TRAUMA TORAKS DI SUSUN OLEH : FRIADI NATA
Pembimbing : dr. Asep Hermana, Sp B
abnormalitas
rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paruparu, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax
APA YANG HARUS DILAKUKAN 1. AIRWAY Trauma pada jalan nafas harus dikenali dan diketahui selama fase Primary Survey dengan : Mendengarkan gerakan udara pada hidung, mulut dan daerah dada meneliti daerah orofaring karena sumbatan oleh benda asing mengawasi retraksi otot-otot interkostal dan supraklavikular
LANJUTAN Ada trauma pada jalan nafas, ditandai dengan : Stridor (Sumbatan jalan nafas atas) Perubahan kualitas suara (Bila pasien masih bisa bicara) Terabanya defek pada regio sendi sternoklavikular ( Trauma luas pada dasar leher)
Penanganan jalan nafas : Bersihkan jalan nafas bagian atas Lakukan pemeliharaan jalan nafas dengan manuver jaw-trust atau chin-lift , dimana posisi cervical spine pada posisi alami pada satu garis. Yang terbaik menstabilkan jalan nafas dengan Intubasi endotracheal.
2. BREATHING Penilaian kualitas pernafasan dengan cara : Inspeksi : Ada luka, Perhatikan keseragaman gerak kedua sisi dada saat akhir inspirasi atau ekspirasi Palpasi : Ada kripitasi, Nyeri tekan Perkusi : Bunyi sonor, hipersonor, pekak, timpani Auscultasi : bising nafas, bising abnormal
Tanda gangguan pernafasan : Pernafasan : < 12 atau > 20 kali/menit : berikan oksigen Pernafasan : < 10 atau > 30 kali /menit : Bantu pernafasan bila perlu 3. CIRCULATION Denyut nadi harus dinilai : Kualitas Frekuensi Regular/iregular Denyut nadi radialis dan arteri dorsalis pedis tidak teraba : Hipovolemia ?
Lakukan inspeksi dan palpasi : Tekanan darah Tekanan nadi
Sirkulasi perifer, warna dan temperatur Pasang monitor jantung : Disritmia ? – Trauma Miocard
Pasang pulse oximeter : hipoksia / asidosis ?
PEMERIKSAAN FISIK
inspeksi: Gerakan dinding dada tidak simetris, tampak gerakan otot bantu pernafasan Adanya perdarahan, perubahan bentuk dada, edema/bengkak, jejas dll Adanya luka terbuka, tusukan dll. Sianosis, pucat, tanda2 syok Auskultasi: Ronki basal, whessing, edema paru, krakles, suara isapan penurunan atau suatu napas tension pneumothoraks
LANJUTAN Palpasi: Nyeri tekan, bunyi kripitasi (subkutis), tambah nyeri saat gerak, deviasi traken (pergeseran mediastinal) Perkusi: Sonor, hiperesonor, pekak
PEMERIKSAAN PENUNJANG Thorak foto: tampak adanya gambaran medistinal shif, warna putuh/bercak merata pada semua lapang paru, Edema paru. Bronkoskopi, endoskopi, arteriografi MRI, CT Scan Laboratorium darah: lengkap, elektrolit
TRAUMA PADA DINDING DADA FRAKTUR IGA FRAKTUR CLAVICULA FRAKTUR STERNUM DISLOKASI SENDI STERNOCLAVICULA “FLAIL CHEST”
FRAKTUR IGA Paling sering terjadi pada trauma dada terutama karena trauma tumpul Sering pada dewasa dari anak-anak Perlu diperiksa : organ intra abdomen (iga VIIIXII), neurovaskular (iga I - III, klavikula) Flail chest; 2 iga berurutan patah, sering terjadi Hipoksemia dan gagal nafas Fraktur >3 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)
FRAKTUR CLAVICULA Paling
sering ditemukan (tunggal, disertai trauma toraks, trauma pada sendi bahu ). Lokasi Fraktur pada bagian tengah. Deformitas, nyeri dan nyeri tekanan pada lokasi taruma. Konservatif : “Verband figure of eight” sekitar sendi bahu. Komplikasi : “Malunion Fracture” akan menekan pleksus Brakhialis dan pembuluh darah subclavia
PATAH TULANG DADA (STERNUM) Kejadian 5% dari trauma dada Perlu proses/daya yang besar, resusitasi jantung/paru Lokasi Fraktur biasanya pada bagian tengah atas Sternum Sering disertai Fraktur Iga Tidak perlu “Open Reduction”/fiksasi internal 61% perubahan EKG (Trauma Jantung)
DISLOKASI SENDI STERNOCLAVICULAR Kasus Jarang Anterior : Nyeri, nyeri tekan, sendi menonjol kedepan Posterior : Sendi tertekan kedalam Pengobatan : Reposisi
FLAIL CHEST Terjadi bila terdapat ≥ 2 (garis) fraktur pada ≥ 3 iga yang berturutan Karakteristik : gerakan “paradoksal” dari (segmen) dinding dada saat inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat pada pasien dalam ventilator Menunjukkan trauma hebat Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas)
LANJUTAN Komplikasi utama: gagal napas (ineffective air movement ± edema/kontusio paru, nyeri) Terapi : pain control, stabilisasi (internal/intubasi, operasi), bronkhial toilet, fisioterapi agresif, bronkoskopi
LANJUTAN
Penatalaksanaan : sebaiknya pasien dirawat intensif oleh karena kegagalan pernapasan atau karena ancaman gagal napas yang biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD dan takipneu.
Indikasi Operasi Stabilisasi : Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain Gagal/sulit weaning ventilator Menghindari prolong ICU stay (i. relatif) Menghindari prolong hospital stay Menghindari cacat permanen
PAIN CONTROL –NERVE BLOCK
PATAH TULANG VERTEBRA TORAKAL
Dapat dilihat dari adanya perdarahan sebagai massa paraspinal pada foto torak Curigai adanya perlukaan korda spinalis Bila mencurigai adanya dislokasi vertebra atau patah pasien harus ditempatkan pada bed datar dan pasien tidak digeser2 Awasi gerakan napas dengan ketat, reflek batuk sering tidak adequat Operasi perbaikan & fiksasi harus segera dilakukan Komplikasi kilotorak
EMFISEMA SUBCUTIS
Laserasi pada larings/esophagus, dapat mengakibatkan udara masuk ke mediastinum dan leher dan udara ini mengalir lewat planus fasialis menimbulkan emfisema subkutis yang luas Laserasi pada pleura parietalis (patah iga) dengan pneumotorak – enfisema subcutis dada Masuk ke periorbita, sehingga kelopak mata sulit dibuka, ke bawah bisa meluas ke perineum dan skrotum
LANJUTAN Evaluasi luasnya enfisema perlu dilakukan dengan memberikan tanda Bila emfisema tidak bertambah – udara diserap oleh tubuh, pada pasien dengan ventilator lakukan dekompresi mediastinum
TRAUMA PADA PARU – PARU 1. Pneumotoraks 2. Hemotoraks 3. Kontusio Paru 4. Laserasi Paru 5. Ruptur Diafragma 6. Trauma Jantung
PNEUMOTORAKS Adanya udara yang terperangkap di rongga pleura meningkatkan tekanan negatif intrapleura Terjadi karena trauma tumpul atau tembus Dapat terjadi karena perlukaan pleura viseral (barotrauma), perlukaan pleura mediastinal (trauma trakheobronkhial) Diklasifikasikan menjadi 3 : parsial, tension, open
Pneumotoraks Parsial Paru pada sisi yang terkena akan kollaps (parsial atau total) Tidak ada mediastinal shift PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada ↓ Penanganan : WSD
Pneumotoraks Tension Ciri : kolaps total paru, mediastinal shift, deviasi trakhea venous return ↓ hipotensi & respiratory distress Karena mekanisme ventil Symptoms: sesak berat, takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis Keadaan life threatening tdk perlu Ro Tindakan : dekompresi : large-bore needle insertion (sela iga II, linea midklavikula) WSD
Open Pneumothorax Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada Dikenal juga sebagai sucking-wound Terjadi kolaps total paru oleh karena tekanan = atmosfir Penatalaksanaan: – Luka tidak boleh ditutup – Pasang WSD dahulu baru tutup luka
HEMATOTORAKS Terjadi sering karena adanya ruptur a.interkostalis, darah di rongga torak menekan pada paru Kolaps/atelektasis, jantung dan mediastinun, tergantung banyaknya volume darah Gejala dan tanda sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi instabilitas hemodinamik dan depresi pernapasan Ro Toraks: – seringkali bayangan difus radio - opak pada seluruh lapangan paru – Bayangan air fluid level hanya pada hematopneumotoraks
LANJUTAN Tindakan Bedah : WSD (90%) atau operasi Hematotoraks masif (indikasi operasi) – Perdarahan akut (1 jam) dengan jumlah > 750 cc – Perdarahan > 250 cc/jam dalam >2 jam berturutturut
WATER SEALED DRAINAGE
Fungsi : Diagnostik Terapetik Follow-up Tujuan: Evakuasi darah/udara Pengembangan paru Monitoring Cabut WSD : Produksi < 100cc/hari, undulasi (-)/minimal, pengembangan paru maksimal In-effective
KONTUSIO PARU Terjadi
terutama setelah trauma tumpul
toraks Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg mekanisme perdarahan dan edema parenkim konsolidasi Patofisiologi : lung compliance ↓ ventilationperfusion mismatch hipoksia & work of breathing ↑ Diagnosis : ro toraks dan PaO2 ↓ Manifestasi klinis dapat timbul atau memburuk dalam 24-72 jam setelah trauma
LANJUTAN Penatalaksanaan bertujuan: – Mempertahankan oksigenasi – Pulmonary toilet Tindakan : batasi pemberian cairan (iso/hipotonik), O2, pain control, diuretika, bila perlu ventilator dengan tekanan positif (PEEP > 5)
LASERASI PARU Robekan
pada parenkim paru akibat trauma tajam atau trauma tumpul keras yang disertai fraktur iga Manifestasi klinik umumnya adalah : hemato + pneumotoraks Penatalaksanaan umum : WSD Indikasi operasi : – = hematotoraks – Distress pernapasan berat yang dicurigai karena robekan luas
RUPTUR DIAFRAGMA Peningkatan
tekanan lntra Abdomnal
mendadak Umumnya terjadi di sentral Sebelah kiri lebih sering dari sebelah kanan Herniasi organ viseral abdomen ke toraks Dapat tenjadi ruptur intra perikardial Diagnosis : klinis, “ X Ray toraks, CT scan toraks Tx/ Torakotomi dan laparotomi
LANJUTAN Riwayat trauma tumpul abdomen “Respiratory distress” Pendorongan mediastinum kontralateral dan penekanan paru oleh organ viseral Venous return” menurun – CO menurun
TRAUMA JANTUNG Kecurigaan trauma jantung : Trauma tumpul di daerah anterior Fraktur pada sternum Trauma tembus/tajam pada area prekordial (parasternal kanan, sela iga II kiri, grs mid-klavikula kiri, arcus kostae kiri) Diagnosis: Trauma tumpul : EKG, pemeriksaan enzim jantung (CK-CKMB / Tronin T), Echocardiography Trauma tembus/tajam pada area prekordial indikasi torakotomi emergency
PENGKAJIAN
Riwayat Trauma: kecelakaan, kejadian, jenis trauma (tajam,tumpul,jejas,tusukan,tembakan, dsb) Terlihat ulang menonjol keluar, luka terbuka Keluhan: adanya nyeri, makin bertambah, berkurang, sesak napas,frekwensi napas, apnue,gerakan dinding dada, perubahan pola napas Agitasi, sianosis,tanda hipoksemia Rongga thorax > pada satu sisi, deviasi trakea TD menurun nadi lemah & cepat, kulit dingin dan distensi vena leher (peningkatan CVP) atau tandatanda syok