PENGARUH INDEPENDENSI DAN PENGALAMAN AUDITOR PADA SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR SERTA IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT Ida Bagus Dharmadiaksa1 I Made Karya Utama2 (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana) 1
Email:
[email protected]
Abstrak Riset ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi dan pengalaman auditor pada skeptisisme profesional auditor dan implikasinya pada kualitas audit. Penelitian dilakukan di Kantor Akuntan Publik yang terdaftar pada Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015. Dari populasi sebanyak 85 auditor, berdasarkan metode purposive sampling diperoleh jumlah sampel sebanyak 54 auditor. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner yang menggunakan skala likert modifikasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis jalur (path analysis). Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif pada skeptisisme profesional auditor di KAP Provinsi Bali. Pengalaman auditor berpengaruh positif pada kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Keahlian auditor berpengaruh positif pada skeptisisme profesional auditor di KAP Provinsi Bali. Keahlian auditor berpengaruh positif pada kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif pada kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Skeptisisme profesional auditor mampu memediasi pengaruh pengalaman auditor pada kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Sedangkan skeptisisme profesional auditor tidak mampu memediasi pengaruh keahlian auditor pada kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Kata Kunci: independensi, pengalaman, skeptisisme profesional, kualitas audit I. PENDAHULUAN Seorang akuntan publik bertugas untuk memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (Matondang, 2010). Akibat berlangsungnya proses negosiasi antara auditor dengan klien dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan menyebabkan auditor berada pada situasi yang dilematis sehingga mempengaruhi kualitas audit. Satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak piVol.7 No.1,Februari 2017
hak. Namun di sisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu mendatang (Muliani dan Icuk, 2010). Kurang kuatnya prosedur audit menunjukkan kurang hati-hatinya auditor dalam menentukan prosedur audit, sehingga kurang profesional dan berakibat menurunkan kualitas audit (Gita, 2014). Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern klien merupakan salah satu indikasi auditor telah melaksanakan audit secara berkualitas. Tujuannya adalah untuk merencanakan audit Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
1
dan menentukan sifat, saat, dan lingkungan pengujian yang akan dilaksanakan sesuai dengan standar pekerjaan lapangan point kedua (Halim, 2008). Kualifikasi dan kualitas auditor telah diatur dalam sebuah standar umum di dalam standar auditing sesuai dengan SPAP SA Seksi 201 (2001) untuk mengatasi perbedaan kepentingan antara klien dengan para pemakai laporan keuangan (Matondang, 2010). Auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan dengan cara mempertahankan independensinya ketika terjadi situasi konflik audit (Kautsarrahmelia, 2013). Klien mungkin saja melakukan penghentian penugasan bila auditor menolak memenuhi keinginannya. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran moral auditor memainkan peran penting dalam mengambil keputusan akhir. Seorang auditor harus tetap profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinannya (Arens et al., 2008). Sikap kehati-hatian dalam pengambilan keputusan audit terutama dalam menentukan opini atas laporan keuangan menjadi dimensi penting yang harus diperhatikan seorang auditor. Auditor sebagai individu dihadapi oleh persepsi kompleksitas audit tentang kesulitan suatu tugas auditnya karena banyak menghadapi persoalan yang kompleks (Ika, 2011). Sehingga ketepatan pengambilan keputusan akan mencerminkan kualitas auditor tersebut. Beberapa kasus dalam dunia bisnis terkait kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti yang terjadi pada Olympus Corp. Perusahaan produsen kamera dan peralatan kesehatan asal Jepang telah menyembunyikan kerugian dengan menganggapnya sebagai aset sejak tahun 1990-an dan akhirnya terungkap pada akhir tahun 2011. Olympus Corp membayar 687 juta dollar AS atau sekitar 6 triliun rupiah sebagai biaya penasihat keuangan untuk menyembunyikan ker-
2
ugian (Kautsarrahmelia, 2013). Olympus Corp. secara bergantian diaudit oleh KAP yang tergolong big five, yaitu Arthur Andersen, KPMG dan Ernest & Young. Namun temuan-temuan menunjukkan terjadi kegagalan dalam mendeteksi maupun mengungkapkan kecurangan laporan keuangan (Kautsarrahmelia, 2013). Kegagalan tersebut bisa terjadi karena kurangnya independensi, keahlian, pengetahuan ataupun pengalaman auditor dalam mengaudit laporan keuangan. II.
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pada saat melaksanakan pekerjaan profesionalnya, auditor harus menjaga kepercayaan yang diberikan dengan cara tidak memihak pada siapapun. Apabila auditor berlaku tidak independen sama saja dengan menyalahgunakan keahlian teknis yang dimiliki. Timbulnya fenomena tersebut, menimbulkan pertanyaan apakah cara perekayasaan dalam kasus itu tidak mampu dideteksi oleh akuntan publik atau telah terdeteksi namun ikut diamankan oleh akuntan publik. Apabila yang terjadi yakni akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, maka yang menjadi permasalahan adalah independensi yang dimiliki auditor tersebut (Elfarini, 2007). Penelitian terdahulu yang dilakukan DeAngelo (1981) menemukan bahwa hal yang berpengaruh signifikan pada kualitas audit adalah independensi auditor. Temuan tersebut sejalan dengan penelitian Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003), Carcello dan Nagy (2004), Francis (2004), dan Alim dkk. (2007). Pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik ditunjukkan dari segi lamanya waktu penyelesaian audit maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani, memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang subtantif (Matondang, 2010). Auditor yang memiliki lebih banyak pengalaman dapat menghasilkan berb-
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PENGALAMAN AUDITOR PADA SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR SERTA IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT
agai macam harapan dalam menjelaskan temuan auditnya. Auditor dengan pengalaman dua tahun memiliki sikap profesional, komitmen terhadap kinerja organisasi, dan kualitas audit (Gita, 2014). Ramdanialsyah (2010), Nurmalita (2011), dan Agustin (2013) telah meneliti tentang pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit dengan menunjukkan hasil bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Securities and Exchange Commissions (SEC) menemukan bahwa urutan ketiga dari penyebab kegagalan audit adalah tingkat skeptisisme profesional yang kurang memadai. Dari 45 kasus audit yang diteliti SEC, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak menerapkan tingkat skeptisisme profesional yang memadai (Beasley et al., 2001:65). Rendahnya sikap skeptisme profesional yang dimiliki akan mengurangi kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan sehingga auditor tidak mampu memenuhi tuntutan untuk menghasilkan laporan yang berkualitas (Wisteri, 2015). Skeptisisme perlu diperhatikan oleh auditor profesional agar hasil pemeriksaan laporan keuangan dapat dipercaya oleh orang yang membutuhkan laporan tersebut. Auditor dituntut untuk selalu cermat dan seksama dalam menggunakan kemahiran profesionalnya. Akan tetapi dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat skeptisisme profesional yang dimiliki oleh para auditor yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan (Bunga dan Januarti, 2013). Sikap independen seorang auditor diatur dalam Pasal A14 sampai A17 SPA 200. Pasal A18 hingga A22 SPA 200 mengatur sikap skeptisisme profesional yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Skeptisisme profesional auditor merupakan sikap selalu bertanya serta melakukan suatu evaluasi pada bukti audit dengan Vol.7 No.1,Februari 2017
kritis. Carpenter et al. (2002) menyatakan bahwa adanya penurunan suatu kualitas audit disebabkan oleh auditor yang kurang bersikap skeptis. Penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005), Margfirah dan Syahril (2008) menemukan adanya hubungan yang signifikan antara sikap skeptis auditor dengan tepatnya opini yang diberikan oleh akuntan publik. Seorang auditor yang skeptis tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Sabrina dan Indira, 2011). Relevan dengan definisi skeptisisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2015). H1: Independensi auditor berpengaruhpositif pada skeptisisme profesional auditor. Akuntan publik tidak hanya kompeten dalam hal pengauditan namun harus memiliki independensi. Seorang auditor yang profesional dapat dilihat dari hasil kinerjanya dalam menjalankan tugas fungsinya. Penelitian yang dilakukan Lauw dkk. (2012) serta Indah (2010) menunjukan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian Singgih dan Bawono (2010) menyatakan independensi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit dibandingkan dengan variabel pengalaman, due professional care, dan akuntanbilitas. Penelitian Carcello dan Nagy (2004), dan Sari (2012) juga menemukan pengaruh positif independensi pada kualitas audit. Penelitian terdahulu yang dilakukan DeAngelo (1981) menemukan bahwa hal yang berpengaruh signifikan pada kualitas audit adalah independensi auditor. Temuan tersebut sejalan dengan penelitian Deis dan Giroux (1992), Mayangsari (2003), Carcello dan Nagy (2004), Francis (2004), dan Alim dkk. (2007). Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
3
H2: Independensi audi tor berpengaruh positif pada kualitas audit. Oktania dan Suryono (2013) mengatakan semakin tinggi pengalaman yang dimiliki auditor maka skeptisisme profesional auditornya akan meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena berdasarkan pengalamannya, seorang auditor tidak akan mudah percaya terhadap kliennya dan akan selalu memertanyakan laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya serta akan selalu bersikap hati-hati dalam mengerjakan tugasnya. Pernyataan di atas didukung pula dengan hasil penelitian dari Pramudita (2012), Paulus (2013) serta Winantyadi dan Waluyo (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh positif antara pengalaman terhadap skeptisisme profesional auditor. Semakin lama pengalaman seorang auditor maka akan semakin tinggi skeptisisme profesional auditor. H3: Pengalaman auditor berpengaruh positif pada skeptisisme profesional auditor. Seorang auditor akan lebih mudah untuk mendeksi kesalahan maupun kecurangan yang terkandung dalam laporan keuangan kliennya apabila auditor tersebut memiliki pengalaman yang cukup dalam bidang audit, dengan pengalaman yang dimilikinya maka auditor akan mampu untuk menghasilkan kualitas audit yang baik jika dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki pengalaman dalam bidang audit. Menurut hasil penelitian Ramdanialsyah (2011) menunjukkan bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal tersebut didukung pula dengan hasil penelitian Ika (2011), Nurmalita (2011) dan Agustin (2013) yang menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Hanjani (2014) menunjukan bahwa pengalaman berpengaruh signifikan dan positif pada kualitas audit. Auditor yang berpengalaman mem-
4
punyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. H4: Pengalaman auditor berpengaruh positif pada kualitas audit. Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Rusyanti, 2010). Auditor dituntut untuk selalu cermat dan seksama dalam menggunakan kemahiran profesionalnya. Rusyanti (2010) menunjukkan bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Ayu dan Lely (2015) dan Queena (2012) yang menemukan bahwa sikap skeptisme berpengaruh terhadap kualitas audit. Skeptisisme perlu diperhatikan oleh auditor profesional agar hasil pemeriksaan laporan keuangan dapat dipercaya oleh orang yang membutuhkan laporan tersebut (Ayu dan Lely, 2015). Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisme profesional yang dimiliki auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. H5: Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif pada kualitas audit. Seorang auditor yang skeptis tidak menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Sabrina dan Indira, 2011). Sikap skeptisisme profesional auditor ini, auditor diharapkan dapat melaksanakan tugasnya sesuai standar yang telah ditetapkan, menjunjung tinggi kaidah dan norma agar kualitas audit dan citra profesi auditor tetap terjaga. Rusyanti (2010) menunjukkan bahwa sikap skeptis berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang memiliki independensi yang tinggi biasanya akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti, dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan (Sabrina dan Indira, 2011) sehingga hasil
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PENGALAMAN AUDITOR PADA SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR SERTA IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT
audit nantinya akan memiliki kualitas yang lebih baik (Ayu dan Lely, 2015). H6: Independensi auditor berpengaruh pada kualitas audit melalui peran mediasi skeptisisme profesional auditor. Skeptisme profesional adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam menilai secara kritis bukti-bukti audit. Fitriany dan Hafifah (2012) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan skeptisme profesional auditor adalah banyaknya pengalaman audit karena dengan pengalaman yang dimilikinya seorang auditor dapat melakukan tugasnya dengan lebih berhati-hati dan cermat, sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Rusyanti (2010) menunjukkan bahwa sikap skeptis berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian lainnya juga menyatakan sikap skeptisme berpengaruh positif signifikan pada kualitas audit (Piorina dan Ramantha, 2015). H7: Pengalaman auditor berpengaruh pada kualitas audit melalui peran mediasi skeptisisme professional auditor. Penelitian ini memiliki kerangka konsep seperti terlihat pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Desain Penelitian
Sumber : Data diolah, 2016
Keterangan: P1 dan P3 : pengaruh tidak langsung independensi dan pengalaman audit or pada kualitas audit. P2 dan P4 : pengaruh langsung independensi dan pengalaman auditor pada kualitas audit. Vol.7 No.1,Februari 2017
P5
: pengaruh langsung skeptisisme profesional auditor pada kualitas audit.
III. METODE PENELITIAN Dilakukannya penelitian ini dengan tujuan untuk meneliti pengaruh independensi dan pengalaman auditor pada skeptisisme profesional auditor dan implikasinya pada kualitas audit. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif dengan tipe kausalitas apabila dilihat dari tingkat eksplanasinya. Sugiyono (2014:6) mengatakan bahwa penelitian asosiatif dengan tipe kausalitas merupakan jenis penelitian yang menjelaskan pengaruh variabel independen pada variabel dependen. Lokasi atau ruang lingkup dalam penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Provinsi Bali yang terdaftar sebagai anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015. Objek dalam penelitian ini adalah independensi dan pengalaman auditor yang akan memengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di KAP Bali, baik secara langsung maupun melalui skeptisisme profesional auditor sebagai variabel intervening. Data akan diperoleh melalui kuesioner yang diberikan langsung kepada seluruh KAP Provinsi Bali berupa pernyataan-pernyataan tertulis mengenai independensi auditor, pengalaman auditor, skeptisisme profesional auditor, dan kualitas audit. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas audit (Y2). Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah kompensasi dari klien, pemahaman terhadap sistem informasi klien, lamanya waktu dalam penyelesaian audit, kepatuhan terhadap Standar Profesional Akuntan Publik dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan, tingkat kepercayaan terhadap pernyataan klien, tingkat kehati-hatian dalam pengambilan keputusan. Kualitas audit disini menggunakan (6) item pernyataan yang diadopsi dari Ayu dan Lely (2014). Setiap item diberi skor 1 sampai 4. Variabel independennya adalah independensi auditor (X1) dan pengalaman Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
5
auditor (X2). Independensi auditor adalah kejujuran dalam diri auditor untuk mempertimbangkan fakta serta pertimbangan objektif yang tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi diperlukan untuk menghasilkan laporan yang bersifat objektif tanpa adanya pengaruh dari pihak luar karena auditor melaksanakan pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan umum. Pengalaman auditor adalah kemampuan teknis individu dan dianggap menjadi faktor penting dalam mengambil keputusan. Indikator untuk mengukur pengalaman auditor adalah tepat waktu atau sesuai anggaran waktu yang diberikan, memiliki wawasan dan pengetahuan tentang audit, penugasan yang diberikan, lamanya bekerja sebagai auditor, dan review atas pekerjaan. Independensi dan pengalaman auditor menggunakan (6) item pernyataan yang diadopsi dari Gita (2014). Variabel mediasi atau intervening adalah variabel yang secara teoretis memengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur (Sugiyono, 2014: 61). Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah skeptisisme profesional auditor (Y1). Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap auditor dalam melakukan tugasnya sebagai akuntan publik yang dipercaya oleh publik dengan selalu memberikan pertanyaan dan tidak mudah percaya begitu saja atas bukti-bukti audit yang diberikan (Sabrina dan Indira, 2011). Indikator yang digunakan untuk mengukur skeptisisme profesional auditor adalah pikiran selalu bertanya atau kritis, suspensi pada penilaian, pencarian pengetahuan, pemahaman interpersonal, dan penentuan sendiri. Skeptisisme profesional auditor disini menggunakan (6) item pernyataan yang diadopsi dari Ayu dan Lely (2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bali yang merupakan anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah nonprobability
6
sampling dengan teknik purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang ditentukan adalah auditor yang telah bekerja selama satu tahun yang telah mempunyai pengalaman dalam bidang audit dan dalam penelitian ini tidak dibatasi jabatan seperti: partner, manajer, senior auditor, dan junior auditor pada Kantor Akuntan Publik. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner yang menggunakan skala likert modifikasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur dikembangkan sebagai model untuk mempelajari pengaruh langsung maupun tidak langsung dari variabel bebas pada variabel terikat (Ghozali, 2007: 249). Gambar 2. Model Analisis Jalur
Sumber : Data Diolah, 2016
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai karakteristik variabel-variabel penelitian yang terdiri atas jumlah pengamatan, nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, dan standar deviasi. Tabel 4.1 memperlihatkan hasil statistik deskriptif.
Sumber : Data primer diolah, 2016
Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa varibel pengalaman auditor (X1) memiliki nilai minimum sebesar 6,00, nilai maksimum sebesar 22, 91, mean sebesar 18,61, dan
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PENGALAMAN AUDITOR PADA SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR SERTA IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT
standar deviasi sebesar 5,20. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai pengalaman auditor yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya sebesar 5,20. Variabel keahlian auditor (X2) memiliki nilai minimum sebesar 6,00, nilai maksimum sebesar 22,71, mean sebesar 18,60, dan standar deviasi sebesar 5,02. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai keahlian auditor yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya sebesar 5,02. Variabel skeptisisme profesional auditor (Y1) memiliki nilai minimum sebesar 6,00, nilai maksimum sebesar 23,62, mean sebesar 19,23, dan standar deviasi sebesar 4,94. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai skeptisisme profesional auditor yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya sebesar 4,94. Variabel kualitas audit (Y2) memiliki nilai minimum sebesar 6,00, nilai maksimum sebesar 23,48, mean sebesar 18,69, dan standar deviasi sebesar 5,17. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai kualitas audit yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya sebesar 5,17. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis dengan program SPSS. Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 menyajikan hasil analisis jalur (path analysis). Tabel 4.2 menunjukkan pengaruh langsung antar variabel pengalaman auditor dan keahlian auditor terhadap kualitas audit dan Tabel 4.3 menunjukkan pengaruh tidak langsung antar variabel pengalaman auditor, keahlian auditor dan skeptisisme profesional auditor pada kualitas audit. Tabel 4.2 Regresi Pengaruh Langsung
Sumber : Data Primer diolah, 2016 Tabel 4.3 Regresi Pengaruh Tidak Langsung
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Vol.7 No.1,Februari 2017
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai e1 sebesar 0,611 yang berarti bahwa sebesar 61,1 persen variasi variabel skeptisisme profesional auditor tidak dapat dijelaskan oleh pengalaman auditor dan keahlian auditor. Nilai e2 sebesar 0,493 yang berarti sebesar 49,3 persen variasi variabel kualitas audit tidak dapat dijelaskan oleh pengalaman auditor, keahlian auditor dan skeptisisme profesional auditor. Nilai koefisien Pi dan nilai standard error (ei) bila disajikan ke dalam model jalur, maka tampak pada Gambar 3 berikut.
Sumber : Data Primer diolah, 2016
Uji pengaruh total dilakukan dengan menguji secara gabungan antara pengaruh langsung variabel bebas (penglaman auditor dan keahlian auditor) pada kualitas audit, serta pengaruh tidak langsung variabel bebas (pengalaman auditor dan keahlian auditor) terhadap skeptisisme profesional auditor. Nilai pengaruh langsung dan tidak langsung dapat dilihat pada standardized coefisients Tabel 4.2 untuk model regresi pertama dan Tabel 4.3 untuk model regresi kedua. Berikut adalah rekapitulasi pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total dapat dilihat pada Tabel 4.4. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengaruh tidak langsung pengalaman auditor ke kualitas audit lebih besar dibandingkan dengan pengaruh langsungnya (0,316 > 0,237), artinya skeptisisme profesional auditor dapat memediasi pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa pengaruh tidak langsung keahlian auditor ke kualitas audit lebih kecil dibandingkan Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
7
dengan pengaruh langsung nya (0,168 < 0,241), artinya skeptisisme profesional auditor tidak dapat memediasi pengaruh keahlian auditor terhadap kualitas audit.
Sumber: Data Primer diolah, 2016
Hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 0,91 yang menunjukkan bahwa sebesar 91 persen variasi kualitas audit dipengaruhi oleh model yang dibentuk oleh pengalaman auditor, keahlian auditor dan skeptisisme profesional auditor, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis regresi (Tabel 4.2 dan Tabel 4.3), menunjukkan bahwa, baik tanpa intervening ataupun dengan intervening, variabel independen berpengaruh serempak terhadap variabel dependen. Signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti seluruh variabel independen dapat memprediksi atau menjelaskan kualitas audit pada KAP di Provinsi Bali, sehingga dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini dikatakan layak untuk diteliti. Hasil penelitian memerlihatkan bahwa nilai β1 sebesar 0,603 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang mana nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata dalam penelitian ini, yaitu 0,05. Artinya bahwa hipotesis pertama (H1) dapat diterima, yang menunjukkan bahwa variabel pengalamaan auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Kondisi ini menggambarkan bahwa se-
8
makin tinggi pengalaman auditor, maka sikap skeptisisme yang dimiliki oleh auditor semakin meningkat. Berdasarkan penemuan tersebut, maka dapat digambarkan bahwa auditor yang berpengalaman memiliki tingkat selektifitas yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan, sehingga mempengaruhi seorang auditor untuk memiliki sikap skeptisisme profesional auditor. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramudita (2012), Oktania dan Suryono (2013), Paulus (2013) serta Winantyadi dan Waluyo (2014) yang menemukan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian memerlihatkan bahwa nilai β2 sebesar 0,237 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014 yang mana nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata dalam penelitian ini, yaitu 0,05. Artinya bahwa hipotesis kedua (H2) dapat diterima, yang menunjukkan bahwa variabel pengalamaan auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin tinggi pengalaman auditor maka kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor semakin meningkat. Berdasarkan penemuan tersebut, maka dapat digambarkan bahwa pengalaman auditor yang memadai juga diperlukan untuk dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Semakin banyak pengalaman dalam mengaudit semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdanialsyah (2011), Ika (2011), Nurmalita (2011) dan Agustin (2013). Hasil penelitian memerlihatkan bahwa nilai β3 sebesar 0,320 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 yang mana nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata dalam penelitian ini, yaitu 0,05. Artinya bahwa hipotesis ketiga (H3) dapat diterima, yang menunjukkan bahwa variabel keahlian auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme pro-
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PENGALAMAN AUDITOR PADA SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR SERTA IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT
fesional auditor. Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin tinggi keahlian auditor, maka sikap skeptisisme yang dimiliki oleh auditor semakin meningkat. Berdasarkan penemuan tersebut, maka dapat digambarkan auditor yang memiliki keahlian yang diperoleh dari beberapa pelatihan-pelatihan atau seminar dalam hal pengauditan, dapat mempengaruhi seorang auditor untuk memiliki sikap skeptisisme pofesional auditor. Semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar dan semakin banyak sertifikat yang dimiliki maka auditor yang bersangutan akan semakin cakap dan semakin skeptis dalam melaksanakan tugas audit. Hasil penelitin ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktania dan Suryono (2013), Paulus (2013) dan Winantyadi dan Waluyo (2014). Hasil penelitian memerlihatkan bahwa nilai β4 sebesar 0,241 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,013 yang mana nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata dalam penelitian ini, yaitu 0,05. Artinya bahwa hipotesis keempat (H4) dapat diterima, yang menunjukkan bahwa variabel keahlian auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin tinggi keahlian auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor semakin tinggi pula. Berdasarkan penemuan tersebut, maka dapat digambarkan bahwa keahlian yang ditunjang dengan pengetahuan yang dimiliki auditor merupakan dasar yang dibutuhkan seorang auditor dalam proses audit, sehingga mampu memberikan kontribusi yang baik pada kualitas audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penilitian yang dilakukan oleh Ashari (2011), Riharna (2013), dan Sari (2014). Hasil penelitian memerlihatkan bahwa nilai β5 sebesar 0,545 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang mana nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata dalam penelitian ini, yaitu 0,05. Artinya bahwa hipotesis kelima Vol.7 No.1,Februari 2017
(H5) dapat diterima, yang menunjukkan bahwa variabel skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin tinggi skeptisisme profesional auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor semakin baik, sebaliknya auditor yang kurang memiliki sikap skeptisme akan menurunkan kualitas audit. Berdasarkan penemuan tersebut, maka dapat digambarkan bahwa auditor yang memiliki sikap skeptisisme dalam melakukan tugasnya akan dapat mendeteksi adanya temuan dan keadaan yang sesungguhnya dalam laporan keuangan kliennya maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusyanti (2010), Queena (2012) serta Ayu dan Lely (2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tidak langsung antara variabel pengalaman auditor terhadap kualitas audit lebih besar dibandingkan dengan pengaruh langsungnya, yaitu 0,316 > 0,237. Artinya bahwa hipotesis keenam (H6) dapat diterima, yang menunjukkan bahwa variabel skeptisisme profesional auditor dapat memediasi pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak pengalaman auditor maka akan semakin meningkatkan skeptisisme profesional auditor karena dengan pengalaman yang dimilikinya seorang auditor dapat lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya, yang selanjutnya dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fitriany dan Hafifah (2012) yang mengatakan auditor berpengalaman akan lebih mampu untuk menyeleksi informasi-informasi atau bukti-bukti yang relevan dan tidak relevan dalam membuat keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tidak langsung antara variabel keahlian auditor terhadap kualJurnal Riset Akuntansi
JUARA
9
itas audit lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh langsungnya, yaitu 0,168 < 0,241. Artinya bahwa hipotesis ketujuh (H7) tidak diterima, yang menunjukkan bahwa variabel skeptisisme profesional auditor tidak dapat memediasi pengaruh keahlian auditor terhadap kualitas audit. Hal tersebut dapat terjadi karena auditor yang sudah memiliki keahlian dianggap sudah memiliki pengetahuan dan kecakapan yang cukup dalam melakukan audit sehingga auditor dapat melakukan auditnya secara objektif, cermat dan seksama untuk menghasilkan kualitas audit yang baik tanpa harus memiliki sikap skeptisme (Sari, 2014). V.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor di KAP Provinsi Bali. Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Keahlian auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor di KAP Provinsi Bali. Keahlian auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Skeptisisme profesional auditor mampu memediasi pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Skeptisisme profesional auditor tidak mampu memediasi pengaruh keahlian auditor terhadap kualitas audit auditor di KAP Provinsi Bali. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan sumpulan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang apabila diperbaiki akan dapat menjadi bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya serta akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas men-
10
genai faktor-faktor yang memengaruhi kualitas audit. Dari hasil uji Adjusted R square yang memiliki nilai sebesar 91% menunjukkan bahwa masih ada variabel lain yang dapat memengaruhi kualitas audit sehingga penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel yang memengaruhi kualitas audit, antara lain etika, situasi audit, independensi, dan gender. Penelitian ini menemukan bahwa skeptisisme profesional auditor tidak dapat memediasi pengaruh keahlian auditor pada kualitas audit, karena auditor telah dianggap memiliki pengetahuan dan kecakapan yang cukup. Namun bagi Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali, hendaknya walaupun sudah memiliki keahlian yang cukup sebaiknya tetap memerhatikan sikap skeptisisme untuk menilai risiko dan pada saat melakukan proses audit. DAFTAR PUSTAKA Agustin, Aulia. 2013. Pengaruh Pengalaman, Independensi, dan Due Profesional Care Auditor terhadap Kualitas Audit Laporan Keuangan Pemerintah. Artikel. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Arens. 2008. “Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi”. Jilid I. Edisi ke-12. Erlangga, Badjuri, Achmat. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kualitas Audit Auditor Independen pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Dinamika Keuangan dan Perbankan. 3 (2), pp: 183-197. Badriah Huntoyungo, Sitti. 2009. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kualitas Audit: Studi pada Auditor Inspektorat Daerah di Gorontalo. Tesis. S2 Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Beasley, Mark S., Carcello, J. V., and Hermanson, D. R. 2001. Top 10 audit deficiencies. Journal of Accoun-
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PENGALAMAN AUDITOR PADA SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR SERTA IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT
tancy. pp, 63-66. Bunga Pratiwi, Astari dan Indira Januarti. 2013. Pengaruh Fakt0r-faktor Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Pembeerian Opini (Studi Empiris pada Pemeriksa BPK RI Provinsi Jawa Tengah). Diponegoro Journal of Accounting. 2 (1), pp: 1-14. Desyanti, Ni Putu Eka dan Ni Made Dwi Ratnadi. 2006. Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektifitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Bandung. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Universitas Udayana. Fitriany dan Hafifah Nasution. 2012. Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit dan Tipe Kepribadian terhadap Skeptisme Profesional dan Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. SNA 15 Banjarmasin. Universitas Lambung Mangkurat. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Abdul. 2008. Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi ke-4. Yogyakarta: Unit Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat Muliani Singgih, Elisha dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Oktania, Rina dan Bambang Suryono. 2013. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Skeptisme Profesional Auditor. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. 2 (3). pp: 1-21. Vol.7 No.1,Februari 2017
Pangestika, Widya, Taufeni Taufik, dan Alfiati Silfi. 2014. Pengaruh Keahlian Profesional, Independensi, dan Tekanan Anggaran Waktu terhadap Pendeteksian Kecurangan. Jom Fekon. Vol.1. Pekanbaru: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Paulus Silalahi, Sem. 2013. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Situasi Audit terhadap Skeptisme Profesional Auditor. Jurnal Ekonomi Vol.21. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Piorina Fortuna Sari, Ni Putu dan I Wayan Ramantha. 2015. Pengaruh Sikap Skeptisme, Pengalaman Audit, Kompetensi, dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 11 (2), pp: 470-482. Pramudita, Ginda Bella. 2012. Pengaruh Pengalaman dan Kompetensi Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor Kantor Akuntan Publik. Skripsi. Bandung: S1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Queena, Precilia Prima dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota/Kabupaten Di Jawa Tengah. Journal Of Accounting, 1(2), pp: 1-12. Ramdanialsyah. 2010. Pengaruh Tekanan Klien, Pengalaman Auditor dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Selatan). Skripsi. Jakarta: S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sabrina K, Rr. dan Indira Januarti. 2011. Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Jurnal Riset Akuntansi
JUARA
11
Opini Auditor Melalui Skeptisme Profesional Auditor. Jurnal, Universitas Diponogoro. Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan Belas. Bandung: CV.Alfabeta.
12
Winantyadi,Ndaru dan Indarto Waluyo. 2014. Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, dan Etika terhadap Skeptisisme Profesional Auditor. Jurnal Nominal. 3 (1), pp: 14-34.
PENGARUH INDEPENDENSI DAN PENGALAMAN AUDITOR PADA SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR SERTA IMPLIKASINYA PADA KUALITAS AUDIT