BAB II DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA MUHAMMADIYAH Pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Namanya ”Muhammadiyah” dan tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya ialah: a. Menyebarkan pengajaran agama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.”. Terdapat hal menarik, bahwa kata ”memajukan” (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan kata ”menggembirakan”) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam ”Statuten Muhammadiyah” pada periode Kyai Dahlan hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921, Tahun 1931, Tahun
29
Universitas Sumatera Utara
1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914: Maksud Persyarikatan ini yaitu: •
Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia Nederland, dan
•
Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya. Artinya ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran
akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju dan menggembirakan. Perubahan secara tajam, yakni hilangnya kata ”memajukan dan menggembirakan” sejak Anggaran Dasar Muhammadiyah (AD) tahun 1946, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, di era Ki Bagus Hadikusuma. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Tahun 1946 (tidak lagi menggunakan kata Statuten Muhammadiyah), dalam pasal 2 tentang maksud dan tujuan disebutkan sebagai berikut: ”Maksud Persyarikatan ini akan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Redaksi ”menegakkan dan menjunjung tinggi” inilah yang terus berlaku hingga Anggaran Dasar tahun 2005 yang berlaku saat ini. Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD
30
Universitas Sumatera Utara
Muhammadiyah
tahun
1959,
yakni
dengan
untuk
pertama
kalinya
Muhammadiyah mencantumkan ”Asas Islam” dalam pasal 2 Bab II., dengan kalimat, ”Persyarikatan berasaskan Islam”. Jika didaftar, maka hingga tahun 2005 setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali Statuten/Anggaran Dasar Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943, 1946, 1950 (dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi ”Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala”. Asas Islam dan tujuan dikembalikan lagi ke ”masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta. Gagasan pembaruan Kyai Dahlan yang memiliki aspek “pemurnian” (purifikasi) selain dalam memurnikan aqidah dari syirik, bid’ah, khurafat, tahayul, juga dalam praktik pelaksanaan ibadah. Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” ialah dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu
31
Universitas Sumatera Utara
hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya. Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum. Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda. Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun, merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU). Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi transformatif”, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ”hablu min Allah” (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini. Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan
32
Universitas Sumatera Utara
antara Al-Quran sebagai Kitab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau mendorong ”umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya”, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwadiskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid. Kepeloporan pembaruan Kyai Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang membedakan Kyai Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain. Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari Kyai Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan ”feminisme” seperti berkembang sekarang ini. Artinya, betapa majunya pemikiran Kyai Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang berkemajuan. Kyai
Dahlan
dengan
Muhammadiyah
yang
didirikannya,
telah
menampilkan Islam sebagai ”sistem kehidupan manusia dalam segala seginya”. Artinya, secara Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah semata, tetapi merupakan suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan mu’amalat dunyawiyah. Selain itu, aspek aqidah dan ibadah pun harus
33
Universitas Sumatera Utara
teraktualisasi dalam akhlak dan mu’amalah, sehingga Islam benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas paham Islam untuk diamalkan dalam sistem kehidupan yang nyata. Kelahiran
Muhammadiyah
dengan
gagasan-gagasan
cerdas
dan
pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain: 1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi; 2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat; 3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman; 4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme; dan
34
Universitas Sumatera Utara
5. Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; 2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; 3. Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan 4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan keadaan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang aseli yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan. Fenomena
baru
yang
juga
tampak
menonjol
dari
kehadiran
Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu
35
Universitas Sumatera Utara
dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan sebagai “washilah” (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam. Memformat gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah, juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagmaan yang selama ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana tercermin dalam pemaknaan/penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, yang memerintahkan adanya “sekelompok orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar”. Ayat Al-Qur‘an tersebut di kemudian hari bahkan dikenal sebagai ”ayat” Muhammadiyah. Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni
36
Universitas Sumatera Utara
itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia.
B. MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA Muhammadiyah Sumatera utara secara regional harus tetap melakukan upaya secara maksimal. Terutama dalam posisinya : Pertama, Sebagai gerakan Tajdid dalam arti permurnian harus senantiasa mendorong terselenggaranya ajaran Islam yang asli (murni), bersumber pada AlQur’an dan As-Sunnah. Tajdid dengan arti pengembangan harus dapat melakukan inovasi kreatif, positif dan produktif, namun tetap berpegang teguh pada ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah. Sehubungan dengan itu diharapkan syiar Islam tetap berkembang di Sumatera Utara, ditandai dengan semakin meluasnya pemahaman Islam oleh masyarakat luas dan menguatnya pengamalan terhadap ajaran Islam secara merata dan berkualitas. Kedua, sebagai bagian dari masyarakat Sumatera Utara, Muhammadiyah harus dapat : 1. Mendorong penegakan hukum dan pemerintah yang bersih 2. Membantu dan memperluas lapangan kerja serta penanggulangan kemiskinan
37
Universitas Sumatera Utara
3. Penegakan etika demokrasi, pemerintahan, ekonomi dan politik 4. Pemberantasan premanisme, penggunaan obat-obatan terlarang, miras dan judi 5. membasmi pornoaksi, pornografi, pelacuran, perzinahan, perdagangan anak dan pelecehan terhadap perempuan dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya. Ketiga, sebagai warga Islam, Muhammadiyah harus bersifat aktif dalam upaya tampilnya Islam sebagai rahmatan lil’alamin dan ummat muslim tampil di garda terdepan dalam peradaban sebagai pranata sosial dan miniatur bangsa serta bertanggung jawab atas terciptanya tatanan sosial yang baik menuju masyarakat marhamah dan baldah thoyyibah. Muhammadiyah Sumatera Utara merupakan bagian dari masyarakat Sumatera Utara pada umumnya, dimana Sumatera Utara yang mayoritas jumlah penduduknya memeluk Islam sebesar 7.418.224 jiwa, Kristen Protestan 3.334.928 jiwa, Katolik 648.758 jiwa, Hindu 531.142 jiwa, Budha 285.757 jiwa dan lainnya 11.145 jiwa merupakan sebuah kekuatan yang harus di perhitungkan dengan jumlah anggotanya mencapai 17.910 orang selain simpatisan yang selalu turut andil dalam melaksanakan dan membantu muhammadiyah dalam tiap-tiap aktifitasnya. Selain dari itu kekuatan yang dimiliki Muhammadiyah sebenarnya tidak terlepas dari berbagai aspek kehidupan sosial budaya masyarakat. Struktur kepengurusan yang memadai di tiap kabupaten kota merupakan modal berharga
38
Universitas Sumatera Utara
bagi Muhammadiyah untuk menggapai tujuannya, hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Jumlah Cabang dan Ranting Muhammadiyah Sumatera Utara No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Daerah Jumlah Cabang Jumlah Ranting Kota Medan 28 113 Kota Binjai 5 28 Kota Pematang Siantar 3 13 Kota Tebing Tinggi 4 13 Kabupaten Asahan 11 64 Kabupaten Tapanuli Tengah 9 30 Kota Sibolga 3 11 Kabupaten Tapanuli Selatan 14 84 Kabupaten Langkat 8 43 Kabupaten Deli Serdang 6 47 Kabupaten Labuhan Batu 8 40 Kabupaten Simalungun 5 22 Kabupaten Nias 2 18 Kabupaten Karo 1 7 Kabupaten Dairi 1 4 Kabupaten Tapanuli Utara 4 10 Kota Tanjung Balai 4 4 Kabupaten Mandailing Natal 8 33 Kabupaten Serdang Bedagai 5 20 Kabupaten Pak-pak Barat TOTAL 129 604 ( Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2007)
Dalam menjalankankan kerjanya, khususnya khittah perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ( khittah muhammadiyah di denpasar 2002 ), Muhammadiyah Sumatera Utara mencoba melakukan berbagai kegiatan diantaranya menyelenggarakan pendidikan kader politik Muhammadiyah sebagai salah satu sarana meningkatkan kualitas anggota Muhammadiyah dalam berbagai aspek.
39
Universitas Sumatera Utara
C. STRUKTUR
LEMBAGA
MUHAMMADIYAH
SUMATERA
UTARA Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara sebagai perpanjangan fungsi dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah memiliki Struktur lembaga yang terdiri dari : Ketua : Drs. H. Dalail Ahmad, MA Wakil Ketua : Dr. H. Asmuni, MA Wakil Ketua : Drs. Sarwo Edi Wakil Ketua : Drs. Zulkarnain M. Noor, SH, MH Wakil Ketua : H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM Sekretaris : Drs. Mario Kasduri, MA Wakil Sekretaris : Drs. H. M. Effendy Pakpahan, MM Wakil Sekretaris : Ir. Alridiwirsah, MM Bendahara : H. Suhrawardi K. Lubis, SH, Sp.N, MH Wakil Bendahara : M. Nasir Wahab, SE. MBA Koord Bid Tarjih & Tabligh : Prof. Dr. H. Hasyimsyah Nasution, MA Koord Bid Pendidikan & Kebudayaan : Drs. M. Nurdin Mislan, M. Pd Koord Bid Organisasi & Kader : As. Adinata, BA Koord Bid Kesehatan, Pemberdayaan & L H : dr. H. M. Nur Rasyid Lubis, Sp. B Koord Bid Ukhuwah, Pustakadan informasi : Drs. H. Mukhtar Abdullah Koord Bid Wakaf, ZIS Dan Dana : Drs. Agussani, MAP Anggota Pimpinan : Drs. H. Chairuman Pasaribu
Untuk
membantu
kinerja
dari
kepengurusan
Pimpinan
Wilayah
Muhammadiyah Sumatera, maka Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dibantu oleh majelis-majelis dan Lembaga-lembaga yakni : Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid : Drs. H. Askolan Lubis, MA Ketua Majelis Tabligh & Dakwah : Drs. H. Kemal Fauzi Ketua Majelis Dik Das Men : Drs. Ahmad Hosen Hutagalung Ketua Majelis Kesehatan & Kesejahteraan Masyarakat : dr. Chairul Adillah Harahap, Sp.A Ketua Majelis Wakaf & ZIS : H. Ishaq Jar Ketua Majelis Ekonomi : Drs. P. L. Harahap Ketua Majelis Pendidikan Kader : Drs. H. Armansyah, MM Ketua Majelis Pemberdayaan Masy : A. Husna Harahap, SE, MBA Ketua Lembaga Hikmah & Kebijakan Publik: Abdul Hakim Siagian, SH, M. Hum Ketua Lembaga Hukum & HAM : Farid Wajdi, SH, M. Hum Ketua Lembaga Pustaka & Informasi : Drs. Mulyadi S Ketua Lembaga Seni & Budaya : H. Nahar Alang A. Ghani, Lc Ketua Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan : N. Muis Fauzi Rambe, SE, MM Ketua Lembaga Lingkungan Hidup : Drs. Syafrinal, Apt, M. Si Ketua Tenaga Sekretariat PWM SU : Drs. Mutholib
40
Universitas Sumatera Utara
D. AMAL USAHA MUHAMMADIYAH (AUM) Segala usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan meliputi: 1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. 2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya. 3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya. 4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia. 5. Memajukan
dan
memperbaharui
pendidikan
dan
kebudayaan,
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian. 6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas 7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. 8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan. 9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
41
Universitas Sumatera Utara
10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan. 12. Mengembangkan
sarana,
prasarana,
dan
sumber
dana
untuk
mensukseskan gerakan. 13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat. 14. Usaha-usaha
lain
yang
sesuai
dengan
maksud
dan
tujuan
Muhammadiyah Dalam
melaksanakan
usaha-usaha
Muhammadiyah
ini,
Pimpinan
Muhammadiyah Sumatera Utara di bantu oleh Majelis dan Lembaga yang bertindak sesuai fungsi dan kerjanya. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah yang berfungsi sebagai pengembangan mutu pendidikan baik secara kuantitas maupun kualitas memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang cukup banyak sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Lembaga Pendidikan Amal Usaha Muhammadiyah No
Daerah
TPA
TK
SD
SMP
SMA
SMEA
STM
MDA
MIB
MATS
MAL
PON PES
PT
1
Kota Medan
43
42
28
16
4
4
1
48
0
2
0
0
1
2
Kota Binjai
5
4
5
2
1
1
0
10
0
2
2
1
0
3
Kota Pematang Siantar
1
2
3
1
0
1
0
3
1
0
0
0
0
4
Kota Tebing Tinggi
2
4
1
0
0
0
0
6
1
0
0
0
0
5
Kabupaten Asahan
1
11
12
6
1
2
0
9
6
3
3
0
2
6
Kabupaten Tapanuli Tengah
0
5
9
2
0
1
0
1
0
1
0
0
0
7
Kota Sibolga
2
4
2
1
1
1
0
2
1
1
0
0
1
8
Kabupaten Tapanuli Selatan
0
6
13
3
1
0
0
22
5
3
1
1
1
9
Kabupaten Langkat
6
4
4
4
3
0
0
12
0
1
1
0
0
10
Kabupaten Deli Serdang
1
4
4
3
1
0
0
9
2
5
2
0
0
42
Universitas Sumatera Utara
11
Kabupaten Labuhan Batu
0
7
7
4
2
1
0
2
4
0
0
0
0
12
Kabupaten Simalungun
0
6
2
4
2
0
0
2
1
1
1
1
0
13
Kabupaten Nias
0
5
2
1
0
0
0
0
3
0
1
0
0
14
Kabupaten Karo
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
15
Kabupaten Dairi
0
1
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
16
Kabupaten Tapanuli Utara
0
1
3
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
17
Kota Tanjung Balai
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
18
Kabupaten Mandailing Natal
0
4
7
3
1
0
0
0
2
5
2
0
0
19
Kabupaten Serdang Bedagai
0
2
2
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
Kabupaten Pak-pak Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
61
115
106
54
18
11
1
132
28
25
13
3
5
20
TOTAL
( Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2007)
Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah, Muhammadiyah juga mendirikan Masjid dan Mushollah yang dikoordinir oleh majelis tabliq dan dakwah, lihat tabel 3. Masjid dan mushollah yang didirikan ini dipergunakan selain sebagai tempat sholat juga dipergunakan sebagai tempat kegiatan-kegiatan Muhammadiyah lainnya seperti pengajian rutin dan pelatihan-pelatihan lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan militansi anggota terhadap organisasi. Tabel 3 Rumah Ibadah Amal Usaha Muhammadiyah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Daerah Kota Medan Kota Binjai Kota Pematang Siantar Kota Tebing Tinggi Kabupaten Asahan Kabupaten Tapanuli Tengah Kota Sibolga Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Langkat Kabupaten Deli Serdang Kabupaten Labuhan Batu Kabupaten Simalungun Kabupaten Nias Kabupaten Karo Kabupaten Dairi Kabupaten Tapanuli Utara Kota Tanjung Balai Kabupaten Mandailing Natal
Masjid 52 32 5 6 55 22 3 90 30 34 10 10 4 5 5 0 1 20
Mushollah 30 6 3 4 4 20 1 1 8 6 11 4 2 0 1 0 2 9
43
Universitas Sumatera Utara
0 0 0 0 374 112 ( Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2007) 19 20
Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Pak-pak Barat
Muhammadiyah Sumatera Utara selain bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan juga bergerak di bidang lainnya seperti bidang ekonomi seperti pembentukan koperasi, bidang kesehatan melalui rumah bersalin, rumah sakit dan Klinik. Dalam bidang Hukum dan HAM Muhammadiyah Sumatera Utara memiliki Biro Bantuan Hukum UMSU dan juga dalam bidang-bidang lainnya yang langsung bersentuhan langsung terhadap anggota, simpatisan dan masyarakat luas yang berada di Sumatera Utara.
44
Universitas Sumatera Utara