BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan
pembangunan
nasional
bidang
kesehatan
sebagaimana
tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional , yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu di usahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. (Depkes RI, 2004) Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009). Pada tahun 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan sebuah agenda untuk kesejahteraan penduduk dunia. Agenda tersebut ingin mewujudkan tujuan pembangunan milenieun atau millennium Development Goals (MDGs) yang mempunyai sasaran mengurangi kematian dan meningkatkan kesehatan. PBB menargetkan pada tahun 2015 masalah
1
kematian dan kesehatan ibu dan anak telah dapat di atasi dengan sebaikbaiknya (Sarwono, 2002). Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani MDGs, juga berkomitmen mewujudkan delapan tujuan tersebut sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan kualitas hidup lebih baik. Secara nasional, komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004–2009. Lalu, dipertegas pada RPJMN 2010-2014 dan Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Kedelapan tujuan itu; menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; mencapai pendidikan dasar untuk semua; mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan angka kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; memastikan kelestarian lingkungan hidup dan membangun kemitraan global untuk pembangunan. (Hadi, 2009) Delapan tujuan MDGs (Stalker, 2008) yang pertama memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, kedua mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, ketiga mendorong kesetaran gender dan pemberdayaan perempuan, keempat menurunkan angka kematian anak yaitu dengan menentukan angka kematian bahkan sebesar dua pertiganya antara tahun 1990 dan 2005, kelima meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2005, keenam memerangi HIV dan AIDS, malaria, serta penyakit lainnya, ketujuh memastikan kelestarian
2
lingkungan,
dan
kedelapan
memadukan
prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan kedalam kebijaksanaan dan program negara serta mengakhiri kerusakan sumber daya alam. Meskipun hambatan dan tantangan pencapaian tujuan tersebut cukup banyak, namun berbagai prestasi pembangunan diketahui telah melampaui target MDGs. Namun tidak dapat dipungkiri, terdapat beberapa capaian yang masih memprihatinkan. Antara lain; peningkatan pelayanan air bersih, kesehatan lingkungan dan pemukiman kumuh, tingginya angka kematian ibu, serta semakin meningkatnya prevalensi kasus penyakit menular seperti HIV/AIDS, diperkirakan target-target baru dapat dicapai 2020 atau mungkin lebih. (Priadmojo, 2013) WHO (World Health Organization) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil dan bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:8 meninggal akibat kehamilan/persalinan selama kehidupan negara Afrika 1:4, sedangkan di Amerika Utara 163.666 lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah. (Saifuddin, 2006) Angka kematian ibu dan bayi di indonesia masih tinggi. Angka kematian ibu (AKI) 307 per 100.000 kelahiran hidup, berarti setiap tahunnya ada 98% kematian ibu yang meninggal karena berbagai sebab. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1000 kelahiran hidup, setiap tahunnya ada 20% bayi meninggal karena kurangnya perawatan. Penyebab angka kematian
3
bayi baru lahir adalah perinatal (42%), BBLR (27%), kelainan congenital (8%), infeksi (8%), asfiksia (2%) dan lain-lain (8%). (Depkes, 2011) Data Propinsi Aceh tahun 2010 menjelaskan bahwa cakupan kunjungan baru ibu hamil (KI) berjumlah 83,28%, cakupan kunjungan kehamilan (K4) berjumlah 73,62%, jumlah ibu bersalin 88.419 jiwa, persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan profesional berjumlah 88,45%, sedangkan angka kematian ibu maternal 209, jumlah bayi mati 1.474 bayi (1,67%), dan jumlah lahir hidup sebanyak 87.794 bayi. Faktor penyebab terbanyak kematian ibu di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah pendarahan dengan jumlah 69 kasus, preeklampsia sebanyak 51 kasus, infeksi 19 kasus dan penyebab lain (partus macet, komplikasi masa nifas, abortus, dan kurang gizi) sebanyak 70 kasus. (Dinkes,2011) Angka Kematian Ibu (AKI) di kabupaten Bireuen yaitu 18 per 1.000 kelahiran hidup. Kendala yang di hadapi sebagai penyebab keadaan ini di sebabkan karena kurangnya pemeriksaan selama kehamilan dan keterlambatan merujuk ke tenaga kesehatan atau ke rumah sakit. (Laporan program KIA Dinkes Bireuen, 2011) Dari survey awal jumlah ibu hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen dari bulan januari-desember 2012 sebanyak 75 orang. Dari 10 ibu hamil yang penulis survey hanya 4 ibu hamil yang memanfaatkan fasilitas kesehatan, pola pemanfaatan bidan ini atau perilaku masyarakat dalam memilih fasilitas tenaga kesehatan banyak dipengaruhi oleh faktor di luar proses kehamilan, bisa berupa pengalaman pribadi atau keluarga, pengambilan
4
keputusan sering sekali bukan pada wanita yang bersangkutan, alasan teknis, misalnya karena jarak, biaya dan lain-lain. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan faktor di atas terhadap pola pemanfaatan atau pemilihan fasilitas pelayanan kesehatan seperti bidan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 ? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain : 1. Untuk
mengetahui
hubungan
pengetahuan
ibu
hamil
dengan
pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. 2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
5
3. Untuk mengetahui hubungan jarak tempuh ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. D. Manfaat Penelitian A. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan kepada pemerintah, khususnya dinas kesehatan , baik rumah sakit maupun puskesmas serta instansi-instansi terkait dalam hal menentukan kebijaksanaan yang berhubungan dengan perawatan terhadap ibu-ibu hamil. b. Untuk puskesmas Juli sebagai bahan masukan agar adanya suatu peningkatan kualitas pelayanan sehingga terpenuhi permintaan pelayanan dan kesehatan reproduksi yang lebih baik terhadap ibu, keluarga dan masyarakat setempat. c. Untuk bidan di Kecamatan Juli sebagai bahan masukan agar lebih mengoptimalisasikan pelaksanaan tugas dalam memberikan pelayanan persalinan kepada ibu-ibu hamil. B. Manfaat Teoritis a. Untuk mengaplikasikan dan memperdalam ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di bangku kuliah, diterapkan kedalam bentuk karya ilmiah. b. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan ilmiah bagi mereka yang berminat yang melanjutkan penelitian ini.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang mempunyai organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seseorang pria yang organ reproduksinya sehat. Kemungkinan akan mengalami kehamilan. (Mandriwati, 2007) Menurut Mochtar (2006) kehamilan adalah suatu proses yang terjadi setelahbertemunya sperma dan ovum, yang tumbuh dan berkembang di uterus selama 270-290 hari atau 30-40 minggu dan masa kehamilan tersebut akan di bagi tiga trimester. Pada masing-masing trimester tersebut akan terjadi pertumbuhan janin yang berbeda dan pertumbuhan yang pekat terjadi pada trimester terakhir kehamilan ibu. Menurut
federasi
Obstetri
Ginekologi
Internasional
dalam
Prawirohardjo (2008) kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Untuk
melakukan
asuhan
antenatal
yang
baik,
diperlukan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengenali perubahan fisiologik yang
7
terkait dengan proses kehamilan. Perubahan tersebut mencakup perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomik dan fisiologik selama kehamilan. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologik tersebut menjadi modal dasar dalam mengenali kondisi patologik yang dapat mengganggu status kesehatan ibu ataupun bayi yang dikandungnya. Dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran yang optimal dari kehamilan dan persalinan. (Sarwono Prawirohardjo, 2008) Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medis terlatih yang begitu terlibat dalam kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarga dalam rencana menyambut anggota keluarga baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal. (Saifuddin, 2006) Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi serta cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang di harapkan. Sulit di ketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan/asuhan antenal merupakan cara
8
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan medeteksi ibu dengan kehamilan normal. (Saifuddin, 2006) 2. Proses Terjadinya Kehamilan Pada manusia, pembuahan (fertilisasi) ovum oleh sperma biasanya terjadi di bagian tengah tuba uterine. Pembuahan meliputi, kemoatraksi sperma ke ovum oleh zat-zat yang dihasilkan oleh ovum, perlekatan ke zona pelusida, yaitu struktur membranosa yang mengililingi ovum, penetrasi zona pelusida dan reaksi akromosom dan melekatnya kepada sperma ke membran sel ovum, disertai penguraian tempat fusi dan pembebasan inti sperma ke dalam sitoplasma ovum.jutaan sperma disemprotkan ke dalam vagina selama hubungan kelamin. Akhirnya, 50-100 sperma mencapai ovum dan banyak dari sperma ini berkontak dengan zona pelusida. (Williams, 2005) Sperma-sperma berikatan dengan reseptor sperma yang disebut ZP3 di zona dan hal ini diikuti oleh reaksi akromosom yaitu terurainya akromosom, organel mirip lisosom di kepala sperma. Berbagai enzim dilepaskan, termasuk akrosin, yaitu protease mirip tripsin. Akrosin mempermudah (tetapi tidak mutlak dibutuhkan) penetrasi sperma melalui zona pelusida. Bila satu sperma mencapai membrane ovum, sperma tersebut berfusi dengan membran melalui perantaraan fertilin, suatu protein dipermukaan kepada sperma yang mirip dengan protein fusi virus yang memungkinkan virus menyerang sel. Fusi tersebut menghasilkan sinyal untuk memulai perkembangan. Selain itu, fusi menyebabkan reduksi potensial membrane ovum yang mencegah polispermia, yaitu pembuahan
9
sebuah ovum oleh lebih dari satu sperma, perubahan potensial yang sesaat ini kemidan diikuti oleh perubahan structural pada zona pelusida yang menghasilkan proteksi jangka panjang terhadap polispermia. (Prawiroharjo, 2002) Embrio (mudigah) yang sedang berkembang disebut blastokista, bergerak ke bawah sepanjang tuba menuju uterus. Perjalanan ini memakan waktu 3 hari dan selama itu blastokista mencapai stadium 8 atau 16 sel. Setelah berkontak dengan endometrium, blastokista kemudian dikelilingi oleh sebuah lapisan luar sinsitiotropoblas yang terbentuk dari sel-sel. Sinsitiotroblas menyebabkan erosi endometrium dan blastokista terbenam didalamnya (implantasi). Tempat implantasi biasanya di dinding dorsal uterus kemudian terbentuk plasenta dan trofoblas tetap berhubungan dengannya. (Manuaba, 2007) Korpus luteum di ovarium pada saat pembuahan tidak mengalami regresi tetapi membesar sebagai respons terhadap stimulasi oleh hormone gonadotropik yang disekresikan oleh plasenta. Korupus luteum kehamilan yang membesar mensekresikan esterogen, progesteron dan relaksin. Relaksin membantu mempertahankan kehamilan dengan menghambat kontraksi
miometrium.
Setelah
minggu
ke-6
kehamilan,
plasenta
menghasilkan cukup banyak esterogen dan progerteron dari prekusor maternal dan fetal untuk mengambil alih fungsi korpus luteum. Pada minggu ke-8 kehamilan fungsi korpus luteum mulai menurun tetapi tetap menetap selama kehamilan. (Williams, 2005)
10
3. Tanda-tanda Kehamilan Menurut Winknjosastro (2002), kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis bagi wanita. Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologi terhadap kehamilan dan digunakan sebagai petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan. Pada masa ini wanita secara mengalami akomodasi pertumbuhan, perkembangan, serta fungsi uterus dan konseptus. Diagnosis kehamilan biasanya sangat mudah di tegakkan, tetapi proses patofisiologis dan farmakologis kadang-kadang memicu perubahan endokrin atau anatomis yang membingungkan. Perubahan endokrinilogis, fisiologis dan anatomis yang menyertai kehamilan menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan tanda tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok : bukti-bukti persumtif, tanda-tanda kemungkinan dan tanda-tanda positif kehamilan. 1). Bukti persumtif kehamilan Bukti persumtif kehamilan umumnya didasarkan pada gejalagejala subjektif berupa : a. Mual atau dengan tanpa muntah Gejala ini biasanya dimulai sekitar 6 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir dan biasanya menghilang spontan 6 sampai 12 minggu kemudian. Penyebab gangguan sistem perencanaan ini tidak diketahui, namun tampaknya berkaitan dengan tingginya kadar bentuk-bentuk tertentu hCG (yang mengalami variasi dalam glikosilasi) dengan kapasitas perangsangan tiroid terbesar.
11
b. Gangguan berkemih Selama trimester pertama uterus yang membesar, menekan kandung kemih, dapat menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih. Seiring dengan kemajuan kehamilan, frekuensi berkemih secara bertahap berkurang dengan naiknya uterus ke dalam abdomen. Namun, gejala sering berkemih muncul kembali menjelang akhir kehamilan saat kepala janin turun ke dalam panggul ibu, memberi dampak pada kapasitas kandung kemih. c. Fatigue Fatigue merupakan rasa mudah lelah yang sangat sering terjadi pada awal kehamilan sehingga merupakan tanda diagnostic yang penting. d. Persepsi adanya gerakan janin Pada masa kehamilan antara 16 sampai 20 minggu (sejak hari pertama menstruasi terakhir) kadang-kadang wanita hamil mulai menyadari adanya gerakan berdenyut ringan di perutnya dan insensitas gerakan ini semakin meningkat secara bertahap. Sensasi ini di sebabkan oleh gerakan janin dan hari ketika gerakan tersebut disadari oleh wanita hamil disebut sebagai quickening atau munculnya persepsi kehidupan.
12
2) Bukti kemungkinan kehamilan a. Pembesaran abdomen Setiap pembesaran abdomen pada wanita usia subur isyarat kuat kehamilan. Pada usia kehamilan 12 minggu, uterus biasanya teraba di dinding abdomen sebagai sebuah penonjolan tepat di atas simfisis, setelah itu ukuran uterus membesar secara bertahap sampai akhir kehamilan. b. Perubahan bentuk, ukuran dan konsistensi uterus Pada minggu-minggu pertama kehamilan, meningkatnya ukuran uterus terutama terbatas pada diameter anteroposterior, tetapi pada masa gestasi selanjutnya, korpus uterus hampir membulat, garis tengah uterus rata-rata 8 cm di capai pada minggu ke-12. Pada pemeriksaan bimanual, korpus uterus selama kehamilan teraba elastis dan kadang-kadang sangat lunak. Pada sekitar 6 sampai 8 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir, tanda hegar mulai tampak. Periksa dengan satu tangan di atas abdomen dan dua jari tangan yang lain di masukkan ke dalam vagina, dapat di raba servik yang keras, bila ditekan, teraba korpus uterus yang elastic di atas ismus yang lunak. c. Perubahan anatomis pada serviks Pada minggu ke-6 sampai 8, biasanya sudah cukup lunak. Primigravida mengalami konsistensi jaringan serviks mengelilingi os eksternus dimana lebih mirip dengan mulut bibir dari pada tulang
13
rawang hidung, yang khas untuk serviks pada wanita tidak hamil. Seiring dengan perkembangan kehamilan, kanalis servikalis dapat menjadi sedemikian melebar sehingga jari tangan dapat dimasukkan. d. Kontraksi Braxton Hicks Selama kehamilan, uterus mengalami kontraksi yang biasanya dapat diraba tetapi tidak nyeri dengan interval ireguler sejak masa awal kehamilan. Kontraksi ini di sebut Braxton Hicks, yang dapat mengalami peningkatan frekuensi dan amplitude apabila uterus di masase. Kontraksi ini dapat membantu menyingkirkan adanya kehamilan ektopik abdomen. Namun, kontraksi ini dapat di jumpai pula pada uterus wanita dengan hematoma atau mioma lunak, terutama mioma submukosa bertangkai. Pada hari-hari terakhir kehamilan, frekuensi kontraksi meningkat, terutama pada malam hari yang berkaitan dengan kesiapan uterus untuk persalinan. e. Ballotemen Sekitar pertengahan kehamilan, volume janin lebih kecil dibandingkan volume cairan amnion. Karena itu, tekanan mendadak pada uterus dapat menyebabkan janin tenggelam ke dalam cairan amnion dan kemudian memantul ke posisinya semula. Benturan yang ditimbulkan (Ballotemen) dapat dirasakan oleh jari-jari tangan pemeriksa.
14
f. Kontur fisik janin Pada paruh kedua kehamilan, kontur tubuh janin dapat di palpasi melalui dinding abdomen ibu. Kontur ini akan semakin jelas pada masa akhir kehamilan. Akan tetapi kadang-kadang mioma subserosa memiliki ukuran dan bentuk yang juga dapat menyerupai bentuk tubuh janin. g. Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum Gonadotropin korionik (hCG) didalam plasma ibu dan ekskresinya diurin merupakan dasar bagi uji endokrin untuk kehamilan. Hormon ini bekerja untuk melindungi korpus luteum, tempat pembentukan utama progesteron selama 6 minggu pertama, dan mencegah involusi korpus luteum. Secara spesifik, hCG bekerja melalui reseptor LH di membran plasma. Hormon ini ditemukan didalam cairan tubuh dengan salah satu dari berbagai teknik bioassay atau immunoassay. 3) Tanda positif kehamilan a. Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari kerja jantung wanita hamil. Kontraksi jantung janin dapat diidentifikasi dengan auskultasi menggunakan fetoskop khusus,
ultrasonografi
dengan prinsip
Doppler, dan sonografi. Denyut jantung janin dapat dideteksi dengan auskultasi menggunakan stetoskop rara-rata pada usia kehamilan 17 minggu. Pada usia kehamilan 19 minggu, denyut jantung janin dapat
15
dideteksi pada hampir semua wanita hamil yang tidak kegemukan. Frekuensi denyut jantung janin pada tahap ini dan sesudahnya berkisar antara 120-160 dpm dan terdengar sebagai ganda mirip detak jam dibawah bantal, denyut ini harus berbeda dari denyut ibunya. Pada sebagian besar masa kehamilan, janin bergerak bebas dalam cairan amnion dan karena itu tempat mendengar bunyi jantung janin pada abdomen ibu dapat berubah-ubah. b. Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa Gerakan janin dapan terdeteksi oleh pemeriksa setelah usia kehamilan 20 minggu. Gerakan ini memperlihatkan intensitas yang bervariasi dari getaran halus kadang-kadang juga dapat dilihat selain diraba. Sensasi tersebut juga dapat timbul mirip dengan kontraksi otot abdomen atau peristaltic usus. c. Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan teknik sonografik atau pengenalan janin yang lebih tua secara demografis pada trimester kedua kehamilan. Pemakaian
sonografik
transvaginal
telah
menimbulkan
revolusi dalam pencitraan kehamilan tahap awal dan perkembangannya. Sonografik abdomen dapat mendeteksi kantung janin yang dilihat hanya setelah usia kehamilan 4-5 minggu sejak menstruasi terakhir. Pada hari ke-35, semua kantung gestasi normal seharusnya sudah terlihat, dan setelah 6 minggu denyut jantung sudah terdeteksi. Pada minggu ke-8, usia gestasi dapat diperkirakan secara cukup akurat.
16
Sampai minggu ke-12, tiap millimeter panjang puncak kepala-bokong merefleksikan pertambahan usia gestasi 4 hari (Williams, 2005). B. Bidan 1. Definisi Bidan Bidan
adalah
seorang
wanita
yang
telah
mengikuti
dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, terdaftar dan berpraktek sesuai dengan wewenangan yang telah di tetapkan pemerintah. (IBI, 2006) Menurut Internasional Confederation Of Midwife (IMC) yang diadopsi oleh seluruh organisasi bidan dan seluruh dunia dan diakui oleh Federation Of International Gynecologist Obstetrition (FIGO), telah lulus dari pendidikan bidan yang di akui di negaranya, telah lulus dari pendidikan bidan tersebut serta memenuhi kualifikasi untuk di registrasi atau meminta izin yang sah untuk melakukan praktek bidan. (IBI, 2006) Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama hamil, masa persalinan dan, masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan pada bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi kepada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan yang lain sesuai serta melaksanakan tindakan kegawatan daruratan. (Wahyuningsih, 2008)
17
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual reproduksi. (Wahyuningsih, 2008) Bidan dapat praktek di berbagai tatanan pelayanan, termasuk dirumah, masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek. (IBI, 2008) 2. Peran dan Fungsi Bidan Menurut Kepmenkes RI, 2007 : a. Pelaksana Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu : 1) Tugas mandiri 2) Tugas kalaborasi / kerjasama 3) Tugas ketergantungan / merujuk b. Pengelola 1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat / klien.
18
2) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sector lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam wilayah kerja. d. Pendidik 1) Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok danmasyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait mengenai kesehatan ibu, anak, dan KB. 2) Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya. e. Peneliti Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok. (Estiwidani, 2009) 3. Wewenang Bidan Hal ini di atur dengan peraturan menteri kesehatan bidan dalam menjalankan tugasnya mempunyai wewenang tersebut adalah sebagai berikut. (Kepmenkes, RI No. 900/2002) Wewenang umum berupa wewenang yang akan diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan secara mandiri. a. Wewenang khusus adalah wewenang untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaan berada pada dokter yang memberikan wewenang tersebut.
19
C. Faktor–faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil : 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan menurut Webster‟s New World Dictionary of the American Language adalah persepsi tentang sesuatu yang jelas dan tentu, semua yang telah di rasakan dan diterima oleh otak, serta merupakan informasi terorganisasi yang dapat diterapkan untuk penyelesaian masalah. Ahmadi (2003), mengatakan pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan peneranganpenerangan yang keliru. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan interawi. (Meliono, 2007) b. Tingkat Pengetahuan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang dapat diukur melalui enam tingkat yaitu : (Notoatmodjo, 2003)
20
a) Tahu (know) Tahu merupakan mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima. b) Memahami (Comprehension) Memahami merupakan suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c) Aplikasi (aplication) Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d) Analisis (analysis) Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis (syntesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
21
f) Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut (Notoadmodjo, 2005) pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut, seperti orang yang pengetahuannya tinggi lebih sering memanfaatkan tenaga kesehatan sedangkan orang pengetahuannya rendah lebih sedikit yang memanfaatkan tenaga kesehatan. Pengetahuan baik
: Bila > 75 % jika jawaban benar
Pengetahuan cukup
: Bila 60-75% jika jawaban benar
Pengetahuan rendah
: Bila < 60 % jika jawaban benar
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Soemanto (1990) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh: 1) Umur Tingkat pengetahuan usia anak-anak akan selalu memahami perubahan yang tidak tetap, hal ini sama kapasitas mental anak tidak berkembang sesuai dengan kecepatan perkembangan fisiknya, kematangan
mental
fisik
22
secara
sempurna.
Maka
dengan
bertambahnya umur seseorang akan meningkatkan pengetahuan orang tersebut, umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan angka kematian maupun kesakitan, hampir sama keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. 2) Pendidikan Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan dan fudamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Pendidikan berarti jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh seseorang dimana bila seseorang mampu mencari pendidikan
yang
tinggi
kemungkinan
akan
meningkatkan
pengetahuannya di bandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. 3) Pengalaman Sebelumnya Lingkungan
mempengaruhi
perkembangan
individu.
Lingkungan banyak memberikan perngalaman kepada individu. Pengalaman yang di peroleh oleh individu ikut mempengaruhi hal belajar yang bersangkutan, terutama pada transfer belajarnya. Hal ini terbukti bahwa seseorang yang berasal dari kelas sosial menengah dari tinggi, mempunyai keuntungan dalam belajar kebal di sekolah sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya. 2. Pendidikan Pendidikan adalah ilmu yang wajib dipelajari, sehingga seseorang tahu, mampu dan bermanfaat bagi alam semesta. Proses pendidikan adalah
23
proses yang unsurnya masukan (input) dan unsur keluar (output) perubahan bentuk perilaku dan dari tidak tahu menjadi tahu dan meningkatkan
kemauan
dan
peningkatan
derajat
hidup
sehat.
(Notoatmodjo, 2003) Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit disebabkan oleh kurangnya pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pemerintah telah melakukan investasi penting untuk meningkatkan sumber daya manusia di indonesia. Di tahun 1995, pemerintah memberlakukan kebijakan pendidikan wajib selama 9 tahun. Kebijakan ini memformulasikan strategi untuk meningkatkan angka masuk ke sekolah ke tingkat pendidikan menengah agar lebih tinggi. (Depkes, 2005) Pendidikan
adalah
usaha
sadar
dan
terencanakan
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterangan yang yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara. a) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 tahun yang di selenggarakan 6 tahun di sekolah Dasar (SD) dan 3 tahun di Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP).
24
b) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan pendidikan yang lamanya 3 (tiga) tahun sesudah pendidikan dasar di selenggarakan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). c) Perguruan Tinggi Pendidikan perguruan tinggi merupakan pendidikan yang lamanya 4-6 tahun sesudah pendidikan dasar, pendidikan menengah dan di selenggarakan di sekolah lanjutan Perguruan Tinggi (S-1) (Sisdiknas, 2003). Coombs (1973) dalam samani (2011) membedakan pengertian ketiga jenis pendidikan itu sebagai berikut: a) Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program
spesialisasi,
dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. b) Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh
lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh
25
kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga,
lingkungan
pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa. c) Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang , dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan
yang lebih luas, yang sengaja
dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya. 3. Jarak Tempuh Jarak tempuh menuju ke tempat-tempat pelayanan kesehatan juga merupakan suatu pertimbangan bagi seseorang. Tempat pelayanan yang dekat dan mudah terjangkau sangat memungkinkan dan mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan tersebut, tetapi jika jarak tempuh jauh bahkan tidak terjangkau maka seseorang memutuskan untuk tidak memilih tempat pelayanan kesehatan yang jauh (Soeryoto, 2001). Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencangkup jarak, waktu dan biaya. Tempat pelayanan yang tidak strategis/sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan. Walaupun ketersediaan pelayanaan kesehatan sudah memadai, namun penggunaannya tergantung dari aksesibilitas masyarakat terhadap informasi (Oktavinola, 2009).
26
Sarana transportasi juga merupakan suatu faktor yang turut mendukung terhadap pemanfaatan tenaga penolong persalinan (bidan), karena semakin mudah transportasi ke suatu tempat pelayanan atau masyarakat yang tinggal dekat dengan pusat-pusat kesehatan akan semakin tinggi pilihan yang akan dilakukan untuk memilih tempat pelayanan tersebut. Jadi transportasi juga merupakan salah satu pemilihan ibu-ibu dalam memanfaatkan tenaga bidan. (Cristina, 2005) Menurut Oktavinola (2009) Ada dua aspek utama akses pelayanan, yaitu ketersediaan dan keterjangkauan. Ketersediaan adalah tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak, waktu dan biaya Ketersediaan sarana /fasilitas pelayanan tentang keadaan atau tempat pelayanan yang menunjang untuk kelancaran pemeriksaan antenatal atau kesehatan lainnya sebagai alternative pilihan lain sedangkan fasilitas terkadang sangat menentukan bagi ibu hamil yang beresiko untuk memilihnya. Oleh karena itu, semakin lengkap/memadai sarana/fasilitas yang tersedia, semakin tinggi motivasi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan.
27
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep Penelitian konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian – penelitian yang akan dilakukan ( Notoatmojo, 2005 ). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu-ibu hamil adalah: pengetahuan, pendidikan, jarak tempuh. Berdasarkan konsep pemikiran diatas, maka variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan Pemanfaatan Pendidikan
Tenaga Bidan
Jarak Tempuh
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
28
B. Definisi Operasional No.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Wawancara mengguna kan kuesiner dengan kriteria : Ya : apabila ibu memeriksa kan kehamilan sesuai dengan usia kehamilan Tidak : apabila ibu tidak memeriksa kan kehamilan sesuai dengan usia kehamilan
Kuesio ner
- Ya -Tidak
Wawancara mengguna kan kuesioner Tinggi apabila : > 75% Sedang apabila : 60-70% Rendah
Kuesio ner
Tinggi Sedang Rendah
Skala Ukur
Variabel Dependen 1
Pemanfaatan Pemanfaatan jasa Tenaga Bidan tenaga bidan oleh ibu hamil dalam memperoleh pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan sesuai dengan usia kehamilan
Variabel Indenpenden 1 Pengetahuan Pemahaman ibu tentang pentingnya tenaga bidan selama kehamilan untuk memeriksakan kehamilan
29
Ordinal
Ordinal
2
3
Pendidikan
Jarak tempuh
Pendidikan formal yang diselesaikan oleh responden dibuktikan dengan ijazah.
Jarak tempuh ibu hamil dari tempat tinggal ke pusat pelayanan kesehatan, baik penggunaan transportasi maupun tidak untuk sampai ketujuan.
apabila : < 60% Wawancara mengguna kan kuesioner dengan kriteria : Tinggi apabila : PT/Akade mi Menengah apabila : SLTA/Sed erajat Dasar : SLTP/ SD/ Sederajat Wawancara Mengguna kan kuesioner
Kuesio ner
Tinggi Menengah Dasar
Ordinal
Kuesio ner
Dekat Jauh
Ordinal
C. Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
30
3. Ada hubungan antara jarak tempuh dengan pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
31
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional dimana pengumpulan data variabel independen dan variabel dependen dilakukan dalam waktu bersamaan melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti (Notoatmodjo, 2010). Dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. 2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik purpusive Sampling sebanyak 31 orang. dengan kriteria: a. Bersedia menjadi responden b. Bisa baca tulis c. Bertempat tinggal di wilayah Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen
32
C. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 28 Juli sampai 06 Agustus tahun 2013. D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer Data yang diperoleh dari peninjauan langsung ke lapangan melalui observasi dengan formulir dan wawancara dengan responden yaitu dengan menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Data yang di peroleh dari kantor camat, Puskesmas, serta instansiinstansi yang terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini. 2. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 18 pertanyaan di antaranya pemanfaatan tenaga bidan 1 pertanyaan, pengetahuan 15 pertanyaan, pendidikan 1 pertanyaan, jarak tempiuh 1 pertanyaan.
33
E. Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut akan di olah dengan cara : a. Editing Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan / tidak dalam penelitian. b. Coding Penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. c. Tranfering Yaitu memudahkan jawaban responden ke dalam bentuk tabel untuk pengolahan. d. Tabulating Pada tahap ini jawaban-jawaban responden yang sama di kelompokkan dengan teliti dan teratur lalu di hitung dan jumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel. F. Analisis Data 1. Analisa Univariat Analisa data pada penelitian ini adalah menghitung, distribusi frekuensi variable-variabel yang diteliti. (Notoadmodjo,2005)
34
Data yang sudah diperoleh dari hasil kuesioner yaitu tes uji pengetahuan yang bersifat kuantitatif yaitu yang berupa angka-angka untuk jawaban yang benar adala 1 dan yang salah dengan nilai 0. Pada penelitian ini, dalam mengkategorikan jenjang ordinal peneliti menggunakan rumus pengukuran jenjang ordinal menurut Umar (2005), yaitu : ̅
∑
Keterangan: ̅ = Nilai rata-rata ∑x = Jumlah nilai dari data responden n = Jumlah responden Setelah diolah selanjutnya data yang telah dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi ditentukan persentase perolehan untuk tiap-tiap katagori dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ket : P : Persentase fi : Frekuensi teramati n : Jumlah sampel
35
2. Analisa Bivariat Untuk
mengukur
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
pemamfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil di Kecamatan Juli Kabupaten Bireun akan diilakukan analisa dengan menggunakan tabel silang yang dikenal dengan baris kolom (B x K) dengan derajat kebebasan (df) yang disesuaikan
dengan
tingkat
kemaknaan
(α)
0,05
(95%),
dengan
menggunakan uji statistic Chi-Square Test (X2) pada program komputer. Uji Chi-Square merupakan teknik analisa korelasi yang sesuai dengan penelitian ini, karena variable dependen dan independen pada penelitian ini dalam bentuk diskrit (data frekuensi atau katagori). Rumus uji Chi-Square yang digunakan adalah sebagai berikut : X2 = ∑
(
)
Keterangan : O = Frekuensi Observasi E = Frekuensi Harapan E= Aturan yang berlaku pada Chi-Square dengan metode komputerisasi adalah : a. Bila pada 2 X 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher‟s Exact Test”
36
b. Bila pada tabel 2 X 2 dan tidak ada nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka uji yang dipakai sebaiknya “Continuity Correction (a)” c. Bila tabelnya lebih dari 2 X 2, misalnya 3 X 2, 3 X 3 dan sebagainya, maka digunakan uji “Person Chi Square” d. Uji „Likelihood Ratio‟ dan “linear-by Linear Association” biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variable kategorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan. Frekuensi teramati dan frekuensi harapan setiap variable dimasukkan kedalam tabel kontingensi yang sesuai, convidence interval yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 95%, pada taraf signifikan 5%. Keputusan uji statistik menolak atau menerima Ho adalah dengan membandingkan PValue
, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila P-Value
α, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
37
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum lokasi penelitian Desa Kayee Adang merupakan salah satu desa yang terdapat di kabupaten Bireuen yang terletak di Desa Kayee Adang kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Adapun batas-batas Wilayah Desa Kayee Adang Adalah : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Menasah Tambo 2. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Desa Juli Mee Teungoh 3. Sebelah Barat Berbatasan Dengan Desa Menasah Lampoh 4. Sebelah Timur Berbatasan Dengan Desa Geulumpang Meujimjim B. Hasil Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan di Desa Kayee Adang pada tanggal 28 Juli s/d 06 Agustus 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai dan membagikan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang pengetahuan, pendidikan dan jarak tempuh sebelum membagikan kuesioner, peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, maka dapat diperoleh sebagai berikut :
38
1. Analisa Univariat a. Pemanfaatan Tenaga Bidan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Tenaga Bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 No Pemanfaatan Tenaga Bidan 1 Ya 2 Tidak Total Sumber Data Primer diolah Tahun 2013
F 12 19 31
(%) 38,7 61,3 100
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan hasil dari 31 responden dapat dilihat bahwa pemanfaatan tenaga bidan oleh ibu hamil sebagian besar berada pada katagori tidak yaitu sebanyak 19 responden (61,3 %). b. Pengetahuan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 No Pengetahuan 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah Total Sumber Data Primer diolah Tahun 2013
F 8 10 13 31
(%) 25,8 32,3 41,9 100
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil dari 31 responden dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu hamil sebagian besar berada pada katagori rendah yaitu sebanyak 13 responden (41,9 %).
39
c. Pendidikan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 No Pendidikan 1 Tinggi 2 Menengah 3 Dasar Total Sumber Data Primer diolah Tahun 2013
F 6 10 15 31
(%) 19,4 32,3 48,4 100
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil dari 31 responden dapat dilihat bahwa pendidikan ibu hamil sebagian besar berada pada katagori dasar yaitu sebanyak 15 responden (48,4 %). d. Jarak Tempuh Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jarak Tempuh Ibu Hamil di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 No Jarak Tempuh 1 Dekat 2 Jauh Total Sumber Data Primer diolah Tahun 2013
F 8 23 31
(%) 25,8 74,2 100
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan hasil dari 31 responden dapat dilihat bahwa jarak tempat ibu hamil sebagian besar berada pada katagori jauh yaitu sebanyak 23 responden (74,2 %).
40
2. Analisa Bivariat a. Pengetahuan dengan Pemanfaatan Tenaga Bidan Tabel 5.5 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Tenaga Bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 Pemanfaatan Tenaga Bidan No Pengetahuan Ya Tidak Total f % f % f % 1 Tinggi 6 75 2 25 8 100 2 Sedang 4 40 6 60 10 100 3 Rendah 2 15,4 11 84,6 13 100 Sumber Data Primer diolah Tahun 2013
a
P Value
0,05
0,024
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 13 responden yang memiliki pengetahuan rendah dan tidak memanfaatkan tenaga bidan sebanyak 11 orang (84,6 %) dan yang memanfaatkan tenaga bidan hanya 2 orang (15,4 %) Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai P-Value 0,024 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. Maka hipotesa pada penelitian ini diterima atau terbukti.
41
b. Pendidikan dengan Pemanfaatan Tenaga Bidan Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan Pendidkan dengan Pemanfaatan Tenaga Bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013
Pemanfaatan Tenaga Bidan No Pendidikan Ya Tidak Total F % f % f % 1 Tinggi 5 83,3 1 16,7 6 100 2 Menengah 4 40 6 60 10 100 3 Dasar 3 20 12 80 15 100 Sumber Data Primer diolah Tahun 2013
a
P Value
0,05
0,027
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 15 responden yang memiliki pendidikan dasar dan tidak memanfaatkan tenaga bidan sebanyak 12 orang (80 %) dan yang memanfaatkan tenaga bidan hanya 3 orang (20 %) Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai P-Value 0,027 yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. Maka hipotesa pada penelitian ini diterima atau terbukti.
42
c. Jarak Tempuh dengan Pemanfaatan Tenaga Bidan Tabel 5.7 Tabulasi Silang Hubungan Jarak Tempuh dengan Pemanfaatan Tenaga Bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 Pemanfaatan Tenaga Bidan No Ya Tidak Total f % f % f % 1 Dekat 7 87,5 1 12,5 8 100 2 Jauh 5 21,7 18 78,3 23 100 Sumber Data Primer diolah Tahun 2013 Jarak Tempuh
a
P Value
0,05
0.002
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 23 responden yang memiliki jarak tempuh jauh dan tidak memanfaatkan tenaga bidan sebanyak 18 orang (78,3 %) dan yang memanfaatkan tenaga bidan hanya 5 orang (21,7 %) Hasil uji statistik dengan Chi-Square didapatkan nilai P-Value 0,002 yang berarti ada hubungan antara jarak tempuh dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. Maka hipotesa pada penelitian ini diterima atau terbukti. C. Pembahasan 1. Pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan dari 31 responden dapat dilihat bahwa sebanyak 13 ibu yang memiliki pengetahuan rendah 11 tidak memanfaatkan tenaga bidan, 10 ibu yang
43
memiliki pengetahuan sedang 6 tidak memanfaatkan tenaga bidan, dan 8 ibu yang memiliki pengetahuan tinggi 6 memanfaatkan tenaga bidan. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square didapat nilai P-Value sebesar 0,024. Ini menunjukkan bahwa nilai P-Value < dari nilai α (0,05) yang berarti bahwa hipotesis kerja Ha diterima yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. Menurut penelitian yang dilakukan Ferryefendi (2007), bahwa pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya Disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat itu juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil misalnya : orang hamil tidak boleh disuntik (periksa hamil termaksud memperoleh suntikan antio tetanus) karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Menurut penelitian Syamsulhuda, dkk (2008) responden yang kebanyakan berpendidikan SD pada umumnya mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang terhadap manfaatnya, ini dapat dilihat lebih dari 50% responden tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai pengetahuan ANC. Menurut Notoadmodjo (2003) keterbatasan pengetahuan akan menyulitkan seseorang memahami pentingnya pemelihaan kesehatan dan perubahan sikap serta perilaku seseorang atau kearah yang menguntungkan
44
kesehatan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak memanfaatkan tenaga bidan sebagian besar karena memiliki pegetahuan yang rendah. Peneliti berasumsi bahwa dari penelitian yang telah peneliti lakukan maka peneliti menyimpulkan bahwa ibu dengan pengetahuan yang rendah cenderung tidak memanfaatkan tenaga bidan dalam proses perawatan kehamilannya. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan di desa tersebut. Dan bagi ibu yang pengetahuannya tinggi juga ada yang tidak memanfaatkan tenaga bidan di karena kan faktor jarak tempuh ibu hamil dari rumahnya ke tempat pelayanan kesehatan sangat jauh dan ibu juga tidak memiliki alat transportasi pergi ke tempat pelayanan kesehatan dan juga di karenakan dengan biayanya yang kurang. 2. Pendidikan ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan dari 31 responden dapat dilihat bahwa sebanyak 13 ibu yang memiliki pendidikan dasar 12 tidak memanfaatkan tenaga bidan, 10 ibu yang memiliki pendidikan menengah 6 tidak memanfaatkan tenaga bidan, dan 6 ibu yang memiliki pendidikan tinggi 5 memanfaatkan tenaga bidan. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square didapat nilai P-Value sebesar 0,027. Ini menunjukkan bahwa nilai P-Value < dari nilai α (0,05) yang berarti bahwa hipotesis kerja Ha diterima yaitu terdapat hubungan
45
antara pendidikan ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. Menurut penelitian Wiludieng (2007), bahwa rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin sedikitnya keinginannya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit disebabkan oleh kurangnya pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak memanfaatkan tenaga bidan sebagian besar karena memiliki pendidikan yang rendah. Peneliti berasumsi bahwa yang telah peneliti lakukan maka peneliti menyimpulkan bahwa ibu dengan pendidikan yang rendah cenderung tidak memanfaatkan tenaga bidan dalam proses perawatan kehamilannya. Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan ibu yang sebagian besar berpendidikan dasar sehingga kurang memahami tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan di desa tersebut. Dan ada juga ibu hamil di desa tersebut pendidikannya tinggi tetapi tidak juga memanfaatkan tenaga bidan di karenakan tidak ada transportasi menuju ke tempat pelayanan kesehatan yang letaknya sangat jauh dari rumah ibu hamil tersebut.
46
3. Jarak Tempuh ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan dari 31 responden dapat dilihat bahwa sebanyak 23 ibu yang memiliki jarak tempuh jauh 18 tidak memanfaatkan tenaga bidan, dan 8 ibu yang memiliki jarak tempuh dekat 7 memanfaatkan tenaga bidan. Berdasarkan hasil uji statistic Chi-Square didapat nilai P-Value sebesar 0,002. Ini menunjukkan bahwa nilai P-Value < dari nilai α (0,05) yang berarti bahwa hipotesis kerja Ha diterima yaitu terdapat hubungan antara jarak tempuh ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhodi Rofsanjani (2008) menunjukkan bahwa sebagian responden merasa badan bertambah sehat dan pikiran tenang setelah periksa kehamilan namun masih ada kendala jarak yang jauh, waktu, biaya, adanya rasa takut dan malu. Hal
ini
sesuai
dengan
pernyataan
Oktavinola
(2009),
keterjangkauan pelayanan kesehatan mencangkup jarak, waktu dan biaya. Tempat pelayanan yang tidak strategis/sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan. Walaupun ketersediaan pelayanaan kesehatan sudah memadai, namun penggunaannya
tergantung
dari
informasi.
47
aksesibilitas
masyarakat
terhadap
Jarak tempuh menuju ke tempat-tempat pelayanan kesehatan juga merupakan suatu pertimbangan bagi seseorang. Tempat pelayanan yang dekat dan mudah terjangkau sangat memungkinkan dan mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan tersebut, tetapi jika jarak tempuh jauh bahkan tidak terjangkau maka seseorang memutuskan untuk tidak memilih tempat pelayanan kesehatan yang jauh (Soeryoto, 2001) Peneliti berasumsi bahwa ibu dengan jarak tempuh yang jauh dengan pelayanan kesehatan cenderung tidak memanfaatkan tenaga bidan dalam proses perawatan kehamilannya. Hal ini dipengaruhi oleh jarak tempuh tempat tinggal ibu yang sebagian besar terletak jauh dari tempat bidan sehingga sulit dicapai oleh para ibu. Dan ibu juga tidak ada transportasi sendiri, dan ada sebagian ibu hamil di desa tersebut mengatakan kalau tidak ada keluhan apa-apa dengan kehamilannya dan ibu juga masih merasakan baik-baik saja maka mereka tidak perlu datang untuk memeriksa kehamilannya di karenakan faktor jarak tempuhnya yang sangat jauh dari puskesmas, dan polindes di desa tersebut sering sekali kosong.
48
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 sebab nilai P-Value < dari nilai α (0,05) yaitu sebesar 0,024 2. Terdapat hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 sebab nilai P Val P-Value < dari nilai α (0,05) yaitu sebesar 0,027 3. Terdapat hubungan antara jarak tempuh ibu hamil dengan pemanfaatan tenaga bidan di Desa Kayee Adang Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2013 sebab nilai P-Value < dari nilai α (0,05) yaitu sebesar 0,002 B. Saran 1. Bagi pemerintah, khususnya dinas kesehatan , baik rumah sakit maupun puskesmas serta instansi-instansi terkait
diharapkan supaya dapat
memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil secara lebih optimal baik di desa-desa. 2. Bagi bidan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi para ibu hamil terutama bagi yang bertempat tinggal jauh dan juga memberikan informasi yang cukup tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan pada
49
petugas kesehatan bagi ibu-ibu hamil setempat terutama bagi yang berpengetahuan dan berpendidikan rendah. 3. Bagi Institusi Pendidikan diharapakan dapat menjadi masukan untuk memperluas
wawasan
mahasiswa
mengenai
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan pemanfaatan tenaga bidan dan juga menambah pengalaman berharga dalam proses penelitian dengan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan, 4. Bagi Peneliti Lain diharapkan agar melakukan penelitian yang berkelanjutan yang lebih baik.
50
DAFTAR PUSTAKA . Ahmadi, A, 2003, Ilmu Sosial dasar, Rineka Cipta, Jakarta. Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Cristina Ibrahim, perawatan kebidanan, Jakarta, Bharatara, 2005. Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Jakarta Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. http://www.depkes.go.id Estiwidani, dkk. 2009. Konsep kebidanan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hadi, Syamsul. 2009. Indonesia dan Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Kerangka Global : Studi tentang Penranan UNDP Dalam Pencapaian MDGs di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia Hardiansyah, 2004. Gizi Terapan Departemen Gizi Masyarakat Dan Sumber Daya Keluarga. Bogor . IPB IBI, 2008. Bidan Menyongsong Masa Depan, Depkes RI. Jakarta Mandriwati, 2007. Setiap jam Dua Ibu hamil meninggal. http://www.indoskripsi.com. Di akses pada tanggal 10 januari 2012. Manuaba, Ida Bagus Bde.2007. Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta: EGC http://mdgsindonesia.org di akses pada 06 Juli 2013 jam 22.03 Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. Muchlas
Samani, Prof.
2011: Konsep dan Model Pendidikan
Karakter.
Bandung: Remaja Rosda Karya Mochtar, Rustam. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Bandung: EGC. Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2005. Metode penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
51
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi I. Jakarta : Salemba Medika Oktavinola, Febrina. 2009. Kematian ibu dan bayi. Sinar Harapan, Jakarta Prawirohardjo, Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.. Jakarta: Tridasa Printer Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Priadmojo, Anggit. Lampiran 2 Klasifikasi Pencapaian MDGs Masing-masing Provinsi di Indonesia.http://www.scribd.com/doc/76907380/59/ .Lampiran-2-Klasifikasi-Pencapaian-MDGs-Masing-masing-Provinsi-diIndonesia (diunduh pada 29 Maret 2013, 13.00 WIB) Saifuddin, 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwona Prawirohardjo Santosa PB, Azhari. 2005. Analisis Statistik Ddngan Microsoft EXEL dan SPSS. Yogyakarta: ANDI Soemanto, W , 1990. Psikologi pendidikan/landasan kerja pimpinan pendidikan. Jakarta Bina Aksara. Soeryoto, Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan penimbangan anak balita di posyandu, Jakarta, FKM Universitas Indonesia, 2001 Stalker,
P.
2008.
Millenium
Develepment
Goals.On
Line.
Tersedia:http://www.undp.or.id/pubs/docs/let%20speak%200ut%20Out %20for%20MDGs%20-%20ID.pdf diakses pada 26 Juli 2013 jam 12.00 WIB Soetjiningsih, 2005. Tumbuh Kembang Anak, Buku Kedokteran EGC. Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
Wahyuningsih, Heni. P, 2008. Etika Profesi Kebidanan, Fitramaya. Yogyakarta William dan Cuningham, 2005. Obstetri. Ed. 21. EGC: Jakarta. Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
52