BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal
antara fisik, mental, dan sosial yang dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai usianya (Supartini, 2004). Penyakit pada dasarnya ditimbulkan oleh empat faktor, yaitu lingkungan (30%), perilaku (40%), genetik (20%), akses pada tempat pelayanan kesehatan (10%), perilaku sangat mempengaruhi terjadinya sakit. (Sidipraptomo dalam Bararah (2011). Menurut Notoatmodjo (2003) bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu: Perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku dalam bentuk tindakan sudah konkrit, yaitu berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Perilaku sehari-hari dapat memberi pengaruh sangat besar terhadap kondisi sehat seorang anak. Salah satu perilaku yang mempengaruhi kondisi sehat tersebut adalah mencuci tangan. Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara membersihkan
tangan dan jari-jemari
dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang bertujuan agar tangan menjadi bersih. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah membersihkan tangan dan jarijemari menggunakan air mengalir dan sabun untuk menjadi bersih dan memutuskan rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
1
2
pencegahan penyakit. Tangan sering menjadi agen yang membawa kuman berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung atau kontak tidak langsung (Danuwirahadi, 2010). Bibit penyakit akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh apabila tangan dalam keadaan kotor yang dapat mengakibatkan penyakit seperti diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), cacingan, dan demam tifoid (Anugrah, 2007). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 juga menunjukkan bahwa ISPA dan diare masih ditemukan dengan persentase tertinggi pada anak usia di bawah lima tahun yaitu 43% dan 16%. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) (2003) dalam Rendita (2009), diare merupakan penyebab kematian nomor tiga pada Balita (Bawah lima tahun) di Dunia. Di Asia Tenggara diare juga menempati urutan ketiga penyebab kematian pada Balita dan di Indonesia menurut Surkesnas (Survei Kesehatan Nasional) 2001 dalam Rendita (2009), diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada Balita. Indonesia merupakan kawasan endemik berbagai penyakit menular, salah satunya adalah diare. Berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian
peringkat
ketiga
setelah
TB
(Tuberculosis)
dan
Pneumonia
(Setiyawatiningsih, 2005). Bali menduduki peringkat keenam kejadian diare di indonesia (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2012) diperoleh kasus penyakit infeksi paling tinggi adalah diare dan menyerang Balita yaitu sekitar 7.975 anak. Kasus diare tertinggi di Bali adalah daerah Denpasar yaitu 1.551 anak (Dinkes, 2012).
3
Menurut
World Health Organization (WHO), CTPS mampu mengurangi
angka diare sebanyak 45% dan mampu menurunkan kasus ISPA serta flu Burung hingga 50%. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah memperingati hari cuci tangan pakai sabun. HCTPS (Hari Cuci Tangan Pakai Sabun) diperingati oleh banyak negara di dunia untuk meningkatkan budaya CTPS secara global. Upaya yang sudah dilakukan oleh UNICEF (United Nations Children’s Fund) adalah memperingati HCTPS Sedunia setiap tanggal 15 Oktober. HCTPS di Indonesia sebagai momentum untuk terus meningkatkan kebiasaan CTPS terutama di kalangan anak-anak (Depkes RI, 2013). Hasil penelitian dari Ponidjan (2013) menyebutkan bahwa ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare pada anak. Demikian pula perilaku CTPS yang tidak benar masih tinggi ditemukan pada anak usia 10 tahun ke bawah (Depkes RI, 2007). Namun masih sedikit yang melaksanakan CTPS, dari hasil penelititian CTPS pada anak didapatkan perbandingan prevalensi kegiatan rutin CTPS anak disekolah 3,85%, dirumah 1,85% dan keduanya 1,37% (Lestari, 2012). Pramono (2011) juga menyebutkan sebanyak 76,8% responden belum benar dalam perilaku cuci tangan. Hasil penelitian Fazlin (2012) menunjukkan bahwa semakin kurang tingkat pengetahuan siswa tentang teknik mencuci tangan yang benar maka kejadian diare semakin tinggi. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa siswa-siswa masih banyak yang belum memiliki pengetahuan yang baik tentang teknik mencuci tangan yang benar yaitu 39,2% siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang teknik mencuci
4
tangan yang benar, 35,1% siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang teknik mencuci tangan yang benar, dan 25,7% siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang teknik mencuci tangan yang benar. Maka perlu adanya pendidikan serta pembelajaran kesehatan untuk membiasakan diri menerapkan teknik mencuci tangan yang benar. Hal tersebut tidak mudah namun apabila pendidikan dan pembelajaran mengenai kesehatan diberikan sejak dini maka akan lebih mudah diterima jika dibandingkan pada orang dewasa (Rachmayanti, 2009). PAUD (Pedidikan Anak Usia Dini) khususnya anak taman kanak-kanak merupakan anak yang sedang berada dalam proses perkembangan, baik perkembangan nilai-nilai, fisik, kognitif, bahasa, maupun sosial dan emosional. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan (Hizmawaty, 2013). Sejalan dengan ciri khas periode ini sebagai masa bermain, hampir seluruh kegiatan pada usia prasekolah melibatkan unsur bermain (Arthur dalam Mukhoyaroh, 2011). Anak suka bermain dalam posisi yang sangat berdekatan antara satu dengan yang lainnya, selain itu anak juga menggunakan tangan untuk meletakkan suatu benda di mulutnya, makan, berpegangan, dan membuang ingus (Suen dan Kwok dalam Lestari, 2012). Penyebaran beberapa penyakit infeksi melalui tangan sangat mudah, kondisi tersebut akan berdampak terhadap tingginya kejadian infeksi pada anak (Cutler, 2010). Dunia anak adalah bermain dan bernyanyi, sehingga ketika anak-anak berada di sekolah TK (Taman Kanak-kanak) kegiatan tidak lepas dari
5
bermain dan bernyanyi dengan tujuan untuk mendidik dan mengembangkan ketrampilan anak ( Lestari, 2012). Bernyanyi merupakan salah satu unsur yang menciptakan kegembiraan dan suasana riang. Pelatihan, pembiasaan dan pedidikan pada usia dini akan lebih efektif apabila digunakan media bernyanyi. Selain tidak terkesan menggurui, memerintah atau melarang dan mudah diingat (Wiflihani, 2007). Nyanyian merupakan perpaduan antara lirik dan lagu, dalam lirik terdapat susunan kata-kata yang mengandung makna tertentu yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti dan memberikan nasehat. Apabila nyanyian sering dinyanyikan dan didengarkan oleh anak-anak diharapkan dapat mensugesti dan mengajak anak-anak untuk memiliki karakter seperti dalam makna nyanyian tersebut (Lestari, 2012). Lagu untuk anak usia 5-6 tahun mempunyai perbedaan dalam hal jumlah kata apabila dibandingkan dengan anak usia dibawahnya (0-2 tahun dan 2-4 tahun). Untuk anak usia 5-6 tahun dapat menggunakan jumlah kata yang lebih banyak dibandingkan dengan anak usia 0-3 tahun (Wulandari, 2010). Pada masa usia dini merupakan masa terjadinya kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh lingkungan (Lusia, 2011). De Porter dalam Rachmayanti (2011) mengatakan dari kutipan yang berasal dari Magnesen, berpendapat bahwa 10% kita belajar dari apa yang kita baca, 20% kita belajar dari apa yang kita dengar, 30% kita belajar dari apa yang kita lihat, 50% kita belajar dari apa yang kita lihat dan kita dengar, 70% kita belajar dari apa yang kita katakan, dan 90% kita belajar dari apa yang kita katakan dan kita lakukan. Bernyanyi lagu cuci tangan adalah perpaduan antara lirik dan lagu.
6
Dalam lirik terdapat susunan kata-kata tentang langkah cuci tangan. Seperti hasil penelitian dari Lestari menyebutkan bahwa susunan kata-kata dalam nyanyian dapat memberi sugesti dan mangajak anak untuk memiliki karakter seperti dalam makna nyanyian tersebut (Lestari, 2012) PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Denpasar berjumlah 626, jumlah PAUD terbanyak adalah wilayah Denpasar Selatan yaitu 190 PAUD (Kemdikbud, 2013). PAUD Kumara Loka merupakan salah satu sarana pendidikan yang berada di Denpasar Selatan. Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan di PAUD Kumara Loka Denpasar pada tanggal 12 dan 21 Oktober 2013 diperoleh data dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, pada tahun ajaran 2013-2014, jumlah absensi karena sakit selama bulan Juli-September 2013 paling banyak yaitu 37,5% adalah kelas KB 1 dan KB 2 usia 5-6 tahun yang berjumlah 48 anak. Hasil survei observasi pada anak berjumlah 34 siswa yang di observasi saat jam istirahat menunjukan bahwa sekitar 94,1% anak tidak mencuci tangan dengan menggunakan sabun, menggosok pergelangan tangan dan sela-sela kuku , 58,8 % tidak mengeringkan tangan setelah mencuci tangan, dan hanya 5,8 % yang mengosok bagian belakang tangan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah PAUD Kumara Loka pada tanggal 12 Oktober 2013, dikatakan bahwa sudah memberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan pada anak dengan metode demonstrasi, sudah ada fasilitas seperti tempat cuci tangan, sabun, dan lap. Namun anak-anak belum melakukan cuci tangan dengan maksimal, anak-anak cenderung memainkan air saat cuci tangan dan hanya
7
sekedar saja dalam melakukan kegiatan cuci tangan. Data yang didapatkan dari Puskesmas I Denpasar Selatan yang melakukan pemeriksaan setiap enam bulan sekali , data bulan agustus 2013 masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak PAUD Kumara Loka adalah ISPA yaitu sekitar 32,3%. Sehingga perlu adanya pendidikan kesehatan untuk mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Bernyanyi Lagu Cuci Tangan terhadap Pelaksanaan Teknik Mencuci Tangan pada Anak Usia Prasekolah (5-6 Tahun) di PAUD Kumara Loka Denpasar.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah
penelitian sebagai berikut: “Adakah Pengaruh Bernyanyi Lagu Cuci Tangan terhadap Pelaksanaan Teknik Mencuci Tangan pada Anak Usia Prasekolah (5-6 Tahun) di PAUD Kumara Loka Denpasar?”
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui Pengaruh Bernyanyi Lagu Cuci Tangan terhadap
Pelaksanaan Teknik Mencuci Tangan Pada Anak Usia Prasekolah (5-6 Tahun) di PAUD Kumara Loka Denpasar
8
1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pelaksanaan teknik mencuci tangan sebelum diberikan lagu cuci tangan pada anak usia prasekolah (5-6 tahun) di PAUD Kumara Loka Denpasar b. Mengidentifikasi pelaksanaan teknik mencuci tangan setelah diberikan lagu cuci tangan pada anak usia prasekolah (5-6 tahun) PAUD Kumara Loka Denpasar c. Menganalisis pengaruh bernyanyi lagu cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan intervensi terhadap pelaksanaan cuci tangan pada anak usia prasekolah (5-6 tahun) di PAUD Kumara Loka Denpasar
1.4
1.4.1
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan pustaka terutama dalam bidang keperawatan komunitas anak dan pendidikan anak prasekolah yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat khususnya pelaksanaan teknik mencuci tangan.
9
1.4.2
Manfaat Praktis a.
Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan pengalaman dan wawasan pribadi dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Bagi orang tua Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
para
orangtua
bahwa
menyanyi
bisa
digunakan
untuk
meningkatkan kemampuan pelaksanaaan teknik mencuci tangan pada anak. c. Bagi guru dan pihak sekolah Para guru dan pihak sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengoptimalkan kegiatan menyanyi khususnya menyanyi lagu cuci tangan dalam upaya meningkatkan kemampuan pelaksanaan teknik mencuci tangan.