BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang tercatat di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 1 (2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan tersaji di dalam laporan keuangan. Maka dari itu, laporan keuangan yang disampaikan kepada publik adalah laporan keuangan yang telah diperiksa kelayakan informasinya oleh akuntan publik. Perusahaan membutuhkan jasa akuntan publik untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Tujuan melakukan pemeriksaan laporan keuangan adalah untuk meyakinkan pengguna laporan keuangan, dalam hal ini investor mengenai kewajaran laporan keuangan. Agar tujuan melakukan pemeriksaan tersebut dapat tercapai, diperlukan sikap profesional oleh auditor. Kriteria profesional auditor adalah independensi auditor. Menurut Divianto (2011), independensi auditor adalah kunci utama dari profesi audit, termasuk untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Flint (1988) dalam Divianto (2011), berpendapat bahwa independensi akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, karena hal ini dapat mempengaruhi sikap mental dan opini mereka. Selain independensi, ketepatan waktu dalam meyelesaikan audit merupakan sikap profesional auditor. Hal ini dikarenakan auditor yang menyelesaikan audit secara tepat waktu
mengindikasikan bahwa auditor telah melaksanakan prosedur pemeriksaan laporan keuangan. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan audit mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Informasi laporan keuangan yang disampaikan secara tepat waktu akan mengurangi asimetri informasi (Kim dan Verrechia, 1994 dalam Saleh, 2004), yang erat kaitannya dengan teori agency. Asimetri informasi merupakan kesenjangan informasi yang diterima lebih banyak dibandingkan oleh pihak yang lainnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM-LK juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Menurut Petronila (2007), ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh jangka waktu pelaporan audit (audit delay). Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tetang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor, kondisi ini sering disebut sebagai audit delay. Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikan laporan independen (Utami, 2006). Sedangkan menurut Petronila (2007), audit delay adalah jarak waktu antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir sampai dengan tanggal laporan audit. Penyebab terjadinya audit delay dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal berasal dari dalam perusahaan, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar perusahaan. Faktor internal dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas. Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah ukuran kantor akuntan publik, pergantian auditor, dan opini audit. Penelitian ini meneliti pengaruh
ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik, pergantian auditor, dan opini audit terhadap audit delay. Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan (Subekti, 2004). Perusahaan besar biasanya memiliki pengendalian internal yang baik serta lebih lengkap dalam memberikan data yang dibutuhkan oleh auditor dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini yang mempengaruhi proses penyelesaian audit atau audit delay. Penelitian Petronila (2007), dan Rachmawati (2008) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Selain ukuran perusahaan, umur perusahaan juga mempengaruhi audit delay. Hal ini dikarenakan perusahaan yang telah lama berdiri akan semakin berpengalaman, dan dapat lebih cepat mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam proses pelaporan keuangan. Perusahaan yang memiliki umur yang lama juga biasanya sudah memiliki suatu sistem yang baik dalam perusahaannya, misalnya sistem pengendalian internal sehingga dapat memudahkan auditor dalam melakukan auditnya karena dengan pengendalian yang baik maka data yang tersedia mungkin lebih lengkap dan lebih mudah diperoleh (Petronila, 2007). Penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), dan Petronila (2007) menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Courtis (1976) dalam Petronila (2007) yang membuktikan bahwa umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Faktor internal lainnya yang mempengaruhi audit delay adalah profitabilitas. Profitabilitas
digunakan
untuk
mengukur
kinerja
manajemen
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dari kegiatan operasionalnya (Petronila, 2007). Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu lebih cepat dalam pengauditan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan profitabilitas yang tinggi merupakan kabar baik yang perlu disampaikan perusahaan kepada publik. Penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Faktor eksternal yang mempengaruhi audit delay adalah kantor akuntan publik (KAP). Kantor akuntan publik merupakan pihak yang independen karena perusahaan ini bertanggungjawab atas opini audit. Menurut Utami (2006), KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan audit. Hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987), Schwartz dan Soo (1996) dalam Utami (2006) menyatakan bahwa kantor akuntan publik memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Petronila (2007) yang menyatakan bahwa kantor akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Faktor eksternal lain yang mempengaruhi audit delay adalah pergantian auditor. Auditor akan lebih cepat dalam melakukan pemeriksaan bukti apabila auditor telah memahami dengan baik bisnis klien. Untuk memahami bisnis klien dibutuhkan waktu yang lama, maka perusahaan yang memakai auditor yang sama akan lebih cepat dalam menyelesaiakan laporan audit. Penelitian Utami (2006) menyatakan bahwa pergantian
auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Tetapi penelitian Petty & Cuganesan (1996) dalam Prastiwi & Wilsya (2009) menyatakan bahwa pergantian auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi audit delay adalah opini audit. Perusahaan yang menerima pendapat qualified opinion membuat audit delay semakin panjang. Hal ini dikarenakan auditor memerlukan waktu dalam penambilan bukti. Penelitian Utami (2006) menyatakan bahwa opini audit memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) yang menyatakan bahwa opini audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Penelitian yang dibuat merupakan replikasi dari Petronila (2007) yang meneliti tentang analisis skala perusahaan, opini audit, dan umur perusahaan atas audit delay. Penelitan Petronila (2007) menggunakan sampel perusahaan non keuangan tahun 2003, menggunakan enam variabel yang diteliti yaitu skala atau ukuran perusahaan, profitabilitas, KAP (Kantor Akuntan Publik), opini audit, pos luar biasa (Extraordinary Items), dan umur perusahaan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah meneliti faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay. Faktor internal yang diteliti berupa ukuran perusahaan, umur perusahaan, serta profitabilitas. Faktor eksternal yang diteliti berupa ukuran kantor akuntan publik, pergantian auditor, dan opini auditor. Perbedaan lainnya yaitu penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur tahun 2009 s.d. 2011 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta menghilangkan variabel pos luar biasa (Extraordinary Items) dan menambahkan variabel pergantian auditor. Terdapat perbedaan untuk pengukuran variabel independen yaitu profitabilitas. Profitabilitas diukur dengan
menggunakan ROA (Return on Asset), sedangkan Petronila (2007) mengukur profitabilitas dengan menggunakan ROI (Return on Investment). Pada paragraph 86 dalam PSAK No.1 (IAI, 2012) dinyatakan bahwa entitas tidak diperkenankan menyajikan pos-pos penghasilan dan beban sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan penyataan ini maka peneliti menghilangkan variabel pos luar biasa (Extraordinary Items). Peneliti juga menambahkan variabel pergantian auditor. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian Imelda dan Heri (2007) pergantian auditor berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul penelitian mengenai “PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 - 2011”.
B. Batasan Masalah Penelitian ini membahas mengenai audit delay. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dipilihnya perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur mempunyai operasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan kelompok perusahaan lain yang dapat mempengaruhi penyampaian laporan keuangan. Selain itu, perusahaan manufaktur merupakan emiten terbesar yang terdaftar pada BEI. Sektor manufaktur yang menjadi objek penelitian dari industri bahan kimia, aneka
industri, dan industri barang konsumsi. Dipilihnya sektor ini karena merupakan sektor yang terbesar dalam sektor manufaktur dan jenis perusahaannya lebih diketahui oleh khalayak umum. Tahun penelitian yaitu 2009 - 2011. Faktor internal yang digunakan oleh peneliti adalah ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas sedangkan faktor eksternal yang digunakan adalah ukuran kantor akuntan publik, pergantian auditor, dan opini audit. Peneliti juga mengukur rata-rata audit delay dengan menggunakan statistik deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran tentang data seperti jumlah sampel, nilai rata-rata, nilai minimal, nilai maksimal, dan standar deviasi. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay? 2. Apakah umur perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay? 3. Apakah profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay? 4. Apakah ukuran kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay? 5. Apakah pergantian auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay? 6. Apakah opini audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay? 7. Apakah ukuran, umur, profitabilitas perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, pergantian auditor, opini audit secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay? D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini: 1. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay. 2. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh umur perusahaan terhadap audit delay. 3. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap audit delay. 4. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran kantor akuntan publik terhadap audit delay. 5. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh pergantian auditor terhadap audit delay. 6. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh opini audit terhadap audit delay. 7. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik, pergantian auditor, opini audit. E. Manfaat Penelitian 1.
Akademisi Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menjadi bahan rujukan untuk penelitian terkait audit delay, serta memberi gambaran faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi audit delay.
2.
Auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi auditor dalam pemberian opini audit yang tercermin dari audit delay yang diukur dengan menggunakan skala nominal.
F. Sistematika Penelitian Agar memperoleh gambaran mengenai penelitian ini, maka disusun sistematika sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II
Telaah Literatur Bab ini menguraikan teori-teori yang menjelaskan permasalahan yang diteliti secara ringkas beserta cara penyelesaian masalah. Teori yang diungkapkan mengenai konsep-konsep dasar dalam penelitian, penelitian terdahulu, dan perumusan hipotesis.
BAB III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, penjabaran mengenai variabel penelitian, metode pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis. BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi mengenai hasil dari penelitian yang diteliti, dengan menganalisa dari data yang diperoleh dan yang telah diuji. Alat uji yang digunakan adalah uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. BAB V
Simpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan, dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan.