1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi
dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Berdasarkan data terakhir WHO (World Health Organization) sampai saat ini, angka kematian balita akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih terbilang tinggi. Terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun, yang antara lain disebabkan oleh batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%) dan campak 540.000 (38%). ( Fitriyanti, 2012). Di Indonesia, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak setiap tahun menderita serangan campak. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang termaksud angka tinggi pada kasus anak tidak diimunisasi , yakni sekitar 1,3 juta anak. Dengan adanya imunisasi , maka bayi bisa terlindungi dari penyakit yang kerap menyerang, meningkatkan kekebalan anak terhadap penyakit tertentu, memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit menular. (Fitriyanti,2012).
1
2
Imunisasi wajib adalah BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Efek tidak mendapat imunisasi adalah akan mudah terserang penyakit. Kemudian bayi tidak mendapatkan imunisasi lengkap sehingga penyakit mudah terserang penyakit seperti demam dengue, poliomieletis, demam tifoid, difteri dan campak (Mahayu, 2014). Target MDGs untuk penurunan Angka Kematian Bayi di Indonesia adalah sebesar 23 per 1.000 KH pada tahun 2015 dari kondisi saat ini yaitu sebesar 34 per 1.000 KH (2,3). Upaya kesehatan diselenggarakan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi adalah melalui program imunisasi (Rezeki, 2011). Berdasarkan evaluasi di lapangan ternyata pelaksanaan imunisasi selama ini dianggap belum memadai dilihat dari masih meningkatnya penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti : Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis, Hepatitis. Secara nasional cakupan imunisasi di Indonesia pada tahun 2011 yang meliputi imunisasi BCG (91,8%), HB(80,4), DPT/HB1 (98,0%), DPT/HB3 (95,0%), Polio 4 (93,5%), Campak (93,65%) dan Imunisasi dasar lengkap (93,4%) (Paridawati, 2011). Cakupan imunisasi di Sumatera Utara secara umum ada diantaranya di bawah 80% . Hal ini penyakit misalnya campak, polio, tetanus dan sebagian menyebabkan balita terjadiya infeksi kronis pada saat ia dewasa, sehingga bayi harus diimunisasi kemudian hari. Bayi yang belum pernah mendapat imunisasi terhadap penyakit tertentu tidak mendapat antibody yang cukup untuk menghadapi penyakit tersebut (Lukmanto, 2014).
3
Sedangkan
berdasarkan
hasil
observasi,
diketahui
bahwa
cakupan
kelengkapan imunisasi dasar di Kecamatan Toba Samosir hanya mencakup 24,24%. Ibu berperan penting dalam kelengkapan status kelengkapan imunisasi anak. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Demikian juga tentang pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu karena hal tersebut akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi dan anak sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar meliputi beberapa hal antara lain adalah pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan pelayanan kesehatan (Fitriyanti, 2012). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada bulan Januri-April 2014 di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti diketahui bahwa masih banyak ibu yang tidak melakukan imunisasi lengkap pada bayinya , dari survei yang dilakukan di jumpai 40 bayi di Desa Meranti Timur , yang melakukan imunisasi dasar lengkap 28 bayi dan yang tidak melakukan imunisasi dasar lengkap sebanyak 12 bayi. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
4
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumus masalah adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Timur Kabupaten Toba Samosir.
2.
Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Timur Kabupaten Toba Samosir.
3.
Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Timur Kabupaten Toba Samosir.
5
4.
Untuk mengetahui hubungan pelayananan kesehatan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Timur Kabupaten Toba Samosir.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang sudah didapatkan selama pendidikan baik teori maupun praktek dan sebagai syarat kelulusan dari Akademi Kebidanan Audi Husada Medan. 1.4.2. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini bermanfaat bagi penelitian berikutnya untuk menambah data dalam meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir. 1.4.3. Bagi Instansi Pendididkan Audi Husada Medan Sebagai bahan referensi bacaan diperpustakaan mengenai hubungan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan pelayanan dengan kelengkapan imunisasi dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
6
1.4.4. Bagi Daerah yang Diteliti Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan bahan masukan bagi daerah yang diteliti khususnya bagi perencana program baik di tingkat kecamatan dan wilayah desa dalam melakukan perbaikan kesehatan dan bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan bantuan informasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Imunisasi Dasar
2.1.1. Definisi Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kekabalan atau resisten. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati, 2011). Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena system imun tubuh mempunyai sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk antibody untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman (Nina, 2013). Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti dimaksukkan kedalam tubuh melalui suntikan misalnya vaksin BCG, DPT, Campak melalui mulut (Alimul, 2012).
7
8
2.1.2
Sistem Kekebalan Tubuh Menurut Supartini (2006) ada dua jenis kekebalan tubuh yaitu pasif dan aktif.
Kekebalan/imunitas pasif adalah pemberian antibodi yang berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberi perlindungan terhadap penyakit infeksi yang bersifat sementara karena antibodi dasar akan berkurang setelah beberapa minggu atau bulan . Menurut Supartini (2006) ada dua kekebalan pasif yaitu : 1) Menurut terbentuknya : a. Kekebalan pasif bawaan (passive congenitao )yang terdapat pada neonatus sampai dengan usia enam bulan yang didapat dari ibu yang berupa antibodi melalui vaskularisasi pada plasenta, misalnya : difteri, tetanus, campak. b. Kekebalan pasif didapat (passive Acquired) merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber lain berupa gamaglobulin dan anti serum dari plasma darah yang memiliki imunitas, dapat digunakan dalam keadaan darurat untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit. Ketika resiko terjangkit suatu penyakit tertentu cukup besar dan saat tersebut bukan waktu yang tepat bagi seseorang untuk membentuk imunitas aktif yang memadai, misalnya : campak. tetanus, gigitan ular berbisa, rabies.
9
2) Menurut Lokalisasi dalam Tubuh a. Imunitas humoral (Humoral Imunity) Produksi antibodi oleh limfosit B dilepas kedalam aliran L:ah dan berdiam didalam plasam atau fraksi darah yang berupa cazan. Imunitas ini terdapat dalam Imunoglobulin yaitu lg G, A dan M. b. Imunitas seluler stimulasi limfosit yang berada dalam nodus limfatikus untuk menjadi sel yang akan menyerang langsung (fagositosis) mikroba dan bukan menyerang lewat antibodi. c. Kekebalan/imunitas aktif terjadi apabila terjadi stimulus "sistem imunitas" yang menghasilkan antibodi dan kekebalan seluler yang bertahan lebih lama dibanding kekebalan pasif. 3) Menurut Supartini (2006) ada Dua Jenis Kekebalan Aktif a. Kekebalan aktif didapat secara alami (naturally acquired) misalnya : anak-anak yang terkena difteri atau poliomielitis kemudian menjadi sembuh selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut. b. Kekebalan aktif yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan ulangan (booster) berupa pemberian vaksin (misalnya : cacar dan polio) yang kumannya masih hidup tapi kumannya sudah dilemahkan. Karena itu imunisasi juga disebut vaksinasi yang berarti memasukkan vaksin kedalam tubuh agar membuat zat anti untuk mencegah penyakit tersebut. Depkes (2008) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu : tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis, campak
10
dan hepatitis. Jenis-jenis imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG untuk mencegah penyakit Tuberculosis, DPT untuk mencengah penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus, Polia untuk mencegah penyakit Poliomielitis, Hepatitis untuk mencegah penyakit Hepatitis B dan campak untuk mencegah penyakit campak. 2.1.3. Cara, Dosis dan Pemberian Imunisasi Menurut Mahayu (2014) cara dosis pemberian imunisasi yaitu: a. Imunisasi BCG diberikan sampai berumur 12 bulan. Akan
tetapi, imunisasi
diberikan sebelum bayi berusia 12 bulan. Adapun dosis untuk anak < 1 tahun adalah 0.05 ml. b. Imunisasi Hepatitis B diberikan 3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Atau untuk suntikan yang terakhir dapat diberikan pada usia 6 tahun. c. Polio diberikan 4 kali (selang waktu pemberian 4 minggu) diteteskan di mulut dengan dosis 2 tetes pada umur 0-11 bulan. Adapun dosisnya diberikan imunisasi dasar ini polio1,2,3 adalah 2 tetes per oral. d. DPT diberikan 5 kali (selang waktu pemberian 4 minggu) disuntikkan secara intramuskuler pada paha bagian luar dengan dosis 0,5 cc pada umur 0-11 bulan. e. Campak diberikan 1 kali disuntikkan secara subkutan, biasanya dilengan kiri atas dengan dosis 0,5 cc pada umur 9-11 bulan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian imunisasi adalah
pengetahuan
orang
tua
tentang
status
kesehatan
anak
saat
ini,
pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya, penyakit
11
yang dialami pada masa lalu dan sekarang. Selain itu orang tua juga harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan efek samping yang mungkin timbul setelah imunisasi. Orang tua juga harus memahami dengan baik bahwa imunisasi adalah salah satu tindakan untuk mencegah penyakit (Mahayu , 2014). Berikut ini penjelasan mengenai beberapa vaksin yang sering diberikan pada anak : a. Imunisasi BCG Imunisasi BCG adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini "berhasil" maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan dipaha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam (Syahputri, 2013) b. Imunisasi DPT Imunisasi adalah vaksinasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus., Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri dapat menyerang otot jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf. Racun dari kuman tetanus merusak sel saraf pusat tulang
12
belakang, mengakibatkan kejang dan kaku seluruh tubuh. Pertusis (batuk 100 hari) cukup parah bila menyerang anak bayi, bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kematian (Mahayu,2014). Di Indonesia vaksin terhadap difteri, pertusis, dan tetanus terdapat dalam 3 jenis kemasan, yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT dan kombinasi DPT. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu penyuntikan minimal selama 4 minggu. Suntikan pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, itu sebabnya suntikan ini harus diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1-2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Reaksi yang terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama I-2 hari. Imunisasi ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan yang menderita kejang demam kompleks (Syahputri, 2013). c. Imunisasi Polio Imunisasi Polio adalah imunisasi yang digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum dapat diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Dibeberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio (Mahayu,2014).
13
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT. d. Imunisasi Campak Imunisasi campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivis dan bercak merah. Bercak merah ini mula-mula timbul dipipi yang menjalar ke muka, tubuh dan anggota badan. Bercak merah ini akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam waktu 7-10 hari. Pada stadium demam, penyakit campak sangat mudah menular. Sedangkan pada anak yang kurang gizi, penyakit ini dapat diikuti oleh komplikasi yang cukup berat seperti radang otak (encephalitis), radang paru, atau radang saluran kencing (Mahayu,2014). Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam kandungan dan kekebalan ini bertahan hingga usia bayi mencapai 6 bulan. Imunisasi campak diberikan kepada anak usia 9 bulan. Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Namun ada kalanya terjadi demam ringan atau sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga, atau pembengkakan pada tempat suntikan. e. Imunisasi Hepatitis B Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Virus ini menyerang hati dan dapat menjadi kronik/menahun yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker hati dikemudian hari (Mahayu,2014).
14
Imunisasi dasar hepatitis B diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1 bulan antara suntikan pertama dengan kedua dan tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar. 2.1.4. Kontraindikasi Pemberian Imunisasi Menurut Mahayu (2014) ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak dapat memberikan imunisasi pada yaitu: a. Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang. b. Vaksin polio tidak boleh diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi. c. Sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan sistem imun, seperti sitostatika, transfusi darah dan imunoglobulin. d. Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertussis. 2.1.5. Efek Samping Pemberian Imunisasi Hal hal berikut walaupun sangat jarang terjadi merupakan efek samping penyuntikan imunisasi (Lisnawati, 2011): 1. Demam Atasi segera dengan memberikan kepada anak obat turun panas. Bila demam tidak turun, segera bawa anak kepuskesmas atau sarana pelayanan kesehatan terdekat.
15
2. Ruam Kulit Ruam disekitar tempat penyuntikan membengkak dan memerah . Biasanya efek ini akan menghilang setelah beberapa hari. 3. Hepatitis Ini dapat terjadi bila jarum yang digunakan tidak steril atau telah digunakan berkali-kali. Karena itu jangan lupa untuk meminta petugas kesehatan menggunakan jarum suntik yang baru dan steril. 2.1.6. Manfaat Imunisasi Manfaat imunisasi antara lain (Mahayu,2014) a. Menghindari bayi dan anak dari serangan penyakit. b. Meningkatkan kekebalan anak pada hari tertentu. c. Memperkecil kemungkina terjadinya penyakit menular. d. Meningkatkan derajat kesehatan nasional karena semakin jarang penyakit. 2.1.7. Syarat-syarat Imunisasi Menurut Lisnawati (2011) dalam penelitian imunisasi yang harus diperhatikan yaitu : a. Diberikan pada bayi atau anak yang sehat b. Vaksin yang diberikan harus baik c. Disimpan dilemari es dan dan belum lewat mas berlakunya d. Pemberian imunisasi dengan tekhnik yang tepat e.
Mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima
16
f. Meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan. g. Mencatat nomor Bacch pada buku anak atau kartu imunisasi.
2.2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi 9-12 Bulan 1.
Pengetahuan Pengetahuan adalah informasi, maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang atau gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal informasi-informasi tersebut menyebabkan penurunan drastis jumlah bayi-bayi yang mendapatkan imunisasi dan secara langsung menyebabkan jumlah penderita infeksi kembali meningkat (Meliono, 2007). Berdasarkan penelitian tingginya tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang baik dari petugas kesehatan dalam hal memberikan imformasi atau penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang imunisasi memungkinkan orang tersebut untuk mengaplikasikan pengetahuan yakni dalam hal ini mengimunisasikan balitanya secara lengkap. Semakin banyak seseorang memperoleh informasi , maka semakin baik pula pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka menyebabkan kurangnya pengetahuan (Suryanto, 2007). 2.
Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan
17
datang (Haryanto,2012). Selain itu juga tidak menutup kemungkinan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang imunisasi dasar dan status imunisasi dasar balitanya tidak lengkap dan sebaliknya ibu dengan pendidikan rendah memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar sehingga sehingga imunisasi dasar balitanya menjadi lengkap (Notoadmojo,2003). Tingkat pendidikan ibu yang masih tergolong rendah itu pendidikan terakhirnya SD-SMP sehingga itu juga hal yang menyebabkan tidak ada kemauan ibu untuk melakukan imunisasi dasar sehingga imunisasi dasar pada bayi tersebut tidak lengkap (Fitriyanti,2012). 3.
Pekerjaan Pekerjaan adalah perbuatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Ibu yang bekerja akan cenderung tidak memiliki waktu yang cukup untuk imunisasi anaknya. Ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu yang luang untuk bisa mendapatkan banyak informasi dari berbagai media antara lain : televisi, radio, surat kabar tentang imunisasi dasar dibandingkan dengan ibu bekerja (Fitriyanti, 2012). Ibu yang bekerja sebagai petani di desa tersebut kurang memiliki waktu untuk melaksanakan kunjungan imunisasi tersebut, dibandingkan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai waktu lebih banyak di rumah sehingga lebih dapat memberikan pemberian imunisasi pada balitanya. Status pekerjaan seorang ibu dapat berpengaruh pada kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan
18
pengetahuan
dengan
cara
menambah
pengetahuan
tentang
imunisasi
dan
memperhatikan kesehatan tentang anak-anak (Fitriyanti, 2012). Dalam penelitian menyebutkan bahwa pekerjaan ibu sebagai petani menggambarkan angka ketidaklengkapan imunisasi dasar. Lebih banyak yang memiliki balita dengan status imunisasi dasar yang tidak lengkap yakni berjumlah dibandingkan dengan ibu yang memiliki balita dengan status imunisasi dasar yang lengkap. Hal ini karena ibu rumah tangga lebih banyak mempunyai waktu dirumah sehingga lebih dapat memperhatikan pemberian imunisasi pada balitanya.Status perkerjaan seorang ibu dapat berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara menambah pengetahuan tentang imunisasi dan perhatian terhadap kesehatan anak-anaknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh hasil penelitian yang didukung (Kurniati, 2008) bahwa ibu bekerjapun status imunisasi dasar balitanya lengkap. Hal ini tidak lain karena profesi pekerjaan mereka yakni sebagai petugas kesehatan yang lebih mengerti dan memahami pentingnya imunisasi dasar pada anak . 4.
Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi imunisasi dasar lengkap pada bayi,
karena ibu bayi merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dengan petugas kesehatan. Memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat yang professional akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Suparyanto, 2007).
19
Seharusnya disiapkan antara lain brosur tentang imunisasi diperbanyak dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sesuai dengan taraf pendidikan orang tua khususnya ibu-ibu. Organisasi non frofit harus membantu hal ini. Sehingga masyarakat di desa tersebut memerlukan informasi atau haus akan penjelasan berbagai hal khusunya kesehatan mereka, kesehatan anaknya, termaksud status imunisasinya (Fitriyanti, 2012). Pada ibu yang mempunyai persepsi buruk tentang KMS (Kartu Menuju Sehat) maka ibu akan kesulitan untuk mengetahui kondisi kesehatan balitanya sehingga dampaknya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak yang kekurangan gizi untuk kepentingan tumbuh kembangnya. Pelayananan kesehatan yang baik juga dipengaruhi oleh kesadaran petugas kesehatan akan professionalisme kerja sangat mempengaruhi kepuasan pasien (Fitriyanti, 2012).
20
2.3. Kerangka Konsep Adapun Kerangka Konsep penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Pengetahuan 2. Pendidikan Kelengkapan Imunisasi 3. Pekerjaan 4. Pelayanan Kesehatan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.4. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan Pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir. 2. Ada hubungan pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
21
3. Ada hubungan pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir. 4. Ada hubungan pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik yaitu dengan pendekatan cross sectional, menganalisa dan menyajikan data secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dan dipahami dan disimpulkan yaitu untuk melihat apakah faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Desa Maranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir. Dengan alasan berdasarkan pertimbangan bahwa desa tersebut karena masih banyak ibu yang mempunyai bayi di Desa tersebut tidak melakukan imunisasi dasar lengkap pada bayi 9-12 bulan di desa Maranti Timur Kecamatan Toba Samosir. Dari survey dilakukan dijumpai 40 bayi di Desa Meranti Timur, yang melakukan imunisasi dasar lengkap 28 bayi dan yang tidak melakukan imunisasi dasar lengkap sebanyak 12 bayi. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan bulan Januari-April 2014.
22
23
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Notoadmojo, 2008). Dimana yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi di Desa Maranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir dengan jumlah responden 40 orang. 3.3.2. Sampel Sampel dari penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan untuk sampel penelitian atau total sampling (Notoadmojo, 2008). Yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi di Desa Maranti Timur Kecamatan Toba Samosir sebanyak 40 orang.
3.4.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan oleh peneliti dengan cara observasi langsung dengan menggunakan lembaran kuesioner yang telah disiapkan. Diberikan terlebih dahulu penjelasan tentang isi daftar pertanyaan setelah ibu mengerti lalu dipersilahkan untuk menjawab. 3.4.2. Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
24
3.5.
Definisi Operasional Tabel 3.5. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil ukur
No
Variabel
Definisi Operasional
1
Pengetahuan
2
Pendidikan
3
Pekerjaan
4
Pelayanan kesehatan
5
Kelengkapan Imunisasi
Segala sesuatu yang dipahami, dimengerti dimengerti ibu tentang imunisasi pada dan pemahaman responden dalam menjawab pertanyaan imunisasi dalam berdasarkan beber apa responden menjawab pertanyaan. Proses belajar yang pernah di tempuh Secara formal didalam lembaga pendidikan terakhir yang diikuti Responden. Perbuatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Upaya yang diselenggarakan sendiri/ secara bersama sama dalam suatu organisasi untuk dan meningkatkan kesehatan. Salah satu jenis usaha memberikan kekebalan pada anak dengan memaksukkan vaksin kedalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Cara dan Hasil Ukur Alat Ukur Kuesioner 0.Buruk (Qesioner) (0-3= <76%) 1.Baik (4-5=>76%)
Skala Ukur Ordinal
Kuesioner (Qesioner)
Ordinal
0.Rendah (SD-SMP) 1.Tinggi (SMA-S1)
Kuesioner 0.Bekerja (Qesioner) 1.Tidak Bekerja
Ordinal
Kuesioner (Qesioner)
0. Baik 1. Kurang Baik
Ordinal
Kuesioner (Qesioner)
0.Lengkap 1.Tidak Lengkap
Ordinal
25
3.6.
Pengolahan Data Dalam pengolahan data menurut Notoadmojo (2008) dilakukan dengan empat
langkah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Data (Editing) Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap , jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, konsisten. 2. Pemberian kode pada data (Coding) Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk
angka atau bilangan. 3. Memasukkan Data (Tabulating) Setelah data di coding maka selanjutnya memasukkan entry dari data kuesioner kedalam program computer. 4. Pembersihan Data (Cleaning) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
3.7. Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi responden. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada
26
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pelayananan kesehatan dan kelengkapan imunisasi. 2. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pelayananan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dengan menggunakan uji statistik.
27
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Di desa Meranti Timur Kecamatan Pintu pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir, Desa tersebut terdiri dari 600 KK, Luas wilayahnya yaitu ± 7561 Ha. Desa ini merupakan salah satu desa yang berbeda dengan luas wilayah dan batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Asahan
Sebelah Selatan
: Meranti Tengah/ Dolok Surungan
Sebelah Timur
: Aek Uccim
Sebelah Barat
: Meranti Utara / Asahan
4.1.2. Analisa Univariat Analisa Univariat dalam penelitian ini meliputi frekuensi dari karakteristik responden baik variabel dependen maupun variabel independent yang meliputi tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pelayanan kesehatan dan kelengkapan imunisasi.
4.2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Untuk melihat pengetahuan ibu tentang imunisasi disusun 10 pertanyaan dapat dijabarkan pada tabel 4.1.
27
28
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi 9-12 Bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanyaan Ibu mengetahui jenis imunisasi Ibu mengetahui tujuan pemberian imunisasi pada bayi Ibu mngetahui manfaat pemberian imunisasi pada bayi Ibu mengetahui jenis- jenis imunisasi pada bayi Ibu mengetahui syarat pemberian imunisasi Ibu mengetahui jadwal pemberian imunisasi Ibu mengetahui pemberian imunisasi DPT yang wajib selama bayi masih usia 9-12 bulan Ibu mengetahui jadwal pemberian imunisasi DPT 1 pada bayi Ibu mengetahui jadwal pemberian imunisasi DPT 1 pada bayi Ibu mengetahui jadwal pemberian imunisasi DPT 1 pada bayi
Jawaban Tidak % n % 30 28 70 37,5 25 62,5
Ya n 12 15 20
50
20
50
19 20 17 26
47,5 25 42,5 65
21 30 23 14
52,5 75 57,5 35
18
45
22
55
16
40
24
60
20
50
20
50
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu yang mengerti arti imunisasi adalah sebanyak 12 orang (30%), ibu yang mengetahui tujuan imunisasi pada bayi adalah sebanyak 15 orang (37,5%), ibu yang mengetahui manfaat imunisasi pada bayi adalah sebanyak 20 orang (50%), ibu yang mengetahui jenis-jenis imunisasi pada bayi adalah sebanyak 19 orang (47,5%), ibu yang mengetahui syarat pemberian imunisasi pada bayi adalah sebanyak10 (25%), ibu yang mengetahui jadwal pemberian imunisasi DPT 1 pada bayi adalah sebanyak (45%). Ibu mengetahui jadwal pemberian imunisasi DPT II adalah sebanyak (40%). Ibu mengetahui pemberian jadwal imunisasi DPT III adalah sebanyak (50%).
29
Hasil pengukuran pengetahuan kemudian dikategorikan dapat dilihat pada tabel 4.2: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir No 1. 2.
Tingkat Pengetahuan Buruk Baik Total
f 28 12 40
% 70 30 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lebih banyak ibu pengetahuan buruk sebanyak 28 orang (70%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 12 orang (30%).
4.3. Tingkat Pendidikan Ibu tentang Imunisasi Untuk melihat pendidikan ibu terhadap imunisasi dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir No 1. 2.
Pendidikan Rendah Tinggi Total
f 24 16 40
% 60 40 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pendidikan Ibu tentang imunisasi dasar lebih banyak ibu pendidikan rendah sebanyak 24 (60%), dan lebih sedikit dengan pendidikan tinggi sebanyak 16 (40%).
30
4.4. Tingkat Pekerjaan Ibu tentang Imunisasi Untuk melihat pekerjaan ibu terhadap imunisasi dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pekerjaan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir No 1. 2.
Pekerjaan
f 24 16 40
Bekerja Tidak Bekerja Total
% 60 41 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan ibu tentang imunisasi dasar lebih banyak bekerja sebanyak 24 orang (60%), dan lebih sedikit dengan tidak bekerja sebanyak 16 orang (40%). 4.5. Tingkat Pelayanan Kesehatan Ibu terhadap Imunisasi Untuk melihat dukungan keluarga ibu terhadap imunisasi dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pelayanan Kesehatan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir No 1. 2.
Pelayanan Kesehatan Kurang Baik Baik Total
f 23 17 40
% 57,5 42,5 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pelayanan kesehatan ibu tentang imunisasi dasar lebih banyak sebanyak 23 orang (57,5%) dan lebih sedikit dengan pelayanan kesehatan ibu tentang imunisasi dasar sebanyak 17 orang (45,5%).
31
4.6. Kelengkapan Imunisasi pada Bayi 9-12 Bulan Untuk melihat kelengkapan imunisasi terhadap ibu yang melakukan imunisasi dasar lengkap dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi 9-12 Bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir No 1. 2.
Imunisasi Tidak Lengkap Lengkap Total
f 28 12 40
% 70 30 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kelengkapan imunisasi tentang imunisasi dasar lebih banyak sebanyak 28 orang (70%) dan lebih sedikit kelengkapan imunisasi tentang imunisasi dasar sebanyak 12 orang (30%).
4.7. Analisa Bivariat Analisa statistik untuk menguji apakah ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pelayanan kesehatan dengan kelengkapan Imunisasi Dasar Pada bayi 9-12 bulan lebih awal dipakai analisa dengan uji chi-square yang ditunjukan dengan analisa crosstab, probabilitas, frekuensi dan dapat dipakai hasil sebagai berikut.
32
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi 9-12 Bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Kabupaten Toba Samosir.
No 1 2
Pengetahuan Buruk Baik
Imunisasi Tidak Lengkap Lengkap n % n % 24 86 4 14 4 33,3 8 66,6
Total N % 28 100 12 100
Prob
0,003
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 28 responden yang berpengetahuan buruk terdapat imunisasi tidak lengkap sebanyak 24 responden (86%), dan imunisasi lengkap sebanyak 4 responden (14%). Sedangkan dari 12 responden berpengetahuan baik terhadap imunisasi tidak lengkap 4 responden (33,3%) dan ibu berpengetahuan baik terhadap imunisasi lengkap sebanyak 8 responden (66,6%). Hasil uji chi-square diperoleh prob 0,003 < 0,05 berarti Ho ditolak, ada hubungannya pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Timur Kabupaten Toba Samosir. Tabel 4.8.
No 1 2
Distribusi Frekuensi Hubungan Pendidikan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi 9-12 di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir
Pendidikan Rendah Tinggi
Imunisasi Tidak Lengkap Lengkap n % n % 22 92 2 8 6 37,5 10 62,5
Total n % 24 100 16 100
Prob 0,009
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 24 responden yang berpendidikan rendah terdapat imunisasi tidak lengkap sebanyak 22 responden (92%) dan imunisasi lengkap sebanyak 2 responden (8%). Sedangkan dari 16 responden berpendidikan
33
tinggi terdapat imunisasi lengkap sebanyak 6 responden (37,5) dan ibu berpendidikan tinggi terhadap imunisasi lengkap sebanyak 10 responden (62,5%). Hasil uji chisquare diperoleh prob 0,009 < 0,05 berarti Ho ditolak, ada hubungannya pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti. Tabel 4.9.
No. 1 2
Distribusi Frekuensi Hubungan Pekerjaan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi 9-12 di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja
Imunisasi Tidak Lengkap Lengkap n % n % 21 87,5 3 12,5 7 43,7 9 56,2
Total N % 24 100 16 100
Prob 0.009
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 24 responden yang bekerja terdapat imunisasi tidak lengkap sebanyak 21 responden (87%) dan imunisasi
lengkap
sebanyak 3 responden (12,5%). Sedangkan dari 16 responden tidak bekerja terdapat imunisasi tidak lengkap sebanyak 7 responden (43,7%) dan bekerja terdapat imunisasi lengkap sebnyak 9 responden (56,2%). Hasil uji chi-square diperoleh prob 0,009 < 0,05 berarti Ho ditolak, ada hubungan pekerjaan dengan kelengkapan ibu tidak melakukan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
34
Tabel 4.10.
No
1 2
Distribusi Frekuensi Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi 9-12 Bulan di Desa Meranti Timur Kabupaten Toba Samosir
Pelayanan Kesehatan Kurang Baik Baik
Imunisasi Tidak Lengkap Lengkap n % n % 23 100 0 0 5 29,4 12 70,5
Total N 23 17
% 100 100
Prob
0,000
Dari tabel di atas dilihat bahwa dari 23 responden yang pelayanan kesehatan kurang baik terdapat imunisasi tidak lengkap sebanyak 23 responden (100%) dan imunisasi lengkap sebanyak 0 responden (0%). Sedangkan dari 17 responden pelayanan kesehatan yang baik terdapat imunisasi tidak lengkap sebanyak 5 responden (29,4%) dan imunisasi lengkap sebanyak 12 responden (70,5%). Hasil uji chi-square diperoleh prob 0,000 < 0,05 berarti Ho ditolak, ada hubungannya pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 912 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
35
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pengetahuan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir Hasil penelitian bahwa ibu dengan pengetahuan baik terdapat kelengkapan imunisasi dasar sebesar 66,6%. Berdasarkan uji chi-square ada hubungan pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan (p < 0. 003). Mengacu pada hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu akan semakin tinggi kelengkapan imunisasi dasar. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan adalah masih buruk. Hal itu disebabkan karena semakin
banyak
ibu
memperoleh
informasi,
maka
semakin
baik
pula
pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya. Dan semakin baik pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin baik pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan suatu bentuk tahu yang diperoleh dari pengetahuan, akal dan pikiran seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu pada akhirnya memungkinkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Semakin tinggi pengetahuan ibu semakin besar kemungkinan status imunisasi anaknya lengkap. Penerimaan ibu akan imunisasi terhadap anaknya karena mereka mengerti tentang pesan-pesan kesehatan yang disampaikan kepada mereka. Semakin tinggi
35
36
pengetahuan seseorang tentang imunisasi, memungkinkan orang tersebut untuk mengaplikasikan pengetahuannya yakni dalam hal ini mengimunisasikan balitanya secara lengkap. Informasi adalah salah satu organ pembentuk pengetahuan (Suryanto,2007). Hasil pengujian dengan uji chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan secara bermakna dengan ibu tidak melakukan imunisasi dasar lengkap pada bayi 9-12 bulan (p<0,003). Hal ini sesuai dengan menyatakan bahwa adanya pengetahuan sangat mempengaruhi faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar (Kurniati, 2008).
5.2. Pengaruh Pendidikan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir Hasil penelitian bahwa ibu dengan pendidikan tinggi terdapat kelengkapan imunisasi dasar sebesar 62,5%. Berdasarkan uji chi-square ada hubungan pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan (p<0,001). Mengacu pada hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin tinggi kelengkapan imunisasi dasar. Hasil penelitian diperoleh bahwa pendidikan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan adalah masih rendah, karena berdasarkan pendidikan terakhir ibu yang terdapat tamatan Sekolah Dasar dan juga Sekolah Menengah Pertama. Disini kemauan ibu juga berperan tidak hanya pendidikan ibu, ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi, namun tidak ada kemauan untuk mengetahui
37
pentingnya imunisasi dasar juga dapat menyebabkan status imunisasi dasar balita tidak lengkap. Ibu yang berpendidikan tinggi tidak menutup kemungkinan bahwa tingkat pengetahuannya rendah tentang imunisasi dasar dan status imunisasi dasar balitanya tidak lengkap dan sebaliknya ibu yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar sehingga imunisasi dasar balitanya lengkap (Notoadmojo,2008). Pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan formal semata, pengetahuan juga dapat diterima dari generasi sebelumnya dan juga penyuluhan-penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan (Siregar, 2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena pengetahuan tidak hanya didapat dari bangku sekolah dan pendidikan mempengaruhi faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi pada bayi 9-12 bulan.
5.3. Hubungan Pekerjaan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi 912 Bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir Hasil penelitian bahwa ibu dengan tidak bekerja terdapat kelengkapan imunisasi dasar sebesar 56,2%. Berdasarkan uji chi-square ada hubungan pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan. Mengacu pada hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak ibu tidak bekerja akan semakin rendah kelengkapan imunisasi dasar kemudian ibu yang tidak
38
bekerja yang hanya sebagai ibu yang bekerja memiliki pengetahuan yang sedikit tentang kesehatan. Ibu yang bekerja akan cenderung tidak memiliki waktu yang cukup untuk imunisasi anaknya. Ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu yang luang untuk bisa mendapatkan banyak informasi dari berbagai media diantaranya : televisi, radio, surat kabar tentang imunisasi dasar dibandingkan dengan ibu bekerja (Fitriyanti, 2012). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah yang memiliki banyak tantangan, sedangkan bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak memerlukan waktu dan tenaga. Status perkerjaan seseorang ibu dapat berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara menambah pengetahuan tentang imunisasi dan perhatian terhadap kesehatan anak-anaknya. Ibu yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga masih bisa mendapatkan banyak informasi dari berbagai media, antara lain: televisi, radio, surat kabar tersebut. Hal ini menyatakan bahwa pekerjaan ibu sangat berpengaruh pada kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan (Kurniati, 2008).
5.4.
Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir Hasil penelitian bahwa ibu dengan pelayanan kesehatan yang baik terdapat
kelengkapan imunisasi dasar sebesar 70,5%. Berdasarkan uji chi-square ada hubungan pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12
39
bulan (p<0,000). Mengacu pada hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelayanan kesehatan ibu akan semakin tinggi kelengkapan imunisasi dasar. Berdasarkan penelitian pelayanan petugas kesehatan terhadap pasien dipengaruhi oleh kesadaran petugas kesehatan akan profesionalisme kerja sangat mempengaruhi kepuasan pasien. Pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi imunisasi dasar lengkap pada balita, karena ibu balita merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan.Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori diatas menurut analisis peneliti pada dasarnya pelayanan yang baik dari petugas kesehatan sangat mempengaruhi status imunisasi dasar lengkap pada balita. Petugas yang bersikap ramah, baik dan selalu memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi dasar pada balita akan mempengaruhi ibu-ibu yang mempunyai balita akan datang
ketempat
pelayanan
kesehatan
dalam
hal
ini
Posyandu
untuk
mengimunisasikan anaknya dengan lengkap.yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelayanan petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi (Siswandoyo,2003).
40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Ada hubungan Pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
2.
Ada hubungan Pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
3.
Ada hubungan Pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 912 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
4.
Ada hubungan Pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 9-12 bulan di Desa Meranti Timur Kecamatan Pintu Pohan Meranti Kabupaten Toba Samosir.
6.2. Saran 1.
Bagi Ibu yang Mempunyai Bayi Diharapkan kepada ibu yang mempunyai bayi agar teratur membawa bayinya untuk diimunisasi sesuai dengan waktunya agar bayi memiliki daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit.
40
41
2.
Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar memberi tenaga imformasi lebih lengkap kepada ibu yang mempunyai bayi agar dapat menambah pengetahuan ibu tentang imunisasi sehingga ibu aktif membawa bayinya untuk imunisasi.
3.
Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan keaktifan ibu membawa bayinya untuk imunisasi.
42
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz, 2012. Kesehatan ibu dan anak, PT Rineka Cipta, Jakarta Depkes
RI. 2008. Pedoman Tatalaksana Medic Kejadian Imunisasi (KIPI) Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.
Ikutan
Pasca
Fitriyanti, 2012. Imunisasi Dasar Lengkap, Rineka Cipta. Jakarta Haryanto,2012. Metode Penelitian Kebidanan,salemba medika, Jakarta. Kurniati, 2008. Ibu Menyusui,cetakan pertama,EGC.Jakarta. Lisnawati, Lilis, 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi : Jakarta Trans Infomedia : Jakarta Lukmanto, Budi 2014. Majalah kedokteran Nusantara [ dikutip pada tanggal 24 Mei 2014] http;//www. Budi. lukmanto org/index.com. Nina, Muliyani, 2013. Imunisasi Untuk Anak, Nuha Medika: Yogyakarta Notoadmodjo S, 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta 2008. Ilmu Kesehatan Anak,Rineka Cipta,Jakarta Mahayu, Pury, 2014. Imunisasi dan Nutrisi,Buku Biru.Jogjakarta Meliono, 2007. Panduan pemberian Imunisasi,Nuha Medika.Jakarta Paridawati, 2011. Imunisasi Dasar Pada Balita,Rineka Cipta. Yogyakarta Suparyanto,2007. Pemberian Imunisasi Pada Bayi Balita.Yogyakarta. Suryanto, 2007. Pintar Merawat Bayi :PT Bina Pustaka, Jakarta. Rezeki,2011. Imunisasi (KIPI) Bagi Petugas Kesehatan,Salemba Medika. Jakarta Siregar,2007. Imunisasi dan Vaksinasi,Buku Kedokteran:Yogyakarta Siswandoyo, 2003. Asuhan Pada Bayi dan Balita,PT Rineka Cipta: Jakarta.
42
43
Supartini, 2006. Pedoman Imunisasi di Indonesia,Rineka Cipta. Jakarta Syahputri,Ayu, 2013. Imunisasi Dasar Lengkap [dikutip pada tanggal 12 Mei 2014] http://www.imunisasi.com.
44
Lampiran 1 KUESIONER FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 9-12 BULAN DI DESA MERANTI TIMUR KECAMATAN PINTU POHAN MERANTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR
1. Identitas Responden 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Alamat
:
4. Pendidikan
:
5. Pekerjaan
:
II. Pertanyaan ini hanyalah bertujuan untuk memperoleh data penelitian, mohon ibu jawab dengan jujur, dengan cara memilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda (x). A. Pengetahuan 1. Apa yang di maksud dengan imunisasi a. Untuk memberi kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. b. Mempertimbangkan kekebalan tubuh. 2. Tujuan pemberian imunisasi pada bayi adalah a. Untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit. b. Untuk kekebalan aktif 3. Manfaat dari pemberian imunisasi a. Untuk mencegah dari suatu penyakit b. Untuk mengetahui imunisasi 4. Jenis jenis imunisasi pada bayi a. Bcg, dpt, hb, polio dan campak. b. Dpt, polio dan TT.
45
5. Syarat pemberian imunisasi pada bayi a. Bayi dalam keadaan sehat. b. Bayi yang sudah berumur 0-9 bulan 6. Jadwal pemberian imunisasi BCG pada bayi a. 1 kali b. 3 kali 7. Pemberian imunisasi DPT yang wajib selama bayi masih usia 0-9 bulan a. 3 kali b. 2 kali 8. Pada usia berapa jadwal pemberian imunisasi DPT 1 pada bayi a. Usia bayi 3 bulan b.
Usia bayi 1 bulan
9. Pada usia berapa jadwal pemberian imunisasi DPT II pada bayi a. Usia 4 bayi 4 bulan b. Usia bayi 3 bulan 10. Pada usia berapa jadwal pemberian imunisasi DPT III pada bayi a. Usia bayi 5 bulan b. Usia bayi 3 bulan
46
Lampiran 2. MASTER DATA PENELITIAN No
Pengetahuan
Pendidikan
Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
Pelayanan Kesehatan 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
Imunisasi 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
47
Keterangan: 1. Pengetahuan 1. Buruk
: 0 (jika jawaban responden memiliki total skore<76% dari 5)
2. Baik
: 1 ( jika jawaban responden memiliki total skore>76% dari 5)
2. Pendidikan 1. Rendah
: 0 ( jika pendidikan terakhir SD-SMP)
2. Tinggi
: 1 ( jika pendidikan terakhir Perguruan Tinggi)
3. Pekerjaan 1. Bekerja
: 0 (Jika pekerjaan ibu bertani )
2.Tidak Bekerja
: 1 (jika ibu sebagai ibu rumah tangga)
4. Pelayanan Kesehatan 1. Kurang baik
: 0 (jika petugas kesehatannya kurang aktif)
2. Baik
: 1 (jika petugas kesehatannya aktif )
48
Lampiran 3. Hasil Statistik
pengetahuan * imunisasi Crosstab Imunisasi Pengetahuan
buruk
baik
Total
tidak lengkap
Lengkap
Total
Count
24
4
28
Expected Count
19,6
8,4
28,0
% within pengetahuan
85,7%
14,3%
100,0%
Count
4
8
12
Expected Count
8,4
3,6
12,0
% within pengetahuan
33,3%
66,7%
100,0%
Count
28
12
40
Expected Count
28,0
12,0
40,0
% within pengetahuan
70,0%
30,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
Value 10,975(b)
Df 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,001
8,622
1
,003
10,626
1
,001
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
10,701
N of Valid Cases
40
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. sided)
,002
,002
,001
Frequency Table pengetahuan
Valid
Buruk Baik Total
Frequency 28 12 40
Percent 70,0 30,0 100,0
Valid Percent 70,0 30,0 100,0
Cumulative Percent 70,0 100,0
(1-
49
pendidikan * imunisasi Crosstab Imunisasi pendidikan
rendah
Tinggi
Total
Total
tidak lengkap
Lengkap
Count
22
2
24
Expected Count
16,8
7,2
24,0
% within pendidikan
91,7%
8,3%
100,0%
Count
6
10
16
Expected Count
11,2
4,8
16,0
% within pendidikan
37,5%
62,5%
100,0%
Count
28
12
40
Expected Count
28,0
12,0
40,0
% within pendidikan
70,0%
30,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. (2-sided)
Pearson Chi-Square
13,413(b)
1
,000
Continuity Correction(a)
10,957
1
,001
Likelihood Ratio
13,931
1
,000
Sig.
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
13,077
N of Valid Cases
40
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,000
,000
,000
pendidikan
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Rendah
24
60,0
60,0
60,0
Tinggi
16
40,0
40,0
100,0
Total
40
100,0
100,0
50
pekerjaan * imunisasi Crosstab Imunisasi pekerjaan
Bekerja
tidak bekerja
Total
Total
Count
tidak lengkap 21
lengkap 3
24
Expected Count
16,8
7,2
24,0
% within pekerjaan
87,5%
12,5%
100,0%
Count
7
9
16
Expected Count
11,2
4,8
16,0
% within pekerjaan
43,8%
56,3%
100,0%
Count
28
12
40
Expected Count
28,0
12,0
40,0
% within pekerjaan
70,0%
30,0%
100,0%
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square
8,750(b)
1
,003
Continuity Correction(a)
6,791
1
,009
Likelihood Ratio
8,854
1
,003
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
8,531
N of Valid Cases
40
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,005
,005
,003
pekerjaan
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Bekerja
24
60,0
60,0
60,0
tidak bekerja
16
40,0
40,0
100,0
Total
40
100,0
100,0
51
pelayanan kesehatan * imunisasi Crosstab Imunisasi pelayanan kesehatan
kurang baik
Baik
Total
tidak lengkap 23
Lengkap 0
Total 23
Expected Count % within pelayanan kesehatan
16,1
6,9
23,0
100,0%
,0%
100,0%
Count Expected Count
5 11,9
12 5,1
17 17,0
% within pelayanan kesehatan
29,4%
70,6%
100,0%
Count
28
12
40
Expected Count % within pelayanan kesehatan
28,0
12,0
40,0
70,0%
30,0%
100,0%
Count
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
Value 23,193(b)
Df 1
Asymp. (2-sided) ,000
19,954
1
,000
28,272
1
,000
Sig.
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
22,613
N of Valid Cases
40
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,000
,000
,000
pelayanan kesehatan
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang baik
23
57,5
57,5
57,5
Baik
17
42,5
42,5
100,0
Total
40
100,0
100,0