BAB II DESKRIPSI KEBUDAYAAN MASYARAKAT MELAYU SUMATERA UTARA SEBAGI LATAR BELAKANG BUDAYA NUR ‘AINUN
Universitas Sumatera Utara
2.1 Latar Belakang Budaya Melayu
Nur ‘Ainun adalah seorang wanita yang latar belakangnya adalah berbudaya Melayu. Kedua orang tuanya juga adalah suku Melayu. Nur’Ainun juga menggunakan bahasa dan budaya Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, maka Nur ‘Ainun secara sosiol budaya dibentuk oleh kebudayaan Melayu, khususnya Langkat, dan Sumatera Utara dan Dunia Melayu secara umum. Sebelum menganalisis lagu-lagu yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Nur ‘Ainun, maka perlu juga mengetahui latar belakang budaya yang menjadikan diri seorang Nur ‘Ainun, yaitu kebudayaan Melayu. Adapun tulisan tersebut akan dilihat dari sudut unsur-unsur budaya Melayu dan kaitannya dengan kedudukan Nur ‘Ainun dalam setiap unsure budaya dan dalam peradaban Melayu Sumatera Utara. Deskripsi Melayu bisa dilihat dengan kedekatannya dengan Agama Islam. Melayu memang sangat erat hubungannya dengan Islam, sehingga ada sebuah ungakapan ataupun gagasan adat yang besendikan syarak syarak bersendikan kitabullah, yang artinya asas kebudayaan Melayu adalah hukum Islam (syarak). Sehingga untuk menjadi orang Melayu harus mengikuti adat istiadat Melayu dan beragama Islam (Takari dan Fadlin 2009). Seperti Zulfan Efendi, dia adalah seorang seniman Melayu yang asalnya bukan orang Melayu Asli. Dia adalah orang Batak mandailing yang bermarga Lubis, akan tetapi dia menyatakan bahwa dirinya adalah orang Melayu, dengan kemampuannya bisa berbahasa Melayu, beradat istidat Melayu dan beragama Islam. Sehingga dalam konsep Melayu siapa saja boleh menyatakan dirinya menjadi orang Melayu, asal dia bisa berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu, dan beragama Islam. Di samping itu identitas Melayu juga dapat dilihat melalui unsur-unsur kebudayaan Melayu. Secara antropologis, unsur-unsur kebudayaan mencakup: agama, bahasa, organisasi,
Universitas Sumatera Utara
mata pencaharian hidup, kesenian, pendidikan, dan teknologi. Di bawah ini terdapat tujuh unsur berikut,
2.2 Agama
Islam adalah kepercayaan setiap warga masyarakat Melayu, karena Melayu sendiri pun berlandaskan Islam. Untuk itu saya akan menjelaskan bagaimana proses masuknya agama Islam ke dalam peradaban Melayu.
Jika di Indonesia Islam
mulai
berkembang
pada zaman
Kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti
India, Tionkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke
Indonesia diperkirakan pada awal Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahien. Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarauma Negara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16 (Luckman Sinar 1986).
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abab ke-7 hingga abab ke- 14. Kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera. Hal ini disdeskripsikan oleh seorang
penjelajah Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang
mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada saat puncak
kejayaannya
Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah, dan Kamboja (Lucman Sinar 1986:65).
Di abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu
Patih Majapahit
antara tahun 1331 hingga1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh
kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh
Universitas Sumatera Utara
Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam Wiracarita Ramayana.( sejarah dari Ramayana).
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam, seperti Samudra Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini. (Takari dan Fadlin 2009).
Di samping itu ada pendapat dari Prof Mansur menyatakan: “Besar kemungkinannya bahwa Islam dibawa oleh para wirausahawan Arab ke Asia Tenggara pada abad pertama dari tarikh Hijriyah atau abad ke-7M. Hal ini menjadi lebih kuat, menurut
Arnold dalam The
Preaching of Islam sejarah dakwah Islam dimulai pada abad ke-2 Hijriah, yaitu para pedagang Islam melakukan perdagangan dengan Sailan atau Srilangka. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Burger dan Prajudi (2004). Mansur menambahkan Van Leur dalam bukunya Indonesian Trade and Society (2003), menyatakan bahwa pada 674 di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam. Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626. Tahun-tahun berikutnya perkembangan perdagangan ini mulai mempraktikkan ajaran agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara. Mansur juga mengkritik keras adanya upaya sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa Islam baru masuk ke Indonesia setelah runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit (1478) dan ditandai berdirinya kerajaan Demak.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit sering didongengkan akibat serangan dari Kerajaan Islam Demak. Padahal realitas sejarahnya yang benar adalah Kerajaan Hindu Majapahit runtuh akibat serangan raja Girindrawardhana dari Kerajaan Hindu Kediri pada tahun 1478M. Al-Attas mengatakan sarjana Barat melangsungkan penilitian ilmiah terhadap sejarah dan kebudayaan Kepulauan Melayu-Indonesia telah lama menyebarkan bahwa masyarakat kepulauan ini seolah-olah merupakan masyarakat penyaring, penapis, serta penyatu unsur-unsur berbagai kebudayaan. Banyak pertanyaan mengatakan kenapa Melayu sangat erat hubungan dengan Islam? Atau apa pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat Melayu sehingga Melayu harus berdasarkan Islam. Al Attas menguraikan bahwa ajaran Islam selalu memberikan keterangan dan memiliki sifat asasi insan itu ialah akal, dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan antara dia dan hakikat semesta. sebagaimana kegelapan lenyap dipancari sinar surya yang membuat setiap umat Islam selalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga kedatangan Islam di Kepulauan Melayu di Indonesia yang
membawa rasionalisme dan
pengetahuan akhlak serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri dari individuindividu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualisme, dan ketinggian budi insan di tanah Melayu. Al-Attas juga menunjukkan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra, tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain, yang tidak dibawa oleh peradaban sebelumnya. Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung (candi) sebagaimana kebudayaan pra-Islam (sumber: www.wikipedia.com). Di sisi lain, ada juga disebut dengan ras proto-Melayu pedalaman, yaitu orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan, bahasa, dan adat istiadat sendiri. Memang pada dasarnya orang luar mengenal sebagian orang Asia itu adalah orang
Universitas Sumatera Utara
Melayu, seperti di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataanya sebagian besar mereka tidak menyatakan mereka sebagi orang Melayu, karena mereka memilki agama, bahasa dan kebudayaan yang tidak sama dengan konsep kebudayaan Melayu. Seperti contoh penulis. Saya beragama Kristen Protestan, saya berasal dari suku Batak Toba, saya menggunakan bahasa Batak, dan saya juga melakukan istiadat suku saya sendiri. Namun demikian, jika orang luar menyatakan saya sebagai orang Melayu, saya pasti akan menjawab, saya juga orang Melayu, karena saya juga menggunakan bahasa Melayu yaitu bahasa Indonesia yang pada dasarnya bahasa Inonesia adalah bahasa Melayu. Begitu juga dengan objek penelitian saya, Nur ‘Ainun adalah suku asli Melayu yang beradat istiadat Melayu, berbahasa Melayu, dan juga beragama Islam.
2.3 Bahasa
Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional dan bahasa pengantar di semua lembaga publik di sebagian Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bahasa Melayu yang menjadi lingua franca penduduk Nusantara sejak sekian lama. Bahasa Melayu juga telah dipergunakan oleh masyarakat Indonesia, termasuk etnik Melayu..
Akan tetapi dalam kebudayaan Melayu penggunaan bahasa khususnya dialek memilki perbedaan dari lima kabupaten, jika orang Melayu di pesisir timur, Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan dan Tanjung Balai memakai Bahasa Melayu dengan mengutamakan huruf vokal “o” sebagai contoh kemano (kemana), siapo (siapa). Di Langkat dan Deli masih menggunakan huruf vocal “e” seperti contoh, kemane (kemana), siape (siapa).
Universitas Sumatera Utara
Dari sini kita bisa melihat meskipun akar kebudayaan etnik Melayu itu satu rumpun, namun ada juga
perbedaan-perbedaan kecil yang membedakan etnik Melayu. Adapun
perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya kebiasaan yang sudah dibawa dari nenek moyang yang pada saat itu mereka memilki satu pengelompokan yang berbeda-beda. (Zein 1957:89). Bahasa yang digunakan dan difungsikan oleh Nur ‘Ainun adalah bahasa Melayu dan juga Indonesia. Biarpun beliau sendiri orang Melayu Sumatera Utara, akan tetapi, dia lebih senang menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari.
2.4
Mata Pencaharian Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritas mereka menjalankan aktivitas
pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Di kawasan pesisir pantai, umumnya orang Melayu bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap ikan. Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutama orang Tiongkhoa. Tetapi kini telah banyak orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan dan menjadi penguasa perusahaan-perusahaan. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu hidup berkecukupan. Selain itu, banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, seperti di universitas di dalam maupun di luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
Di samping itu menurut Metzger (dalam Takari dan Fadlin 2009) kelemahan orang Melayu dalam ekonomi adalah bahwa kurangnya mayarakat Melayu menghargai budaya lama, pemalas, dan kurangnya sifat ingin tahu. Untuk sekarang ini, tidak semua masyarakat Melayu hidup bertani, berkebun, dan menjadi nelayan saja. Banyak juga orang Melayu yang profesinya menjadi guru, dosen, musisi, dan pejabat-pejabat tinggi. Orang Melayu di Sumatera Utara kini mempunyai pola hidup untuk mengejar ilmu setinggi-tingginya, bersaing dengan kelompok etnik lain. Bahkan ada juga belajar ke luar negeri, karena orang Melayu sangat menjujung tinggi pendidikan. Mereka ini ingin pintar dan cerdas, untuk dapat membantu semua orang. Bagi sebahagian besar oran Melayu, mereka mengamalkan ajaran Islam untuk terus mencari ilmu, yang sangat berharga yang tidak bisa hilang sampai mati. Demikian juga falsafah hidup Melayu yang diamalkan dan dijadikan pedoman hidup oleh Nur ‘Ainun. Pada masa dilakukannya penelitian ini, mata pencaharian dari Nur ‘Ainun adalah bertani. Biarpun dia membayar orang untuk mengurus padi-padinya, tetapi beliau mengatakan bertani adalah mata pencaharianya. Selain sebagai petani ia juga menerima tawaran sebagai penyanyi di berbagai peristiwa budaya. Menyanyi ini menurut beliau adalah sebagai kerja sambilan di samping kerja pokoknya bertani. Selain itu, karena keahlian beliau mengaji Al-Quran, maka ia dipercayakan oleh masyarakat Islam di sekitar kediaman beliau untuk mengajar mengaji anakanak generasi muda. Bagi beliau mengajar mengaji ini, bukan semata untuk mendapatkan upah namum lebih mengarah kepada ibadah.
2.5 Pendidikan Sebelum penjajahan Belanda, orang Melayu umumnya mendapat pendidikan agama. Semasa penjajahan, peluang pendidikan ala Eropa terbatas untuk orang Melayu di pedesaan, dan
Universitas Sumatera Utara
terpusat di daerah perkotaan, Pendidikan gaya Eropa sendiri hanya dikembangkan setelah Indonesia merdeka. Orang Melayu mengalami sebuah perkembangan yang pesat dalam dunia pendidikan. Karena yang seperti kita ketahui, orang Melayu sangat menjujung tinggi yang namanya pendidikan ataupun ilmu. Inilah yang menyebabkan mereka bisa maju kedepan untuk lebih baik, karena mereka juga ingin dihormati bukan dilencehkan. Dalam pendidikan Nur ‘Ainun sendiri kurang begitu baik, dikarenakan tidak menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Tetapi Nur ‘Ainun juga bisa dikatakan manusia yang pintar dengan masuknya beliau di sekolah yang cukup populer, karena disekolah tersebut adalah sekolah para bangsawan dan juga Sultan. Sehingga Nur ‘Ainun pun pernah satu sekolah dengan anak sultan Deli. : 2.6 Teknologi Etnik Melayu pada dasarnya ingin terus berusaha menguasai teknologi, yang di antaranya bisa kita lihat dari pemakaian alat musik keyborad yang mereka gunakan dalam memainkan lagu-lagu Melayu. Sama halnya dengan teknologi-teknologi lainnya seperti alat komunikasi yang dikenal dengan handphone yang lazim digunakan semua masyarakat di Indonesia, termasuk suku Melayu. Kemudian ada lampu sebagai alat penerang dirumah, kebanyakan mereka tidak menggunakan lampu teplok yang digunakan pada zaman dulu untuk menerangi lampunya, kemudian ada komputer sebagai alat mempermudah dalam menyimpan data, dan terkadang sebagai masyrakatnya memakai laptop yang lebih cangih lagi dari komputer, dan biasanya ini
Universitas Sumatera Utara
dipergunakan pada saat masyarakat Melayu bersekolah kejenjang yang lebih tinggi atau mahasiswa. Kendaraan juga sebagai teknologi yang sudah ada pada masyarakat Melayu. Untuk mempermudah perjalan seperti sepeda motor, yang dulunya mereka menggunakan
sepeda
sebagai alat kendaraan untuk mencapai tujuan. Tapi sekarang mereka sudah beralih ke sepeda motor atau yang dikenal dengan “kereta”, bahkan ada juga yang menggunakan mobil sebagai alat transportasi yang mempermudah perjalanan serta memilki fasilitas yang cukup baik dari segi tempat duduknya. Televisi juga sudah dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mengetahui berita-berita dari luar daerah dan dapat mengetahui keadaan negara. Radio juga menjadi salah satu yang sudah ada dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mendengarkan lagu-lagu Melayu bahkan ada radio yang sudah memilki kaset sehingga mereka tinggal memasukan kasetnya saja dan didengarkan. Jika musisi Melayu sudah dari dulu diperkenalkan alat rekam, untuk merekam suara si penyanyi yang dulunya menggunakan piringan hitam, tapi mereka sudah lama menggunakan alat-alat electronik, micropon sebagai penguat suara si penyanyi serta soud sytem sebagai alat pengatur suara untuk memperkuat suara. kemudian alat pembuat video (audio visual), dan lain sebagainya. Alat-alat elektronik inilah yang digunakan oleh musisi Melayu sama hanya dengan yang digunakan oleh Nur ‘Ainun. Jika dilihat kondisi Nur ‘Ainun sekarang khususnya dalam ilmu teknologi sudah memiliki kemajuan biarpun tidak semaju perkembang zaman sekarang tapi Nur ‘Ainun sudah menikmati yang namanya teknologi, terbukti beliau memilki alat komunikasi seperti handphone, kemudian radio pendegar lagu-lagu, dan juga lampu pijar, yang dulunya beliau hanya
Universitas Sumatera Utara
menggunakan lampu teplok. Serta alat-alat rekam yang digunakan Nur ‘Ainun untuk kepentingannya sebagai seniman musik Melayu.
2.7 Kesenian Kesenian yaitu sebuah hasil karya yang diciptakan oleh penciptanya sendiri untuk menghasilkan sebuah keindahan. (www.google.com). Untuk itu kesenian ini menjadi warisan yang diturunkan dari turun- temurun, agar masyarakat Melayu dapat dikenal dan memiliki indentitas untuk diperkenalkan di masyarakat lain. Dalam kebudayaan Melayu terdapat seni-seni seperti seni suara, dengan genrenya seperti berzikir dan azan. Nyanyian ini bersifat keagamaan sehingga musik tidak digunakan saat bernyanyi. Sedangkan seni vokal yang tergabung dengan musik adalah nyanyian-nyanyian yang sifatnya menghibur.
Inilah yang akan penulis bahas mengenai lagu-lagu Melayu, yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun serta lagu ciptaannya. Sebagai penyanyi legendaris, dan juga sebagai penyanyi yang mampu menyanyikan lagu-lagu dengan menggunakan rentak senandung, mak inang, dan lagu dua. Kemudian ada Seni musik yaitu salah satu media ungkapan hati. Sedangkan kesenian adalah salah satu daripada unsur kebudayaan tesrsebut. (www.wikipedia.com) Musik
mencerminkan
kebudayaan
masyarakat
pendukungnya.
didalam
musik,
terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bagian daripada proses enlkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memilki bentuk yang khas, baik dari sudut strukutal maupun genrenya dalam kebudayaan.
Demikian juga yang terjadi dalam musik kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera Utara. Pertunjukan musik tradisional mengikuti aturan-aturan tradisional. Pertunjukan ini, selalu berkaitan dengan penguasa alam, mantera (jampi) yang tujuannya menjauhkan bencana,
Universitas Sumatera Utara
mengusir hantu atau setan. Musik tradisi Melayu berkembang secara improvisasi berdasarkan transmisi.
Berdasarkan sistem klasifikasi yang ditawarkan oleh Curt Sach dan Eric M.Von Hornbostel (1914), maka keseluruhan ala-alat musik Melayu Sumatera Utara dapat dikelompokan kedalam klasifikasi (1) idofon, pengetar utamanya badannya sendir; (2) membranofon, pengetar utamanya membrane; (3) kordofon, pengetar utamanaya senar; (4) dan aerofon, pengetar utamanya kolom udara. Sedangkan Instrument musik Melayu itu sendiri adalah Gendang Melayu (gendang ronggeng) alat musik ini mempunyai membran diatasnya terbuat dari kulit binatang gunanya sebagai pengatur ketukan yang dapat membuat mayarakat bisa terpengaruh khususnya lagu-lagu yang bertempo cepat yang membuat badan ingin menari (membranofon). Biola yang terdiri dari 4 senar dan memiliki alat gesek yang disebut bouw sebagai pengiringi lagu tapi terkadang Biola juga sebagai alat musik yang membawa melodi (kordofon).
Akordion alat musik berbentuk seperti piano, yang memilki tust-tust nada, hanya saja yang membedakan alat musik dari piano adalah bisa dilihat dari cara bentuk permainannya. Ini sama halnya dengan biola sebagai pembawa melodi tapi terkadang juga sebagai pengiring lagu ataupu syair pantun, yang dimana pemain akordion dan biola saling bergantian memainkanya. Begitu juga tari mereka akan menggunakan lagu yang sudah dilengkapi dengan musik untuk mengiringi mereka di saat mereka menari (aerofon) karena resonator suaranya dari udara. Kemudian tawak-tawak atau yang dikenal juga dengan istilah gong. Alat musik ini adalah salah satu alat musik yang dipukul yang berguna sebagai penentu tempo (idiofon).
Universitas Sumatera Utara
Di samping alat musik ini, ada juga pengiring musik Melayu yang sudah sangat sulit dijumpai yaitu rebab Melayu. Alat musik ini hampir sama dengan alat musik biola hanya saja, alat musik memilki 3 senar, lebih sedikit dibanding biola. Mempunyai alat penggesek, dan cara bermain juga berbeda dengan biola. Jika biola diletakan di leher pemain, sedangkan rebab diletakan secara vertikal di depan pemainnya. Kemudian di samping alat musik rebab ada juga alat musik yang menggunakan teknologi canggih seperti keyboard, yang tujuannya juga sebagai pengiring tetapi hanya jika diperlukan saja. Akan tetapi alat ini bukan berarti sebagai alat musik asli Melayu, tetapi bagian alat musik Melayu saja jika diperlukan. Terkadang juga digunakan oleh masyarakat Melayu pada saat pesta perkawinan, sunat, dan lain sebagainaya untuk penghematan pembayaran pemusik. Ada satu konsep musik yang lazim digunakan dalam kebudayaan musik Melayu, yaitu rentak. Rentak-rentak dalam seni pertunjukan Melayu di antaranya ialah, rentak senandung, mak inang, lagu dua, (joget), zapin, ghazal, hadrah, dan lain sebagainya. Rentak ini juga berkaitan dengan erat dengan ekspresi emosi, misalnya rasa gembira diekspresikan melaui rentak joget atau lagu dua. Sedangkan rasa sedih dieskpresikan
melalui rentak asli atau
rentak
senandung. Selain itu, selaras dengan perkembangan zaman, masyarakat Melayu juga mengadopsi secara akulturatif berbagai rentak musik dunia. Namum dengan pertimbangan matang dan sistem penapisan yang baik, agar rentak musik dunia itu sesuai dan sepadan dengan budaya Melayu. Contoh rentak yang mereka adopsi adalah chacha, rumba, serta musik Timur Tengah (Arab). Seperti lagu Habibi, Salabat Laila, Naam Sidi, dan lain-lain. Menurut Fadlin (1988) di dalam musik Melayu, ada tiga dasar rentak yang sering digunakan yaitu rentak senandung (4/4, dalam satu siklus delapan ketukan) yang berirama lambat yang biasanya lagu ini yang bertema sedih. Contoh lagu rentak senandung adalah
Universitas Sumatera Utara
Laksamana Mati Dibunuh, Kuala Deli, Sri Mersing, Damak, Sayang Serawak, Laila Manja, dan lain-lain. Dalam rentak senandung ini, ada lagu yang diciptakan oleh Nur ‘Ainun yaitu Jangan Duduk Termenung. Kemudian ada rentak mak inang yang memilki ketukan (2/4), temponya sedang, dan lagu-lagunya selalu bertemakan persahabatan ataupun kasih sayang. Contoh dari lagu yang rentaknya mak inang adalah Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Juara, Mak Inang Stanggi, Pautan Hati, Haji Lahore, Mak Inang Kampung, dan lain-lainnya. Yang lainnya adalah rentak lagu dua, yang berbirama 6/8. Rentak ini disebut juga oleh masyarakat Melayu sebagai rentak joget. Rentak ini sangat banyak disukai oleh masyarakat Melayu. Karena rentak ini cepat, sesuai untuk membuat suasana ceria dan gembira, maka lagu dalam rentak ini selalu bertemakan tentang hal-hal yang gembira atau senang. Contoh dari lagulagu Melayu dalam rentak lagu dua atau joget adalah: Tanjung Katung, Seramang Laut, Hitam Manis, Selayang Pandang, Gendang Rebana, dan lain-lainnya. Rentak-rentak inilah yang selalu dipakai dalam musik Melayu untuk mengiringi lagu-lagu. Ini juga lah yang menjadi ketertarikan saya untuk membahas rentak dalam lagu Melayu yang dibawakan oleh Nur ‘Ainun untuk dituliskan ke dalam tuilisan ini. Begitu juga Nur ‘Ainun baginya alat musik Melayu sangat diperlukan untuk mengiringi lagu-lagu yang beliau nyanyikan. Tanpa alat-alat musik Melayu kurang sedap dengan kata lain Nur ‘Ainun mengatakan bahwa musik dan nyanyian adalah satu. Beliau juga menambahkan bahwa musik adalah salah satu alat yang mempunyai irama yang selalu dibutuhkan pada saat dia ingin menyanyikan lagu-lagunya, dengan menggunakan rentak sebagai pengatur ketukan saat Beliau bernyanyi.
2.8 Sistem Organisasi
Universitas Sumatera Utara
Sistem politik Melayu adalah musyawarah, yang dijalankan konteks
kebudayaan.
Musyawarah yang dijalankan, biasanya membahas mengenai berbagai hal seperti pengelolaan sistem tanah adat berdasarkan budaya dan adat setempat. Sehingga sistem musyawarah yang dijalankan akan memiliki corak dan karakter yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang daerah yang lain. Di sini kita dapat melihat bahwa suku Melayu telah mengenal sistem politik yang mengakar kepada kebudayaan.
Tidak mengherankan bahwa suku Melayu mempunyai ikatan persaudaraan yang kuat, sebab musyawarah memaknakan adanya tolong-menolong dan kesetiakawanan sosial, sebagai suatu permufakatan. Musyawarah juga merupakan sarana dimana rakyat dapat diposisikan untuk membangun aturan-aturan dasar dalam kehidupannya. yang bersumber kepada hukum adat setempat.
Sama halnya dengan organisasi ataupun perkumpulan yang sudah dibuat oleh orang Melayu itu sendiri. Mereka selalu mengutamakan yang namanya musyawarah yang bertujuan untuk menghargai adanya pendapat-pendapat, dan masukan-masukan yang ingin disampaikan oleh anggota-anggota dalam organisasi tersebut. Salah satu organisasi yang dibentuk oleh masyarakat Melayu adalah MABMI yaitu Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia. Organisasi ini bukan semata-mata hanya sebuah kumpulan orang-orang Melayu yang hanya duduk saja, akan tetapi organisasi ini memiliki tujuan untuk melestarikan kebudayaan Melayu. Sehingga organisasi ini tidak sungkan-sungkan mengeluarkan biaya sebesar apapun untuk yang namanya melestarikan kebudayaan. MAMBI pada masa sekarang ini diketuai oleh H.Syamsul Arifin, S.E.
Universitas Sumatera Utara
Organisasi yang diikuti oleh Nur ‘Ainun sendiri tidak banyak. Dia hanya punya dua organisasi. Yang pertama adalah organisasi perwiridan (pengajian) ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya. Yang kedua adalah himpunan arisan. Dalam berkesenian Nur ‘Ainun tidak masuk ke dalam kelompok kesenian tertentu. Ia bisa menyanyi dengan kelompok seni mana pun, asal ada waktu dan kesempatan.
BAB III BIOGRAFI
Universitas Sumatera Utara