BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan masalah global, dimana angka morbiditas dan mortalititasnya tinggi. Prevalensi di Amerika diperkirakan 82.6 juta orang mengalami penyakit kardiovaskular (Roger et al, 2011). Tiap tahunya penduduk dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskular, melebihi berbagai macam penyebab kematian lainya. Diperkirakan 17.3 juta penduduk dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2008 (mewakili 30% kematian di dunia), terdiri dari 7.3 juta akibat penyakit jantung koroner (PJK) dan 6,2 juta akibat stroke. Sebanyak 80% terjadi di negara dengan penghasilan rendahmenengah. Dan diperkirakan 23.6 juta penduduk dunia akan meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2030 (WHO, 2012). Data yang dikeluarkan Dirjen Pelayanan Medik Sri Astuti S. Suparmanto juga menyebutkan, sejak tahun 1992 penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Penderita yang dirawat di RS meningkat dari 2.1% tahun 1990, menjadi 2.5% tahun 1994 dan 3.8% tahun 1995. Menurut data
dari RS Jantung Harapan Kita, dalam kurun waktu antara 1989-1999
penderita penyakit jantung naik 10% yang menjalani perawatan maupun berobat jalan. Dalam satu tahun RS Jantung Harapan Kita telah melakukan pembedahan terhadap 500 pasien, atau sama dengan 41 penderita menjalani operasi jantung setiap bulanya (Nasurullah (2002) dalam Nababan (2008)). Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, dilaporkan bahwa penyakit kardiovaskular telah menjadi penyebab dari 16.4% dari total kematian di Indonesia. Seluruh kematian yang ditemukan sebanyak 1.235 orang dimana 778 orang (63%) diantaranya terjadi pada usia 15 tahun keatas, usia 25-34 tahun sebesar 5.8% dari total kematian. Proporsi ini semakin meningkat pada usia 35-44 tahun (11%), pada usia 45-54 tahun sebesar 20.9% dan mencapai 33.2% pada umur 55 tahun ke atas (Sumartono & Aryastami (1999) dalam Nababan (2008)).
Universitas Sumatera Utara
Penyebab penyakit kardiovaskular bersifat multifaktorial yang terutama berhubungan dengan perubahan pola hidup meliputi rokok, alkohol, inaktifitas fisik, serta pola makan yang tidak sehat (World Heart Federation, 2012). Studi INTERHEART menyebutkan faktor risiko penyakit kardiovaskular terdiri dari yang dapat dimodifikasi (90%) termasuk : dislipidemia, merokok, hipertensi, diabetes melitus, inaktifitas fisik, dan yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia tua, jenis kelamin laki-laki, dan keturunan (Young dan Libby, 2007) Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh plak aterosklerosis ataupun spasme. PJK merupakan problem kesehatan utama yang sangat menakutkan di banyak negara terutama di negara berkembang termasuk di Indonesia (Majid, 2007). Di Amerika, Prevalensi PJK terjadi 7% pada orang dewasa, dimana sebanyak 16.3 juta orang mengalami PJK, yang terdiri dari serangan jantung sebanyak 7.9 juta orang dan angina pektoris sebanyak 9 juta orang. Hampir setengah dari keseluruhan penderita ini, terjadi pada usia diatas 60 tahun, prevalensi PJK pada laki-laki sebanyak 8.3% dan perempuan sebanyak 6.1%. Insidensi serangan jantung pada tahun 2011 di Amerika diperkirakan 785.000 kasus baru dan 470.000 serangan berulang. Diperkirakan setiap 25 detik, satu orang Amerika akan mengalami cardiac event dan setiap 1 menit, satu orang Amerika akan mati akibat PJK (Roger et al, 2011). Di Indonesia, sebelum tahun 1950 PJK jarang dijumpai, tetapi mulai tahun 1970 PJK merupakan jenis penyakit kardiovaskular yang banyak dijumpai di rumah sakit-rumah sakit besar. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 1986 dilaporkan bahwa morbiditas penyakit kardiovaskular naik dari urutan ke-10 pada tahun 1981 menjadi urutan ke-3 pada tahun 1986, dan kenaikan ini disebabkan oleh naiknya morbiditas PJK. Sargowo (2002) dalam Nababan (2008) Salah satu faktor risiko dari penyakit jantung koroner adalah rokok, dikatakan zat yang terkandung di dalam rokok merupakan reactive oxidants yang mengakibatkan oxidative stress terhadap membran biologi sel-sel endotel
Universitas Sumatera Utara
sehingga menyebabkan oksidasi lipid, yang berperan pada proses pembentukan plak aterosklerosis (Diana (1993) dalam Zonderfan et al (1996)). Penggunaan rokok, baik yang di hisap ataupun di kunyah akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular terutama perilaku ini sudah di mulai sejak usia muda, perokok berat, dan pada wanita. Menjadi permasalahan bahwa faktor risiko ini bukan hanya pada perokok aktif saja, perokok pasif juga dalam risiko (World Heart Federation, 2012). Insidensi PJK dua kali lebih tinggi pada perokok dan empat kali lebih tinggi pada perokok berat dibandingkan dengan yang tidak merokok, dan mortalitas PJK 70% lebih tinggi pada perokok dan dua kali lebih tinggi pada perokok berat dibanding yang tidak merokok (US Department of Health and Human Services. 1983). Dalam sebuah studi pada tahun 2000, disebutkan lebih dari 1 setiap 10 kematian akibat kasus kardiovaskular berhubungan dengan merokok. Merokok dan obesitas merupakan 2 faktor risiko yang meningkat secara global, penggunaan rokok di negara industri dan negara berkembang serta sangat berhubungan dengan mortalitas penyakit kardiovaskular (Ezzati et al, 2005). Laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pada tahun 20002004 rokok menyebabkan 443.000 kematian prematur setiap tahunya dimana pada usia diatas 31 tahun, 32.7% kematian ini berhubungan dengan penyakit kardiovaskular. Merokok juga merupakan independent predictor kejadian cardiac arrest pada pasien PJK (Goldenberg et al, 2003). Saat ini, terdapat kurang lebih 1.3 miliar perokok di seluruh dunia. Empat perlima dari mereka hidup di negara-negara berpendapatan perkapita rendah. Jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ke-3 dunia, bahkan nomor satu di Asia Tenggara. Jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 60 juta dan rokok adalah penyebab 57.000 kematian (Yahya, 2010). Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 (Depkes, 2006) menunjukkan bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas yang merokok tercatat sebanyak 34.44%, terdiri dari merokok setiap hari 28.35% dan kadang-kadang 6.09%. Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan bahwa penduduk usia lebih dari 10 tahun yang merokok setiap hari sudah mencapai 23.7%. Secara nasional persentase yang merokok tiap hari tampak
Universitas Sumatera Utara
tinggi pada kelompok umur produktif 25-64 tahun dengan rentang rerata 29% sampai 32% (Setiaji, 2007). Sebuah penelitian pada 300 pasien PJK di Jordania, dikatakan sebelum didiagnosis PJK 40% subjek tidak merokok, 11.7% mantan perokok, dan 48.3% perokok. Setelah didiagnosis dijumpai 29.7% berhenti merokok, sementara 60.7% tetap merokok, dan 9.6% merokok kembali setelah berhenti. Alasan terbesar pasien PJK untuk tetap merokok adalah tidak ada niat untuk berhenti merokok (25.6%) dan 25% mengatakan craving terhadap rokok. Sementara 19% yang berhenti rokok memiliki alasan karena anjuran dokter (Abu-Baker et al, 2010). Berdasarkan data diatas, upaya untuk menurunkan perilaku merokok sebagai usaha pencegahan disadari merupakan hal yang sangat penting untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas PJK. Oleh karena itu, melihat data-data yang disebutkan sebelumnya, penulis tertarik untuk membuat penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku merokok, meliputi tingkat pengetahuan ; sikap ; tindakan, pasien-pasien PJK, dan juga gambaran tindakan pasien-pasien ini sebelum menderita PJK. Dengan demikian, diharapkan dapat dilakukan usaha pencegahan, PJK dengan mengontrol salah satu faktor risiko yaitu merokok, sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitasnya.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah : Bagaimana perilaku merokok pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) ? Dilihat pada pasien rawat jalan di praktek dokter spesialis.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya perilaku merokok pada pasien-pasien Penyakit Jantung Koroner di praktek dokter spesialis.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a.
Mengetahui tingkat pengetahuan merokok pada pasien-pasien Penyakit Jantung Koroner di praktek dokter spesialis.
b.
Mengetahui bagaimana sikap terhadap merokok pada pasien-pasien Penyakit Jantung Koroner di praktek dokter spesialis.
c.
Mengetahui bagaimana tindakan terhadap merokok pada pasien-pasien Penyakit Jantung Koroner di praktek dokter spesialis.
d.
Mengetahui bagaimana tindakan terhadap merokok pada pasien-pasien Penyakit Jantung Koroner sebelum menderita penyakit jantung koroner di praktek dokter spesialis.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : a.
Bagi pemerintah sebagai salah satu bahan evaluasi dan perencanaan strategis kedepan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas Penyakit Jantung Koroner.
b.
Bagi tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan terhadap bahaya merokok sebagai penyebab penyakit jantung koroner
untuk
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. c.
Bagi masyarakat sebagai pengetahuan atau informasi agar lebih peka terhadap perilaku merokok baik bagi diri sendiri maupun orang disekitarnya.
d.
Sebagai masukan dan tambahan rujukan untuk instansi dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian lainya yang terkait.
e.
Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai latihan dan pengalaman dalam membuat suatu penelitian.
Universitas Sumatera Utara