BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Peranan auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha. Para auditor
wajib memahami pelaksanaan etika yang berlaku dalam menjalankan profesinya tersebut. Auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang terdiri dari Standar Umum, Standar Pekerjaaan Lapangan, dan Standar Pelaporan guna menunjang profesionalisme (Hery dan Agustiny Merrina, 2007). Untuk dapat meningkatkan sikap profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, hendaknya akuntan publik juga memiliki pemahaman yang memadai mengenai kode etik profesi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) agar situasi penuh persaingan tidak sehat dapat dihindari (Herawaty Arleen dan Yulius Kurnia Susanto, 2008). Hery dan Agustiny Merrina (2007) menyatakan bahwa ada empat elemen penting yang harus dimiliki oleh akuntan, yaitu keahlian dan pemahaman tentang standar
akuntansi
atau
standar
penyusunan
laporan
keuangan,
standar
pemeriksaan/auditing, etika profesi dan pemahaman terhadap lingkungan bisnis yang diaudit. Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh auditor adalah wajib memegang teguh aturan etika profesi yang berlaku. Agoes Sukrisno (2012: 42) menyatakan bahwa setiap manusia yang memberikan jasa dari pengetahuan dan keahliannya pada pihak lain seharusnya
1
2
memiliki rasa tanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh jasanya itu. Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah pedoman bagi para anggota Institut Akuntan Publik Indonesia untuk betugas secara bertanggung jawab dan objektif. Arens, Alvin A., et.al. (2008: 98) mendefinisikan etika (ethics) secara garis besar dapat difenisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Menurut Boynton, et.al. (2001: 96) etika profesional harus lebih dari sekedar prinsip-prinsip moral. Etika ini meliputi standar perilaku bagi seorang profesional yang dirancang untuk tujuan praktis dan idealistik. Boynton, et.al. menambahkan bahwa kode etik profesional dapat dirancang sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal, sehingga harus bersifat realistis dan dapat ditegakkan. Pada dasarnya seorang auditor dalam membuat keputusan harus menggunakan lebih dari satu pertimbangan rasional yang didasarkan atas pelaksanaan etika yang berlaku yang dipahaminya dan membuat suatu keputusan yang adil, tetapi pada kenyataanya tidak semua auditor melakukannya. Kasus yang terjadi adalah pada tahun 2010 di Bank BRI cabang Jambi memiliki kredit macet sebesar Rp. 52 Miliar. Kredit macet ini berhubungan dengan pembuatan laporan keuangan perusahaan Raden Motor sebagai pihak kreditur yang pada tahun 2009 meminjam sebesar Rp. 52 Miliar. Hal ini terbukti dari hasil persidangan di Kejati Jambi bahwa ada korupsi dalam pemberian kredit ini. Akuntan publik Raden Motor Biasa Sitepu terbukti membantu dalam pemalsuan laporan keuangan yang tidak memasukkan kegiatan-kegiatan yang material yang seharusnya dimasukkan kedalam laporan keuangan Raden Motor. Pemalsuan ini mengakibatkan Bank BRI cabang Jambi melakukan kesalahan dalam pemberian
3
kredit sehingga menjadi kredit macet. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak akuntan publik yang tidak menegakkan etika profesi dalam menjalankan tugas profesinya. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan (Mayeni, 2011). Arens, Alvin A., et.al (2008: 73) mengemukakan bahwa keputusan pelaporan
audit
dipengaruhi
oleh
materialitas
yang
merupakan
suatu
pertimbangan terhadap laporan keuangan. Arens, et.al. menambahkan konsep pengaruhnya materialitas terhadap jenis opini pada laporan audit bersifat langsung dan dalam penerapannya mempertimbangkan materialitas dalam situasi tertentu merupakan pertimbangan yang sulit serta tidak ada pedoman yang sederhana dan jelas yang dapat memungkinkan auditor dapat memutuskan apakah suatu hal dianggap tidak material, material, atau sangat material. Menurut PSA 25 (SA seksi 312) materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Menurut Arens, Alvin A., et.al (2008: 72) materialitas adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi yang dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki
4
pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dalam mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil ditemukan oleh auditor dapat berdampak material terhadap laporan keuangan (SA Seksi 31: 2001). Auditor harus mempertimbangkan dengan baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit karena seorang auditor harus bisa menentukan berapa jumlah rupiah materialitas suatu laporan keuangan kliennya. Jika auditor dalam menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha yang sebenarnya tidak diperlukan, sehingga akan memunculkan masalah yang akan merugikan auditor itu sendiri maupun Kantor Akuntan Publik tempat dimana dia bekerja, dikarenakan tidak efisiennya waktu dan usaha yang digunakan oleh auditor tersebut untuk menentukan jumlah materialitas suatu laporan keuangan kliennya. Sebaliknya jika auditor menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi, auditor akan mengabaikan salah saji yang signifikan sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material, yang akan dapat menimbulkan masalah yang dapat berupa rasa tidak percaya masyarakat kepada Kantor Akuntan Publik dimana auditor tesebut bekerja akan muncul karena memberikan pendapat yang ceroboh terhadap laporan keuangan yang berisi salah saji yang material (Mulyadi, 2002: 161). Kasus yang terjadi yaitu pada Akuntan
5
Publik Justinus Aditya Sidharta (JAS) yang terbukti melakukan konspirasi dengan pihak PT. Great River Internasional sebagai kliennya dimana AP tidak mengungkapkan salah saji material yang terdapat pada laporan keuangan ditahun buku 2003. Kasus ini bermula ketika hasil audit investigasi yang dilakukan oleh Bapepam menemukan bahwa terdapat kekeliruan yang dilakukan oleh Akuntan Publik JAS pada akun penjualan, piutang dan aset yang digelembungkan dari seharusnya. Dari hasil audit yang dilakukan oleh AP JAS, diberikan opini wajar namun sebenarnya didalamnya ternyata ada akun salah saji material yang dibiarkan oleh AP JAS tanpa pengungkapan. Hal ini mengakibatkan PT. Great River Internasional kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar hutang. Karena kesalahannya itu AP JAS dibekukan izinnya oleh menteri keuangan RI karena telah terbukti melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yaitu selama dua tahun dan diwajibkan mengikuti Pendidikan Profesional Lanjutan (PPL). Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam yang empat diantaranya berhubungan dengan materialitas seperti terlihat pada tabel berikut ini, Tabel 1.1 Kasus Keuangan dan Manajerial Emiten yang Pernah Didenda Bapepem (Periode 2000-2002) Denda (Juta Nama Emiten Jenis Pelanggaran Rupiah) PT. Asuransi Ramayana
Penyalahgunaan dana oleh direksi
PT. Asia Inti Selera
Pinjaman pada pihak istimewa
11. 197 500
6
Transaksi material dan perubahan PT. Myohdotcom
358 kegiatan usaha
PT Bumi Resources
Laporan atas transaksi material
100
Deposito $246,7 juta di bank asing PT Semen Cibinong
$250 tidak jelas Perubahan penggunaan dana IPO
PT. Manly Utama
357 tanpa laporan resmi ke Bapepam
PT. Daya Guna Menyembunyikan informasi material
256
Menyembunyikan informasi material
250
Samodera PT. Bintuni Minarya
Transaksi mengandung benturan PT. Super Mitory
500 kepentingan
PT. Bakrie Financa
Tidak hati-hati dalam pengakuan
Corp.
pendapatan bunga
500
Sumber: Investor Agustus 2002 Dalam pelaksanaan audit dilapangan, tingkat materialitas yang telah ditetapkan pada tahap pembuatan program pemeriksaan dapat berubah seiring dengan adanya perubahan lingkup pemeriksaan. Jika seorang auditor tidak patuh terhadap kode etik akuntan, maka tingkat materialitas yang ditetapkan tidak akan sesuai dengan tujuan audit yang ingin dicapai. Penerapan kode etik akuntan ini membuat seorang auditor itu dapat bersikap profesional sehingga kesalahan dalam audit dapat dikurangi.
7
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntan harus berpedoman kepada Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) agar bisa bertugas secara bertanggung jawab dan objektif. Kode etik profesi yang ada yaitu berdasarkan aturan etika profesi yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Indonesia yang terdiri dari (1) objektivitas, integritas, dan indepedensi; (2) standar umum dan standar akuntansi; (3) tanggung jawab kepada klien; (4) tanggung jawab kepada rekan seprofesi; (5) tanggung jawab dan praktik lain (SPAP: 2001). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Pengaruh Etika Profesi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat
diajukan pertanyaan, Seberapa besar etika profesi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisis dan
menyimpulkan
apakah
etika
profesi
auditor
memiliki
pengaruh
pada
pertimbangan tingkat materialitas auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan.
8
1.3.2
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
etika profesi auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor.
1.4
Kegunaan Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu, 1) Pengembangan ilmu Sebagai
sarana
untuk
menerapkan,
mengaplikasikan
dan
mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama masa studi. 2) Pemecahan masalah Sebagai bahan masukan untuk auditor dalam memecahkan masalah disebabkan oleh etika profesi auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti,
penulis melakukan penelitian di beberapa KAP di Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2013 sampai dengan selesai.