BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Tato merupakan suatu wahana identitas yang menyebar tidak hanya di belahan dunia barat, tetapi juga mulai mewabah di Indonesia. Pada saat ini tato mempunyai peran yang lebih melebar melebihi perannya pada masa lalu. Seiring berjalan nya waktu dan berkembang nya jaman banyak masyarakat yang dapat menerima bahwa tato tidak terkait dengan unsur budaya saja. Diungkapkan pada (Olong, 2006: 16) dalam perkembangannya tato mengalami proses adaptasi, menyesuaikan dengan paradigma yang berkembang pada masyarakat modern, tidak lagi bersifat tradisional yang identik dengan tradisi ritual dan identitas kedaerahan, tetapi berfungsi sebagai media ekspresi yang membawa nilai – nilai perlawanan, pencarian identitas, untuk kesenangan atau kenyamanan bagi penggunanya. Di Indonesia budaya tato sudah ada di kalangan masyarakat. Bagi masyarakat tradisional, tato bukanlah sekedar alat mencari sensasi. Tato bagi masyarakat tradisional mengandung berbagai makna seperti, Suku Mentawai dikenal banyak memiliki rajah atau tato di tubuhnya, sesuai ritual Arat Sabulungan. Arat Sabulungan merupakan satu sistem pengetahuan, nilai, dan aturan hidup yang dipegang kuat dan diwariskan oleh leluhur suku Mentawai. Dan dalam masyarakat ini, tato memilki kaitan erat dengan sistem kemasyarakatan, sehingga setiap penduduk suku asli Mentawai memiliki belasan tato di sekujur tubuhnya.1
1
www.catatansejarah.com yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30
4
Gambar 1.1 Tato suku Mentawai
Sumber: www.Indonesia.travel.com Tato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti gambar atau lukisan pada bagian atau anggota tubuh. Tato terletak pada bagian tubuh dengan warna dan ukuran yang sesuai dengan keinginan pengguna. Tato dibuat pada bagian tertentu misal nya pada tangan, kaki, atau bagian tubuh yang dianggap seksi. Tato digambar dengan menggunakan jarum yang berisi tinta dan akan melekat pada tubuh selamanya. Para pengguna tato memiliki berbagai alasan dalam pembuatan tato mereka masing – masing, seiring berkembangnya waktu, tato mulai dianggap sebagai suatu seni dan keindahan yang menjadi bagian dari budaya yang popular dalam masyarakat. Tato dibuat pada bagian–bagian tubuh yang sesuai dengan kehendak penggunanya. Gambar unik, symbol tertentu, nama, ataupun hal lainnya yang memiliki nilai historical menjadi salah satu daya tariknya. Tidak heran jika tato kemudian begitu diminati oleh kalangan masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi di Indonesia sangat cepat terjadi didukung oleh kemajuan teknologi yang membuat sebuah informasi lebih mudah masuk kepada satu individu. Keberadaan tato pada masyarakat modern perkotaan kini telah mengalami perubahan makna, dahulu tato hanya terdapat pada tubuh pria namun sekarang 5
banyak juga wanita yang menggunakan tato di tubuh nya dengan berbagai macam alasan. Apabila dulu budaya tato hanya menjadi simbol bagi kalangan tertentu, maka kini tato menjadi konsumsi bagi banyak kalangan tanpa melihat dan merasa bahwa individu tersebut sedang memasuki suatu keadaan tertentu dengan tato sebagai simbolnya. Hal tersebut juga merupakan bukti penguat bahwa tato menjelma dari tradisi dengan budaya tinggi (high culture) menjadi budaya pop (pop culture), dimana dari kalangan artis hingga preman merasa nyaman mengunakannya (Olong, 2006:12) “Jika anda berpikir tato hanya untuk pria berpenampilan sangar dan hanya beberapa perempuan yang mau melakukannya, pikirkan lagi. Pasalnya, dalam sebuah jajak pendapat terbaru yang dilakukan sebuah stasiun televisi untuk acara ‘Best Ink and Lightspeed Research’, hasilnya sebaliknya. Dari seribu orang Amerika yang mereka survei untuk ditanya mengenai persepsi body art, sebanyak 59% diantaranya adalah perempuan dan pria hanya 41%. Meski begitu, perempuan memiliki tato dalam bentuk dan ukuran yang jauh berbeda ketimbang pria. Mereka bahkan saling membicarakannya satu dengan yang lain. Pada akhirnya, banyak orang terinspirasi untuk ikut mendapatkan tato dan secara terbuka memamerkannya”2 Diberitakan bahwa menurut survey yang dilakukan ternyata perbedaan perempuan dan pria yang memiliki tato cuman berbeda sedikit namun perempuan bertato lebih dominan. Pemaknaan akan tato tergantung pada apa yang dipercaya oleh masyarakat yang bersangkutan dimana pada umumnya di setiap daerah memiliki arti dan persepsi yang berbeda – beda. Mengekspresikan dan menunjukkan jati diri adalah beberapa alasan orang menggunakan tato di luar pemahaman kuno. Beberapa orang yang membuat tato menganggap dirinya akan lebih percaya diri, namun tidak sedikit juga orang membuat tato hanya karena ingin mengikuti fenomena yang ada. Fenomena tato bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang bernama modern dan perkotaan. Secara historis, tato lahir dan berasal dari pedalaman, tradisional, bahkan dikatakan
2
www.web.inilah.com yang (diakses pada 9 September 2014 pukul 22.00)
6
kuno (Olong, 2006:8). Pada kenyataan nya dapat kita temui di pusat hiburan perkotaan banyak remaja yang mempunyai tato di tubuh nya, mereka terkesan cuek dengan gambar yang melekat di tubuhnya dan tidak segan untuk memamerkan tato dengan sengaja menggunakan pakaian terbuka. Tato tidak lagi hanya didominasi oleh kaum pria, namun konsep modernitas yang berkembang pada saat ini membuat para perempuan juga berhak menentukan pilihan dalam menghias tubuhnya dengan beragam bentuk atau gambar tato. Tato kini telah masuk di semua kalangan masyarakat seperti kalangan pelajar, artis, olahragawan, hingga preman sekalipun (Pramono 2012:72). Tidak hanya dari kalangan perempuan yang dewasa atau sudah bekerja namun ternyata tidak sedikit juga dari kalangan mahasiswi yang menggunakannya. Alasan utama yang sering mereka pergunakan adalah untuk memperindah tubuh, namun tidak jarang juga dari mereka yang membuat tato sebagai alat untuk mencerminkan kebebasan diri dan menunjukkan bahwa mereka mempunyai pribadi yang kuat, cantik, menarik dan berbeda dari orang lain. Penggunaan gambar tato sangat beragam tergantung keinginan para pengguna tato, sehingga banyak motif tato individual yang dimiliki oleh setiap individu. Setiap individu mempunyai pemahaman tersendiri mengenai letak dan gambar yang digunakan nya, bahkan gambar abstrak yang cenderung hanya pemilik yang mengerti makna nya. Wanita lebih banyak menggunakan tato pada bagian yang dirasanya menciptakan kesan cantik dan seksi seperti di bagian lengan, atatu bagian tubuh yang tertutup dan sengaja tidak diperlihatkan didepan public. Semua pemilihan letak tato tergantung selera pengguna tato.
7
Gambar 1.2 Tato Artis Wanita
Sumber: www.memobee.com Seni menggambar dengan media tubuh manusia atau tato, saat ini telah menjadi bentuk karya seni yang digemari, terutama bagi kalangan komunitas penggemarnya di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, Palembang dan Bali.3 Tempat tato pun kini kian menjamur dan mempunyai target market dari berbagai kelas ekonomi, mulai dari lapak pinggiran dengan alat seadanya atau studio tato yang sudah terkenal dengan alat yang lebih canggih dan jaminan alat yang steril. Bandung sebagai kota jasa dan wisata tak hanya memiliki distro dan ribuan jajanan lezat yang wajib disambangi. Satu bentuk sub kultur seperti tato pun kini menjadi ikon baru wisata yaitu Kent Tatoo Studio & Piercing. Kent Tattoo Studio adalah salah satu studi tato terkemuka di Bandung atau bahkan di Indonesia. Studio tato yang berjarak sekitar 500 meter dari Rumah Sakit Al Islam Bandung ini 3
http://www.kent-tattoo.com (diakses pada 13 Oktober 2014 pukul 12.03)
8
memberikan treatment tato dengan higienis, rapi dan profesional. 4 Studio tato dan tindik yang berdiri sejak 8 September 1990 ini mendapatkan penghargaan oleh dari Dinas Pariwisata Kota Bandung sebagai salah satu aset kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat.5 Keputusan dari pemerintah Bandung yang menjadikan studio tato sebagai salah satu aset kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat menunjukan bahwa semakin berkembangnya seni tato, semakin banyak juga para pengguna tato di tubuh. Tidak sedikit dapat kita jumpai mahasiswi di pusat perbelanjaan di Bandung memamerkan tato yang dimiliki tanpa memperdulikan apa persepsi negatif orang lain karena mereka mempunyai anggapan sendiri mengenai tato. “Sebenarnya tattoo art sudah ada di Indonesia sekitar tahun 1985-1987. Namun saat itu sangat marak di Bali. Dan baru tahun 1990-an atau ramainya tahun 1998, tato jenis ini mulai mewabah di Jawa termasuk di Bandung,” ungkap Ayi (34), yang membuka studio “Kanselir “di jalan Cihampelas.6 Disebutkan dalam sumber tersebut permintaan pembuatan tato tidak hanya pada tato permanen saja, mereka juga menerima jasa pembuatan tato temporer atau yang bersifat sementara. Sejauh ini peminat terbanyak dari tato tersebut adalah dari kaum wanita. Dahulu tato banyak digunakan oleh pria sebagai simbol identitas diri yang memunculkan kesan garang atau simbol kriminalitas. Berbeda pada era yang semakin berkembang seperti sekarang tato mulai banyak diminati oleh perempuan khususnya kalangan mahasiswi, sehingga membuat penulis ingin melihat bagaimana presentasi diri yang ditampilkan oleh perempuan pengguna tato pada kehidupan sehari-hari nya. Penggunaan tato pada kalangan mahasiswi diyakini penulis memiliki makna pesan tersendiri dan membuat pemilik tato diharuskan untuk menampilkan identitas diri nya masing masing. Dilihat melalui kebudayaan yang berkembang di masyarakat khususnya di Indonesia, tato masih mempunyai konotasi yang negatif khususnya 4
http://travel.kapanlagi.com (diakses pada 12 Desember 2014 00:04) http://news.detik.com (diakses pada 13 Oktober 2014 pukul 3.08) 6 http://www.kent-tattoo.com diakses pada 10 Oktober 2014 pukul 1.03 5
9
pada kaum perempuan, karena bertentangan dengan pandangan tentang seorang perempuan Indonesia yang mempunyai sikap lemah – lembut, gemulai dan, kalem. Saat seorang perempuan tidak berperilaku yang mencerminkan hal tersebut maka banyak yang menganggap bahwa perempuan itu bukanlah perempuan baik – baik atau sering dianggap mempunyai pengaruh yang buruk sehingga presentasi diri yang baik diyakini penulis dibutuhkan oleh perempuan pengguna tato untuk dapat dihargai dan terima di masyarakat. Presentasi diri adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008: 110). Setiap individu mempunyai upaya untuk menumbuhkan kesan tertentu terhadap orang lain dengan upaya menata perilaku agar orang lain dapat memaknai identitas diri nya sesuai dengan apa yang ia ingin tampilkan kepada khalayak. Ketika menjalankan proses produksi identitas tersebut, ada suatu pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang hendak digunakan sesuai dan mampu mendukung identitas yang ditampilkan secara menyeluruh. Presentasi diri perempuan bertato ditarik sebagai sebuah permasalahan untuk diteliti karena dianggap menarik karena sebagian masyarakat memandang tato hanya cenderung pada hal negatif. Akan tetapi, di balik perempuan bertato ada alasan dari setiap individu yang memilih untuk mempunyai tato di tubuhnya. Dalam hidup setiap manusia pasti melakukan interaksi dengan sesama individu lain nya, dalam melakukan interakasi tiap individu akan selalu ingin menampilkan kesan yang baik di depan khalayak lingkungan tempat ia tinggal. Mereka memiliki tujuan dengan presentasi diri apa yang ingin mereka tunjukan, ibarat nya actor yang sedang berdrama agar penonton mempercayai acting nya. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasanasuasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. 10
Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu
sendiri.
Berdasarkan
pandangan
dramaturgis,
seseorang
cenderung
mengetengahkan sosok-diri yang ideal sesuai dengan status perannya dalam kegiatan rutinnya. Seseorang cenderung menyembunyikan fakta dan motif yang tidak sesuai dengan citra dirinya (Mulyana, 2013:39). Sehingga diyakini penulis bahwa mahasiswi bertato akan melakukan presentasi diri yang baik dan ideal untuk dapat diterima di lingkungan nya, karena dalam masyarakat cenderung kurang menerima seorang individu dengan menggunakan tato di tubuh nya karena masih dianggap hal yang tabu meskipun sebagian dari masyarakat sudah biasa dengan hal
tersebut. Harapan penulis dari semua latar
belakang yang sudah dijelaskan adalah untuk mengkonstruksi makna mengenai presentasi diri mahasiswi bertato dalam kehidupan sosialnya. “Bagaimana Presentasi Diri Mahasiswi Bertato?” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan masalah yaitu: Bagaimana presentasi diri mahasiswi bertato dengan menggunakan teori dramaturgi? 1.3. Fokus Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas berikut adalah fokus penelitian dari penelitian ini: 1. Bagaimana panggung belakang mahasiswi bertato? 2. Bagaimana panggung depan mahasiswi bertato? 3. Bagaimana presentasi diri mahasiswi bertato dalam proses kehidupannya?
11
1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian yang sudah dijelaskan, tujuan penelitian ini terdiri dari: 1. Untuk mengetahui panggung belakang mahasiswi bertato. 2. Untuk mengetahui panggung depan mahasiswi bertato. 3. Untuk mengetahui presentasi diri mahasiswi dalam proses kehidupannya. 1.5. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini,penulis berharap agar hasil penelitian dapat memberikan manfaat dari segi konseptual di bidang Ilmu Komunikasi serta manfaat yang diperoleh dari penelitian. 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan secara teoritis bagi penelitian penelitian selanjutnya sehingga mampu menunjang pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, khususnya tentang dramaturgi. 2. Secara Praktis a. Kegunaan bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menambah pengetahuan tentang ilmu komunikasi secara umum dan menambah wawasan tentang perilaku mahasiswi bertato khususnya b. Kegunaaan Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan berguna bagi mahasiswa Telkom Business School secara umum, mahasiswa Ilmu Komunikasi secara khusus, sebagai literatur terutama untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kegiatan yang sama.
12
c. Kegunaan Bagi Masyarakat Umum Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang aktual mengenai aspek yang diteliti dan di harapkan dapat dijadikan acuan bagi pihak-pihak terkait. Terutama masyarakat yang ingin mengetahui kehidupan mahasiswi bertato dalam menjalani kehidupannya. 1.6. Tahapan penelitian Berikut ini adalah tahap penelitian yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung. Tahap penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1. Tahap Pra Penelitian a. Mencari ide. Penulis mencari fenomena sosial tentang tato dan mahasiswi bertato. 2. Penelitian a. Pencarian data primer dan data sekunder. b. Data primer: wawancara dengan informan, dan observasi . c. Data sekunder: mencari teori kepustakaan yang sesuai. 3. Pasca Penelitian a. Validitas data. b. Hasil akhir penelitian.
13
Gambar 1.3 mencari ide
PRA PENELITIAN
pencarian data
data sekunder
data primer PENELITIAN
wawancara dengan informan
observasi saat kegiatan wawancara berlangsung
mencari teori yang berhubungan
validitas data PASCA PENELITIAN hasil akhir penelitian
Sumber: Analisis Penulis, 2014 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.7.1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini bertempat di Bandung, peneliti akan mencari narasumber di club dimana asumsi peneliti ditempat tersebut terdapat mahasiswi bertato yang akan menjadi narasumber. Selanjutnya tempat wawancara & observasi disesuaikan dengan narasumber. 1.7.2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam rentang waktu antara bulan FebruariMaret 2015 14
Tabel 1.1 Waktu Penelitian
Sumber: Penulis, 2015
15