BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik yang
prevalensinya sangat tinggi di dunia selama lebih dari dua dekade (Singh, et al., 2012). Angka kejadian DM cenderung meningkat setiap tahun . Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) DM telah diderita oleh sedikitnya 171 juta orang di dunia dan menyebabkan kematian sebanyak 3,2 juta jiwa. WHO memprediksi bahwa pada tahun 2030 akan ada peningkatan jumlah penderita diabetes sebesar 70% di negara maju dan 42% di negara berkembang. Jadi, sekitar 17 tahun mendatang diestimasikan sekitar 366 juta orang di dunia akan menderita DM (Biswas, 2006). Wild, et al. (2004) dalam suatu penelitian tentang prevalensi global DM, melaporkan bahwa sepuluh besar negara dengan prevalensi DM tertinggi pada tahun 2000 adalah India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Bangladesh. India, Cina dan Amerika Serikat tetap menjadi top-three negara dengan prevalensi DM tertinggi di dunia sejak tahun 1995 dan diprediksi pada tahun 2030 akan tetap berada pada posisi yang sama. Indonesia, Bangladesh, Brazil, Jepang, dan Pakistan diprediksikan bahwa pada tahun 2030 juga akan tetap berada di sepuluh besar. Sementara posisi Rusia dan Italia akan digantikan oleh Filipina dan Mesir untuk tahun 2030. Angka kejadian DM tidak hanya tinggi di negara maju tetapi juga negara berkembang, seperti Indonesia (Biswas, 2006). Bahkan, WHO memprediksi pada abad ke-21 negara berkembang akan menanggung beban berat atas epidemi DM karena lebih dari 70% pasien DM terdapat di negara berkembang (Singh, et al., 2012). Seperti dipaparkan sebelumnya, Indonesia merupakan negara keempat dengan prevalensi DM tertinggi di dunia. Jumlah masyarakat Indonesia yang menderita DM pada tahun 2000 adalah sebesar 8,4 juta dan diestimasikan pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 21, 3 juta jiwa (Wild, et al., 2004). Di negara berkembang DM paling banyak terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun, dimana
1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
pada usia ini seseorang berada pada puncak produktifitas sehingga akan berdampak negatif terhadap negara (Mohan, et al., 2005). Di Indonesia, jumlah penyandang DM sangat besar. Dengan prevalensi DM sebesar 14,7 % di daerah urban dan 7,2% di daearah rural, maka diperkirakan bahwa pada tahun 2003 jumlah masyarakat Indonesia yang menderita DM sebesar 12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. “Hasil penelitian pada rentang tahun 1980-2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam. Sebagai contoh, pada penelitian di Jakarta (daerah urban), prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982 naik menjadi 5,7% pada tahun 1993 dan meroket lagi menjadi 12,8% pada tahun 2001” (PERKENI, 2011). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan adanya gejala adalah sebesar 1,1 %. Sedangkan berdasarkan
hasil pengukuran gula darah pada
penduduk umur lebih dari lima belas tahun di daerah perkotaan adalah sebesar 5,7 % (Depkes, 2008). Di Kota Medan, angka kejadian DM tercatat tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, pada tahun 2011 sampai tahun 2012 terdapat 375 pasien rawat inap dengan diagnosis DM. Sedangkan untuk rawat jalan pada bulan Januari sampai Desember 2012
terdapat 7023
kunjungan pasien yang menderita DM. Peningkatan prevalensi DM tipe 2 jauh lebih cepat dibanding DM tipe lainnya.
Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan angka obesitas dan
penurunan aktivitas fisik yang sangat berpengaruh dalam proses terjadinya DM tipe 2 (Power, 2005). Pola hidup masyarakat yang cenderung berubah serta adanya urbanisasi merupakan penyebab penting masalah ini (PERKENI, 2011). Terjadinya DM tipe 2 dapat dipengaruhi oleh adanya berbagai faktor risiko. Menurut American Diabetes Association (ADA, 2007), faktor risiko tersebut antara lain adanya riwayat keluarga yang menderita diabetes, obesitas, minimnya aktivitas fisik, ras, riwayat mengalami diabetes gestasional atau melahirkan bayi lebih dari empat kg, hipertensi, kadar kolesterol HDL kurang dari 35 mg/ dl atau kadar trigliserida lebih dari 250 mg/dl, sindrom ovarium polikistis,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
dan adanya riwayat penyakit pembuluh darah (Powers, 2010). Faktor risiko memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko ini berhubungan dengan lingkungan, proses metabolisme dan genetik (Thejaswini, et al., 2012). Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berisiko dua sampai empat kali lebih besar untuk menderita DM dibanding yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM (Baptiste-Roberts, et al., 2007). Dalam pencegahan DM tipe 2, sebisa mungkin faktor risiko harus diminimalkan pada seseorang. Minimalisasi ini dapat dilakukan dengan cara mengendalikan faktor risiko yang bisa dimodifikasi melalui gaya hidup yang sehat. Pengendalian tersebut seperti mengontrol berat badan dan rutin berolahraga. Pengendalian ini akan dilakukan jika seseorang memiliki kesadaran tentang DM tipe 2 (Wee, 2002). Salah satu penelitian potong lintang pada ras Afrika dan Amerika oleh Baptiste-Roberts, et al. menunjukkan bahwa riwayat keluarga menderita DM berhubungan dengan tingkat kesadaran terhadap faktor risiko DM. Kesadaran itu ditunjukkan dengan perilaku rutin mengonsumsi buah-buahan dan sayur lebih banyak setiap hari, serta rutin melakukan skrining penyakit DM (BaptisteRoberts, et al., 2007). Pada penelitian lain di Pakistan oleh Osman, et al. ditemukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terhadap DM masih sangat rendah. Namun, pada masyarakat yang memiliki riwayat keluarga menderita DM tingkat kesadarannya terhadap DM lebih tinggi dengan persentasi sebesar 65% . Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM kesadarannya hanya sebesar 32% dengan p < 0.001 (Ulvi, et al., 2009). Tetapi, penelitian oleh Ayiesah et al. (2010)
memiliki riwayat keluarga
tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesadaran tentang DM tipe 2. Berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, peneliti belum banyak menemukan hasil penelitian tentang hubungan adanya faktor risiko memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 dengan kesadaran tentang DM tipe 2. Selain itu, pada penelitian-penelitian sebelumnya masih ditemukan hasil yang berbeda untuk hubungan tersebut. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
penelitian ini agar dapat mengetahui apakah memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 berpengaruh terhadap tingkat kesadaran orang tersebut tentang DM tipe 2.
1.2. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2 pada masyarakat di Kelurahan Tembung pada tahun 2013?
1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan kesadaran tentang Diabetes Mellitus tipe 2 pada masyarakat di Kelurahan Tembung pada tahun 2013. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui kesadaran masyarakat Kelurahan Tembung tentang penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan tingkat ekonomi. 2. Mengetahui kesadaran masyarakat Kelurahan Tembung tentang penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan tingkat pendidikan. 3. Mengetahui kesadaran masyarakat Kelurahan Tembung tentang penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan usia.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Subjek Penelitian 1. Pengetahuan atau informasi tentang hubungan memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan peningkatan risiko terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2. 2. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar upaya pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
1.4.2. Bagi Lembaga Kesehatan Setempat 1. Sebagai bahan evaluasi terhadap program kesehatan yang telah dilaksanakan. 2. Menambah dasar ilmiah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat tentang Diabetes Mellitus tipe 2, sehingga berguna sebagai dasar upaya pencegahan terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2 pada
masyarakat yang memiliki riwayat keluarga menderita
Diabetes Mellitus tipe 2. 1.4.3. Bagi Peneliti 1. Kesempatan untuk mengintegrasikan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dalam bentuk melakukan penelitian secara mandiri. 2. Memenuhi tugas mata kuliah Community Research Program sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA