1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan
reproduksi
merupakan
keadaan
sehat
secara
menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsinya. Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau persalinan, tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan wanita yang salah satunya adalah masa menopause, yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada masa senium (lanjut usia), yaitu pada usia 40-65 tahun (Pakasi, 2000). Pada usia ini akan banyak muncul masalah kesehatan karena masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan peningkatan usia (Curtis, Glade B, 2000). Data
Organisasi
Kesehatan
Dunia
World
Health
Organization(WHO)pada tahun 2007menunjukkan, setiap tahun sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. Asia menjadi wilayah dengan jumlah perempuan bergejala awal menopause tertinggi di dunia. Saat ini, umur harapan hidup (UHH) perempuan Indonesia adalah 67 tahun. Perempuan Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11% pada tahun 2005 dan naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015. Meningkatnya jumlah penduduk sebagai
2
akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup dibarengi membaiknya derajat kesehatan masyarakat. Dampak klimakterium/ aspek psikologys yaitu:Hot flush yaitu rasa panas didada yang menjalar kewajah yang sering timbul pada malam hari gangguan psikologis : depresi, mudah tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri, gangguan gairah sexsual, perubahan prilaku.Gangguan mata : mata terasa kering dan gatal akibat berkurang produksi air mat.Gangguan saluran kemih dan alat kelamin : mudah infeksi, nyeri sanggama, perdarahan pasca sanggama akibat atropi pada alat kelamin.Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir yang disebabkan menurunnya fungsi ovarium dan diagnosa dibuat setelah terdapat Amenorea (tidak haid) sekurang-kurangnya satu tahun (medicastore, 2007). Osteoporosis yaitu berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat kurangnya hormon estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.Penyakit jantung koroner : Berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita.Kepikunan (Dimensia tipe alzheimer) : Kekurangan hormon estrogen mempengaruhi susunan syaraf pusat/otak, sehingga menyebabkan kesulitan konsentrasi, kehilangan ingatan pada peristiwa jangka pendek.
3
Sebenarnya menopause bukan merupakan masalah patologis tetapi merupakan masalah fisiologis yang dialami setiap wanita di dunia tetapi sangat mengganggu kebahagiaan sebuah keluarga dan wanita itu sendiri. Di dalam pengalaman hidupnya, seorang wanita akan mengalami perubahan-perubahan alamiah ini. Namun proses alamiah ini berbeda pada setiap wanita menopause. Ada yang melewatinya tanpa merasa terganggu, namun sebagian besar wanita menopause melalui perubahan alamiah ini dengan cobaan yang berat, gangguan fisik dan tekanan psikis yang menekan (Pakasi, 2000). Hal ini disebabkan karena berhentinya produksi estrogen dan menurunnya daya tahan tubuh seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan fisik pada wanita biasanya terlihat pada perubahan kulit yang terlihat semakin mengendor, mudah terbakar sinar matahari, dan tumbuh bintik hitam (Manuaba, 1999). Perubahan fisik yang lain seperti incontinentia urin, berkurangnya penglihatan, pendengaran, patah tulang, dan sakit kepala (yminti, 2007). Sedangkan penelitian Gail Saltz yang disitasi oleh Kusumawadhani tahun 2006 menemukan bahwa sepertiga wanita yang berusia diatas 50 tahun mengalami disfungsi seksual, tidak tertarik lagi dalam aktifitas seksual terjadi penurunan minat, gairah, dan berkurangnya sensitifitas fisik. Berdasarkan penelitian Choirah pada tahun 2004 di Jakarta, ditemukan hubungan antara penurunan kadar estrogen dengan perubahan psikis yang terjadi pada masa menopause. Ditemukan adanya depresi
4
sebanyak 37,9 % pada wanita menopause yang mengalami penurunan estrogen (Kusumawardhani, 2006), karena adanya ketidakseimbangan pisikologis dan emosional (Nirmala, 2003). Berdasarkan data yang penulis peroleh dari DINKES provinsi aceh tahun 2011 didapatkan data ibu menopause 387.023 orang dan data untuk Lampaseh Kota kecamatan kuta raja kota banda aceh ibu menopause 80 orang. Berdasarkan hasil surve yang telah dilakukan peneliti di Desa Lampaseh Kota Kecamatan Kuta Raja tahun 2013 pada wanita usia 40-45 tahun dengan wawancara. Dari hasil wawancara tersebut bahwa ibu mengatakan suaminya tidak memberi dukungan kepada istri sangat membutuhkan dukungan dari suami agar ibu tersebut tidak terganggu psikologisnya. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang “Pengaruh Peran Suami Dan Persepsi Diri Terhadap Kesiapan Psikologi Dalam Memasuki Masa Klimaksterium Di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh Tahun 2013”. B. Rumusan masalah Berdasarkanuraian diatas maka rumusan masalahnya dalam penelitian ini adalah adakah „Pengaruh Peran Suami Dan Persepsi Diri Terhadap Kesiapan Psikologis Dalam Memasuki Masa Klimaksterium di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh Tahun 2013”?
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mahasiswa mengetahui pengaruh peran suami dan persepsi diri terhadap kesiapan psikologis dalam memasuki masa klimakterium di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahuipengaruh peran suami terhadap kesiapan psikologis dalam mengahadapi masa klimakterium. b. Untuk mengetahui pengaruh persepsi diri terhadap kesiapan psikologis dalam menghadapi masa klimakterium
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambahpengetahuandanpengalamansertawawasandalammelakukan penelitianselanjutnyasertasebagaipenerapanilmu
yang
telahdidapatselamadibangkukuliah. 2. Bagi Instansi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memberikan mata kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.. 3. Bagi Tempat penelitian Hasil ini dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang gambaran psikologis ibu dalam memasuki masa klimakterium.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Menopause Menopause berasal dari kata Latin yaitu “mensis”, yang berarti bulan dan dari kata Yunani “pausis”, yang berarti berhenti. Webster’s Ninth New Collegiatc Dictionary mendefenisikan menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi rata-rata usia 51 tahun. Kadang-kadang juga dinyatakan sebagai masa berhentinya haid sama sekali. Menopause merupakan perubahan fisiologis yang paling signifikan pada wanita usia dewasa madya yaitu usia 40-65 tahun (Potter & Perry, 2005; Reitz, 1993; Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Menurut Depkes RI (2001) menopause adalah keadaan pada seorang wanita yang mengalami penurunan fungsi indung telur yang berakibat menurunnya produksi hormon estrogen, keadaan ini antara lain mengakibatkan berhentinya haid untuk selamanya. Usia perempuan yang memasuki menopause berkisar antara 45-55 tahun. Menopause merupakan salah satu tahap dari klimakterium. Klimakterium adalah fase transisi dimana fungsi ovarium dan produksi hormon menurun (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Fase ini terdiri dari tiga tahap, pertama adalah tahap premenopause yaitu masa sebelum berlangsungnya perimenopause, yaitu sejak fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Kedua
7
adalah tahap perimenopause yaitu periode dengan keluhan memuncak, rentang 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Ketiga adalah tahap postmenopause yaitu masa setelah perimenopause sampai senilis (Kasdu, 2002). B. Perubahan-perubahan pada Wanita Menopause Sejak lahir wanita sudah memiliki folikel-folikel (sel telur) sebanyak ± 770 ribu, akan tetapi belum berkembang dan berfungsi secara optimal. Pada fase pra pubertas yaitu sekitar usia 8-12 tahun baru mulai timbul aktifitas ringan dari fungsi endokrin organ reproduksi. Selanjutnya pada usia sekitar 12-13 tahun yaitu pada fase pubertas umumnya seorang wanita akan mendapatkan haid pertama kalinya dimana organ reproduksi mulai berfungsi optimal secara bertahap. Pada masa ini ovariumnya mulai mengeluarkan folikel-folikel yang siap untuk dibuahi dan apabila folikelfolikel itu tidak dibuahi maka folikel-folikel itu akan luruh bersama dinding endometrium dan menjadi haid setiap bulannya. Demikianlah seterusnya sel-sel telur ini akan habis atau menurun jumlahnya seiring dengan bertambahnya usia seorang wanita. Proses ini akan berlangsung terus menerus selama kehidupan wanita hingga sekitar usia 45-50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bereproduksi sama sekali (Kasdu, 2002). Berkurangnya produksi ovarium akan berdampak pada penurunan hormon estrogen yang akan diikuti dengan perubahan fisik dan psikologis (Hardjana, 2000). Perubahan fisik yang terjadi dapat berupa haid tidak
8
teratur, cairan haid menjadi sedikit atau semakin banyak, hot flushes yang kadang-kadang menyebabkan insomnia, palpitasi, pening, dan rasa lemah. Gangguan seksual (penurunan libido dan disparenia). Gejala-gejala saluran kemih seperti urgensi, frekuensi, nyeri saat berkemih, infeksi saluran kemih, dan inkontinensia, serta timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, osteoporosis dan kanker (Glasier & Gebbie, 2006; Shimp & Smith, 2000; Kasdu, 2002). Perubahan psikologis juga mempengaruhi kualitas seorang wanita dalam menjalani menopause. Perubahan yang terjadi adalah perubahan mood, mudah tersinggung, ansietas, depresi, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan, dan merasa tidak berharga (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004; Glasier & Gabbie, 2005).
Selain itu, beberapa perubahan psikologis lain yang dapat terjadi pada wanita menopause adalah Post power syndrome, emptynes syndrome dan loneliness. Post-power syndrome adalah masalah psikologis dengan gejala penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, kecerdasannya dll). Post-power syndrome hampir selalu dialami oleh orang yang sudah menopause, lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja beberapa orang dapat berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan yang ada, ditambah tuntutan hidup yang terus mendesak, resiko terjadinya postpower syndrome yang berat semakin besar. Kemampuan seseorang menemukan aktualisasi diri yang baru, dukungan lingkungan terdekat
9
dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya post-power syndrome ini (Suardiman, 2001). Emptynest Syndrome adalah suatu keadaan yang terjadi pada saat anak-anak meninggalkan rumah untuk menjalani kehidupan masingmasing. Anggapan bahwa tugas sebagai orang tua berakhir saat anak-anak meninggalkan rumah sering membuat orangtua menjadi stress terutama bagi para ibu yang merasa kehilangan arti atau makna hidup bagi dirinya (Papalia, Old, Feldman, 2008). Akhirnya seiring bertambahnya usia, wanita menopause dapat mengalami keterasingan (loneliness). Terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat atau aktivitas lainnya sehingga merasa kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosialnya (Laksmiarti & Maryani, 2002). C. Adaptasi Psikososial 1. Definisi Adaptasi adalah penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan dan pelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian kehidupan terhadap kondisi lingkungan dan hal-hal lain dalam kehidupan yang berlangsung terus menerus selama kehidupan (Flynn & Heffron, 1994). Adaptasi manusia bersifat kompleks, terdiri dari 3 tingkatan yaitu internal (dalam diri), sosial (dengan orang lain), dan secara fisik.
10
Psikososial adalah menyangkut aktivitas / masalah sosial yang timbul sehubungan dengan faktor psikologis / proses mental Faktor psikososial merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang baik secara psikologis maupun sosial. Adaptasi psikologi adalah proses yang terjadi dimana seseorang mengalami keseimbangan antara status mental dan emosionalnya. Adaptasi sosial adalah adaptasi atau penyesuaian seseorang terhadap orang lain dan kelompok komunitas dalam lingkungan sosial. Adaptasi psikososial adalah cara individu untuk menyesuaikan status mental dan emosionalnya terhadap perubahanperubahan yang terjadi didalam lingkungan sosialnya (Flynn & Hefron, 2004). Calista (dalam Flynn, 2000) menegaskan bahwa individu merupakan makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping baik bersifat positif maupun negatif untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada serta keyakinan dan pengalaman beradaptasi.
Adaptasi psikososial melibatkan cara seseorang menyesuaikan diri secara emosional dan mental sebagai self system, sebagai individu dengan hubungannya dengan orang lain, dan pada masyarakat pada umumnya. Model Roy menunjukkan manusia sebagai mahluk biopsikososial dan menjelaskan teori adaptasinya kedalam 4 model. Tiga diantaranya yaitu : 1) self concept mode, 2) interdependence
11
mode, role mode, yang dikaitkan dengan cara seseorang beradaptasi secara psikososial. Model self concept mencakup konsep diri danSejumlah studi mengatakan bahwa perkembangan psikososial menimbulkan dua kemungkinan yang terjadi yaitu kestabilan atau perubahan (Franz, 1997; Helson, 1997 dalam Papilia, et al, 2008). Vaillant&
Milofsky
menemukan
bahwa
generativitas
merupakan kunci keberhasilan dalam adaptasi psikososial pada usia tengah baya. Menurut kriteria yang dibuat Erikson dan Vaillant, mereka yang mencapai generativitas didefinisikan sebagai tahap kesehatan mental positif terbaik. Mereka berhasil dalam pekerjaan mereka, memenuhi tanggung jawabnya terhadap orang lain, mencapai keharmonisan,
mengalami
pernikahan
yang
membahagiakan,
hubungan sosial yang memuaskan (Westermeyer, 1998 dalam Papilia, et al, 2008). 2. Faktor-faktor psikososial Faktor-faktor
psikososial
adalah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi seseorang baik secara psikologis maupun sosial. Faktor-faktor psikososial yang berkaitan dengan wanita menopause antara lain hubungan dengan orang lain (keluarga dan lingkungan sosial), pekerjaan (berhubungan dengan masalahekonomi) dan faktorfaktor kepribadian (konsep diri), dan lain-lain (Nugroho, 2000).
12
a. Konsep diri Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Salbiah, 2003 dikutip dari Beck et al, 1986). Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup, sehingga mereka akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya, mudah menyerah. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu termasuk terhadap kegagalan yang dialaminya dan mampu menghargai dirinya (Rini, 2004). Dilaporkan individu dengan konsep diri positif seperti tersebut diatas akan dapat mengenal dirinya dengan baik, memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, serta menerima dirinya sendiri apa adanya, sehingga mudah beradaptasi terhadap halhal yang mendatangkan stress (Calhoun & Acocella, 1990). b. Karir atau pekerjaan Pada masa menopause kegiatan wanita akan semakin meningkat, hal ini merupakan pertahanan ego yang dilakukan untuk berusaha merespon kematian parsial yang terjadi pada dirinya. Ketika seorang wanita merasa dirinya berada di depan pintu penuaan,
13
semangat dan segenap kekuatan akan dikerahkan untuk memerangi kondisi tersebut, diantaranya gairah bekerja akan semakin meningkat dan akan berusaha mencari pekerjaan yang baru. Motif-motif yang melandasi wanita untuk bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sosialrelasional dan aktualisasi diri. Ketika mereka tidak dapat menemukan pekerjaan yang baru akan menimbulkan stres yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan mereka, hubungan dengan keluarga, konsep diri dan lain-lain. Hal ini akan semakin memperberat adaptasi mereka terhadap perubahan-perubahan lain yang terjadi selama menopause (Ibrahim, 2002; Potter & Perry, 1993). c.
Keluarga Faktor-faktor psikososial dalam keluarga adalah perubahan status perkawinan, transisi keluarga, dan pemeliharaan orang tua yang sudah lanjut usia. Perubahan status perkawinan mencakup kematian pasangan, perpisahan, perceraian dan keputusan untuk menikah lagi atau mempertahankan kesendiriannya. Jika wanita menopause sendiri yang memutuskan untuk menikah lagi maka ia akan menghadapi stress yang sama seperti orang muda yang mau menikah (Potter & Perry, 2004). Transisi keluarga seperti kepergian anak meninggalkan rumah dapat menjadi stressor pada orang tua. Beberapa orang tua merasa bebas dari tanggung jawab terhadap anak, sedangkan yang lain merasa
14
kesepian dan tidak dapat menerima perubahan tersebut (Potter & Perry, 2004). Konflik perkawinan akan semakin memperberat keadaan dimana masalah perkawinan yang sebelumnya mereka kesampingkan karena berada dibawah tekanan tanggung jawab sebagai orang tua harus ditinjau kembali. Maka terkadang pada fase ini akan terjadi konflik perkawinan. (Papalia, 2008). Pada usia dewasa madya termasuk pada wanita dalam masa menopause dapat timbul konflik berhubungan dengan perawatan orang tua yang sudah lanjut usia. Di satu sisi, beberapa orang pada dewasa madya akan memandang orang tua mereka secara objektif dari waktu sebelumnya. Mereka akan memandang orang tua mereka sebagai orang yang sudah tua, sehingga hal-hal tersebut dapat menimbulkan stress bagi dirinya sendiri.
D. Stress dan adaptasi Stres adalah setiap perubahan yang memerlukan penyesuaian (Davis, 2007). Ketika seseorang berada dalam situasi yang mengancam maka akan timbul suatu respon dengan segera, respon ini umumnya tidak disadari dan dinamakan respon koping, yang diperlukan individu untuk beradaptasi. Adaptasi merupakan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai respon terhadap stressor. Adaptasi sendiri juga merupakan proses yang terus menerus dimana individu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan dalam lingkungan internal maupun eksternal. Stres dan
15
adaptasi bersifat individual dan menyeluruh. Proses adaptasi terhadap stress bersifat konstan dan dinamis serta berguna bagi seseorang baik fisik, mental dan sosial (Taylor, et al, 1997). Sementara menurut Potter & Perry (1992) adaptasi merupakan proses dimana terjadi perubahan-perubahan pada dimensi fisik dan psikososial seseorang sebagai respon terhadap stress dan untuk dapat berfungsi secara optimal, seseorang harus dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Kemampuan seseorang beradaptasi terhadap stress tergantung tipe stressor dan pengalaman individu terhadap stress (Taylor, 2000).
E. Adaptasi psikososial pada wanita menopause Selama
menopause,
wanita
menghadapi
perubahan-perubahan
psikososial dalam hal konsep diri, transisi karir (pekerjaan), seksualitas dan keluarga. Perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka (Potter & Perry, 1992). Namun demikian, stress tidak hanya menimbulkan dampak negatif, tetapi juga dampak positif. Apakah dampak itu positif atau negatif tergantung pada bagaimana seorang wanita menopause memandang dan mengendalikannya (Kuntjoro, 2002). Selain itu, apakah wanita menganggap menopause sebagai bagian dari suatu kehidupan yang wajar dan harus dialami sebagai sesuatu yang menandakan masa kehidupan yang baru dan lebih baik, maka gejala-gejala
16
yang berkaitan dengan menopause tidak akan terlalu berat dan tidak akan menimbulkan kekacauan dalam keluarga (Gunarsa, 2002). Masa menopause sering bertepatan dengan keadaan menegangkan dalam kehidupan wanita seperti merawat orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, anak meninggalkan rumah. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala fisik dan psikologis termasuk menjadi pelupa, kurang dapat memusatkan perhatian, kecemasan, mudah marah, dan depresi. Ditambah lagi suami yang semakin tua dan menjadi kurang perhatian sehingga wanita menopause mengalami ketidaknyamanan dan kesepian yang menimbulkan ketidakstabilan emosi wanita menopause tersebut (Kasdu, 2002). Wanita menopause akan mengalami kestabilan emosi. Jika mereka mudah beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause. Apabila seorang wanita tidak siap mental menghadapi masa menopause dan lingkungan psikososial tidak memberi dukungan yang positif, maka akan berakibat tidak baik terhadap kesehatan wanita menopause tersebut (Maspaitela, 2004). F. Peran Suami Berakhirnya fungsi wanita itu jarang pada menopause mengalami stress disertai ketegangan, kecemasan defresi atau gangguan. Konsep diri karna ketidakmampuan mengadaptasi perubahan psikologis yang terjadi pada tubuhnya. Apabila kelainan-kelainan psikologis, dapat menimbulkan gejala-gejala berlebihan seperti : mudah tersinggung/marah, nyeri pada
17
kepala, insomnia, -neporsitas, dll. Bahkan dalam keadaan ekstrim. Seorang wanita tersebut bisa menjadi gila (psikologisnya) yang lazim melankholia involusi. Tingkat kompleksitas permasalahan yang terjadi pada waanita pada menopause perlumendapat perhatian yang lebih karna bervariasi keluhan yang timbul kemunkinan wanita menopause terpapar pola penyakit yang khas pada menopause seperti yang disebutkan yang diatas, mengakibatkan mereka membutuhkan perhatian yang banyak dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan-pelayanan berupaya medis maupun sosial (Juwita, 2012). Konseling yang diberikan pada wanita yang memasuki masa klimakterium meliputi penjelasan dan pemahaman kesehatan reproduksi wanita yang mencakup perubahan-perubahan fisik dan psikologis serta berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai masa kehidupan wanita. Perubahan itu dimulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masingmasing masa mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawatan
keadaan
tubuhnya
dalam
menghadapi
masa
tersebut.
Perubahan-perubahan tersebut adalah hal yang wajar dan pasti terjadi dalam siklus kehidupan wanita. Pada masa sekarang ini tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada istri, namun melibatkan peran suami. Oleh karena itu masalah kesehatan reproduksi wanita sudah merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri (Bidan artikel, 2011)
18
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi psikososial Selain
faktor-faktor
psikosososial
yaitu:
konsep
diri,
keluarga/lingkungan, karir/pekerjaan. Faktor ajaran agama, sosial, budaya, pendidikan serta pengetahuan terhadap menopause itu sendiri juga mempengaruhi adaptasi psikososial wanita menopause (Ibrahim, 2002; Kasdu, 2002; Maspaitela, 2004). a. Faktor sosial ; dukungan relasi/teman dekat yang sudah mengalami menopause dengan sukses sehingga mereka akan bisa berbagi pengalaman akan sangat membantu wanita menopause dalam beradaptasi (Kunjtoro, 2002). b. Faktor pendidikan ; masih ada nilai-nilai budaya yang menomorduakan wanita. Banyak anak perempuan yang tidak sekolah sampai setinggitingginya, karena tingkat pendidikan yang masih rendah, maka pengetahuan tentang hidup. sehat, kebersihan pribadi, lingkungan dan makanan yang bergizipun kurang (Widyiosiswoyo, 2004). c. Faktor budaya ; Wanita dengan budaya berbeda mempunyai pengalaman yang berbeda-beda tentang menopause, tergantung bagaimana masyarakat memandang penuaan, peran wanita tersebut, dan sikapnya terhadap penuaan. Sebagai contoh penduduk asli Amerika memandang menopause sebagai proses alamiah tidak menganggap sebagai proses penyakit sehingga mereka mengalami masa transisi ini hanya dengan sedikit kesulitan. Sedangkan dipusat kotanya di AS, usia merupakan sesuatu yang sangat berharga, lebih
19
menekankan pada kaum yang lebih muda, daya tarik seksual dan kecantikan fisik, maka otomatis wanita menopause akan merasa terancam dan kehilangan harga diri. Pengetahuan tentang menopause dapat membantu wanita menopause untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi akibat menopause. Pengetahuan ini menyangkut informasi tentang menopause yang didapatkan oleh wanita menopause itu sendiri (Kasdu, 2002). G. Kesiapan Kesiapan berasal dari kata “siap” mendapat awalan ke- danakhiran –an. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003) kesiapan adalahsuatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan sesuatu. Kesiapanseorang perempuan menghadapi masa menopause akan sangat membantudalam menjalani masa menopause ini dengan lebih baik. BerdasarkanKasdu (2002) terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan ketikaperempuan hendak memasuki masa menopause antara lain: 1. Mengkonsumsi makanan bergizi Sebaiknya
mengkonsumsi
makanan
dengan
gizi
yang
berimbang. Pemenuhan gizi yang memadai akan sangat membantu dalam menghambat berbagai dampak negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit kering, serta berbagi penyakit lainnya. 2. Menghindarkan Stres Usahakan
untuk
membiasakan
gaya hidup
rileks
dan
menghindari tekanan yang dapat mmembebani pikiran. Hal ini penting
20
untuk mengatasi dampak psikologis akibat menopause. Perempuan yang memasuki menopause, tidak jarang merasa tidak sempurna lagi sebagai perempuan. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan tidak diatasi akan berkembang menjadi stres yang berdampak buruk pada kehidupan berumah tangga dan sosial seorang perempuan. Kemampuan orang untuk mengatasi dampak menopause (stres, ketegangan, dan takut menjadi tua) tidak sama, ada yang mampu secara cepat adapula yang berkepanjangan. Dalam hal ini sedikitnya ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan bagi pemulihan dampak menopause, yaitu: a. Rehabilitasi fisik, dapat dilakukan dengan olah raga yang teratur b.
Stabilitas
kejiwaan/
mental-emosional,
dapat
berkonsultasi
padadokter atau psikiater, dimana akan diberikan terapi berupa obatobatan(anti depresi atau anti cemas dan lain sebagainya) ataudapat
juga
dengan
psikoterapi
(termasuk
psikoterapi
keagamaan):guna memulihkan rasa kepercayaan diri, rasa harga diri, tahu artihidup yang guna (meaningful life) c. Pengertian suami. Dari kedua upaya pemulihan menopause diatas,maka pengertian sang suami adalah penting. Sering kali karenaketidakpahaman
sang
suami
terjadilah
perselisihan.
Ketidaktahuan(ignorancy), baik pada istri maupun pada suami, kesalahan danperselisihan yang terjadi, kalau tidak ditangani
21
dengan bijak dapatmenjurus kepada ketidak harmonisan runah tangga dengan segalaakibatnya. 3. Menghentikan Merokok dan Minum-Minuman Beralkohol Bukan rahasia lagi, merokok dapat merusak kesehatan seseorang.Tidak hanya itu merokok juga akan merusak kecantikan. Asap nikotindapat membuat kulit wajah kering dan kusam. Bibir dan gusimenghitam,
bahkan
kuku
dan
jemari
akan
kehilangan
keindahannyakarena kandungan nikotin yang dipegang setiap hari. 4. Olahraga Secara Teratur Selain menguatkan tulang, olahraga juga sudah terbukti dapatmencegah penyakit jantung, jenis kanker tertentu, dan juga mengusirstres. Jika tidak memiliki alasan kuat untuk tidak bisa berolahragakhusus, maka sangat perlu menyediakan waktu untuk menggerakkantubuh. 5. Berkonsultasi Dengan Dokter Meskipun masa menopause merupakan peristiwa normal yang akan terjadi pada setiap perempuan, tetapi tidak ada salahnya jauh-jauh hari sebelum memasuki masa tersebut, anda cukup mendapat informasi yang benar. Hal ini tentu saja bisa diperoleh dengan buku bacaan yangmudah diperoleh.
22
H. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Menurut
Notoadmodjo
yangmempengaruhi
kesiapan
(2003)
terdapat
individu
beberapa
dalam
faktor
menghadapi
perubahanperubahanyang terjadi dalam dirinya, faktor tersebut adalah sebagaiberikut: 1. Karakteristik Dalam
lingkungan
masyarakat
kita
melihat
bahwa
adaperbedaan-perbedaan yang berlaku dan diterima secara luas olehmasyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatantinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperticamat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada stafsekolah. Di RT atau RW kita ada orang kaya, orang biasa sajadan ada orang miskin.Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggungjawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik,keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama,pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggibadan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakanmanusia yang satu dengan yang lain. Notoadmodjo (2003),menjelaskan bahwa karakteristik pada tiap individu meliputi: a. Pendidikan Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Purwadarminto,
23
2003). Sedangkan menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melaluikegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagiperan dimasa yang akan datang. Dalam BAB UUtersebut menyebutkan tentang jalur, jenjang dan jenispendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dasar,pendidikan
menengah
dan
pendidikan
tinggi.
MenurutUndang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikandasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasimenengah. b. Tingkatan pendidikan Ditinjau dari sudut tingkatan, jalur pendidikan sekolahdibagi menjadi : 1. Pendidikan Dasar berbentuk sekolah dasar (SD) danMadrasah, Ibtida`iyyah (MI) atau bentuk lain yangsederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP)dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lainyang sederajat. 2. Pendidikan Menengah Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum
dan
pendidikan
menengah
kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
24
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. 3. Pendidikan Tinggi Berdasarkan
Undang-undang
RI
No
20
tahun
2003tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikantinggi merupakan jenjang pendidikan setelah jenjangpendidikan menengah yang mencakup programpendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dandoktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi.Pendidikan
akademi,politeknik, universitas.Pendidikan
tinggi
sekolah
dapat
tinggi,
menuntut
berbentuk
institusi
manusia
untuk
atau berbuat
danmengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatandan kebahagiaan. informaasi,
Pendidikan misalnya
diperlukan
hal-hal
untukmendapatkan
yangmenunjang
kesehatan
sehingga dapat meningkatkankualitas hidup. Dengan demikian dapat diartikanbahwa semakain tinggi pendidikan seseorang, makamakin mudah untuk menerima informasi sehinggamakin banyak
pula
pengetahuan
yang
dimilikinya,sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambatperkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilaiyang diperkenalkan (Nursalam, 2008).
25
4. Umur Semakin tua umur seseorang, maka pengalaman akan bertambah sehingga akan meningkatkan pengetahuannyaakan suatu obyek (Notoatmodjo, 2003). 5. Pekerjaan a. Pengertian pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, pencaharian (Purwadaminto, 2003). b. Alasan Pekerjaan Dewasa bekerjayang
ini
perempuan
semakain
terbuka.
mendapat Alasan
kesempatan
yang
mendasar
seseorangperempuan untuk memiliki pekarjaan tidak sama antarasatu
dengan
dijumpaiadalah
yang
karena
lain.
Alasan
kebutuhan
yang
umum
keuangan
untuk
memperkayapengalaman dan pengetahuan pribadi, hasrat berprestasi. c. Jenis pekerjaan Jenis-jenis pekerjaan antara lain: 1.
Supervised (terbimbing) tingkatan awal dengan 0-2 tahun pengalaman, membutuhkan pengawasan dan petunjuk dalam pelaksnaan tugas.
26
2.
Moderately supervised, tugas kecil dapat dikerjakan oleh mereka tetapi tetap membutuhkan bimbingan untuk tugas yang lebih besar, 3-5 tahun pengalaman.
3.
Independent (mandiri), memulai tugas tidak membutuhkan bimbingan dalam pelaksanaan tugas
d. Faktor-faktor Pekerjaan 1. Kemahiran, pengetahuan dan keperluan pekerjaan dari aspek pendidikan,mental, pengalaman dan latihan. 2. Usaha berbentuk usaha mental, penumpuan tentang kerja secara fisikal/manual. 3. Tanggung jawab pekerjaan terhadap aspek kewenangan, lahan, penyediaan. 6. Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatandan pendidikan. Perempuan yang berasal dari golongan ekonomirendah cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baiksaat mengalami menopause (Kasdu, 2002). I. Persepsi Diri Banyak pengertian kecemasan yang dikemukakan oleh berbagai ahli kesehatan antara lain : Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takutdari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahuiatau dikenal (Stuart and Sundeens, 2008).
27
Menurut
Stuart,
(2006)
ada
beberapa
teori
yang
menjelaskanmengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain : 1. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadianatra dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id meewakilidorongan
insting
dan
impuls
primitive,
sedangkan
superegomencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budayaseseorang. Ego atau aku berfungsi mengahi tuntutan dari dua elemenyang
bertentangan
tersebut,
dan
fungsi
kecemasan
adalahmengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2. Teori
interpersonal,
kecemasan
timbul
dari
perasaan
takut
terhadapketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan jugaberhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dankehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu denganharga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat 3. Teori perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segalasesuatu
yang
mencapaitujuan
yang
mengganggu
kemampuan
diinginkan.
Ahli
teori
individu perilaku
untuk lain
menganggapkecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkankeinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. 4. Teori
keluarga
menunjukkan
bahwa
gangguan
kecemasan
biasanyaterjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindihantara gangguan kecemasan dan depresi.
28
5.
Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khususuntuk
benzodiazepin,
neuroregulatorinhibisi
asam
obat-obatan
yang
gama-aminobitirat
meningkatkan (GABA),
yang
berperan pentingdalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan.
J. Kegiatan keagamaan Kegiatan keagamaan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang dilakukan oleh wanita menopause dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dalam kata lain ibadah. Ibadah Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah amalan yang diniatkan untuk berbakti kepada Allah SWT, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi laranganNya, yang pelaksanaannya diatur secara syariah. Beribadah adalah pengakuan kita terhadap Allah, dimana kita bergantung hanya pada satu yaitu Allah yang menciptakan manusia, dunia, dan alam semesta. Dengan pengakuan ini, timbullah rasa aman dalam jiwa manusia. QS, At-Taubah : 40….La tahzan Innalaha Ma’ana, “ Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah beserta kita”. Beribadah merupakan proses keimanan yang diawali dengan niat yang kemudian diamalkan dan dilaksanakan dengan ketaatan. Dengan beragama manusia mempunyai aturan petunjuk dan nasehat dalam menjalankan kehidupannya (Abdullah, 2006). Ibadah yang dijalankan dengan ketaatan dan keikhlasan seperti shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Quran, berzikir, silaturrahmi diharapkan dapat memberikan ketenangan yang akan mengurangi
29
stress seseorang dan upaya ini dapat menjadi salah satu usaha untuk mempermudah adaptasi wanita menopause terhadap perubahan-perubahan yang terjadi saat memasuki masa menopause (Hawari, 1997; Liza,___; Palupi, 2006). Shalat menurut bahasa Arab adalah doa, menurut istilah syara‟ ialah ibadah yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan Shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adabadabnya,
baik
yang lahir
ataupun
yang batin,
seperti
khusu‟,
memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. Mahmud Abdullah dosen Ulumul Quran AL-Azhar mesir, menyatakan bahwa Shalat 5 waktu adalah asupan bernutrisi bagi ruh, jika seseorang hamba bermunajat kepada Tuhannya melalui Shalat, hatinya akan semakin terang, dan dadanya pun semakin lapang. Dia akan memohon kepada Allah tanpa sesuatu penghalang apapun. Dia berdiri dihadapan-Nya kapanpun dia mau dan berdialog dengan-Nya tanpa satupun penerjemah, dengan demikian, dia akan selalu merasa dekat dengan Allah dan tidak sedikitpun merasa jauh dari-Nya. Dia juga akan dengan mudahnya memohon pertolongan-Nya yang Maha mulia tanpa menghina hamba-Nya sedikitpun yang datang kepadanya, yang Maha kaya dan memiliki kerajaan langit dan bumi tanpa sedikitpun kikir dalam memberikan permintaan hamba-Nya. (Abdullah, 2006). Al-Ankabut:45. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur‟an) dan dirikanlah Shalat. Sesungguhnya Shalat itu
30
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadahibadah yang lain), Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Puasa secara etimologis berarti mencegah makan, minum, berhubungan seksual. Dan secara terminologi puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan, atau dari makanan, minuman, dan bersetubuh mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Dalam bahasa Arab puasa sama dengan shaum, dalam Mu‟jan al Watsith, kata puasa diartikan sebagai mencegah diri untuk tidak berbuat atau berkata sesuatu, sedangkan kata shama, shauman dan shiyaman artinya adalah menahan. (Ash-Shawi, 2006). Zikir ialah suatu perbuatan mengingat, menyebut dan mengerti, menjaga dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan anggota badan atau gerakan hati yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa dengan cara-cara yang diajarkan oleh Allah dan rasulnya, untuk memperoleh ketentraman batin, atau mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, dan agar memperoleh keselamatan serta terhindar dari siksa Allah (Suhaimie, 2005). Zikir kepada Allah terbagi atas tiga bagian: zikir dengan hati, zikir dengan lisan, dan zikir kepada Allah ketika bertemu dengan apa yang dilarang dan diharamkan-Nya. Zikir dengan hati adalah zikir yang paling tinggi dan paling agung; misalnya, berpikir tentang keagungan Allah, kegagahan, kerajaan, keindahan ciptaan-Nya dan ayat-ayat-Nya dilangit dan dibumi. Adapun zikir dengan lisan saja adalah zikir kepada Allah
31
dengan membaca tasbih, tahlil, tahmid, membaca Al-Qur‟an, istigfar, doa, dan membaca solawat kepada nabi Muhammad SAW. Hal ini pun memliki keutamaan yang besar. Sedangkan zikir kepada Allah ketika hendak melakukan apa yang dilarang dan diharamkan-Nya merupakan zikir yang paling agung, sebab dengan demikian seorang muslim akan melaksanakan
apa yang diperintahkan Allah, menjauhi segala yang haram bahkan syubhat (Sarqawi, 2002). Zikir dan membaca Al-quran: Al-Quran adalah penawar kesedihan dan kecemasan. Dengan membaca Al-Quran dan tahu artinya maka kecemasan dan ketakutan kita terhadap segala hal akan hilang, misalnya ketika sedang sakit dan membaca Al-Quran, surat AsySyu‟araa: 80-81, Allah berfirman “ Dan apabila aku sakit dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali)”.
32
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Kesehatan
reproduksi
merupakan
keadaan
sehat
secara
menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsinya. Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau persalinan, tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan wanita yang salah satunya adalah masa menopause, yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada masa senium (lanjut usia), yaitu pada usia 40-65 tahun (Pakasi, 2000). Pada usia ini akan banyak muncul masalah kesehatan karena masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan peningkatan usia (Curtis, Glade B, 2000).Berdasarkan teori tersebut, maka secara skematis kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagian di bawah ini : Variabel Independent
Variabel Dependen
Peran suami Kesiapan psikologi dalam dalam memasuki masa klimakterium
Persepsi diri Gambar 1.3 Kerangka Konsep
33
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definis Operasional
N O
Variabel
Definisi operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Dependen 1.
1.
2.
Kesiapan psikologis dalam memasuki klimaksteruim
Peran suami
Persepsi diri
Kesiapan seorang perempuan menghadapi masa menopause akan sangat membantu dalam menjalani masa menopause ini dengan lebih baik.
Dukungan dan tanggung jawab suami terhadap masalah reproduksi khusunya di masa klimakterium
suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal.
Membagikan kuisioner yang berisi 14 pertanyaan dengan kriteria: Siap jika x>7,8 Tidak siap jika x≤7,8
Independen Menyebarkan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan kategori Baik x>2,4 Tidak baik x≤2,4
Menyebarkan kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan kategori Baik x>3,1
Tidak baik x≤3,1
Kuesioner
-Siap
Ordinal
-Tidak siap
Kuesioner
Ordinal -Baik -Tidak baik
Kueioner
Ordinal -Baik -Tidak baik
34
C. Hipotesa Ha : Ada pengaruh peran suami dengan kesiapan psikologis dalam memasuki masa klimaksterium.. Ha : Ada pengaruh persepsi diri dengan kesiapan psikologis dalam memasuki masa klimaksterium.
35
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian dimana pengumpulan data dilakukan secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat dan mengetahui Pengaruh Peran Suami Dan Persepsi Diri Terhadap Kesiapan psikologi Dalam Memasuki Masa Klimakterium Di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh Tahun 2013. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia 45-50 tahun yaitu sebanyak 55 orang 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua jumlah populasi yang terdapat di tempat penelitian.Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini yaitu menggunakan teknik metode total sampling yaitu pengambilan populasi secara keseluruhan. C. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Penelitian ini dilaksanakan di desa Lampaseh Kota Banda Aceh Tahun 2013 2. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 – 14 Agustus 2013.
36
D. Instrumen Penelitian Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi 24 pertanyaan yang terdiri dari 14 pertanyaan tentang kesiapan psikologis dalam memasuki masa klimakterium siap jika x>7,8 dan tidak siap jika x≤7,8 dan 5 pertanyaan tentang peran suami baik jikax>2,4 dan tidak baik jika x≤2,4 dan5 pertanyaan tentang persepsi diri baik jika x> 3,1 dan tidak baik jika x≤3,1.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Jenis data yang digunakan ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh peneliti dengan cara membagikan kuesioner kepadawanita yang berusia 45-50 tahun yang telah disusun untuk menjaring informasi yang ingin diketahui sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Data sekunder Data penunjang yang di dapat dari laporan kantor desa Lampaseh Kota Banda Aceh Tahun 2013. F. Teknik Pengolahan Data 1. Pengolahan data Menurut Purwanto dalam Notoadmodjo (2005) pengolahan data dilakukan sebagai berikut : a. Editing, yaitu mengoreksi segala kesalahan dalam pengambilan data dan pengisian data.
37
b. Coding, yaitu pengolahan data dengan cara memberi kode pada setiap jawaban dari responden. c. Transferring, yaitu memindahkan data dalam bentuk tabel. d. Tabulating, yaitu memindahkan data yang diperoleh kedalam tabel frekuensi dan tabel silang. 2. Analisa data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Menurut Budiarto (2002) data yang telah dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi ditentukan persentase perolehan untuk masing-masing variabel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
p
×100%
Keterangan: p
= Persentase
f
= Frekuensi Teramati
n
= Jumlah Sampel
100%
= Bilangan Tetap
38
b.
Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Skor diperoleh dengan menggunakan metode statistik Chi-square test (X2) Sudjana (2001) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : O : Frekuensi Observasi e : Frekuensi Harapan Untuk melihat pengalaman, pengetahuan,dan pelatihan yang dapat mempengaruhi motivasi bidan dalam melaksanakan water birth, maka dilakukan menguji hipotesis penelitian didasarkan atas taraf signifikasi 95% (p < 0,05) dengan menggunakan chi-square. Sehingga dapat diketahui ada tidaknya faktor yang mempengaruhi yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan : 1. Bila nilai P < 0.05 maka Ho artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2. Bila nilai P > 0,05 maka Ha artinya ada hubungan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sudjana, 2001)
39
Maka akan digunakan rumus (Budiarto, 2002). 1.
Bila pada tabel 2×2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Fisher Exact
2.
Bila pada tabel 2×2, dan tidak dijumpai nilai E kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Continuity Correction.
3.
Bila pada tabel lebih dari 2×2, misalnya 2×3, 3×3, dll, maka yang digunakan uji Chi-Square
40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lampaseh kota merupakan salah satu desa di Wilayah Kecamatan Kutaraja Kota Banda Aceh, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Merduati Kecamatan Kutaraja
Sebelah Selatan : Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Sebelah Timur : Desa Merduati Kecamatan Kutaraja Sebelah Barat
: Desa Lampaseh Aceh Kecamatan Meuraxa
Secara keseluruhan, luas Wilayah Desa Lampaseh Kota Kecamatan Kutaraja Kota Banda Aceh adalah 32 Ha. Secara administratif pemerintah Desa Lampaseh Kota terbagi dari 5 (lima) dusun. Adapun kelima dusun tersebut adalah : Dusun Mina Dusun Muhajirin Dusun Pendidikan Dusun Pesantren Dusun Mesjid Keadaan jumlah penduduk Desa Lampaseh Kota sampai dengan bulan Maret 2013 secara umum dapat digambarkan bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.279 orang dan perempuan 972 orang.
41
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Lampaseh Kotadengan jumlah responden 55 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden yang berisi 24 pertanyaan tentang kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium, peran suami, dan persepsi diri, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Analisa Univariat a. Kesiapan Psikologi Dalam Menghadapi Masa Kkimaterium Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kesiapan Psikologi Dalam Menghadapi Masa Klimaterium Pada Responden Di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh No. Kesiapan Psikologi Dalam Frekuensi Persentase (%) Menghadapi Masa Klimaterium 1 Siap 25 45,5 2 Tidak Siap Total
30
54,5
55
100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas berada pada kategori tidak siap dalam menghadapi masa klimaterium yaitu sebanyak 30 responden (54,5%).
42
b. Peran Suami Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Peran Suami pada Responden di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh Peran Suami Frekuensi Persentase (%)
No. 1 Baik
26
47,3
2 Tidak Baik
29
52,7
55
100
Total
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas berada pada kategori peran suami yang tidak baik yaitu sebanyak 29 responden (52,7%). c. Persepsi Diri Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Diri pada Responden di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh Persepsi Diri Frekuensi Persentase (%)
No. 1 Baik
20
36,4
2 Tidak Baik
35
63,6
55
100
Total
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas berada pada kategori persepsi diri yang tidak baik yaitu sebanyak 35 responden (63,6%).
43
2. Analisa Bivariat 1. Pengaruh Peran Suami terhadap Kesiapan Psikologi dalam Menghadapi Masa Klimaterium Tabel 5.4 Pengaruh Peran Suami terhadap Kesiapan Psikologi dalam Menghadapi Masa Klimaterium pada responden di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh No. Peran Suami
Kesiapan Psikologi dalam Menghadapi Masa Klimaterium Siap Tidak Siap F
%
p_ Value
Total
F
%
F
%
1 Baik
17 65,4
9
34,6
26
100
2 Tidak Baik
8
27,6
21
72,4
29
100
25 45,5
30
54,5
55
100
Total
0,011
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 26 responden yang memiliki peran suami baik ternyata 17 responden (65,4%) memiliki kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium, sedangkan dari 29 responden yang memiliki peran suami yang tidak baik ternyata 21 responden (72,4%) tidak memiliki kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji chi-square dengan menggunakan SPSS di dapatkan nilai p value 0,007 (p < 0,05) artinya Ha di terima atau terdapat pengaruh peran suami terhadap kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimakterium.
44
2. Pengaruh Persepsi Diri terhadap Kesiapan Psikologi dalam Menghadapi Masa Klimaterium Tabel 5.5 Pengaruh Persepsi Diri terhadap kesiapan Psikologi dalam Menghadapi Masa klimakterium pada responden di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh No. Persepsi Diri
Kesiapan Psikologi dalam Menghadapi Masa Klimaterium Siap Tidak Siap F
%
F
1 Baik
14
70
6
2 Tidak Baik
11 31,4 25 45,5
Total
%
p_ Value
Total
F
%
30
20
100
24
68,6
35
100
30
54,5
55
100
0,013
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang memiliki persepsi diri baik ternyata 14 responden (70%) memiliki kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium, sedangkan dari 35 responden yang memiliki persepsi diri tidak baik ternyata 24 responden (68,6%) tidak memiliki kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji chi-square dengan menggunakan SPSS di dapatkan nilai p value 0,011 (p < 0,05) artinya Ha di terima atau terdapat pengaruh persepsi diri terhadap kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium.
45
C. Pembahasan 1. Pengaruh Peran Suami terhadap Kesiapan Psikologi dalam Menghadapi Masa Klimaterium Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki peran suami baik mayoritas memiliki kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium yaitu sebanyak 17 responden (65,4%), sedangkan responden yang memiliki peran suami yang tidak baik mayoritas tidak siap dalam menghadapi masa klimaterium yaitu sebanyak 21 responden (72,4%). Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji chi-square dengan menggunakan SPSS di dapatkan nilai p value 0,007 (p < 0,05) artinya Ha di terima atau terdapat pengaruh peran suami terhadap kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium. Berdasarkan hasil penelitian Purnamasari (2012) yang berjudul faktorfaktor yang mempengaruhi kesiapan psikologi wanita dalam memasuki masa menopause di wilayah kerja Puskesmas Kuta Malaka Aceh Besar menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan suami terhadap kesiapan psikologi wanita dalam, memasuki masa menopause (p value 0,015). Peran suami adalah segala hal yang dilkukan oleh suami untuk memberikan motivasi atau dorongan serta semangat kepada anggota keluarga (istri dan saudaranya) untuk dapat menerima perubahan diri seperti dalam menghadapi masa klimaterium hingga menjadi menopause (Suryono, 2012).
46
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Ibrahim (2002), bahwa tanggung jawab kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada istri, namun juga melibatkan peran suami. Oleh sebab itu, masalah kesehatan reproduksi merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Sehingga dengan adanya dukungan dari suami, seorang wanita akan lebih siap dalam menghadapi perubahan yang terjadi dengan system reproduksinya. Menurut peneliti, peran serta suami dalam rumah tangga sangat di perlukan, ketika seseorang berumah tangga, maka selain menjadi pendamping maka suami diharapkan juga akan dapat memberikan semangat-semangat serta memotivasi istri. Klimakterium merupakan masa berat bagi seorang istri, dimana fungsi organ reproduksinya akan menurun, dengan adanya peran suami sebagai pendukung dan sebagai pemberi semangat, maka sang istri akan lebih siap menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa bahwa dirinya tidak akan dicintai lagi oleh suami dikarenakan perubahan yang terjadi
2. Pengaruh Persepsi Diri terhadap Kesiapan Psikologi dalam Menghadapi Masa Klimaterium Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi diri baik mayoritas memiliki kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium yaitu sebanyak 14 responden (70%), sedangkan responden yang memiliki persepsi diri tidak baik mayoritas tidak
47
memiliki kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium yaitu yaitu 24 responden (68,6%). Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji chi-square dengan menggunakan SPSS di dapatkan nilai p value 0,011 (p < 0,05) artinya Ha di terima atau terdapat hubungan persepsi diri terhadap kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium. Berdasarkan hasil penelitian Rahmati (2012) yang berjudul faktorfaktor yang mempengaruhi psikologi ibu dalam masa menopause di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Aceh Besar menunjukkan bahwa ada pengaruh persepsi diri terhadap psikologi ibu dalam, masa menopause (p value 0,023). Persepsi diri adalah upaya mengamati diri sendiri; baik sifat, motivasi, perasaan dan emosi, atau lainnya. Seseorang sadar perasaan yang ia alami, tahu niatnya dalam melakukan sesuatu serta paham sikap dirinya terhadap sesuatu (Nada, 2012).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nada (2012), bahwa Salah satu bagian terpenting dari konsep diri adalah skema diri, yakni himpunan informasi yang terorganisasi dalam ingatan tentang diri sendiri. Contoh dari skema diri adalah merasa bahwa klimakterium adalah hal fisiologis yang akan terjadi pada setiap wanita, klimaterium bukan suatu penyakit, serta dirinya tetap disayang suami walaupun sudah menghadapi masa klimaterium. Menurut peneliti, persepsi diri adalah hal yang sangat menentukan kondisi psikologi seseorang. Ketika seseorang memiliki persepsi diri yang
48
baik terhadap dirinya sendiri, maka orang tersebut akan cenderung berfikir positif terhadap apapun perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga akan siap menghadapi segala yang terjadi pada dirinya. Sedangkan orang yang memiliki persepsi diri yang tidak baik, cenderung akan mudah berpikir negatif serta lebih mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik dan pada akhirnya akan membuat dirinya merasa tidak menarik serta rendah di mata orang lain.
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubungan peran suami dan persepsi diri terhadap kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium di Desa Lampaseh Kota Banda Aceh, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada pengaruh peran suami terhadap kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium 2. Ada pengaruh persepsi diri terhadap kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium B. Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka dapat menambah pengalaman peneliti tentang
hubungan peran suami dan persepsi diri
terhadap kesiapan psikologi dalam menghadapi masa klimaterium sehingga dapat menambah pengetahuan peneliti. 2. Bagi Responden Serta dengan adanya hasil penelitian ini juga diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang menghadapi masa klimakterium sehingga akan lebih siap dalam menghadpi masa tersebut.