendirikan suatu museum kita perlu memperhatikan tiga komponen utama dalam penyelenggaraan suatu museum yaitu : 1. Pengelola 2. Koleksi, dan 3. Pengunjung Dari ketiga komponen ini dapat dirumuskan suatu sistem penyelenggaraan museum. Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari pengelola atau status hukumnya : Pemerintah : • Pusat • Daerah • Departemen / Lembaga Pemerintah • Swasta / yayasan Sistem penyelenggara museum ditinjau dari koleksinya :
Jenis Koleksi : • Museum umum, koleksi meliputi semua disiplin ilmu. • Museum khusus, koleksi meliputi satu disiplin ilmu. Asal Koleksi : •
Museum Internasional, koleksinya berasal dari seluruh dunia.
•
Museum nasional, koleksinya berasal dari suatu daerah.
•
Museum Regional, koleksinya berasal dari suatu daerah.
Penyajian koleksi : •
Museum terbuka, penyajian koleksi dilakukan secara terbuka.
•
Museum tertutup, penyajian koleksi dilakukan secara tertutup.
•
Kombinasi museum terbuka dan tertutup.
Sifat waktu penyajian koleksi : •
Museum tetap
•
Museum
temporer
28
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Pengunjung yang dilayani oleh sebuah museum diharapkan dari semua lapisan masyarakat mengingat fungsi dari museum itu sendiri. (sutarga, 1991)
2.3.1.7
Prinsip Dasar Museum
Prinsip dasar museum meliputi luas , pencahayaan,ruang pameran , dan organisasi ruang secara umum .
2.3.1.7.1 Luas Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga terdapat beberapa museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya. Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata , dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran. Standar luasan museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah :
Tabel 2.4 Standar Luas Museum7 Populasi
Total luas areal museum
10.000 jiwa
650m2 - 1300m2
25.000 jiwa
1115m2 - 2230m2
50.000 jiwa
1800m22 – 3600m2
100.000 jiwa
2700m2 – 5500m2
250.000 jiwa
4830m2 – 9800m2
500.000 jiwa
7600m2 – 15000m2
>1.000.000 jiwa
12000m2– 23500m2
2.3.1.7.2 Pencahayaan Pencahayaan pada bangunan museum pada umumnya sama dengan bangunan lainnya kecuali pada areal pameran . Pada areal pameran , pada umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak merata . Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya matahari . Akan tetapi pada museum science hanya menggunakan pencahayaan buatan . Hal ini dikarenakan pencahayaan buatan dapat lebih memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan dibandingkan pencahayaan alami. Akan tetapi , seorang manusia pada umumnya lebih memilih keberadaan cahaya alami walaupun sedikit . Hal ini dikarenakan 29 7. Sumber : Museum Buildings,By Laurence Vail Coleman
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM efek cahaya matahari yang berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati . Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami . Hal ini dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan . Pencampuran pencahayaan
tersebut
diharapkan
dapat
mengurangi
kerugian
masing-masing
pencahayaan. Permasalahan tersebut adalah seperti : “The natural partner in the combination varieswidely in chromaticity and quantity, from day to day , and season to season , and frequently will change in both color and quanity in matter of minutes .” Warna pencahayaan , merupakan faktor yang sangat penting . Menurut penelitian ,pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya . Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 4500o . Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu incandescent tanpa filter dengan suhu 2800o– 3100o memberi pencahayaan spot pada objek individual , maupun pencahayaan flood dilokasi tertentu . Pencahayaan ruangan diharapkan tidak melebihi terangnya pencahayaaan terhadap objek . Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontrast . Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek silau, dan pantulan dari silau . Usaha untuk mencegah efek silau ini dilakukan dengan memberikan lapisan kaca difusi .Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini . Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang cukup penting dalam hal ini .
2.3.1.7.3 Ruang Pameran Ruang Pameran didalam sebuah museum pada umumnya terbagi atas dua jenis , yakni ruang pamer tetap , dan ruang pamer tidak tetap . Didalam ruang pameran terdapat ketentuan dalam pembuatan partisi sebagai pembatas tempat pameran dan tempat untuk meletakkan benda untuk dipamerkan. Pada umumnya ruang pameran disarankan menggunakan partisi yang fleksibel , dan dapat dipindah-pindah . Perubahan dinding pada ruang pameran diharapkan tidak mengganggu struktur utama bangunan dan menggunakan biaya yang sedikit. Ukuran dan proporsi ruang pameran pada masa modern diciptakan lebih intimate dibandinkan bangunan lama yang mengandalkan hall yang besar . Pada umumnya tinggi langit-langit ruang pameran telah berkurang antara 17 hingga 25 kaki dibandingkan ruang pameran bangunan lama yang mencapai 34 kaki.
30
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM Terdapat Pengelompokan ruang dalam areal pameran. Terdapat beberapa susunan yang cukup familiar dalam pengelompokan ruang yakni : Susunan ruang ke ruang merupakan susunan dengan ruang yang terletak pada kamar yang saling berhubungan secara menerus . Pada umumnya terdapat
pada
bangunan
dengan
ruang
pameran
satu
lantai
dan
bersebalahan dengan ruang lobby . Keuntungan dari susunan ini adalah pengelompokannya yang simpel , dan ruang yang cukup ekonomis . Kelemahan dari susunan ini adalah memungkinkannya terdapat satu ruangan yang tidak dilalui walaupun dikelilingi oleh ruang lainnya . Susunan koridor ke ruang sering disebut sebagai susunan ruang dan koridor merupakan susunan dimana setiap ruang dapat diakses melalui sebuah koridor .Keuntungan dari susunan ini adalah setiap ruang dapat diakses secara langsung , oleh karena itu dapat ditutup tanpa memberikan pengaruh pada ruangan lainnya .Kelemahan dari susunan ini adalah hilangnya ruang sebagai ruang koridor , walaupun dapat di minimalisir dengan menjadikan ruang koridor sebagai ruang pameran juga. Susunan lingkaran pusat merupakan sususan yang berpusat pada suatu ruangan dengan terdapat ruang-ruang kecil disekitarnya. Keuntungan dari susunan ini adalah susunannya yang paling fleksibel. Kekurangan dari susunan ini adalah ruang kecil yang berada di sekeliling ruang utama menjadi tidak sering dikunjungi ataupun terlalu exklisif.
31
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM
Pada gambar A dan B memiliki cakupan sirkulasi yang kurang . Pada gambar C memilik cakupan sirkulasi yang maksimal , akan tetapi memiliki pergerakan yang terlalu banyak .Pada gambar D dan E memiliki sirkulasi dan cakupan yang baik .
2.3.1.7.4 Organisai Ruang Ruang-ruang yang diperlukan didalam sebuah museum haruslah tersusun dengan baik agar memudahkan penggunaannya oleh publik . Ruang-ruang yang dibutuhkan oleh museum diantaranya : Ruang Lobby dan ruang umum •
Ruang Vestibule merupakan ruang yang pertama kali ditemui oleh pengunjung yang berfungsi sebagai ruang transisi dari ruang luar menuju lobby utama . Pada bangunan yang tidak memiliki ruang Vestibule disarankan penggunaan revolving door . Akan tetapi penggunaan revolving door cukup menyusahkan bagi orang tua . Oleh karena itu penggunaan rolling door mulai dikurangi .
•
Ruang Lobby merupakan ruang kontrol terhadap pengunjung museum . Ruang lobby harus luas , atraktif , memiliki pencahayaan yang bagus , dan memiliki penghawaan yang baik . Ruang Lobby harus mampu menampung jumlah pengunjung dan memiliki tempat duduk bagi pengunjung . Ruang lobby harus menjadi ruang untuk mengkontrol ruang kanor , ruang edukasi , ruang auditorium , ruang pameran , ruang perpustakaan , dan ruang kuratorial , serta ruang untuk menjual aksesories .
•
Ruang Toilet dibutuhkan dengan besaran yang proporsional terhadap ukuran bangunan . Ruang toilet disarankan berhubungan langsung dengan ruang lobby agar dapat melayani kebutuhan publik . 32
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM •
Ruang kafetaria pada umumnya ditemukan pada bangunan museum yang cukup luas . ruang kafetaria pada umumnya berhubungan langsung dengan ruang lobby .
Ruang Pameran •
Ruang Pameran Temporer biasanya digunakan pada bangunan museum seni yang mayoritas benda yang dipamerkan berupa lukisan . Pada museum science dan sejarah , jarang sekali memamerkan bendanya yang bersifat temporer. Akan tetapi kadang kala juga terdapat pameran temporer untuk menarik minatpengunjung pada event tertentu . Posisi yang tepat untuk ruang pamer temporer biasanya berada pada lantai pertama , dan terpisah dari lobby. Ruangan ini disusun dengan terpisah dari bagian museum lainnya . Disarankan tidak terdapat batasan yang permanen antara bagian ini dengan bagian lain yang berhubungan .
•
Ruang Pameran Permanent lebih baik memiliki pemisahan antara jenis pameran yang dipamerkan untuk publik , dan untuk pelajar . Pada bangunan museum zaman sekarang , pameran untuk publik diletakkan dekat dengan lobby. Hal ini dimaksudkan agar pameran yang bertujuan untuk publik diletakkan pada posisi yang lebih strategis , dan pameran untuk pendidikan ataupun penelitian diletakkan lebih tidak strategis .
Ruang pendidikan •
Ruang Perpustakaan merupakan ruang yang disarankan untuk memenuhi kenyamanan publik maupun staff museum . Perpustakaan disarankan terletaktidak terlalu jauh dari pintu masuk , dan mendapat pengawalan dari lobby . Akan tetapi karena untuk memenuhi kenyamanan publik , kadangkadang kenyamananstaff sedikit terganggu . Oleh karena itu , pada museum yang cukup besar, biasanya terdapat perpustakaan terpisah bagi staff. Ruang-ruang yang termasuk dalam bagian ruang perpustakaan adalah ruang membaca , meja penjaga perpustakaan , tempat bekerja , dan tempat menyimpan buku .
•
Ruang Membaca pada umumnya dapat mengikuti standar perpustakaan umum , dimana diberikan areal minimal 25 kaki persegi untuk setiap satu orang pembaca. Ruang baca haruslah sepi tanpa banyak ganguan suara . Oleh karena itu biasanya material lantai dari ruang baca biasanya terbuat dari linoleum , maupun karet .
•
Stacks (Ruang tempat buku) harus mengikuti standar desain perpustakaan umum . Pada perpustakaan yang kecil , ruang ini dapat menjadi bagia dari 33
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM ruang baca , dan pada umumnya lemari buku terbuat dari besi dengan tinggi 7,5 kaki. Ruang berkumpul •
Ruang Auditorium ataupun ruang untuk mengajar ,harus dirancang dengan memperhatikan faktor akustik . Biasanya permasalahan dari auditorium adalah letak , peralatan , dan desain interior di ruang tersebut . Hal yang perlu diperhatikan dari posisi auditorium , adalah letak dari auditorium disarankan berhubungan langsung dengan lobby utama ,agar dapat digunakan terpisah dari ruang pameran .
•
Ruang untuk musik tidak mengharuskan berada di dalam sebuah auditorium , akan tetapi dapat berada di ruang terbuka berupa taman terbuka , maupun amphitheatre.
Divisi Pendidikan
•
Ruang kelas dan studio biasanya muncul apabila museum merupakan
cabang
dari
institusi
tertentu
.Biasanya
dilakukan
pemisahan antara ruang kelas anakanak , dan ruang kelas orang dewasa . •
Ruang
museum
untuk
anak-anak
merupakan
bagian
untuk
menerima pelajar yang datang bersama guru , dan berkelompok berdasarkan sekolahnya. Ruang Kuratorial
•
Gudang penyimpanan sering juga disebut sebagai penyimpanan untukpembelajaran . Hal ini dikarenakan penyimpanannya yang dapat digunakan sebagai reverensi pekerjaan , dan penelitian yang penting untuk perkembangan museum .
•
Rangkaian kamar Kurator terdiri dari ruang belajar , ruang kerja kurator , dan gudang penyimpanan . Ruang pameran juga merupakan bagian dari ruang kuratorial , oleh karena itu perlu adanya hubungan antara ruang pameran dan ruang kuratorial . Sebaiknya ruang kuratorial berada di dekat ruang lobby utama agar mudah diakses .
Ruang Administrasi
•
Ruang Kantor sebaiknya berdekatan dengan lobby , Hal ini di karenakan agar pengunjung yang bertujuan untuk urusan bisnis masuk 34
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM melalui pintu utama ,menuju ke lobby , dan menuju ke kantor dengan pengawalan khusus , tanpa harus mengelilingi seluruh museum . •
Ruang
rapat
biasanya
disediakan
untuk
rapat,
akan
tetapi
pada
perpustakaan besar disarankan perletakannya berada di ruang kantor direktur . Walaupun terpisah dari ruang direktur , disarankan ruang ini memiliki akses langsung terhadap ruang direktur •
Ruang kantor direktur memiliki standar yang sama dengan bangunan perkantoran.
Bagian Servis •
Pintu masuk servis harus langsung menuju keruang penerimaan dengan area packing dan unpacking .Ruang servis biasanya dilalui oleh pekerja , pengantar barang , dsb . Ruang servis harus memiliki loading dock yang mampumenampung truk besar .
•
Ruang penerimaan merupakan areal vokal dimana semua kiriman barang datang , maupun keluar dari bangunan. Ruang penerimaan dan lift barang disarankan untuk berdekatan agar mempermudah pendistriusian barang di dalam bangunan .
•
Ruang pengawas berada didekat pintu masuk servis ,dan merupakn ruang kontrol dari segala sesuatu yg terjadi di sini . Biasanya beradadi ruang tertentu dengan terdapat kaca yang dapat melihat keluar tanpa orang dapat melihat ke dalam ruangan .
•
Lift barang memiliki posisi yang terbaik berada pas di samping ruang penerimaan ,harusah berukuran besar ,pelan , dan dioperasikan dengan tombol .Lift barang harus dapat mencapai semua tingkatan dimana barang yang diangkut akan dibawa menuju kesana
•
Bilik Registrasi merupaknn tempat membuat arsip barang milik museum yang dipinjamkan maupun yang dipinjam.Begitu juga dengan barang yang akan dipamerkan dari ruang peyimpanan .Ruang ini juga berfungsi untuk mengarsipkan barang yang keluar masuk dari areal pameran , dan ruang kuratorial . Ruang ini harus dapat berkomunikasi secara bebas dengan ruang penerimaan , dan harus dirancang dengan memiliki pengamanan yang baik.
•
Koridor servis merupakan pusat sirkulasi dari manusia pada basement . Koridor ini haruslah bebas hambatan , dan harus memiliki jalur distribusi ke seluruh bagian bangunan .
35
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM •
Ruang kerja fotografi biasanya diletakkan di basement agar pekerjaan fotografi dapat diawasi dengan baik dengan cahaya buatan . Ruang ini harus memiliki penghawaan yang baik dan bebas dari getaran.
•
Ruang kerja (shops) merupakan ruangan yang dibutuhkan di setiap museum.Ruang ini harus memiliki pencahayaan alami yang baik, dan penghawaan yang baik.
•
Ruang preparasi, dan ruang restorasi merupakan ruang kerja bagi para ahli untuk memperbaiki artefak, maupun mengresrorasi benda-benda seni. Ruangan
ini
harus memiliki
pencahayaan
alami
yang
bagus,
dan
pencahayaan buatan yang memadai. •
Printing Shop merupakan ruang yang berfungsi untuk membuat label pada benda yang akan dipamerkan.
•
Ruang penyimpanan servis merupakan tempat menyimpan alat kerja.
•
Garasi merupakan ruang tambahan yang biasanya digunakan untuk menyimpan mobil truk museum, maupun mobil karyawan museum.
36
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM 2.3.2.
Patung Lilin
2.3.2.1
Sejarah Patung Lilin Patung lilin merupakan suatu bentuk benda seni yang bernilai tinggi yang telah
dikenal sejak peradaban kuno bangsa Mesir dan Yunani. Berdasarkan dokumen sejarah, patung lilin saat itu dibuat untuk upacara-upacara religius. Pada masa kerajaan Romawi, keluarga-keluarga bengsawan membuat patung lilin nenek moyang mereka. Di Eropa pada abad pertengahan ada suatu kebiasaan untuk membuat patung lilin dari tokoh-tokoh besar dengan terlebih dahulu membuat topeng mayat (death mask), yaitu topeng yang dicetakkan pada wajah dan tubuh dari mayat seseorang. Dari topeng mayat tersebut lalu dicetakkan ke dalam patung lilin tiga dimensi untuk diletakkan di kuburan dan ruang-ruang bawah tanah. Karena kebiasaan ini menghabiskan banyak biaya, maka hal ini hanya dilakukan kepada para bangsawan dan tokoh-tokoh religious. Dengan meningkatnya perkembangan masyarakat pada jaman Renaissance, kegiatan unutk mengabadikan image seseorang melalui patung lilin menjadi semakin berkembang luas. Pada abad ke-18 di Paris, Marie Grosholtz magang di studio patung lilin milik pamannya. Selama Revolusi Perancis ia ditugaskan untuk mengambil ratusan topeng mayat. Setelah menikah, ia mengubah namanya menjadi Madame Tussaud, dan mendirikan galeri di London, Inggris, dimana galeri tersebut telah berkembang menjadi museum patung lilin yang paling terkenal di dunia, yang dikenal dengan nama Madame Tussaud’s Wax Museum.
2.3.2.2.
Proses Pembuatan Patung Lilin
Proses pembuatan patung lilin terdiri-dari beberapa tahapan, yaitu : •
Langkah pertama adalah mengumpulkan data-data dan ukuran serta bentuk wajah dan tubuh dari tokoh yang akan dibuat patungnya. Data-data ini diusahakan seakurat mungkin, bisa diperoleh melalui penelitian, deskripsi tertulis tentang tokoh yang bersangkutan, dokumentasi, buku biografi, lukisan, foto, topeng mayat, dan bila mungkin wawancara dengan dokter gigi, penjahit baju, dan orang-orang yang dekat dengan tokoh tersebut. Langkah-langkah ini dilakukan terutama bila tokoh yang akan dibuat patung lilinnya itu telah meninggal dunia. Sedangkan apabila tokoh tersebut masih hidup, maka dilakukan pengukuran secara langsung, pengambilan foto-foto
37
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM dan dengan kemajuan teknologi saat ini dapat menggunakan scanner tiga dimensi. Walaupun demikian, pengukuran secara manual adalah langkah yang paling penting. •
Setelah itu harus diputuskan di bagian atau tempat mana patung itu nantinya akan ditaruh, serta bagaimana pose yang dikehendaki.
•
Si pemahat kemudian diberi pilihan beberapa pose subjek disertai foto-foto detail. Ini berguna untuk mencocokkan detail mata, rambut dan pakaian dengan subjek yang nyata. Si pemahat tak hanya menyamakan ukuran dan bentuk bagian tubuh seperti hidung dan telinga misalnya, tetapi juga diberi kesempatan untuk mengamati karakter dan kepribadian si subyek yang nantinya akan ditransformasikan selama proses pembuatan patung.
•
Ada dua cara melakukan pertemuan dengan si subyek. Seringkali si tokoh diundang untuk mengunjungi studio museum, atau kalau tidak mungkin, si pemahat yang akan mengunjungi tokoh tersebut. Selama pertemuan dengan modelnya, si pemahat paling sedikit memotret 25 kali, mengukur tinggi kening, jarak mata, panjang wajah dan hidung, kemudian mencocokkan warna kulit, mata dan rambut.
•
Si pemahat memulai pekerjaannya dengan membuat model kepala memakai tanah liat. Bisa dibayangkan, bagaimana sulitnya usaha si pemahat untuk mencapai kemiripan tampang tanpa rambut asli. Meski demikian nantinya rambut itu akan diganti dengan rambut asli.
•
Di samping memakai ukuran dan presisi asli, kemampuan artistik sangat diperlukan guna menghasilkan patung yang mirip dan nampak hidup. Bila si pemahat merasa sudah puas, cetakan yang terdiri atas 12 bagian itu diambil dari kepala. Jumlah yang sama pula diambil dari leher dan torso. Sementara itu disiapkan cairan lilin yang dipanasi sampai 60 derajat Celcius dalam sebuah tempat khusus. Setelah dibersihkan dengan amat teliti, cetakan kepala yang terbuat dari gips keras ini kemudian dituangi cairan lilin, sampai diperoleh ketebalan yang memadai yakni sekitar 1.5 inci. Sedangkan bagian-bagian dari tubuh yang nantinya akan tertutup oleh pakaian langsung dibuat dari gips yang dihasilkan dari dua keeping cetakan. Kepingan gips dari cetakan itu kemudian dilepaskan dari kepala, agar lilin jadi dingin.
•
Bahan lilin tersebut berasal dari lilin tawon lebah asli yang dicampur dengan bahan kimia khusus untuk memperkuat material dan menambah daya tahan terhadap suhu udara tertentu.
•
Lilin, seperti juga kulit manusia, bersifat sedikit translucent, karena itu warna diberikan satu lapis sebelum lapisan akhir dari lilin sehingga memberikan kemiripan dengan kulit manusia sesungguhnya.
38
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM •
Setelah patung kepala terbentuk, langkah berikutnya adalah menggarap bagian mata. Kini giliran pekerjaan tangan yang rumit dan amat individual, terutama untuk menyesuaikan warna mata dengan yang dimiliki si tokoh. Mata yang digunakan berasal dari bahan kaca. Rambut manusia, yang tentu saja sudah disesuaikan baik jaringan maupun warnanya, ditanam ke dalam kulit kepala helai demi helai dengan alat khusus. Rambut itu kemudian dipangkas dan dirapikan sesuai aslinya. Bila si tokoh aslinya punya rambut panjang, mereka akan memakai wig.
•
Yang terakhir, sebelum tokoh lilin ini diberikan pakaian, adalah proses pewarnaan kulit. Dalam tahap ini dituntut kepandaian seorang seniman, apalagi kalau harus menyertakan perhitungan cahaya lampu tempat patung ini nantinya dipajang. Untuk menghidupkan wajah seringkali dibutuhkan pewarnaan memakai cat air, cat minyak maupun acrylic. Yang tak kalah pentingnya adalah mengatur perpaduan antara rambut dan pencahayaan.
•
Pakaian dibuat oleh tukang jahit, atau bisa didapatkan dari sumbangan si tokoh itu sendiri.
•
Akhirnya patung lilin tersebut siap dipajang di museum untuk sinikmati oleh para pengunjung.
•
Namun pekerjaan ini tidak berhenti setelah patung ini resmi selesai. Pemeliharaan dan perawatannya harus selalu dilakukan secara periodik. Paling tidak, sekali atau dua kali dalam setahun, warna atau cat harus dibersihkan dengan sabun lembut dan air. Pada saat yang sama rambutnya harus dikeramas, sebelum dilakukan pengecatan ulang danpenataan ulang rambutnya.
2.4.
Studi Banding Fungsi Sejenis •
Madame Tussauds
Madame Tussauds adalah sebuah museum lilin terkenal di London, Inggris, dengan cabang-cabang di beberapa kota besar di dunia. Museum ini pertama kali didirikan oleh pematung lilin Marie Tussaud. Marie Tussaud (lahir 1761, wafat 1850), lahir sebagai Marie Grosholtz di Strasbourg, Perancis. Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk Dr. PhillippeCurtius, seorang dokter yang mahir dalam pembuatan patung lilin. Curtius mendidik Tussaud dalam seni patung lilin. Di tahun 1765, Curtius membuat patung lilin Marie-Jeanne du Barry, selir dari Raja Louis XV dari Perancis. Cetakan dari patung tersebutadalah benda tertua yang masih ada dari sejarah museum patung lilin ini.
39
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM
Gambar 2.1 Museum Madame Tussauds
Pameran pertama dari karya lilin Curtius diadakan tahun 1770 dan menarik perhatian banyak orang. Pameran tersebut pindah ke Palais Royal di Paris pada tahun 1776. Curtius membuka tempat kedua untuk karya-karyanya karya karyanya ini di Boulevard du Temple pada tahun 1782 dengan nama "Caverne des Frands Voleurs", asal muasal dari bagian
museum yang
dikenal saat ini sebagai ebagai Chamber of Horrors (arti harafiah Kamar Horor). Tussaud membuat patung lilin pertamanya, yaitu patung Francois Marie Arouet de Voltaire, atau yang lebih dikenal hanya dengan Voltaire, di tahun 1777. Tokoh-tokoh Tokoh terkenal lainnya yang dipatungkannya antara lain Jean Jacques Rousseau dan Benjamin Franklin. Selama Revolusi Perancis ia membuat penutup wajah jenasah bagi para tokoh yang menjadi korban. Ia rela untuk mencari kepala-kepala kepala kepala para korban yang terputus ini di tengah-tengah tengah timbunan jenasah agar agar bisa menyelesaikan penutup wajah jenasah ini dengan sempurna. Ketika Curtius meninggal di tahun 1794, ia meninggalkan koleksi patung-patung patung lilinnya pada Tussaud. di tahun 1802, Marie Tussaud pindah ke London. Sebagai konsekwensi Perang Inggris--Perancis, s, ia tidak bisa kembali ke Perancis sehingga untuk hidup ia harus berkeliling Inggris dan Irlandia memamerkan karya-karyanya. karya karyanya. Sekali waktu karya-karyanya karyanya itu pernah dipamerkan di Lyceum Theatre. Ia akhirnya memiliki tempat pameran permanen buat karya-karyanya karya yanya di Baker Street, London, di tahun 1835 (di tempat yang disebut "Baker Street Bazaar"). Salah satu atraksi utama museum Tussaud adalah "The Chamber of Horrors". Bagian eksibisi ini menampilkan sebagian korban Revolusi Perancis dan juga patungpatung 40
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM para pembunuh dan penjahat lainnya. Nama ruangan ini diberikan oleh seseorang dalam majalah Punch di tahun 1845. Tokoh-tokoh terkenal lain kemudian mulai ditambahkan dalam ruang pameran, termasuk Horatio Nelson dan Sir Walter Scott. Beberapa patung lilin yang dibuat oleh Tussaud sendiri masih ada hingga hari ini. Di tahun 1842, ia membuat patung lilin dirinya sendiri yang sekarang dipajang di pintu masuk utama museumnya. Museum Madame Tussaud pindah ke alamatnya kini di Marylebone Road pada tahun 1884. Di tahun 1925 kebakaran menghancurkan banyak dari patung-patung yang ada, tapi cetakan-cetakan mereka berhasil diselamatkan sehingga patung-patung lilin bersejarah tersebut bisa dibuat lagi. Museum lilin Madame Tussaud kini telah berkembang menjadi sebuah tujuan wisata di London, berdampingan (hingga baru-baru ini) dengan London Planetarium di sisi baratnya. Museum ini telah memiliki cabang di Amsterdam, Las Vegas, New York City, Hongkong, Shanghai, Hollywood-Los Angeles, dan Washington D.C. Kini, patung-patung lilin Madame Tussauds terdiri atas tokoh-tokoh sejarah, keluarga kerajaan, bintang film, atlet tenar dan tokoh-tokoh kriminal yang tenar. Museum Madame Tussauds saat ini dimiliki oleh sebuah perusahaan wisata bernama Merlin Entertainments setelah mengakuisisi Tussauds Group pada bulan Mei 2007.
Gambar 1.2 Patung lilin di Madame Tussauds (kiri ke kanan : Madame Tussauds, Albert Einstein, William
41
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM •
Images of Singapore (Sentosa Island)
Images of Singapore adalah sebuah museum
patung
lilin
yang
membawa
pengunjung kembali ke jaman dulu untuk melihat seperti apa Singapura tempo dulu. Museum ini digunakan sebagai tempat contoh untuk
menceritakan
sejarah,
kultur
dan
nilainilai tentang Singapura .
Gambar 2.3 Museum Images of Singapore
Gambar 2.4Patung Patung Lilin di dalam Museum Images of Singapore
Atraksi ini diatur sedemikian rupa sehingga Anda sepertinya bisa menikmati alur cerita Singapura tempo dulu mulai dari legenda, fakta dan cerita-cerita cerita cerita rakyat yang disajikan melalui empat area yang berbeda: •
Four Winds of Singapore – Pengunjung akan dibawa ke sebuah ruang multimedia untuk menyaksikan tayangan tentang perbedaan kultur dan nilainilai nilai persatuan rakyat Singapura yang berada di belakang kesuksesan Singapura ura saat ini.
•
Singapore Adventure – Sebuah area yang menyajikan sejarah tentang pahlawan pahlawan Singapura dan nilai-nilai nilai nilai yang sudah mereka tanamkan kepada negara Singapura. Lihat juga cerita bagaimana para imigran yang 42
INDONESIAN WAX SCULPTURE MUSEUM datang ke Singapura sudah berperan besar dalam membangun pondasi yang kuat bagi negara Singapura ini. Cara penyajian multimedia yang didukung oleh teknologi canggih menjadikan cerita sejarah ini seperti hidup. •
Singapore Celebrates – Di sini pengunjung bisa melihat kebudayaan Singapura yang penuh warna. Lihatlah bagaimana orang-orang Singapura yang terdiri dari etnis yang berbeda-beda merayakan hari-hari besarnya masing-masing.
Setingnya
adalah
Singapore
pada
tahun
1950an,
pengunjung bisa melihat bagaimana orang Malay asli merayakan Hari Raya Puasa, orang Tionghua merayakan Chinese New year, etnis India yang menyelenggarakan Hari Raya Deepavali serta event-event seru lainnya seperti Lantern Festival. Jangan lewatkan juga untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebudayaan Peranakan. •
Celebration City – Menyajikan Singapura saat ini yang sudah menjadi kota yang modern yang penuh dengan tradisi dan even menarik, perayaanperayaan yang fantastis dan festival yang meriah.
43