BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Trauma tumpul toraks dapat menyebabkan kontusio paru dan merupakan kasus yang sering terjadi. Sehingga sangat penting peranan dalam menentukan diagnosis dan penanganan yang tepat untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh kontusio paru. Setiap satu fraktur kosta dapat meningkatkan kemungkinan perburukan 19% dan terjadinya pneumonia 27%. Posisi dari patahan fraktur kosta membantu untuk mengidentifikasi kemungkinan cedera pada organ dibawahnya (Melendez, 2015). Kontusio paru merupakan cedera parenkim paru yang terbanyak didapatkan pada trauma tumpul toraks sekitar 25-35% kasus dengan 200,000 korban per tahun, 15.000 orang dewasa meninggal dengan 25% dari angka kematian trauma tumpul toraks karena kontusio paru (Bruner et al, 2011). Di Cina, kontusio paru terhitung sekitar 5% dari kejadian trauma. Fraktur kosta merupakan faktor risiko utama terjadinya ALI dan ARDS. Angka kematian kontusio paru cukup tinggi yaitu 14%-40% (Daurat et al 2015). Pasien dengan kontusio paru dapat menyebabkan kerusakan pada saluran nafas, alveoli, pembuluh kapiler, kerusakan pada sel endothelial, sel epithel, meningkatkan permeabilitas kapiler paru yang dapat menimbulkan edema pada
alveolar. Hal ini menyebabkan menurunnya oksigenasi dan sumbatan jalan nafas yang disebabkan karena darah pada bronkus masuk kedalam jaringan yang normal, terjadi bronkospasme, jalan nafas kolaps, rasio ventilasi dan perfusi tidak seimbang, penurunan compliance paru dan kapasitas efektif serta hypoxemia (Jin et al, 2014). Hipoksia merupakan tanda kontusio paru dan menjadi tanda awal adanya hipoinflasi dan atelectasis sebagai bagian meluasnya kerusakan pertukaran gas. Hipoksia selalu memburuk 48 jam sesudah trauma (Ganie et al, 2013). Di Amerika Serikat, angka kejadian multipel trauma sekitar 12%, menduduki urutan ke 4. Kasus multipel trauma menghabiskan biaya sekitar 16 % dari seluruh biaya pengobatan. Trauma toraks merupakan trauma yang paling sering terjadi pada multipel trauma. Sekitar 1 dari 3 multipel trauma terdapat trauma toraks, yang cenderung menyebabkan kontusio paru. Insiden fraktur kosta di Amerika serikat banyak dilaporkan dengan lebih dari 2 juta trauma tumpul yang biasanya terjadi karena kecelakaan kendaraan bermotor, dengan insiden dari trauma toraks antara 67% dan 70%. Suatu studi pada pasien dengan fraktur kosta, angka kematian mencapai 12%; dengan 94% berhubungan dengan trauma itu sendiri dan 32% didapatkan dengan hemothorax atau pneumothorax. Lebih dari setengah dari semua pasien memerlukan tindakan operasi atau penanganan ICU. (Melendez, 2015; Daurat et al, 2015). Dinding toraks melindungi dan mengelilingi bagian organ didalamnya dengan tulang padat seperti tulang kosta, clavikula, sternum dan scapula. Fraktur kosta mengganggu proses ventilasi dengan berbagai mekanisme. Nyeri dari patah tulang kosta dapat disebabkan karena penekanan respirasi yang menyebabkan
atelectasis dan pneumonia. Fraktur kosta yang berdekatan seperti flail chest mengganggu sudut costovertebra lnormal dan otot diaphragma, menyebabkan gangguan ventilasi. Fragmen tulang dari tulang kosta yang patah dapat menusuk bagian paru yang menimbulkan hemothorax atau pneumothorax dan kontusio paru (Bruner et al, 2011). Fraktur kosta merupakan cedera yang paling sering terjadi sebagai akibat trauma tumpul pada toraks. Penyebab terjadinya trauma toraks bermacam-macam seperti kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian, kecelakaan olahraga, kekerasan, dan cedera karena ledakan. Sekitar 10% dari semua pasien yang masuk rumah sakit yang disebabkan karena trauma toraks didapatkan dengan satu atau lebih fraktur kosta. Fraktur kosta merupakan trauma yang mengancam jiwa dan dapat menjadi tanda adanya trauma berat di dalam toraks dan abdomen. Trauma toraks banyak terjadi pada kehidupan sehari-hari terutama karena kecelakaan kendaraan bermotor. Trauma menjadi penyebab utama kematian selama 3 dekade dan terhitung 25 % dari semua kematian akibat trauma disebabkan karena trauma toraks (Elmali et al, 2007). Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan langsung antara jumlah dari fraktur kosta dengan cedera intra toraks. Studi ini melibatkan 105,683 pasien trauma dengan 3 atau lebih patah tulang kosta menjadi resiko relatif dari cedera spleen dan cedera liver tetapi tidak menjadi prediktor terjadinya cedera aorta. Lebih dari 55% dari pasien (391 dari 711) dengan fraktur kosta membutuhkan pembedahan atau perawatan intensif (Lafferty et al, 2011).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara jumlah fraktur kosta dengan terjadinya kontusio paru pada pasien trauma toraks di RSUP Sanglah Denpasar 2. Apakah ada hubungan antara jenis fraktur kosta dengan terjadinya kontusio paru pada pasien trauma toraks di RSUP Sanglah Denpasar
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan umum Untuk mengetahui jumlah fraktur kosta dan jenis fraktur kosta sebagai
faktor yang berkaitan terhadap kontusio paru pada pasien trauma toraks di RSUP Sanglah Denpasar.
1.3.2
Tujuan khusus a. Mengidentifikasi jumlah fraktur kosta pada pasien fraktur kosta di RSUP Sanglah Denpasar. b. Menganalisis hubungan jumlah fraktur kosta dengan kejadian kontusio paru pada pasien trauma toraks di RSUP Sanglah Denpasar. c. Mengidentifikasi jenis fraktur kosta pada pasien trauma toraks di RSUP Sanglah Denpasar.
d. Menganalisis hubungan jenis fraktur kosta dengan kejadian kontusio paru pada pasien trauma toraks di RSUP Sanglah Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Ilmiah Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Menambah pengetahuan dalam upaya penatalaksanaan pasien dengan fraktur kosta dalam kaitannya dengan jumlah dan jenis fraktur kosta sehingga upaya preventif dan kuratif terjadinya kontusio paru dapat dilakukan secara dini. b. Mendapatkan informasi dan menambah literatur tentang hubungan jumlah dan jenis fraktur kosta terhadap kontusio paru pada pasien trauma toraks.
1.4.2
Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang aktual tentang
hubungan jumlah dan jenis fraktur kosta terhadap kejadian kontusio paru sehingga penatalaksanaan pengobatan dapat dilakukan secara cepat dan tepat dalam mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat kontusio paru.