BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata saat ini merupakan salah satu sektor unggulan yang dikembangkan oleh banyak negara dalam rangka meningkatkan pendapatan nasionalnya. Ini disebabkan karena disamping dapat meningkatkan pendapatan nasional, sektor ini mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dalam perekonomian dunia, pariwisata saat ini dipandang sebagai sektor yang paling terkemuka, karena mempunyai pengaruh secara strategis pada perekonomian di banyak negara. Fenomena globalisasi dunia yang terjadi saat ini yang didukung oleh
perkembangan sistem komunikasi dan informasi dunia yang
demikian pesat, semakin memperkuat dan mempercepat lajunya sektor pariwisata ini. Kuantitas perjalanan wisata di banyak negara semakin lama semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya negara yang terlibat di dalamnya baik sebagai produsen, broker maupun konsumen dari produk wisata (Pusat Studi Jepang UGM, 1995). John Naisbitt dalam Global Paradox, mengatakan bahwa dalam era globalisasi, pariwisata merupakan industri terbesar di dunia. Pariwisata adalah penghasil uang terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi gobal. Lebih lanjut dikatakan bahwa, pariwisata mempekerjakan 240 juta
1
orang di seluruh dunia, atau satu dari setiap sembilan pekerja, atau 10,6% dari angkatan kerja global. Pariwisata sebagai sumber pendapatan global adalah penyumbang ekonomi terkemuka di dunia yang menghasilkan 10,2% produk nasional bruto. Pariwisata adalah produsen terkemuka untuk mendapatkan pajak sebesar $655 miliar. Pariwisata adalah industri terbesar dalam hal keluaran bruto, yaitu mendekati $3,4 triliun. Pariwisata adalah 10,9% dari semua belanja konsumen, 10,7% dari semua investasi modal, dan 6,9% dari semua belanja pemerintah (Gelgel, 2006:24-25). Sebagai salah satu negara yang kaya akan potensi wisata, maka sektor pariwisata saat ini juga menjadi andalan pemerintah. Berbagai kebijakan dikeluarkan untuk mendukung dan meningkatkan laju kepariwisataan di Indonesia. Bahkan pariwisata ditetapkan sebagai sektor andalan pembangunan nasional (Gelgel, 2006:73). Dikembangkannya konsep tahun kunjungan wisata Indonesia, mulai di tingkat nasional hingga provinsi menjadi salah satu indikator bagaimana pemerintah Republik Indonesia berupaya meningkatkan dan membangun sektor kepariwisataan. Hal ini disebabkan
karena sektor
pariwisata memiliki andil yang sangat signifikan dalam pembangunan perekonomian baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Nasional. Menurut I Gde Pitana dan Cecep Rukendi (2009) dalam tulisannya yang berjudul Kebijakan Pariwisata Berbasis Alam di Indonesia, juga
2
diungkap bahwa pada tahun 2008 sektor pariwisata berada pada peringkat ketiga penyumbang devisa terbesar dengan menghasilkan 7,37 dolar AS yang diperoleh dari kedatangan 6,4 juta wisatawan mancanegara (Pitana dan Cecep, dalam Yondri, 2011). Dari tahun ke tahun sektor pariwisata mempunyai konstribusi yang terus meningkat terhadap pendapatan nasional. Pada tahun 2008 kepariwisataan Indonesia berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp. 153,25 trilyun atau 3,09% dari total PDB Indonesia (BPS dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011). Pada tahun 2009, kontribusinya meningkat menjadi 3,25%. Pertumbuhan PDB pariwisata pun sejak tahun 2001 selalu menunjukkan angka pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan PDB nasional. Walaupun masih menunjukkan angka sementara, pada tahun 2009 pertumbuhan PDB pariwisata mencapai 8,18%, sedangkan PDB nasional hanya 4,37%. Pada tahun yang sama, devisa dari pariwisata merupakan kontributor terbesar ketiga devisa negara, setelah minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Peringkat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat sejak tahun 2006 yang hanya menempati peringkat ke-6 dari 11 komoditi sumber devisa negara (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011). Sehubungan dengan hal itu, maka sangatlah beralasan jika di era otonomi daerah ini, berbagai daerah melalui kebijakan pemerintah daerah setempat berusaha menggali dan mengembangkan berbagai potensi yang
3
dapat memacu peningkatan bidang kepariwisataan. Bahkan
dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 20052025, arah pembangunan kepariwisataan nasional tahun 2005-2025 dikembangkan
agar
mampu
mendorong
kegiatan
ekonomi
dan
meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberian perluasan kesempatan kerja (Pitana dan Cecep, dalam Yondri, 2011). Di berbagai daerah, pembangunan pariwisata terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk berbagai hal antara lain yaitu untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), memperluas dan meratakan kesempatan kerja, mendorong pembangunan daerah khususnya dalam hal pengelolaan pajak dan usaha, serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Hal ini ditunjang dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, yang pada dasarnya menegaskan perlunya pemerintah daerah mengoptimalkan pendapatan asli daerah dari berbagai sumber-sumber yang dimilikinya, termasuk dalam hal ini dari sektor kepariwisataan. Sebagai negara sedang berkembang, Pemerintah RI telah melakukan
berbagai
upaya
peningkatan
bidang
kepariwisataan.
Pemerintah menyadari bahwa potensi-potensi wisata di Indonesia yang beraneka ragam bisa menjadi aset berharga untuk menjaring calon wisatawan atau calon investor guna mengembangkan usaha di sektor
4
kepariwisataan. Salah satu kekayaan wisata di Indonesia yang terletak di pulau Jawa ada di daerah Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di kedua propinsi ini terdapat banyak sekali obyek wisata terkenal, mulai dari candi yang terkenal yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Mendut hingga candi-candi kecil disekitarnya. Di kedua wilayah ini juga terdapat wisata alam pantai mulai dari Pantai Parangtritis, Samas, Baron, Kukup dan sebagainya. Juga terdapat hutan wisata, seperti Kaliurang, Tawangmangu dan sebagainya. Ada pusat kebudayaan seperti Kraton Yogyakarta dan Surakarta disamping juga terdapat obyek wisata ekonomi dan buatan yang lain. Pendek kata di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak potensi wisata, mulai dari wisata alam, peninggalan purbakala, peninggalan
sejarah,
keanekagaraman
flora
dan
fauna
serta
keanekagaraman seni dan budaya maupun obyek wisata buatan. Kesemuanya itu adalah sumber daya yang besar artinya jika dikembangkan secara profesional, sehingga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah masing-masing. Untuk itu maka di kedua Propinsi ini
juga
dikeluarkan
berbagai
kebijakan
untuk
menunjang laju
pertumbuhan bidang kepariwisataannya. Mulai dari pengembangan sarana dan prasarana pendukung, pengembangan kelompok sadar wisata (pokdarwis) hingga pengembangan pusat obyek wisatanya. Berbagai penataan telah dilakukan untuk mempercantik dan menarik minat masyarakat wisata,
baik bagi para wisatawan itu
5
sendiri maupun
pengusaha di bidang kepariwisatannya. Hal ini disebabkan karena sebagus apapun obyek wisata akan tidak banyak manfaatnya jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai mulai dari akses jalan, pemenuhan sarana dan prasarana yang lain, kesadaran masyarakat hingga kebutuhan komunikasi dan sebagainya. Disamping itu salah satu hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
kepariwisataan
adalah
bagaimana
menyebarluaskan
informasi wisata tersebut ke pasar wisata melalui promosi dan pemasaran yang dilakukannya. Tanpa pemasaran dan promosi yang memadai maka informasi keberadaan obyek wisata tidak akan pernah sampai pada para peminat wisata. Banyak cara dan strategi diterapkan dalam rangka untuk menarik konsumen untuk berbagai pilihan di pasar yang sangat kompetitif. Berbagai cara pemasaran dan promosi serta dapat
alat-alat manajemen yang
dipertimbangkan untuk diterapkan. Kesemuanya itu dilakukan
untuk menjembatani kepentingan produsen dengan masyarakat selaku konsumen. Salah satu hal yang paling penting dalam cara-cara ini adalah penerapan public relations secara benar dan efektif. Hal ini disebabkan karena public relations memainkan peran dalam membangun pencitraan dari sebuah objek, kegiatan dan identitas (Morgan dan Pritchard, dalam Ceylan, 2007:1). Dalam pembangunan bidang kepariwisataan maka dengan Public relations yang baik maka kepentingan para penyedia obyek
6
wisata terhadap masyarakat
akan dapat terjembatani dengan baik,
sehingga pembangunan di sektor ini bisa berjalan efektif dan efisien. Begitu banyaknya potensi wisata yang ada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, maka berbagai kebijakan telah dibuat oleh masing-masing daerah. Namun demikian karena pembangunan sektor kepariwisataan tidak mengenal batas administrasi, sehingga diperlukan sinergisitas antar daerah maka berbagai daerah melakukan kerjasama untuk memajukan sektor ini di wilayah mereka. Kesadaran atas kenyataan bahwa
masing-masing
daerah
tak
dapat
berdiri
sendiri
dalam
pembangunan bidang kepariwisataan ini disadari oleh beberapa kabupaten di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Salah satu bentuk kerjasama pengembangan sektor kepariwisataan yang dilakukan antar daerah di Propinsi Jawa Tengah bagian Selatan dan DIY adalah Java Promo, yang merupakan forum kerjasama bidang pariwisata yang mewadahi kepentingan promosi dan pemasaran pariwisata di wilayah Jawa Tengah bagian Selatan dan DIY. Anggota Java Promo terdiri atas 15 kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian selatan dan DIY. Ke-15 daerah tersebut berada diwilayah sekitar candi Borobudur, yang merupakan icon dari badan/ forum kerjasama promosi Java Promo untuk membuat kluster pariwisata. Salah satu fungsi Java Promo adalah sebagai wadah untuk memberikan pelayanan informasi sebanyak mungkin mengenai berbagai tujuan wisata di 15 kabupaten/ kota dan untuk mempromosikan dan mendukung industri pariwisata di 15 kabupaten/ kota
7
di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Disamping itu Java Promo dibentuk dalam rangka mempromosikan pariwisata secara bersama sama dalam satu wilayah destinasi wisata serta mengembangkan produk paket wisata yang potensial. Java Promo ini dibentuk pada tanggal 26 juni 2002 di Hotel Hyatt Regency, Kabupaten
Sleman Yogyakarta. Pada awalnya hanya
diikuti 13 kabupaten/ kota tetapi kemudian bertambah menjadi 15 kabupaten / kota di Jateng dan DIY. Selaku pelaksana kerjasama pengembangan pariwisata di 15 kabupaten/ kota maka untuk dapat melaksanakan visi dan misinya Sekber Java Promo harus mampu melakukan fungsi Public relations dengan baik. Disamping itu dalam melaksanakan fungsinya selaku public relations, Sekber Java Promo harus mempunyai strategi yang tepat agar visi dan misi yang diembannya dapat diwujudkan sesuai harapan para anggotanya. Tujuan
utama
dari
forum
kerjasama
ini
adalah
untuk
mempromosikan daerah masing-masing dengan cara kemitraan, juga untuk menyamakan visi dan misi dalam pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata daerah. Dari kesatuan visi dan misi ini diharapkan akan terjalin kerjasama antar sesama pemerintah daerah dalam rangka pengembangan pariwisata daerah yang pada akhirnya akan mendorong terciptanya kesepakatan kerjasama bidang pariwisata antar daerah dalam satu wilayah destinasi wisata Jawa. Mengingat bahwa rencana pengembangan pariwisata tidak bisa dikotak-kotakkan, maka perlu adanya kerjasama antar kabupaten.
8
Kemudian tanggal 22 Juni 2002 di Sleman dengan penggagas awal adalah Kabupaten Sleman mengundang 13 Kabupaten / Kota untuk kerjasama untuk promosi pariwisata, inti tujuan utamanya adalah untuk promosi pariwisata
secara
bersama-sama.
Terlepas
apakah
masing-masing
anggotanya telah mempromosikan secara individual namun promosi secara bersama-sama dapat memberikan khazanah kepada calon wisatawan tentang tujuan wisata yang sejenis yang berada di daerah lain anggota Java Promo Strategi public
relations
Java Promo dalam melaksanakan fungsinya sebagai dimaksudkan
sebagai
media
promosi
untuk
mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke tempattempat yang telah dipilih. Targetnya yaitu untuk membentuk persepsi konsumen tentang citra tempat wisata dan menjaring konsumen baru. Dengan penerapan strategi yang tepat dalam hal pelaksanaan fungsi public relations yang dilakukannya, diharapkan Java Promo menjadi media yang sangat efektif untuk dijadikan alternatif pemasukan bagi wilayah-wilayah yang menjadi memiliki objek wisata yang masuk dalam program pengembangan Java Promo. Dalam kedepannya peran Java Promo sebagai public relations bidang pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan mampu untuk tidak hanya menarik pengunjung tetapi juga untuk membuat mereka senang setelah mereka tiba (Wilcox, et.al. dalam Ceylan, 2007:1). Hal ini sangat penting
9
untuk menciptakan persepsi positif pengunjung dan perasaan tentang tujuan wisata.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melihat strategi yang diterapkan oleh Sekber Java Promo dalam melaksanakan fungsinya sebagai Public Relations. Dengan demikian maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi yang dilakukan oleh Sekber Java Promo dalam melaksanakan fungsinya sebagai Public Relations bidang pariwisata di
Propinsi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Sekber
Java Promo dalam melaksanakan fungsinya sebagai public
relations bidang pariwisata di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Disamping itu juga dalam rangka menambah kajian bidang ilmu komunikasi khususnya tentang peran public relations dalam sebuah organisasi.
10
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, diharapkan penelitian ini bermanfaat antara lain: 1. Secara Teoritis Memperkaya
khazanah
pengembangan
ilmu
pengetahuan
komunikasi khususnya berkaitan dengan studi tentang public relations dalam sebuah organisasi. 2. Secara Praktis a.
Bagi Mahasiswa Penelitian ini sebagai media untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan.
b.
Bagi institusi Hasil penelitian ini sebagai masukan dan atau koreksi atas program pengembangan Java Promo, sehingga institusi ini bisa memainkan peran yang maksimal dalam melaksanakan vsi dan misinya.
c.
Bagi masyarakat umum Hasil penelitian ini sebagai informasi mengenai program Java Promo, sehingga bisa
dijadikan referensi untuk pengembangan
wisata di tempat lain.
11
E. Kerangka Pemikiran 1. Strategi Pengembangan
Industri Pariwisata Melalui Kerjasama
Antar Daerah Strategi merupakan terminologi yang digunakan luas oleh organisasi laba (profit oriented) yang kemudian dalam perkembangannya digunakan pula oleh organisasi nirlaba atau organisasi publik lainnya baik di sektor organisasi birokrasi pemerintahan maupun oleh kalangan volunter (NGONon govermental Organization) atau yang lebih dikenal dengan Lembaga Swadaya Masayarakat (Tangkilisan, 2005:2). Pada prinsipnya sebuah strategi dibutuhkan karena adanya perkembangan masyarakat, kemajuan tehnologi dan tuntutan pasar secara keseluruhan. Menurut Hofer and Scendels (1978) dalam Tangkilisan, (2005:253)
strategi adalah
fundamental pattern of present and planned resources deployments and enviromental interactions that indicates how the organization will achieve its objects. Dengan demikian dalam rumusan strategi terdapat upaya untuk menyesuaikan dengan lingkungan melalui penggunaan dan pengelolaan sumber daya organisasi dan masalah interaksi organisasi dengan lingkungan eksternalnya. Dalam kehidupan organisasi, strategi sangatlah diperlukan dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungannya. Strategi juga diperlukan dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi tersebut. Termasuk didalamnya strategi yang diterapkan oleh organisasi yang bergerak dibidang kepariwisataan.
12
Saat ini pertumbuhan pariwisata dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya. Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan berbagai upaya peningkatan industri pariwisata. Salah satu diantaranya adalah pencanangan program Visit Indonesian Year yang dimulai tahun 2008 dan berjalan sampai sekarang. Program ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa angka kunjungan wisatawan
selama tahun 2007-2008 telah
mengalami peningkatan yakni 5,5 juta di tahun 2007 menjadi 6,5 juta di tahun 2008 (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011). Kondisi yang demikian nasional.
tentu akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan
Untuk
itu
maka
perlu
dipikirkan
upaya
guna
lebih
meningkatkannya. Industri pariwisata pada hakekatnya adalah keseluruhan usaha yang menyediakan berbagai pelayanan yang secara langsung dapat memuaskan kebutuhan wisatawan dan melakukan kontak dengan wisatawan di setiap aktivitas mereka. Dengan demikian industri ini akan melibatkan banyak kelompok masyarakat, mulai dari wisatawan, penyedia obyek wisata, pengusaha hingga masyarakat sekitar obyek wisata. Industri pariwisata
menyediakan layanan secara eksklusif, dominasi ataupun
hanya bersifat musiman untuk wisatawan. Dalam era otonomi daerah maka pengembangan industri pariwisata banyak dilakukan melalui kerjasama antar daerah. Hal ini mengingat bahwa pariwisata tidak bisa dibatasi oleh wilayah administrasi. Kerjasama antar daerah secara normatif merupakan kerjasama yang dilakukan antar
13
pemerintah daerah baik tingkat propinsi, kota dan kabupaten dalam suatu wilayah atau antar wilayah. Kerjasama antar daerah penting untuk dilakukan dalam rangka mencapai efektivitas pengelolaan sumber daya, memperbaiki
pelayanan
publik
serta
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat (Pratikno dalam Laporan Pelaksanaan Java Promo tahun 2011). Salah satu forum kerjasama pengembangan pariwisata antar daerah adalah Java Promo, yaitu forum pengembangan kerjasama antar daerah di Propinsi Jawa Tengah bagian selatan dan DIY, khususnya yang berada di sekitar obyek wisata Candi borobudur. Visi Java promo adalah terwujudnya promosi terpadu menuju Pariwisata Unggulan di Jawa. Untuk itu guna mewujudkannya maka diperlukan langkah strategis guna merealisasikan program-program yang disusunnya. Untuk bisa merealisasikan itu semua maka satu hal yang sangat penting adalah mengoptimalkan peran public relations dari forum tersebut sehingga mampu menjadi jembatan penghubung dan memberikan informasi sekaligus promosi guna pengembangan pariwisata di Jateng dan DIY.
2. Fungsi dan peranan Public Relations dalam suatu organisasi Dalam sebuah organisasi, Public relations akan terlibat secara intensif dan terintegrasi dengan struktur manajemen organisasi. Hal ini berarti bahwa fungsi dan peranan Public Relations tidaklah semata-mata hanya berkaitan dengan persoalan teknis akan tetapi terintegrasi dalam
14
struktur organisasi. Dengan demikian fungsi public relations tidaklah semata-mata sebagai fungsi komunikasi semata, akan tetapi juga fungsi manajemen. Namun demikian menilai peranan Public relations tidaklah hanya semata-mata dari segi tanggung jawab yang diembannya akan tetapi juga dari tugas atau tindakan yang dilakukannya. Public Relations yang efektif akan melibatkan apa yang harus dilakukan dan dikatakan oleh organisasi. Dengan demikin praktisi Public Relations harus memiliki kepekaan terhadap kebutuhan serta situasi lingkungannya, sehingga setiap tindakan dan perkataan yang diambil akan berdampak positif terhadap organisasi. Hal
ini
disebabkan
mengimplikasikan
karena
pada
dasarnya
public
relations
adanya usaha untuk membangun hubungan yang
harmonis antara organisasi dengan publik-publiknya (Putra, 1999:2). Wilcox, Ault dan Agee (dalam Putra, 1999:3-4) menyatakan bahwa dalam konsep Public Relations meliputi beberapa hal yaitu : (1). deliberate (kegiatan yang sengaja dilakukan untuk mempengaruhi, meningkatkan pemahaman, menyediakan informasi dan memperoleh umpan balik). (2) planned (kegiatan yang terorganisir rapi dan direncanakan melalui analisis yang cermat). (3). Performance (Public relations harus didasarkan pada kebijakan Public Relations dan penampilan yang sesungguhnya) (4). Public interest (kegiatan adalah untuk memenuhi kepentingan publik, tidak semata-mata untuk membantu organisasi memperoleh keuntungan sebesar-besarnya) (5).Two way communication (kegiatan Public Relations
15
harus mengarah pada pertukaran informasi (6). Management function (Public Relations merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan dalam manajemen organisasi). Fungsi dasar Public Relations bukanlah untuk menampilkan pandangan organisasi atau seni untuk sikap publik, tetapi untuk melakukan rekonsiliasi atau penyesuaian terhadap kepentingan publik, setiap aspek pribadi organisasi maupun perilaku perusahaan yang punya signifikansi sosial (L.Childs dalam Cutlip, Center dan Broom, 2007:4). Untuk itu ada dua fungsi penting dalam public relations yaitu fungsi manajemen dan fungsi komunikasi. Dalam kapasitas fungsi manajemen, Public Relations merupakan bagian dari manajemen yang ikut menentukan kebijakan organisasi atau perusahaan, sehingga Public relations ada dalam struktur organisasi. Sementara dalam kapasitas sebagai fungsi komunikasi, Public relations merupakan jembatan bagi organisasi untuk melakukan komunikasi dengan publik. Untuk itu maka Public relations harus melakukan berbagai kegiatan nyata untuk melakukan fungsinya, yaitu berkomunikasi dengan publik tersebut. Kegiatan tersebut dapat berbentuk event, kampanye maupun program (Hunt dan Grunig dalam Putra, 1999:13). Dalam melaksanakan fungsinya tersebut beberapa peran dapat dimainkan oleh public relations. Diantara peran yang dapat dimainkan oleh public relations antara lain adalah:
16
1. Espert Prescriber
yaitu peran sebagai partner manajemen untuk
mengatasi masalah yang timbul yang berkaitan dengan persoalan kehumasan (Putra, 1999:14). 2. Communication facilitator yaitu berperan
membantu manajemen
dengan menciptakan kesempatan untuk “mendengar” apa “kata publik” dan menciptakan peluang agar publik mau mendengar (Dozier dan Broom dalam Putra, 1999:14). 3. Problem solving process facilitator, dimana peran yang dimainkan adalah membantu manajemen melalui kerjasama dengan bagian lain dalam organisasi untuk memecahkan masalah
yang memuaskan
khususnya berkaitan dengan persoalan kehumasan (Putra, 1999:14). 4. Communication technician, hanya sebagai journalist in residence yang hanya menyediakan layanan tehnik berkomunikasi bagi organisasi (Putra, 1999:14)
3. Hubungan antara Public relations dan Industri Pariwisata Menurut Yoeti (1996:103) Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, meninggalkan tempatnya semula dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati kegiatan bertamasya dan rekreasi
17
dan untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Saat ini pariwisata sudah berkembang sangat pesat menjadi sebuah industri yang menjanjikan dan mempunyai dampak yang menyebar ke semua sektor. Industri pariwisata pada dasarnya merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang bersama-sama menghasilkan produkproduk maupun jasa, layanan atau services yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanan (Yoeti, 1996:153). Kegiatan Pariwisata merupakan bidang yang multi tasking, memiliki komunikasi kultural dan perpaduan kultural hingga mempunyai dampak baik secara sosial, ekonomi maupun politik. Untuk itu maka demi mencapai keberhasilan dalam melakukan aktivitas pariwisata ini, peranan public relations sangatlah dibutuhkan. Public relations mempunyai tujuan untuk merancang dan membangun citra produk dan layanan pariwisata (Gaulke dalam Sutisna, 2003:335), Public relations juga bertujuan untuk membenahi citra yang negatif menjadi positif dan melindungi citra organisasi (Jefkins, 1994:5). Pencitraan dibangun dan diciptakan oleh public relations melalui media cetak, dari mulut ke mulut, dan sikap pemirsa yang ditargetkan. Jika dilakukan dengan benar, calon wisatawan akan tahu bagaimana mereka akan mendapatkan keuntungan, belajar dan tumbuh dari mengunjungi objek tertentu atau pertunjukan-pertunjukan (Krapfl dalam Ceylan, 2007:5).
18
Dalam perspektif fungsi komunikasi,
public relations adalah
kegiatan yang dilakukan dalam bentuk komunikasi untuk memberikan informasi yang akurat. Untuk itu praktisi Public relations harus mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Komunikasi pada dasarnya merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan dengan suatu tujuan tertentu. Dalam konteks pariwisata, informasi itu tentu akan berhubungan dengan persoalan pariwisata. Salah satu informasi yang penting dalam pengembangan pariwisata adalah informasi yang bertujuan untuk keperluan promosi dan pemasaran wisata. Dengan demikian fungsi public relations dalam industri pariwisata, salah satu diantaranya adalah fungsi komunikasi untuk keperluan pemasaran dan promosi wisata. Berkaitan
dengan
hal
ini
maka
Public
Relations
dalam
melaksanakan fungsinya harus mempunyai strategi yang tepat, baik dalam fungsinya sebagai alat manajemen maupun dalam fungsi komunikasi yang dilakukannya dengan publik. Dalam perannya sebagai alat manajemen maka Public Relations harus mampu uuntuk merekomendasikan pada pihak manajemen bagaimana mengefektifkan penawaran dan promosi wisata yang dilakukan. Sementara dalam peran sebagai fungsi komunikasi maka Public Relations harus mampu
menyediakan, menyampaikan
informasi, dan memberi pemahaman kepada calon wisatawan yang potensial agar melakukan kunjungan wisata. Disamping itu juga harus memiliki ketrampilan dan teknik-teknik tententu sehingga bisa menarik
19
minat wisatawan untuk datang dan menikmati obyek wisata yang dipromosikan. Untuk keperluan ini bisa dilakukan dengan melibatkan media, baik media cetak maupun media elektronik. Disamping itu juga bisa melalui pesan dari mulut ke mulut. Media merupakan sumber informasi yang paling penting dalam strategi pemasaran dan promosi wisata pada khususnya, karena media menciptakan gambaran tentang objek tujuan wisata kepada calon-calon wisatawan yang belum pernah mendengar atau melihat gambaran tentang objek dari
siapapun. Hal ini mengingat
kesediaan wisatawan mendatangi daerah tujuan wisata sangat tergantung pada informasi-informasi yang disampaikan oleh media dan ketika pembaca
tidak
memiliki
pengalaman
tujuan,
pentingnya
media
representasi meningkat (Jenkins dalam Ceylan, 2007:6).
F. Kerangka Konsep Saat ini industri pariwisata menjadi pilihan yang menarik dalam rangka meningkatkan pendapatan nasional. Oleh kareana itu di era otonomi daerah sekarang ini, maka beberapa daerah berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan pendapatan di sektor ini. Persaingan dalam pengembangan industri pariwisata yang saat ini berkembang pesat perlu disikapi dengan cara yang bijak. Kerjasama antar daerah perlu dikembangkan dalam rangka ini. Java
20
Promo merupakan salah satu
bentuk forum kerjasama antar daerah dalam pengembangan pariwisata khususnya di Jawa Tengah bagian selatan dan DIY. Dalam rangka lebih
mengefektifkan kinerja dan program Java
Promo maka dibentuklah Sekretariat bersama (sekber) Java Promo. Dengan kata lain Sekber Java Promo merupakan tulang punggung untuk pengembangan wisata di daerah yang menjadi anggotanya, khususnya dalam pemasaran dan promosi wisata. Dalam rangka melaksanakan fungsi ini maka sebagai sebuah forum atau bentuk organisasi, maka Sekber Java promo harus mampu melakukan perannya dengan baik. Salah satu yang peran yang sangat penting yang harus dilakukan oleh Sekber Java Promo adalah sebagai public relations yang baik untuk dapat mewujudkan visi dan misinya. Ini disebabkan karena Public relations tidaklah hanya sebatas sebagai jembatan komunikasi dengan publik tetapi juga bisa berfungsi sebagai alat manajemen. Pengembangan Java Promo melalui aktivitas di Sekbernya diharapkan mampu menjadi salah satu bagian paling penting dari fungsi pemasaran dan promosi pariwisata. Dalam hal ini
mencakup definisi
"untuk mempromosikan peningkatan pemahaman antara operator dan publik mereka" (Roberts dalam Ceylan, 2007:2). Penelitian ini mencoba mendeskripsikan pengembangan fungsi public relations yang dijalankan oleh Java Promo yang dimaksudkan sebagai media promosi untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke tempat-tempat yang telah dipilih. Targetnya yaitu
21
untuk membentuk persepsi konsumen tentang citra tempat wisata dan menjaring konsumen baru. Dengan strategi public relations yang tepat diharapkan Java Promo menjadi media yang sangat efektif untuk dijadikan alternatif pemasukan bagi wilayah-wilayah yang memiliki objek wisata yang masuk dalam program pengembangan Java Promo.
G. Metode Penelitian Penelitian tentang Sekber Java Promo dalam melaksanakan perannya sebagai public relations merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang didasarkan pada fenomena yang terjadi secara empirik, menggambarkan dan memahami fenomena yang terjadi yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi secara dinamis dalam suatu sistem yang menyeluruh berkenaan dengan masalah yang diteliti. Penelitian akan dilakukan di beberapa lokasi anggota Java Promo, dan dipusatkan di sekretariat Sekber Java Promo di Kabupaten Sleman propinsi DIY. Bognan dan Taylor (dalam Moleong, 2011:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipankutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
22
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2011:11). Dalam penelitian kualitatif metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan dokumen
adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan
(Moleong, 2011:5). Untuk itu maka dalam menjaring data
penelitian ini maka peneliti menggunakan sejumlah tehnik yaitu wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan yang ditunjuk
untuk
mendapatkan
data-data
yang
diperlukan.
Dalam
melaksanakan wawancara mendalam ini digunakan pedoman wawancara, dimana pertanyaan yang diajukan bisa berkembang di lokasi penelitian sesuai dengan jawaban informan dan keingintahuan peneliti. Observasi dilakukan untuk memahami secara mendalam tentang hasil wawancara dengan informan. Ini juga dilakukan untuk mendeskripsikan setting yang terjadi di lapangan serta aktivitas yang ada didalamnya. Sedangkan dokumentasi dilakukan untuk menemukan data-data sekunder yang diperlukan, seperti catatan, laporan kegiatan dan sebagainya. Beberapa informan yang akan diwawancarai adalah : 1. Pengurus Harian Sekber Java Promo 2. Kepala Dinas Pariwisata yang bisa dihubungi 3. Salah Satu Penyusun RPJM Java Promo Untuk menguji validitas datanya maka dalam penelitian ini digunakan tehnik triangulasi data, yaitu suatu tehnik mengontrol data
23
melalui pengajuan pertanyaan yang sama pada beberapa sumber yang berbeda guna dicari tingkat validitasnya. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis induktif digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik (Moleong, 2011:10). Penalaran induktif dalam penelitian ini dimulai dari kajian khusus ke umum, yaitu mengambil kajian khusus dari data kegiatan yang dilakukan oleh Sekber Java Promo di bidang pariwisata. Kajian dimulai dengan mengidentifikasi kegiatan yang telah dilakukan dari tahun 2003 s/d 2011 di Sekber Java Promo, selanjutnya melakukan identifikasi kegiatankegiatan public relations yang telah dan akan dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut diambil tahap-tahap dalam proses penelitian : 1. Tahap Pengumpulan Data dan Deskripsi
24
Tahapan ini meliputi pendeskripsian data / kegiatan Sekber Java Promo dari tahun 2003 s/d 2011. Disamping itu juga mendasarkan pada wawancara mendalam yang dilakukan pada sejumlah informan yang dipilih. 2. Tahap Analisis Analisis data dilakukan dengan menggunakan data primer dari observasi di lapangan kemudian dikaji dengan data sekunder. 3. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi merupakan tahapan terhadap evaluasi Strategi kegiatan public relations Sekber Java Promo yang telah dilaksanakan kemudian dilakukan evaluasi sehingga akan diperoleh kegiatan public relations yang akan dilaksanakan di tahun-tahun mendatang yang secara professional. 4. Kesimpulan / Rekomendasi Tahap kesimpulan/rekomendasi merupakan tahapan akhir dalam penelitian ini yang
akan berisi tentang kesimpulan dari hasil
penelitian kegiatan Sekber Java Promo dalam memainkan perannya sebagai Public Relations dari 15 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dismaping itu juga tentang apa yang dilakukan Java Promo dalam upaya mempromosikan, memasarkan objek-objek wisata untuk menggaet wisatawan agar bersedia berkunjung ke daerah tujuan wisata di wilayah anggota Java Promo. Adapun rekomendasi yang
25
dihasilkan dari penelitian ini adalah beberapa masukan kepada Sekber Java Promo atau pada pihak lain yang berkeinginan membaca dan mempelajari berdasar konsep akademisi dengan harapan Sekber Java Promo bisa menjadi lebih professional dalam memainkan perannya di bidang public relations untuk pengembangan industri pariwisata..
26