BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1. Tinjauan Umum II.1.1. Latar Belakang Proyek yang dipilih adalah proyek dengan status nyata, dengan pemilik proyek adalh Vihara Dharma Shanti – Berastagi. dimana judul dari proyek ini adalah “Museum Buddhist”, yang jika dipisahkan terdiri dari 2 kata yaitu Museum dan Buddhist. II.1.2. Terminologi Judul II.1.2.1. Museum A. Pengertian Museum Pengertian museum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer 664. Museum adalah bagian dari gedung yang diguunakan menyimpan dan merawat benda – benda yang mempunyai nilai – nilai tertentu seperti nilai sejarah, budaya dan lain sebagainya. Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat. Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum adalah Museum membolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk inspirasi, pembelajaran, dan kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima artefak dan specimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum. Definisi yang terdahulu menurut Association of Museum “Museum merupakan sebuah badan
yang
mengumpulkan,
mendokumentasikan,
melindungi, memamerkan dan menunjukkan materi bukti dan memberikan informasi demi kepentingan umum.” 1
1
Museum Buildings ,By Laurence Vail Coleman
7
Universitas Sumatera Utara
Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.2 Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan alam, benda-benda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen atau temporer. Museum besar tereletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil. Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang-orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan demontrasi dengan teknologi. Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya. Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi, etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko. Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi. Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum sebagai berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk
umum,
memperoleh,
mengawetkan,
mengkomunikasikan
dan
memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.”
2
www.wikipedia.com
8
Universitas Sumatera Utara
B. Kriteria dan jenis – jenis Museum Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain : •
Museum Seni
juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus. •
Museum Sejarah
merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah dan relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu. Beberapa museum sejarah menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu. Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen, artefak. •
Museum Maritim
merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau . •
Museum Otomotif
merupakan museum yang memamerkan kenderaan . •
Museum sejarah alam
merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang memiliki fokus di alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus pada dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi . •
Museum Open Air
merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali bangunan tua di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu. •
Science Museum
merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah scientific , dan sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks , pada umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini memmungkinkan memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi . 9
Universitas Sumatera Utara
•
Museum Spesialisasi
merupakan museum yang menspesialisasikan pada topik tertentu . Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas , dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda dibandingkan museum lainnya . •
Museum Virtual
merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data . C. Jenis dan Kedudukan Museum di Indonesia Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan jenis koleksi, museum terbagi atas: •
Museum Umum
Koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan seni, disiplin ilmu dan teknologi. •
Museum Khusus
Koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan salah satu cabang disiplin ilmu dan teknologi. Berdasarkan Kedudukannya, museum terbagi atas: •
Museum Nasional
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili seluruh wilayah Indonesia. •
Museum Provinsi
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili dalam satu provinsi. •
Museum Lokal
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili dalam satu wilayah kabupaten atau kotamadya.
10
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Pengelolanya, museum terbagi atas: •
Museum Pemerintah
Museum yang dikelola oleh pemerintah •
Museum Swasta
Museum yang dikelola oleh pihak swasta. Menurut Direktorat Pemuseuman dalam rangka pembinaan dan pengembangan, museum dikelompokan sebagai berikut:
Berdasarkan status hukumnya, dibagi atas museum swasta dan museum negri.
Berdasarkan jenis koleksinya, dibagi atas museum umum dan museum khusus.
Berdasarkan ruang lingkup wilayah tugasnya dan status hokum penyelenggaraannya, dibagi atas museum nasional, museum local, dan museum lapangan terbuka.
Berdasarkan pengunjung yang berkunjung ke museum, dapat diklasifikasikan sebagai berikut: •
Menurut tujuan pengunjungnya dapat dibedakan atas pengunjung studi, pengunjung rekreasi, pengunjung dengan tujuan tertentu.
•
Menurut jumlah pengunjungnya, dibedakan atas pengunjung rombongan, dan pengunjung perorangan
•
Menurut media kedatangan pengunjung, dibedakan atas pengunjung kendaraan pribadi, pengunjung kendaraan umum, dan pengunjung pejalan kaki.
D. Sejarah Perkembangan Museum di Indonesia Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya
Museum
Bataviaasch
Genootschap
Van
Kunsten en
Westenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo di Yogyakarta. Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang Dunia II. 11
Universitas Sumatera Utara
Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museummuseum Nasional diganti menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka: • Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museummuseum menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan Museum Lokal. • Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus, dan Museum Pendidikan. • Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus. Berdasarkan
tingkat
kedudukan
Direktorat
Permuseuman
mengelompokan Museum Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional (propinsi) dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di Indonesia terdapat 135 buah museum. Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui: • PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat (Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar). • PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan pada sebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi). • Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain
12
Universitas Sumatera Utara
membina dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah. Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya museum dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai museum pembinan museum daerah dan swasta. Tabel 2.1 : Tabel Perbandingan Museum Sebelum dan Sesudah kemerdekaan
Museum Sebelum Kemerdekaan •
Museum Setelah Kemerdekaan
Didirikan untuk kepentingan ilmu • Didirikan
pengetahuan yang menunjang
untuk
kepentingan
pelestarian warisan budaya dalam rangka pembinaan dan pengembangan
•
Pelaksaan
politik
kolonial
dan • Kebudayaan bangsa dan sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan dan sarana pendidikan non formal pengembangan ilmu pengetahuan •
Beberapa
jumlah
museum
koleksi
yang
mempunyai • Jumlah kolekasi masih terbatas cukup
besar,
sebagian dipamerkan yang beroriantasi pada tata pameran museum-museum di Eropa •
Sebagian
besar
bangunan
tidak • Bangunan museum pada umumnya
direncanakan untuk suatau museum,
sudah direncanakan khusus untuk
pada umumnya sudah tua dan tidak lagi suatu memenuhi persyaratan bangunan suatu modern •
museum dan mencerminkan gaya
arsitektur
tradisional
daerah tertentu
Sebagian dari museum-museum ini • Pada umunya masih kekurangan
tidak
memiliki
tenaga ilmiah
yang tenaga ahli berpengalaman, namun jumlahnya tidak memadai •
Sebagian sudah mempunyai bagian • Struktur
yang melayani bimbingan edukatif yang
organisasai disesuaikan
dengan kebutuhan
tidak terdapat pada zaman kolonial, sarana penunjang belum memadai 13
Universitas Sumatera Utara
E. Permasalahan Umum Permuseuman Di Indonesia Masalah umum permuseuman di Indonesia pada umumnya meliputi: •
Koleksi
Berdasarkan kerangka pembagian koleksi serta kerangka jenis dan bentuk benda yang dijadikan koleksi museum maka dapat disimpulkan bahwa museum yang didirikan sebelum kemerdekaan dihadapkan pada masalah dibidang sistem administrasi dan bahasa yang digunakan (Bahasa Belanda) di samping itu masalah kondisi koleksi yang sebelumnya mendapatkan perhatian dalam perawatan. Museum yang telah ada dan didirikan pada masa era pembangunan ini menghadapi masalah dalam pengadaan koleksi. Hal ini disebabkan
masih
kurangnya pengertian
berbagai pihak
dalam
hal
mempelancar pengadaan koleksi sehingga menghambat usaha pengamanan warisan budaya dari kepentingan lain yang merugikan yang berjalan cukup pesat. •
Fisik Bangunan
Pada umunya bangunan museum yang didirikan sebelum kemerdekaan telah dinyatakan sebagai monumen bersejarah yang dilindungi Monumenten Ordonantie. Kondisi konstruksi bangunanya memerlukan perawatan secara khusus. Di samping itu juga kurang tersedianya areal tanah yang memungkinkan pengembangannya. Museum yang telah dan akan didirikan pada masa pembangunan pada garis besarnya banyak menghadapi masalah prosedur pengadaan tanah dan kesulitan mendapatkan arsitek dibidang permuseuman pada waktu pembangunannya. •
Ketenagaan
Berdasarkan persyaratan pendidikan dan banyaknya pegawai serta persyaratan pendidikan untuk jabatan pimpinan museum umum negeri maka dapat disimpulkan bahwa masalah umum di bidang ketenagaan adalah kesulitan untuk mendapatkan tenaga yang berkualifikasi
pendidikan yang relevan
dengan permuseuman. Khususnya bagi daerah-daerah yang jauh dari pusatpusat pendidikan tinggi. Masalah tersebut ditambah dengan kesulitan
14
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan latihan yang diperlukan untuk kegiatan permuseuman di daerah yang bersangkutan. •
Sarana Penunjang
Sarana penunjang ini meliputi kantor dan peralatan teknis dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hamper setiap museum di Indonesia belum mempunyai peralatan kantor dan peralatan teknis yang sesuai dengan standarisasi permuseuman yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan adanya hambatan procedural dan tidak tersedianya di pasaran jenis peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan. •
Fungsionalisasi Museum
Pada umumnya permuseuman di Indonesia masih kurang memiliki tenaga professional, di samping itu kurangnya peralatan, perlengkapan, dan dana yang memadai, menyebabkan hambatan pelaksanaan fungsi setiap museum. •
Museum Pembina
Perbandingan antara museum yang dipandang mampu sebagai museum pembinan belum atau tidak sebanding dengan jumlah yang perlu dibina. Di samping itu museum Pembina dan yang dibina letaknya berjauhan sehingga menambah hambatan pelaksanaan pembinaan. Juga museum belum mencapai kemantapan yang ideal. Museum mempunyai peranan sebagai berikut: •
Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah
•
Pusat penyaluran ilmu dan umum
•
Pusat peningkatan apresiasi budaya
•
Pusat perkenalan kebudayaan antara daerah dan antara bangsa
•
Sumber inspirasi
•
Objek pariwisata
•
Media Pembina pendidikan sejarah alam, ilmu pengetahuan dan budaya
•
Suaka alam dan suaka budaya
•
Cermin sejarah dan kebudayaan
15
Universitas Sumatera Utara
F. Permasalahan Khusus Museum Nasional Beberapa masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan museum adalah sebagai berikut : Koleksi •
Jumlah jenis dan harga koleksi dalam rencana pengadaan koleksi tidak
dapat ditentukan, karena koleksi yang ditawarkan kepada museum tidak dapat diperhitungkan sebelumnya, sehingga menurut prosedur, rencana pengadaan koleksi harus mencantumkan jumlahnya, jenis serta harga satuan koleksi, sehingga mengakibatkan kurang lancarnya pengadaan koleksi. •
Sistem administrasi koleksi sebagai museum yang bertaraf nasional belum
memadai, sehingga pelayanan informasi yang diperlukan kurang lancer. •
Setiap jenis koleksi terdaftar dalam buku inventari tersendiri yang terpisah
satu sama lain, karena belum mempunyai buku inventaris koleksi yang memuat semua jenis jenis koleksi. •
Penulisan deskripsi atau identitas koleksi yang hamper seluruhnya dalam
Bahasa Belanda, sehingga menimbulkan kesulitan bagi sebagian besar pemakai koleksi. •
Katalog koleksi yang memuat uraian latar belakang suatu fungsi koleksi
dan merupakan referensi untuk penelitian lebih lanjut belum tersedia sehingga katalog sebagai sumber informasi belum dapat disediakan. •
Kondisi fisik koleksi yang berjumlah lebih kurang 80.000 ribu buah
memerlukan perawatan dan pengamanan untuk pelestarian sehingga membutuhkan tenaga yang berkemampuan dan fasilitas yang memadai yang segera harus dipenuhi. •
Harga benda yang dapat dijadikan koleksi terus meningkat, sedangkan
dana yang diperoleh untuk pengadaan koleksi sangat terbatas, sehingga jumlah koleksi yang diperoleh relative sedikit. Meskipun demikian, masih diperlukan adanya pengembangan dalam menerapkan sistem bimbingan agar lebih mantap.
16
Universitas Sumatera Utara
Fisik Bangunan •
Bangunan induk museum yang didirikan pada tahun 1862 merupakan
bangunan bersejarah yang dilindungi oleh Monumenten Ordonantie 1931, telah peka terhadap kelembaban udara, sehingga iklim mikro di ruang pameran dan gudang koleksi dapat mempercepat proses proses kerusakan koleksi. •
Besarnya jumlah dan terbatasnya volume ruang pameran serta fasilitas
ruang penunjang pameran menimbulkan kesulitan dalam pengembangan tata penyajian koleksi yang berguna sebagai sarana pendidikan non-formal dan pembinaan kepribadian bangsa. •
Luas gudang koleksi tidak mampu menampung penyajian koleksi
sehingga tidak lagi memenuhi syarat sebagai tempat studi koleksi dan tempat pelestariannya. •
Luas ruang laboratorium konservasi, bengkel restorasi dan preparasi
pameran tidak mungkin ditambah karena terbatasnya lahan museum padahal ruang yang sempit dapat menghambat kelancaran kerja dan kurang menjamin kesehatan maupun keamanan kerja. •
Bangunan museum terletak pada lahan yang sempit berbatasan dengan
bangunan permanent lainnya menyebabkan tidak mungkin dilaksanakannya pengembangan gudang tempat penyimpanan koleksi dan ruang kerja karyawan. •
Letak tanah dan lingkungan bangunan museum pada saat ini berada di
bawah permukaan jalan dan disekitarnya pada waktu hujan terjadi genangan air yang terpusat di pekarangan museum. Hal ini menyebabkan bertambah lembabnya udara di dalam ruang pameran dan gudang koleksi dan memungkinkan berkembang biaknya rayat yang dapat merusak bangunan museum maupun koleksinya.
17
Universitas Sumatera Utara
Ketenagaan •
Jumlah koleksi yang cukup banyak volume ruang kerja dan ruang
pameran serta ruang penyimpanan koleksi yang sulit diperluas menyebabkan terhambatnya penambahan tenaga teknis permuseuman yang pada umumnya membutuhkan ruang kerja yang layak. •
Tenaga teknis yang dibutuhkan banyak kurang berminat untuk bekerja di
museum sehingga untuk mendapatkan tenaga yang berkualitas pendidikan yang relevan dan memiliki kemampuan serta terampil. •
Belum adanya bidang studi permuseuman di perguruan tinggi, terbatasnya
tempat latihan teknis permuseuman, sukarnya mendapatkan tenaga pelatih yang dapat memenuhi kebutuhan museum sangat sedikitnya buku refrensi mengenai teknis permuseuman dan tidak tersedianya dana pembelian buku ke luar negeri, sehingga menyebabkan pelaksanaan pembinaan dan peningkatan kemampuan dann keterampilan dibidang teknis permuseuman. •
Prosedur pengadaan ketenagaan yang terkait dengan peraturan yang
kurang fleksibel menyebabkan tidak cukupnya jumlah tenaga yang diperlukan sehingga mengurangi kemampuan mencapai hasil yang diharapkan. Sarana Penunjang Sarana penunjang untuk museum sukar diperoleh karena terbatasnya dana yang tersedia prosedur pengadaan yang kurang baik sehingga tata penyajian koleksi sebagai museum yang bertaraf nasional kurang memadai. Fungsionalisasi •
Ruang pameran tetap dan pameran temporer kurang luas, dana yang
tersedia tidak memenuhi kebutuhan sehingga sarana penunjang yang diperlukan dalam teknis pameran kurang memadai menunjang penampilan dan bobot penyajian koleksi yang dipamerkan. •
Penggunaan metode dalam bimbingan edukatif cultural yang dilaksanakan
di museum masih kurang efektif sehingga hasilnya kurang apresiasif dan inspiratif. •
Penyajian dalam bentuk penerbitan hasil penelitian koleksi dalam rangka
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kebudayaan masih 18
Universitas Sumatera Utara
kurang memadai jumlahnya sehingga masyarakat kurang mengetahui makna kebudayaan material yang dipamerkan di museum. •
Kerja sama museum dengan instansi dibadan swasta lainnya masih belum
memenuhi
harapan sehingga
partisipasi masyarakat
belum memadai
jumlahnya. Museum Pembina Museum
Nasional
dapat
dijadikan
museum
Pembina
karena
mempunyai tenaga ahli yang mampu dan terampil dibidang teknis permuseuman yang dapat membina dan megembangkan Museum Umum Propinsi dan lokal dapat menerima tenaga dari museum lainnya untuk diberi bimbingan magang di museum. Walaupun demikian, Museum Nasional masih memerlukan pengembangan sistem pembinaan dan peraturan magang. G. Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989 Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil pemikiran dibidang pembinaan dan pengembvangan permuseuman secara garis besar sebagai landasan dan pedoman pengembangan Museum nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus di Indonesia. Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan programprogram pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan penekanan pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”. Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan pada pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila dan berdasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945. Kebijakan permuseuman mencakup kebijaksanaan pengembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidangbidang koleksi, fisik, ketenagaan, sarana penunjang, dan fungsionalisasi. 19
Universitas Sumatera Utara
Untuk Museum Nasional dan Museum Propinsi dikembangkan pula peranannya sebagai museum pembina. Kebijakan pengembangan permuseuman Indonesia juga berpegang kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum yaitu: •
Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya
•
Dokumentasi dan penelitian ilmiah
•
Konservasi dan preservasi
•
Penyebaran dan pemerataan ilmu umtuk umum
•
Pengenalan dan penghayatan kesenian
•
Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa
•
Visualisasi warisan alam dan budaya
•
Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia
•
Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan
sejarah alam perlu dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan nasional. Landasan Kebijaksanaan •
Landasan Idial
Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari landasan idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu Landasan idial Pancasila, yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. “….dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social….” •
Landasan Konstitusional
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31: (1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran (2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur oleh undang-undang. 20
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32: “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia” hal ini mengandung arti seperti disebut dalam penjelasan pasal tersebut. •
Landasan Operasional
Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR No.II/MPR/1983) landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan termasuk pembinaan penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, antara lain menyebutkan. 1. Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan pancasila, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan. 2.
Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilainilai kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila.
3.
Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit serta ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negative sedang dilain pihak ditimbulkan kemampuan masyarakat untuk menunjang dan menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan memang dalam pembaharuan dalam proses pembangunan.
H. Struktur Organisasi Museum .
Bagan 2.1. : Bagan Struktur Organisasi Museum
21
Universitas Sumatera Utara
Tugas Kepala museum: •
Membuat program kegiatan meseum secara rutin/ khusus
•
Menyediakan sarana/ fasilitas material untuk kegiatan museum
•
Mengkoordinasikan karyawa-karyawan museum
•
Mengusahakan peneyediaan dana/ sumber dana Tugas Bagian Pengelola Koleksi/ Kuratorial:
•
Mengumpulkan, mendata, meneliti, dan mempelejari koleksi serta menyiapkan konsepsi yang berhubungan dengan presentasi/ tulisan ilmiah
•
Preparasi: Mempersiapkan penyajian koleksi dan pameran.
•
Reproduksi: Memproduksi karya-karya seni dan kerajinan.
•
Konservasi: Merawat dan mencegahkerusakan koleksi.
•
Pengadaan, penelitian, dan regristrasi (mengumpulkan materi pameran, meneliti, dan mencatat koleksi materi.
Tugas Bagian Pendidikan: •
Mengadakan penjelasan bagi rombongan anak-anak/ pelajar dan kelompok-kelompok.
•
Memberikan bimbingan untuk pengenalan, menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai koleksi.
Tugas Bagian Pengelolaan Umum: •
Mengurus
urusan
rumah
tangga
museum,
urusan
administrasi,
keamanaan, dan mengurus personalia.
22
Universitas Sumatera Utara
I. Prinsip Dasar Museum . Luas Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga terdapat beberapa museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya . Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata , dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran. Tabel 2.2. : Tabel Standar Luasan Museum Berdasarkan Jumlah Penduduk Lokal
Populasi
Total luas areal museum
10.000 jiwa
650m2 - 1300m2
25.000 jiwa
1115m2 - 2230m2
50.000 jiwa
1800m2 – 3600m2
100.000 jiwa
2700m2 – 5500m2
250.000 jiwa
4830m2 – 9800m2
500.000 jiwa
7600m2 – 15000m2
>1.000.000 jiwa
12000m2 – 23500m2
SUMBER : Buku “Museum Buildings” By Laurence Vail Coleman
Pencahayaan . Pencahayaan pada bangunan museum pada umumnya sama dengan bangunan lainnya kecuali pada areal pameran . Pada areal pameran , pada umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak merata . Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya matahari . Akan tetapi pada museum science hanya menggunakan pencahayaan buatan . Hal ini dikarenakan pencahayaan buatan dapat lebih memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan dibandingkan pencahayaan alami. Akan tetapi , seorang manusia pada umumnya lebih memilih keberadaan cahaya alami walaupun sedikit . Hal ini dikarenakan efek cahaya matahari yang berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati . 23
Universitas Sumatera Utara
Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami . Hal ini dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan . Pencampuran pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian masing-masing pencahayaan . Permasalahan tersebut adalah seperti : “The natural partner in the combination varies widely in chromaticity and quantity, from day to day , and season to season , and frequently will change in both color and quanity in matter of minutes .”3 Warna pencahayaan , merupakan faktor yang sangat penting .Menurut penelitian , pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya . Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 4500o . Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu incandescent tanpa filter dengan suhu 2800o – 3100o memberi pencahayaan spot pada objek individual , maupun pencahayaan flood di lokasi tertentu . Pencahayaan
ruangan
diharapkan
tidak
melebihi
terangnya
pencahayaaan terhadap objek . Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontrast . Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek silau , dan pantulan dari silau . Usaha untuk mencegah efek silau ini dilakukan dengan memberikan lapisan kaca difusi .Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini . Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang cukup penting dalam hal ini.
3
Illuminating Engineering , Jan.,1945, page 20.
24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. : teknik pencahayaan pada ruang pameran Museum
25
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. : teknik pencahayaan terhadap objek pameran 2 dimensi (panel)
Rekomendasi tingkat pencahayaan untuk ruangan dalam museum •
Ruang kantor
•
Ruang serba guna : area duduk 300 lux, panggung 600 lux
•
Ruang pameran
: 500 lux dan 300 lux
: 500 lux, 300 lux, 100 lux tergantung keperluan
Tabel 2.3. : Tabel sifat cahaya
Cahaya fokus Cahaya Bagian selatan alami Cahaya siang, cirinya: • hangat • kontras • cerah Cahaya Lampu pijar, cirinya : buatan Hangat (> dingin) Kontras dan berbayangan Pencahayaan langsung
Cahaya tidak fokus Bagian utara Cahaya sore/ mendung, cirinya: • dingin • Bayangannya datar dan lembut • Kontras lebih rendah Lampu neon, cirinya : Dingin (> hangat) Kurang kontras Cahaya menyebar
Sumber : Architects’ Handbook
26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. : teknik pencahayaan terhadap objek pameran 4 dimensi
Gambar 2.4. : teknik peletakan objek pameran
27
Universitas Sumatera Utara
Ruang Pameran . Ruang Pameran didalam sebuah museum pada umumnya terbagi atas dua jenis , yakni ruang pamer tetap , dan ruang pamer tidak tetap . Didalam ruang pameran terdapat ketentuan dalam pembuatan partisi sebagai pembatas tempat pameran dan tempat untuk meletakkan benda untuk dipamerkan. Pada umumnya ruang pameran disarankan menggunakan partisi yang fleksibel , dan dapat dipindah-pindah . Perubahan dinding pada ruang pameran diharapkan tidak mengganggu struktur utama bangunan dan menggunakan biaya yang sedikit. Ukuran dan proporsi ruang pameran pada masa modern diciptakan lebih intimate dibandingkan bangunan lama yang mengandalkan hall yang besar . Pada umumnya tinggi langit-langit ruang pameran telah berkurang antara 17 hingga 25 kaki dibandingkan ruang pameran bangunan lama yang mencapai 34 kaki . Terdapat Pengelompokan ruang dalam areal pameran . Terdapat beberapa susunan yang cukup familiar dalam pengelompokan ruang yakni : •
Susunan ruang ke ruang merupakan susunan dengan ruang yang terletak pada kamar yang saling berhubungan secara menerus . Pada umumnya terdapat pada bangunan dengan ruang pameran satu lantai dan bersebalahan dengan ruang lobby . Keuntungan dari susunan ini adalah pengelompokannya yang simpel , dan ruang yang cukup ekonomis . Kelemahan dari susunan ini adalah memungkinkannya terdapat satu ruangan yang tidak dilalui walaupun dikelilingi oleh ruang lainnya .
•
Susunan koridor ke ruang sering disebut sebagai susunan ruang dan koridor merupakan susunan dimana setiap ruang dapat diakses melalui sebuah koridor .Keuntungan dari susunan ini adalah setiap ruang dapat diakses secara langsung , oleh karena itu dapat ditutup tanpa memberikan pengaruh pada ruangan lainnya . Kelemahan dari susunan ini adalah hilangnya ruang sebagai ruang koridor , walaupun dapat diminimalisir dengan menjadikan ruang koridor sebagai ruang pameran juga.
28
Universitas Sumatera Utara
•
Susunan lingkaran pusat merupakan susunan yang berpusat pada suatu ruangan dengan terdapat ruang-ruang kecil disekelilingnya . Keuntungan dari susunan ini adalah susunanya yang paling fleksibel . Kekurangan dari susunan ini adalah ruang kecil yang berada di sekeliling ruang utama menjadi tidak terlalu sering dikunjungi ataupun terlalu exclusive .
Gambar 2.5. : Susunan Ruang ke Ruang
Gambar 2.6. : Susunan Koridor ke Ruang
Gambar 2.7. : Susunan Lingkaran Terpusat
Sirkulasi dalam ruang pameran memiliki peran yang sangat penting . Sirkulasi ini biasanya tercipta sesuai dengan bentuk layout bangunan . Pengarahan terhadap sirkulasi dapat dilakukan agar kegiatan pameran dapat berjalan lebih menarik .Pengkontrolan pada susunan koridor ke ruang , dan susunan lingkaran terpusat dapat lebih baik dibandingkan susunan ruang ke ruang . Contoh-contoh susunan partisi yang mempengaruhi jalur sirkuasi pengunjung :
29
Universitas Sumatera Utara
Gambar2.8. : Susunan Ruang museum A
Gambar 2.9. : Susunan Ruang museum B
Gambar 2.10. : Susunan Ruang museum C
Gambar 2.11. : Susunan Ruang museum D
Gambar 2.12. : Susunan Ruang museum E
Pada gambar A dan B memiliki cakupan sirkulasi yang kurang . Pada gambar C memilik cakupan sirkulasi yang maksimal , akan tetapi memiliki pergerakan yang terlalu banyak .Pada gambar D dan E memiliki sirkulasi dan cakupan yang baik . 30
Universitas Sumatera Utara
Organisasi Ruang .
Gambar 2.12. : Organisasi ruang pada museum
Ruang-ruang yang diperlukan didalam sebuah museum haruslah tersusun dengan baik agar memudahkan penggunaannya oleh publik . Ruang-ruang yang dibutuhkan oleh museum diantaranya : •
Ruang Lobby dan ruang umum . o
Ruang Vestibule merupakan ruang yang pertama kali ditemui
oleh pengunjung yang berfungsi sebagai ruang transisi dari ruang luar menuju lobby utama . Pada bangunan yang tidak memiliki ruang Vestibule disarankan penggunaan revolving door . Akan tetapi penggunaan revolving door cukup menyusahkan bagi orang tua . Oleh karena itu penggunaan rolling door mulai dikurangi . o
Ruang Lobby merupakan ruang kontrol terhadap pengunjung
museum . Ruang lobby harus luas , atraktif , memiliki pencahayaan yang bagus , dan memiliki penghawaan yang baik . Ruang Lobby harus mampu menampung jumlah pengunjung dan memiliki tempat duduk bagi pengunjung . Ruang lobby harus menjadi ruang untuk mengkontrol ruang kanor , ruang edukasi , ruang auditorium , ruang pameran , ruang perpustakaan , dan ruang kuratorial , serta ruang untuk menjual aksesories . 31
Universitas Sumatera Utara
o
Ruang Toilet dibutuhkan dengan besaran yang proporsional
terhadap ukuran bangunan . Ruang toilet disarankan berhubungan langsung dengan ruang lobby agar dapat melayani kebutuhan publik. Serta harus tersedia toilet bagi orang yang memiliki kemampuan terbatas. o
Ruang kafetaria pada umumnya ditemukan pada bangunan
museum yang cukup luas . ruang kafetaria pada umumnya berhubungan langsung dengan ruang lobby . •
Ruang Pameran o
Ruang Pameran Temporer biasanya digunakan pada bangunan
museum seni yang mayoritas benda yang dipamerkan berupa lukisan . Pada museum science dan sejarah , jarang sekali memamerkan bendanya yang bersifat temporer. Akan tetapi kadang kala juga terdapat pameran temporer untuk menarik minat pengunjung pada event tertentu . Posisi yang tepat untuk ruang pamer temporer biasanya berada pada lantai pertama , dan terpisah dari lobby . Ruangan ini disusun dengan terpisah dari bagian museum lainnya . Disarankan tidak terdapat batasan yang permanen antara bagian ini dengan bagian lain yang berhubungan . o
Ruang Pameran Permanent lebih baik memiliki pemisahan
antara jenis pameran yang dipamerkan untuk publik , dan untuk pelajar . Pada bangunan museum zaman sekarang , pameran untuk publik diletakkan dekat dengan lobby .Hal ini dimaksudkan agar pameran yang bertujuan untuk publik diletakkan pada posisi yang lebih strategis , dan pameran untuk pendidikan ataupun penelitian diletakkan lebih tidak strategis .
Ruang pendidikan . o
Ruang Perpustakaan merupakan ruang yang disarankan untuk
memenuhi kenyamanan publik maupun staff museum . Perpustakaan disarankan terletak tidak terlalu jauh dari pintu masuk , dan mendapat pengawalan dari lobby . Akan tetapi karena untuk memenuhi kenyamanan publik , kadang-kadang kenyamanan staff sedikit 32
Universitas Sumatera Utara
terganggu . Oleh karena itu , pada museum yang cukup besar, biasanya terdapat perpustakaan terpisah bagi staff. Ruang-ruang yang termasuk dalam bagian ruang perpustakaan adalah ruang membaca , meja penjaga perpustakaan , tempat bekerja , dan tempat menyimpan buku . o
Ruang Membaca pada umumnya dapat mengikuti standar
perpustakaan umum , dimana diberikan areal minimal 25 kaki persegi untuk setiap satu orang pembaca . Ruang baca haruslah sepi tanpa banyak ganguan suara . Oleh karena itu biasanya material lantai dari ruang baca biasanya terbuat dari linoleum , maupun karet . o
Stacks (Ruang tempat buku) harus mengikuti standar desain
perpustakaan umum . Pada perpustakaan yang kecil , ruang ini dapat menjadi bagia dari ruang baca , dan pada umumnya lemari buku terbuat dari besi dengan tinggi 7,5 kaki.
Ruang berkumpul. o
Ruang Auditorium ataupun ruang untuk mengajar ,harus
dirancang
dengan
memperhatikan
faktor
akustik
.
Biasanya
permasalahan dari auditorium adalah letak , perlatan , dan desain interior dir ruang tersebut . Hal yang perlu diperhatikan dari posisi auditorium , adalah letak dari auditorium disarankan berhubungan langsung dengan lobby utama ,agar dapat digunakan terpisah dari ruang pameran . o
Ruang untuk musik tidak mengharuskan berada di dalam sebuah
auditorium , akan tetapi dapat berada di ruang terbuka berupa taman terbuka , maupun amphitheatre.
Divisi Pendidikan . o
Ruang kelas dan studio biasanya muncul apabila museum
merupakan cabang dari institusi tertentu .Biasanya dilakukan pemisahan antara ruang kelas anak-anak , dan ruang kelas orang dewasa . o
Ruang museum untuk anak-anak merupakan bagian untuk
menerima pelajar yang datang bersama guru , dan berkelompok berdasarkan sekolahnya. 33
Universitas Sumatera Utara
Ruang Kuratorial. o
Gudang penyimpanan sering juga disebut sebagai penyimpanan
untuk pembelajaran . Hal ini dikarenakan penyimpanannya yang dapat digunakan sebagai reverensi pekerjaan , dan penelitian yang penting untuk perkembangan museum . o
Rangkaian kamar Kurator terdiri dari ruang belajar , ruang kerja
kurator , dan gudang penyimpanan . Ruang pameran juga merupakan bagian dari ruang kuratorial , oleh karena itu perlu adanya hubungan antara ruang pameran dan ruang kuratorial . Sebaiknya ruang kuratorial berada di dekat ruang lobby utama agar mudah diakses .
Ruang Administrasi o
Ruang Kantor sebaiknya berdekatan dengan lobby , Hal ini
diakarenakan agar pengunjung yang bertujuan untuk urusan bisnis masuk melalui pintu utama ,menuju ke lobby , dan menuju ke kantor dengan pengawalan khusus , tanpa harus mengelilingi seluruh museum. o
Ruang rapat biasanya disediakan untuk rapat, akan tetapi pada
perpustakaan besar disarankan perletakannya berada di ruang kantor direktur . Walaupun terpisah dari ruang direktur , disarankan ruang ini memiliki akses langsung terhadap ruang direktur o
Ruang kantor direktur memiliki standar yang sama dengan
bangunan perkantoran.
Bagian Servis. o
Pintu masuk servis harus langsung menuju keruang penerimaan
dengan area packing dan unpacking .Ruang servis biasanya dilalui oleh pekerja , pengantar barang , dsb . Ruang servis harus memiliki loading dock yang mampu menampung truk besar . o
Ruang penerimaan merupakan areal vokal dimana semua kiriman
barang datang , maupun keluar dari bangunan. Ruang penerimaan dan lift
barang
disarankan
untuk
berdekatan
agar
mempermudah
pendistriusian barang di dalam bangunan . o
Ruang pengawas berada didekat pintu
masuk servis ,dan
merupakn ruang kontrol dari segala sesuatu yg terjadi di sini . Biasanya 34
Universitas Sumatera Utara
beradadi ruang tertentu dengan terdapat kaca yang dapat melihat keluar tanpa orang dapat melihat ke dalam ruangan . o
Lift barang memiliki posisi yang terbaik berada pas di samping
ruang penerimaan ,harusah berukuran besar ,pelan , dan dioperasikan dengan tombol .Lift barang harus dapat mencapai semua tingkatan dimana barang yang diangkut akan dibawa menuju kesana o
Bilik Registrasi merupaknn tempat membuat arsip barang milik
museum yang dipinjamkan maupun yang dipinjam.Begitu juga dengan barang yang akan dipamerkan dari ruang peyimpanan .Ruang ini juga berfungsi untuk mengarsipkan barang yang keluar masuk dari areal pameran , dan ruang kuratorial . Ruang ini harus dapat berkomunikasi secara bebas dengan ruang penerimaan , dan harus dirancang dengan memiliki pengamanan yang baik. o
Koridor servis merupakan pusat sirkulasi dari manusia pada
basement . Koridor ini haruslah bebas hambatan , dan harus memiliki jalur distribusi ke seluruh bagian bangunan . o
Ruang kerja fotografi biasanya diletakkan di basement agar
pekerjaan fotografi dapat diawasi dengan baik dengan cahaya buatan . Ruang ini harus memiliki penghawaan yang baik dan bebas dari getaran. o
Ruang kerja(shops) merupakan ruang yang dibutuhkan di setiap
museum . Ruang ini harus memiliki pencahayaan alami yang baik ,dan penghawaan yang baik .Ruang kerja ini merupakan tempat dimana pekerja museum mempersiapkan sebuah pameran ,baik dekorasi , sistem elektrikal , dsb. o
Ruang preparasi ,dan ruang restorasi merupakan ruang kerja
bagi para ahli untuk memperbaiki artefak , maupun mengrestorasi benda-benda seni .Ruangan ini harus memiliki pencahayaan alami yang bagus , dan pencahayaan buatan yang memadai. o
Printing
Shop
merupakan
ruang
yang
berfungsi
untuk
membuatlabel pada benda yang akan dipamerkan .
35
Universitas Sumatera Utara
o
Ruang penyimpanan servis merupaakn tempat menyimpan alat
kerja . Lebih baik ruang ini dipisahkan menurut benda yang disimpan , seperti peralatan kebersiahan , peralatan dapur ,peralatan kantor , dan peralatan pameran . o
Ruang pekerja pada umumnya dipisah menurut bidangnya
masing-masing seperti pengamanan , kebersihan , dsb . o
Garasi merupakan ruang tambahan yang biasanya digunakan
untuk menyimpan mobil truk museum , maupun mobil karyawan museum . Contoh susunan areal servis:
Gambar 2.14. : Contoh denah area servis museum
36
Universitas Sumatera Utara
II.1.2.2. Pengertian Buddhis Buddhis kata dasanya adalah kata “Buddha”.
Buddha
(Bahasa
Sansekerta:
berarti. Mereka yang Sadar, Yang mencapai pencerahan sejati. dari perkataan Sansekerta:
"Budh",
untuk
mengetahui)
merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang
berkembang
kesadarannya.
penggunaan
Dalam
kontemporer, ia sering digunakan untuk Gambar 2.15 : Buddha Gautama
merujuk Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar. Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya. Tiga jenis golongan Buddha adalah: •
Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha sendiri
•
Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai SammaSambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri.
•
Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap Kesadaran dengan mendengar Dhamma. 37
Universitas Sumatera Utara
A. Riwayat Hidup Buddha Gautama Ayah dari Pangeran Sidharta Gautama adalah Sri Baginda Raja Suddhodana dari Suku Sakya dan ibunya adalah Sri Ratu Dewi Mahamaya. Pangeran Sidharta lahir pada tahun 623 SM (Sebelum Masehi) di Taman Lumbini. Ibunda Ratu Dewi Mahamaya meninggal dunia setelah tujuh hari melahirkan Sang Pangeran. Sejak itu Pangeran Sidharta dirawat oleh bibinya Mahapajapati yang kemudian menjadi ibu tirinya dan istri Raja Suddhodana. Untuk merayakan kelahiran Sang Pangeran, Raja Suddhodana mengundang lima pertapa suci. Salah satu dari pertapa, Asita Kaladewala meramalkan kelak Sang Pangeran akan menjadi Raja yang termansyur atau menjadi seorang yang tercerahkan (Buddha). Mendengar ramalan itu, Raja Suddhodana menjadi cemas. Pertapa Asita menjelaskan kepada Raja Suddhodana bahwa Pangeran Sidharta akan melepas kehidupan Gambar 2.16 : Kelahiran Pangeran
keduniawaian jika melihat empat peristiwa
duniawi. Empat macam peristiwa itu antara lain : orang tua, orang sakit, orang mati dan pertapa. Sejak kecil Pangeran Siddharta tumbuh dalam istana yang megah dan dilayani olehh adayang – dayang yang muda dan cantik. Ketika usianya 16 tahun Pangeran menikah dengan Putri Yasodhara yang dipersuntingnya setelah memenangkan sanyembar. Selain itu, Pangeran juga dihadiakan tiga istana dengan tiga musim serta kemewahan yang melimpah. Dibalik semua kemewahan yang didapatnya, Pangeran merasa bosan dan ingin melihat ke luar istana. Pangeran Sidharta memohon kepada Raja Suddhodana agar mengijinkan Pangeran untuk jalan – jalan ke luar istana, dengan beat hati Raja Suddhodana mengijinkan pangeran untuk meninggalkan istana. Dalam perjalanannya ke luar istana, ramalan dari pertapa Asita menjadi kenyataan, peristiwa yang pertama dilihat adalah orang tua, kemudian orang sakit dan orang mati. Melihat ketiga peristwa tersebut Sang Pangeran menjadi 38
Universitas Sumatera Utara
murung dan merenungkan hal tersebut di taman istana. Di taman istana inilah, Pangeran melihat peristiwa terakhir yaitu seorang pertama yang telah melepas kehidupan keduniawian. Pada usia 29 tahun, putra Pangeran Sidharta lahir dan diberi nama Rahula (artinya belenggu). Setelah kelahiran putranya, Pangeran Sidharta bertekad untuk meninggalkan kehidupan keduniawian untuk mencari kebijaksanaan dan melepaskan umat manusia dari segala bentuk penderitaan. Setelah
meninggalkan
keluarga dan segala kemewahan duniawi, Beliau meditasi di bawah pohon Bodhi di hutan Ghaya dengan menghadap kea rah timur. Selama pertapaan, Pertapa Sidharta berjuang untuk melawan nafsu duniawi dan Gambar 2.17 : Pangeran Sidharta mencapai kesempurnaan
berhasil
melewatinya,
Pertapa
Gautama
gangguan melewati
Mara.
Setelah
beberapa
tahapan
kebijaksanaan, yaitu kebijaksanaan untuk mengetahui kelahiran – kelahiran terdahulu, kebijaksaan untuk melihat kematian dan lahir kembalinya semua makhluk sesuai dengan karma mereka, dan kebijaksanaan menyingkirkan semua Asava atau kekotoran batin. Dengan pencapaian ini beliau telah mengerti arti kehidupan dan penderitaan serta cara mengatasinya. Pertapan-Nya memakan waktu enam tahun, di usia yang ke 35 Pertapa Sidharta mencapai Penerangan Sempurna (Nibbana) dan menjadi Gambar 2.18 : Pemutaran Roda Dharma
Buddha (Budh artinya ia yang telah sadar). Sang Buddha mengajarkan Dharma pertamanya kepada
lima orang pertapa yaitu: Kondanna, Bodhiya, Vappa, Mahanama, dan Assaji. Khotbah pertama Sang Buddha kepada kelima orang pertapa dikenal sebagai Khotbah Pemutaran Roda Dharma (Dhamma Cakka Pavattana Sutta). 39
Universitas Sumatera Utara
Selama 45 tahun Sangg Buddha mengajarkan ajaran-Nya kepada
umat
manusia dan para dewa. Pada usia yang ke80 Sang
Buddha Maha Parrinibbana
(meninggal dunia) di Kusinara di bawah pohon sala Kembar.
Gambar 2.19 : Sang Buddha Maha Parinibbana
B. Perkembangan Agama Buddha Perkembangan Agama Buddha di Dunia Dunia Helenistik dan Baktria
Gambar 2.20 : Penyebaran Agama Buddha Semasa Pemerintahan Maharaja Asoka (260-218
Beberapa prasasti Asoka menulis tentang usaha – usaha yang telah dilaksanakan oleh Raja Asoka untuk menyebarkan Agama Buddha di Helenistik (Yunani), kala itu wilayahnya terbentang dari India sampai Yunani. Prasasti – prasasti Asoka menunjukan sistim politik negri Helenistik dan lokasi raja raja Yunani. Kemudian menurut beberapa sumber dalam bahasa Pali, beberapa utusan Asoka adalah Bhiksu – bhiksu Yunani, yang menunjukan eratnya pertukaran agama antara kedua budaya ini. Mulai dari tahun 100 SM, symbol bintang di tengah mahkota atau cakra
berruji
delapan
yang
kemungkinan
dipengaruhi
desain
Dharmacakra Buddha. Koin yang bergambarkan cakra yang berisikan
40
Universitas Sumatera Utara
delapan ruji muncul pada masa pemerintahan Raja Alexander Yaneus (103 - 76 SM). Di wilayah barat anak benua india, kerajaan Yunani sudah ada di Baktria (sekarang Afganistan utara) semenjak penaklukan oleh Alexander yang Agung (326 SM). Raja Baktria Yunani, Demetrius I, menginvasi India pada tahun 180 SM untuk menunjukan dukungan mereka terhadap Kekaisaran Maurya dan melindungi para penganut Buddha dari penindasan kaun Sungga (185 – 73 SM). Salah seorang raja Yunani India yang termanyur adalah Raja Menander I. Ekspansi ke Asia. Di daerah – daerah sebelah timur, Myanmar. Budaya India banyak mempengaruhi suku bangsa Mon. dikatakan suku Mon mulai masuk agama Buddha sekitar tahun 200 SM berkat perintah Raja Asoka dari India, sebelum terjadi pemisahan antara aliran Theravada dan Mahayana. Agama Buddha konon dibawa ke Sri Lanka oleh putra Asoka, Mahinda pada abad ke-2 SM. Mereka berhasil menarik Raja Devanampiva Tissa untuk masuk agama Buddha. Bahasa Pali mulai ditulis di Sri Lanka semasa kekuasaan Raja Vittagamani (29 - 27 SM), dan tradisi Theravada mulai berkembang di sana. Meski aliran Mahayana kemudian mendapat pengaruh waktu itu, tetapi akhirnya aliran Theravada yang Berjaya dan Sri Lanka menjadi benteng terakhir aliran Theravada, di mana aliran ini akan disebarkan lagi ke Asia Tenggara mulai abad ke-11. Penindasan oleh Dinasti Sungga (abad ke-2 sampai abad ke-1 SM) Dinasti Sungga (185 – 73 SM) didirikan kurang llebih 50 tahun setelah meninggalnya Raja Asoka. Setelah membunuh raja terakhir dinasti Maurya, hulubalang tentara Pusyamitra Sungga naik takhta. Ia adalah seorang Brahma, dan Sungga dikenal karena kebenciannya dan penindasannya terhadap kaum – kaum Buddha. Dicatat ia telah merusak Vihara, Stupa Buddha dan sejumlah besar Vihara diubah menjadi Kuil Hindu. 41
Universitas Sumatera Utara
Berkembangnya Aliran Mahayana (abad ke-1 SM sampai abad ke-2)
Gambar 2.21 : Penyebaran aliran Mahayana antara abad pertama sampai abad ke-10 M
Berkembangnya agama Buddha Mahayana dari abad ke-1 SM diiringi dengan perubahan kompleks politik di India barat laut. Kerajaankerajaan Yunani-India ini secara bertahap dikalahkan dan diasimilasi oleh kaum nomad Indo-Eropa yang berasal dari Asia Tengah, yaitu kaum Schytia India, dan lalu kaum Yuezhi, yang mendirikan Kekaisaran Kushan dari kira-kira tahun 12 SM. Kaum Kushan menunjang agama Buddha dan konsili keempat Buddha kemudian dibuka oleh maharaja Kanishka, pada kira-kira tahun 100 Masehi di Jalandhar atau di Kashmir. Peristiwa ini seringkali diasosiasikan dengan munculnya aliran Mahayana secara resmi dan pecahnya aliran ini dengan aliran Theravada. Mazhab Theravada tidak mengakui keabsahan konsili ini dan seringkali menyebutnya "konsili rahib bidaah". Konon Kanishka mengumpulkan 500 bhiksu di Kashmir, yang dikepalai oleh Vasumitra, untuk menyunting Tripitaka dan memberikan komentar. Maka konon pada konsili ini telah dihasilkan 300.000 bait dan lebih dari 9 juta dalil-dalil. Karya ini memerlukan waktu 12 tahun untuk diselesaikan. Konsili ini tidak berdasarkan kanon Pali yang asli (Tipitaka). Sebaliknya, sekelompok teks-teks suci diabsahkan dan juga prinsipprinsip dasar doktrin Mahayana disusun. Teks-teks suci yang baru ini, biasanya dalam bahasa Gandhari dan aksara Kharosthi kemudian ditulis ulang dalam bahasa Sansekerta yang sudah menjadi bahasa klasik. Bagi 42
Universitas Sumatera Utara
banyak pakar hal ini merupakan titik balik penting dalam penyebaran pemikiran Buddha. Wujud baru Buddhisme ini ditandai dengan pelakuan Buddha yang mirip dilakukan bagaikan Dewa atau bahkan Tuhan. Gagasan yang berada di belakangnya ialah bahwa semua makhluk hidup memiliki alam dasar Buddha dan seyogyanya bercita-cita meraih "Kebuddhaan". Ada pula sinkretisme keagamaan terjadi karena pengaruh banyak kebudayaan yang berada di India bagian barat laut dan Kekaisaran Kushan. Kelahiran Kembali Theravada ke-11 sampai sekarang.
Gambar 2.22 : Peta penyebaran aliran Theravada ke Asia
Mulai abad ke-11, hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh Serbuan Islam dan menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia Tenggara. Rute daratan lewat anak benua India menjadi bahaya, maka arah perjalanan laut langsung di antara Timur Tengah lewat Sri Lanka dan ke China terjadi, menyebabkan dipeluknya kembali aliran Theravada. Pali kanon lalu diperkenalkan ke daerah sekitarnya sekitar abah ke-11. Raja Anawrahta (1044 -1077), pendiri sejarah kekaisaran Birma, mempersatukan Negara dan memeluk aliran Theravada. Ini memulai membangun ribuan candi Buddha Pangan (antara abad 11 - 13 M) dan sekitar 2.000 candi di antaranya masih berdiri, kekuasaan orang Birma surut dengan kenaikan orang Thai, dan dengan ditaklukannya ibu kota Pangan oleh orang Mongolia pada 1287, tetapi aliran Buddha Theravada masih merupakan kepercayaan utama rakyat Myanmar sampai sekarang. 43
Universitas Sumatera Utara
Di daratan Asia Tenggara, Theravada harus menyebar ke Laos dan Kamboja pada abad ke-13. Tetapi, mulai abad ke-14, di daerah – daerah ujung pesisir dan kepulauan Asia Tenggara, pengaruh Islam ternyata lebih kuat, mengembang ke Malaysia, Indonesia, hingga ke selatan Filipina. Kerajaan Khmer (abad 9 – 13 M) Dari abad ke-9 sampai abad ke-13, aliran Mahayana dan kerajaan Khemer Hindu menguasai bagian terbesar semenanjung Asia Tenggara. Di bawah Khmer, lebih dari 900 candi dibangun di Kamboja dan di Negara tetangga Thailand. Angkor dengan komplek candid an pengaturan perkotaan dapat menyangga sekitar satu juta orang penduduk perkotaan. Raja Khmer yang istimewa, Jayavarman VII (1181 – 1219), membangun bangunan terbesar Buddha di Bayon dan Angkor Thom. Mengikuti hancurnya Buddhisme di India daratan selama abad ke-11, Mahayana ditolak di Asia Tenggara, diganti dengan Theravada dari Sri Lanka. - Perkembangan Agama Buddha dI Indonesia Awal Mula Agama Buddha Masuk ke Indonesia Cerita rakyat Aji Saka melawan Dewata Cengkar, menceritakan bahwa perang dasyat Dharma melawan kejahatan. Dalam bahasa Kawi, Aji Sakya berarti ilmu kitab suci Sakya dan Dewata Cengkar berarti Dewa Jahat. Cerita rakyat ini telah merakyat di Jawa Tengah. Penanggalan tahun Saka (tahun Jawa) dimulai tanggal 0001 (Nir Wuk Tanpa Jalu : kosong-tidak jadi-tanpa-1) di mana penaggalan ini sama dengan tanggal 14 Maret 78 masehi. Sehingga banyak yang mengatakan bahwa kedatangan Aji Saka merupakan awal masuknya Agama Buddha di Indonesia yaitu abad I jauh sebelum candi Borobudur didirikan.
44
Universitas Sumatera Utara
Zaman Sriwijaya Sriwijaya berada di pulau Sumatera dan didirikan sekitar abad ke-7 dan dapat bertahan lama
hingga
tahun
1377.
Sriwijaya bukan saja termansyur karena
kekuatan
perangnya,
angkatan
melainkan
juga
karena merupakan pusat ilmu dan Gambar 2.23 : Peta pengaruh Sriwijaya di abad ke-10
kebudayaan Buddha. Di sana terdapat banyak
vihara yang
dihuni oleh ribuan bhikkhu. Pada perguruan tinggi agama Buddha di Sriwijaya orang dapat mengikuti kuliah selain Agama Buddha, juga kuliah tentang bahasa Sansekerta dan bahasa Indonesia kuno. Pada waktu itu Sriwijaya merupakan mercusuar Agama Buddha di Asia Tenggara. Tentang Agama Buddha di Sriwijaya juga banyak diceritakan oleh ITsing, seorang sarjana asal tiongkok. Tahun 672 ia bertolak untuk berziarah ke tempat – tempat suci Agama Buddha di India. Waktu pulang dalam tahun 685 ia singgah di Sriwijaya dan tinggal di sana sampai 10 tahun lamanya untuk mempelajari dan menyalin buku – buku suci Agama Buddha dalam bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa. Zaman Mataram Pada tahun 775 hingga tahun 850 di Yogyakarta berkuasa raja – raja dari
Wangsa
Syailendra
yang
memeluk Agama Buddha. Zaman ini adalah zaman ilmu pengetahuan dan kesenian Agama Buddha mencapai Gambar 2.24. : peta jejak – jejak kerajaan Mataram
taraf mutu yang sangat tinggi terutama
seni pahat. Ini terbukti dari catatan – catatan Fa – Hien asal Tiongkok yang dating ke pulau Jawa. Pada waktu itu seniman – seniman bangsa 45
Universitas Sumatera Utara
Indonesia menghasilkan karya – karya yang mengagumkan. Hingga sekarang pun masih dapat kita saksikan bertapa indahnya candi – candi yang mereka bangun sebagai persembahan kepada Buddha, misalnya : candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Pawon, dan Candi Mendut . Zaman Majapahit
Gambar 2.25. : Peta kekuasaan Kerajaan Majapahit
Di dalam masa pemerintahan raja – raja Majapahit (tahun 1292 – 1476). Agama Buddha berkembang dengan baik bersama – sama dengan Agama Hindu. Toleransi (saling menghargai) di bidang keagamaan dijaga dengan baik, sehingga pertentangan agama tidak pernah terjadi. Di waktu pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Seorang pujangga terkenal, Mpu Tantular menulis sebuah buku yang berjudul Sutasoma, dimana di dalamnya terdapat kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang kini dijadikan slogan Negara Repubrik Indonesia yang mengartikan meskipun berbeda – beda tetapi tetap satu kesatuan. Setelah majapahit runtuh pada tahun 1478, maka berangsur – angsur Agama Buddha dan Agama Hindu digeser kedudukannya oleh Agama Islam.
46
Universitas Sumatera Utara
Kebangkitan Kembali Agama Buddha di Indonesia Agama Buddha mulai bangkit kembali di pulau Jawa dengan datangnya Bhikkhu Narada Thera dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1934. Selama berada di pulau Jawa, Bhikkhu Narada Thera memberikan khotbah – khotbah dan Dharma di beberapa tempat yang ditandai pemberkatan penanaman pohon Bodhi di perkarangan candi Borobudur sekaligus membantu pendirian Java Buddhist Association (Perhimpunan Agama Buddha yang pertama) di Bogor dan Jakarta dengan menjalin kerjasama erat dengan bhikshu – bhikshundari kelenteng – kelenteng dan perkumpulan Theosofi Indonesia di Jakarta, Bogor, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Beliau kemudian melantik upasaka- upasaka dan upasika – upasika di tempat – tempat yang beliau kunjungi. Salah satunya adalah Maha Upasaka S. Mangunkowotjo di Yogyakarta, seorang tokoh Buddhis dan anggota MPR di Jawa Tengah. Pada tanggal 22 Mei 1953 (Waisak 2497), umat Buddha bersama Perkumpulan Theosofi Indonesia merayakan upacara waisak yang dipimpin oleh Anagarika Tee Boan An di Candi Borobudur. Dengan demikian, api Buddha Dharma menyala kembali di Indonesia. Hingga sekarang, Agama Buddha telah menyebar hampir di seluruh Indonesia. dengan peringkat ketiga penganut agama di Indonesia setelah Agama Islam dan Agama Kristen. II.1.3. Interpretasi Judul Proyek Museum Buddhis ini merupakan sebuah bangunan dengan tipologi museum dan memiliki beberapa area pendukung. Dimana fungsi area pendukung masih sejalan dengan fungsi utama sebagai edukatif dan rekreatif. Untuk fungsi utama sebagai museum dimana berfungsi untuk memperoleh, menyimpan, mengoleksi, merawat , memamerkan dan mengkomunikasikan barang – barang bersejarah Agama Buddha dan perkembangan Agama Buddha kepada masyarakat umum sebagai objek studi dan juga objek rekreasi. Sedangkan untuk area pendukungnya berfungsi menunjang fungsi utama bangunan sebagai daerah edukatif, dimana di dalamnya direncanakan untuk ditambah fungsi perpustakaan Buddhis, area pertokoan barang 47
Universitas Sumatera Utara
Buddhis, restoran . cafeteria Vegetarian, ruang serba guna untuk pertunjukan Muda – mudi, serta area meditasi sebagai tempat pelatihan bagi umat awam untuk menenangkan batin. II.2. Tinjauan Khusus II.2.1. Objek Pameran Objek yang dipamerkan dalam museum bertujuan untuk memperkenalkan sejarah Buddha serta ajaran – ajaran Buddha kepada masyarakat umum agar dapat menerima dan lebih mengenal Buddha Dharma lebih dalam. Objek pameran yang direncanakan untuk dipajang di museum, antara lain : •
Relik - relik Relik merupakan sisa kremasi dari orang yang sudah meninggal dunia. Relic merupakan salah satu benda suci peninggalan Buddha setelah beliau maha parinibbana. Setelah
Sang
Buddha
maha
parinibbana, Beliau dikremasi dan Gambar 2.26. : beberapa jenis Relik Buddha
sisa kremasi berupa relik disimpan
dan dibawa ke Sri Lanka. Dari Sri Lanka relik Buddha mulai menyebar ke seluruh dunia. •
Benda peninggalan Buddha. Maksudnya
adalah
benta
peninggalan pada zaman Buddha maupun pada saat perkembagan Agama
Buddha
di
dunia
dan
Indonesia. baik berupa prasasti, koin Gambar 2.27. : Koin emas Kekaisaran Kushan dengan sebuah lukisan Helenistik Buddha, dan kata "Boddo" dalam huruf Yunani.
masa itu dan sisa - sisa peradaban.
48
Universitas Sumatera Utara
•
Kitab suci Tripitaka Kitab
suci
yang
dipamerkan
merupakan kitab suci agama Buddha yaitu Tripitaka. Tipitaka terdiri dari 3 kitab (piṭaka ), yaitu : Vinaya Pitaka, yang berisikan
Gambar 2.28. : Contoh Kitab suci Tipitaka
tata-tertib
bagi
para
bhikkhu/bhikkhuni, Sutta Pitaka, yang berisikan khotbah-khotbah Sang Buddha, dan Abhidhamma Pitaka, yang berisikan Ajaran tentang metafisika dan ilmu kejiwaan. Baik itu dari bahasa sansekerta / pali maupun bahasa mandarin. •
Arca / Rupang Buddha
Arca atau rupang Buddha merupakan simbol dari penghormatan kepada Sang Buddha yang sudah Pari-Nibbana. Dalam Agama Buddha ada banyak Buddha, Bodhisatva dan Dewa, semua wujud dari Buddha tersebut disimbolkan dalam bentuk rupang. Dalam museum direncanankan rupang Buddha yang akan dipamerkan adalah rupang Buddha yang umumnya dalam Ajaran Buddha Mahayana. Gambar 2.29. : arca / rupang Buddha
•
Gambar / lukisan Gambar yang dipamerkan dapat berupa hasil karya dari seniman dalam negri maupun luar negri. Baik itu gambar relig (3 dimensi) maupun yang 2 dimensi, yang menceritakan kehidupan Sang Buddha dari Beliau lahir hingga mencapai penerangan Sempurna.
Gambar 2.30. : Lukisan Sang Buddha
49
Universitas Sumatera Utara
•
Simbol – simbol Buddha Dalam Agama Buddha ada banyak simbol yang memiliki nilai religius. Simbol – simbol tersebut memiliki arti tersendiri pada tiap
bentuk
yang
disajikan,
bagi
yang
melihatnya simbol ini terkesan bercerita, contoh salah satu simbol adalah Delapan Gambar 2.31. : Delapan Simbol Kebahagiaan
Simbol
Kebahagiaan
(Eight
Auspicious
Symbol). Dimana di dalamnya terdiri dari delapan simbol yang sering digunakan dalam Agama Buddha. •
Kaligrafi Kaligrafi banyak dikenal setelah Agama Buddha masuk ke daratan Cina. Di Negara Cina, agama Buddha berkembang sejalan dengan kebudayaan Cina, sehingga di Negara
Cina
Agama
Buddha
banyak
mengalami
perubahan. Baik dalam hal ajarannya maupun dalam hal seni dan kebudayaan Buddha. Kaligrafi mulai dan muncul dari Negara cina. Dimana dalam Agama Buddha kaligrafi digunakan untuk melukis mantra / sutra Buddha.
Gambar 2.32. : contoh kaligrafi
•
Foto - foto dan miniature komplek Vihara Fo Guang Shan, Taiwan Fo Guang Shan merupakan komplek vihara induk dari perkumpulan
BLIA
(Buddha’s
Light
Internasional
Associaton).
Dimana komplek vihara ini sangat luas dan memiliki Gambar 2.33. : peta komplek Vihara Fo Guang Shan
fasilitas yang sangat lengkap
untuk penyebaran agama Buddha. Baik itu, vihara, museum Buddhis, Universitas 50
Universitas Sumatera Utara
Buddhis, Restoran Vegetarian, tempat penginapan bagi tamu Fo Guang Shan juga tersedia. •
Gambar – gambar dan hasil karya BLIA YAD Vihara Dharma Shanti – Berastagi sebagai rumah besar bagi BLIA YAD (Buddha’s Light Internasional Association Young Adult Division). Dimana BLIA YAD sering mengadakan kegiatan muda – mudi di dalam vihara dan sejalan dengan perkembangan vihara Dharma SHanti yng ingin menyimpan dan memperkenalkan BLIA YAD ke masyarakat luas. Gambar : acara yang diselenggarakan BLIA YAD
II.2.2. Sistem Pameran Beberapa sistem pameran diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu •
Pameran tetap Pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang – kurangnya 5 tahun atau selamanya sesuai dengan rencana dari pihak museum dan kepentingan benda koleksi dalam museum.
•
Pameran tidak tetap (temporer) Pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan acara yang diselenggarakan dalam museum. Objek pameran sesuai dengan tema acara pameran yang diselenggarakan.
•
Pameran audio visual Pameran yang diselenggarakan dalam ruangan khusus. Objek pameran ditampilkan dengan menggunakan projector pada layar besar. Objek pameran dapat berupa slide foto – foto Buddhis dan filim – film Buddhis.
•
Pameran keliling Pameran yang diselenggarakan diluar dari komplek museum yaitu di tempat yang dianggap pantas karena diundang maupun dalam rangka penyebaran Buddha Dharma.
51
Universitas Sumatera Utara
Sistem pameran berdasarkan system penyajian objek pameran dibagi atas : •
Berdasarkan kronologis dan perkembangan masa ke masa Contoh : cerita sejarah perkembangan Agama Buddha dan catatan – catatan sejarah
•
Berdasarkan funsi objek pameran Contoh :symbol – symbol Buddhis, model / miniature vihara, dan tanaman Buddhis
•
Berdasarkan jenis objek pameran Contoh : Rupang / arca Buddha, kitab suci Tripitaka, kaligrafi, gambar – gambar dan lukisan Buddha, foto – foto kegiatan BLIA YAD.
•
Berdasarkan materi objek pameran Contoh : relik – relik Buddha, prasasti peninggalan peradaban Buddha, dan tanaman Buddhis
•
Berdasarkan asal – usul objeka pameran Contoh : situs – situs peninggalan Buddha, benda – benda peninggalan anggota Sangha.
II.2.3. Fasilitas Pendukung Fasilitas pendukung yang disediakan tidak keluar dari fungsi utama Museum Buddhis dan hanya berfungsi untuk menunjang dungsi utama museum sebagai tempat pembelajaran. Di mana fasilitas pendukung yang disediakan harus sejalan dengan aliran Mahayana. Adapun beberapa fasilitas yang disediakan antara lain : •
Perpustakaan Buddhis Perpustakaan
Buddhis
dimana ruangan berisi buku – buku baik dalam bahasa Mandarin, Bahasa Inggris
dan
bahasa
Indonesia
meliputi berbagai aspek Buddhisme, termasuk teks – teks Kitab Suci, doktrin,
filsafat,
pengabdian,
seni
etika,
meditasi,
dan
arsitektur
Gambar 2.35. : perpustakaan Buddhis
Buddhis. 52
Universitas Sumatera Utara
•
Restoran / cafeteria Vegeratian Restoran Vegetarian
cafeteria
bertujuan
memperkenalkan umat
/
umum
untuk
dan
mengajak
pada
makanan
vegetarian yang sehat dan enak. Selain itu, juga diusahakan agar pengunjung
dapat
menikmati
suasana museum lebih lama dalam
Gambar 2.36. : Restoran vegetarian
bangunan jika tersedia tempat duduk dan bersantai. •
Ruang serba guna Ruang serba guna berfungsi untuk menampung semua kegiatan selain kegiatan pameran. Kegiatan yang
ditampung
dapat
berupa
kegiatan BLIA YAD, kegiatan pertunjukan yang berkaitan dengan barang
pameran
dan
kegiatan
lainnya di luar kegiatan museum. Gambar 2.37 : ruang serba guna
•
Area meditasi
Dalam praktek Buddhis meditasi merupakan salah satu dari Delapan Jalan Tengah (Attha Arya Magga). Area meditasi disediakan bagi umat umum untuk memnenangkan batin mereka, serta melepaskan beban kehidupan. Area meditasi harus tenang dan sejuk agar orang dapat tenang dalam bermeditasi baik itu terletak di outdoor maupun pada area indoor.
Gambar 2.38 : outdoor meditation
53
Universitas Sumatera Utara
•
Area pertokoan Buddhis Toko
–
toko
Buddhis
merupakan
area
kormersial yang menjual berbagai alat – alat dan perlengkapan Buddhis meliputi, arca / rupang Buddha, replika barang yang dipamerkan dalam museum, tasbih Buddhis, CD mantra / lagu Buddhis, aksesoris Buddhis dan lainnya yang berhubungan dengan Buddha.
Gambar 2.39 : Retail Buddhist
•
Tempat tinggal / kuti tempat tinggal / kuti diperuntukkan untuk orang jompo yang tidak memiliki keluarga untuk menenangkan diri dan menghabiskan sisa hidup mereka
untuk
melatih
diri
dan
menjadi
sukarelawan di vihara. Tempat tinggal / kuti ini hanya untuk umat Buddha dan tdak semua orang Gambar 2.40 : kuti / tempat tinggal
jompo akan ditampung di sini.
II.3. Studi Lokasi II.3.1. Kriteria Lokasi Museum Kriteria pemilihan lokasi untuk museum menurut Brian Hall dalam “The Manual of Museum Planning”, masalah penyelesaian tapak harus mengikuti criteria tapak utama, yaitu : -
Kriteria tapak untuk kepedulian atas koleksi, meliputi faktor – faktor sebagai berikut: •
Keamanan o Fisik dinding yang tidak mudah dimasuki dengan mudah, setiap bukaan untuk enterance, pencahayaan atau ventilasi, harus terkontrol. o Pintu keluar masuk harus dibatasi. o Tersedia pintu keluar darurat. o Alarm yang dihubungkan dengan pos sekuriti bangunan. 54
Universitas Sumatera Utara
o Perlindungan terhadap bahaya kebakaran. •
Lingkungan o Lingkungan harus aman dan tertata rapi.
•
Konservasi o Sebaiknya tidak berada pada daerah dengan polusi tinggi, karena akan membuat biaya operasional dan maintance menjadi mahal untuk pengkondisi dan penyaringan udara.
•
Ruang Ekspansi (perluasan) o Lahan cukup luas untuk pengembangan secara horizontal. o Taman untuk ekspansi pada masa yang akan dating dilihat dari pertumbuhan kolesi museum.
•
Loading area o Tersedia ruang untuk troly / mobil barang (misalnya 15m), da cukup untuk maneuver kendaraan tersebut. o Tersedia juga loading area untuk fungsi lain seperti restaurant maupun retail.
•
Ruang Luar o Courtyard atau taman patung sebagai titik awal tempat istirahat bagi pengunjung, dapat juga sebagai ruang pameran terbuka.
-
Kriteria untuk akses publik, meliputi faktor sebagai berikut: •
Pencapaian o Kemudahan pencapaian oleh kendaraan pribadi dan angkutan umum dan tersedia jalur bagi pejalan kaki.
•
Parkir o Tersedia parkir untuk pengunjung dan sevis. o Dapat memanfaatkan lahan parkir umum apabila jumlah pengunjung melebihi kapasitas. o Mudahnya enterance, jalan keluar bagi kendaraan.
•
Kemudahan dilihat (visibility)
55
Universitas Sumatera Utara
o Sebaiknya tapak berada dekat simpang / sudut jalan utama (daripada di tengah – tengah blok bangunan), agar dapat menjadi issue untuk menarik donor dan dana masyarakat. o Dapat menimbulkan image, memberi image, memberi impresi besar / agung misalnya dengan bukaan, ataupun image kormersial. •
Sinergi dengan Institusi lain o Berdekatan dengan intitusi penunjang ataupun bangunan yang berkaitan untuk mendukung museum. o Umumnya
museum
menghidupi
/
mengelola
sendiri
dengan
menyediakan sarana penjualan makanan dan servis lainnya yang berhubungan. •
Ketentuan Khusus o Tersedia parkir khusus untuk penyandang cacat, yaitu dekat dengan pintu utama. o Jalan ke bangunan dengan memakai ramp. o Penataan titik penurunan antara tapak dengan jalan.
56
Universitas Sumatera Utara
II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis II.5.1. Museum Buddhist Indonesia Luasan tapak : Pemilik
: Sangha Agung Indonesia
Pendanaan
: Swasta
Arsitek
: Andy,S.T
Gambar 2.41. : Museum Buddhis Indonesia
Museum Buddhis Indonesia dibagi menjadi bangunan utama dan area fasilitas pendukung.dengan luas tapak mencapai + 2,8 Ha. Bangunan utamanya berfungsi sebagai museum yaitu memperoleh, menyimpan, mengoleksi, merawat, memamerkan dan menkomunikasikan barang –
barang
bersejarah Agama Buddha dan
perkembangannya kepada masyarakat umum baik sebagai objek studi maupun sebagai objek rekreasi. Ruang inti dalam museum akan mewadahi berbagai benda – benda penting seperti relik-relik orang suci, Area kitab suci Tripitaka, area peta perkembangan dan situs Buddhis, area model – model Vihara, area alat – alat kebaktian, area kebutuhan Sangha, area Arca / rupang Buddha, area lukisan dan kaligrafi, area display foto – foto dan film dokumentasi peristiwa sejarah, area benda – benda simbolik, area tanaman khas Buddhis, hingga area benda – benda yang bernilai sejarah, seni dan pengetahuan Buddhis lainnya. Sedangkan fasilitas pendukung pada Museum Buddhis Indonesia ditujukan sebagai fungsi tambahan seperti area Sangha, perpustakaan, retail dan workshop souvenir, ruang – ruang untuk kegiatan muda – mudi, ruang audiovisual, kafe Buddhis dan taman meditasi Dalam perancanagan Museum Buddhis Indonesia ini, menggunkan simbol – simbol Agama Buddha ssebagai pendekatan dalam perancangan. Berangkat dari hal tersebut, tema rancanganmenerapkan konsep sombolik melalui fungsional, struktural, dan estetika arsitektur yang mengkomunikasikannya kepada manusia dan lingkungan.
57
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.42. : Konsep zoning Blokplan
Konsep dasar zoning blokplan dibagi atas beberapa zoning yang berdasarkan interpretasi terhadap tingkatan keadaan mulai dari keadaan berbentuk seperti duniawi luar, relizius (sadar), dan proses pembelajaran, hingga tanpa bentuk dan nirvana atau tingkat penerangan sempurna. Sebagaimana hirarki Buddhis yang menggambarkan tidak teratur menjadi teratur, kerumitan menjadi bersahaja, dan ketamakan menjadi kekosongan.
Penataan massa bangunan ini dilakukan berdasarkan pendekatan interpretasi segidelapan yang berasal dari Dharma Cakra sebagai pembentuk gugusan massa dan sirkulasi bangunan utama. Dharma Cakra adalah simbol ajaran pertama Sang Buddha, ajaran yang menyatukan umat Buddhis yang terhimpun dalam Buddhayana. Massa tersebut mewadahi berbagai kegiatan dalam bangunan terdiri atas massa Tantrayana, massa GGambar 2.43. : konsep massa bangunan Theravada dan massa Mahayana Untuk zoning dan sirkulasi dari lantai tipikal, sirkulasi pengunjung tiap lantai diusahakan kontinu sesuai dengan arah perputaran Swastika agar seluruh zona dapat dilewati dengan tertib dan nyaman. Tiap zona dihubungkan area peralihan sebagai area istirahat dengan lobi dan toilet berada di ujung sirkulasi. Tiap lantai nantinya akan dihubungkan tangga manual dengan besaran yang disesuaikan kapasitas maksimum pengunjung. Gambar 2.44 : konsep sirkulasi lantai tipikal
58
Universitas Sumatera Utara
II.2.2. Museum Buddhist, Fo Guang Shan Temple Buddhist museum of Fo Guang Shan berada pi dalam komplek fo Guang Shan temple yang berlokasi di
Gau
Shiong,
Taiwan.
Bangunan museum ini selesai dibangun pada bulan January 1983
dan
memiliki
luas
sebesar 2650 meter persegi, awalnya Gambar 2.45. : Buddhist Museum, Fo Guang Shan Temple
gedung
ini
dinamakan Buddhist Cultural
Museum, tetapi kemudian diganti namanya menjadi Fo Guang Shan museum pada tahun 2002. Museum ini merupakan satu-satunya museum di Taiwan yang berkhususkan hal-hal tentang Buddha. Pendiri Fo guang Shan Ven. Master Hsing Yun merasa bahwa perlu adanya pembangunan terus-menerus yang sesuai zaman. Dalam rangka untuk meningkatkan standar kehidupan manusia dan memberikan kesempatan bagi pengunjung ke vihara untuk menikmati dan menghargai seni dan artefak Buddha dalam suatu lingkup agama dan seni. Dengan demikian, Fo Guang Shan Museum dibangun, serta menyebarkan Buddha Dharma. Hal ini memungkinkan setiap orang untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang kebudayaan Buddha dan berusaha untuk menghargsi suatu karya seni. Bagian luar museum adalah berbentuk huruf U, dan terdiri dari unsur-unsur dari Gua Dunhuang dan biara Cina tradisional dan arsitektur candi. Di depan Museum adalah 'bulan mezbah', dengan tiga setengah lingkaran cincin yang melambangkan alam semesta tiga kali lipat. Gajah, burung bangau dan bunga teratai juga melambangkan kelengkapan dan kesempurnaan, keadaan nirwana. Di dalam museum, yang disebut 'Dunia Avatamsaka ini dirancang atas prinsip-prinsip dari Avatamsaka Sutra, bahwa gunung besar mungkin terkandung dalam biji sawi, dan bahwa biji sawi bisa mengisi gunung yang besar. Keempat dinding layar ini terus terang mirror, membawa pemandangan overlaying refleksi. Ini 59
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan tak terhingga dari Alam Padmagarbha, dalam harmoni dan interpenetrasi terhalangi. Semesta simbolis ini mengandung banyak atom, di masingmasing orang dapat melihat seluruh alam semesta, dengan cahaya tak terbatas dan tak terhitung banyaknya Buddha. Ini adalah salah satu fitur khusus dari galeri Bagian yang paling penting dari item permanen dipamerkan di galeri antara lain: seni gua Buddha, yang 2500 tahun sejarah Buddhis, reliik Buddha, Fo Guang Galeri Seni, Pameran Budaya Buddhis, Tiga-seribu kali lipat Universe, model Kuil Buddha, lukisan dan patung-patung, artefak, tulisan suci dan perlengkapan keagamaan. Semua ini adalah untuk menunjukkan prinsip-prinsip ajaran Buddha, untuk membiarkan setiap orang memiliki pemahaman tentang isi dan asal-usul budaya Buddha. Museum Buddha juga mengadakan berbagai pameran dan menampilkan bila tersedia, semua untuk tujuan menempatkan seni dan budaya Buddha dalam praktek. II.2.3. Moga Buddhist Museum Moga Buddha Museum ini
didirikan
mengembangkan
untuk seni
pertukangan tradisional korea dan seni Buddha. Museum ini telah berkomitmen untuk bisnis budaya sebagai museum pribadi profesional
sejak
upacara
percandian
Triad
Maitreya
Grand patung pameran di luar situs pada bulan Juni 1994. Museum Gambar 2.46. : Moga Buddhist Museum
memegang
budaya
Buddhis tradisional kelas dan pameran
tahunan
untuk
pengembangan budaya Korea. Ini juga memperkenalkan bahan Buddha Korea dan data yang tak ternilai woodworking kerajinan kepada publik. Ini memiliki banyak proyek direncanakan untuk mengembalikan seni tradisional Korea.
60
Universitas Sumatera Utara
Banyak karya seni Buddhis yang terbuat dari kayu dipamerkan di sini, satusatunya salah satu jenis di Korea. Tujuan dari museum ini adalah dalam Buddhisme mewarisi seni dan pengetahuan. Mog-yang berarti tunas pohon. Juga merupakan nama pena Park Chansoo (Intangible Budaya Treasure # 108), seorang artis Buddha.
Gambar 2.47. : Interior dari Moga Buddhist
berisi dasar Bagan Peninggalan House, Buddhisme Budaya Sekolah, Tempat Pameran Outdoor, Outdoor Pernikahan Place, teh tradisional toko dan restoran, dan tempat ibadah. Hal tersebut merupakan suatu tempat bagi budaya Buddha.
61
Universitas Sumatera Utara