PENGARUH KOMPLEKSITAS AUDIT, PENGALAMAN AUDITOR DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ( STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA )
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh :
Yuanita Charolina Setyawati F 1306620
JURUSAN AKUNTANSI, FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
ii
iii
MOTO
v Jadikanlah sabar dan sholat menjadi penolongmu, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu (Q.S AL-Baqoroh :45)
v Pengalaman adalah guru yang paling berharga dan tak dapat tergantikan dengan materi sekalipun. v Bahagia ataupun kesedihan hanya terpisah selembar kain, maknai apa yang kita alami agar kita bisa bijak melihat kebaikan dan hikmah didalamnya. v Jika kalian tinggalkan urusan dunia untuk berjuang di jalan Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memudahkan urusan dunia kalian. v
Hidup adalah perjuangan tetapi hidup harus bisa dinikmati agar kita mengetahui apa makna hidup ini sebenarnya.
v
Beribadahlah sebagaimana Nabi/Rasul, Berprinsiplah dalam hidup sebagai pengabdi, Beradilah dalam mental sebagai pejuang, Berjuanglah dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit serta Berkaryalah dalam pembangunan sebagai pemilik. (Prof. DR.HSS. Kadirun Yahya, MA., MSC).
Ilahi Anta Maksudhi Warridoka Madlubi.
iv
PERSEMBAHAN .
Karya kecilku ini, ku persembahkan kepada :
(Alm) YML Ayahanda Mursyid yang senantiasa membimbing qolbuku di setiap langkah dan perjalanan hidupku. S’moga ananda bisa slalu menjaga hadap dan istiqomah. Karya kecil ini adalah persembahanku sebagai wujud permintaan maaf kepada kedua orang tuaku karna keinginanku melanjutkan kuliah dan wujud terimakasih atas kesabaran dan pengertian ortu menyetujui keputusanku untuk resign, s’moga karya kecil ini bisa mengobati kekecewaan ortuku. Amien. Matur sembah nuwun selalu mendoakan, mendukung serta mencurakan kasih sayangnya. Adik-adikku, sebagai semangat kalian menempuh pendidikan. NdutQ (Danang L.F) yang sabar menunggu. Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum Wr. Wb Dengan kesungguhan hati, segala usaha, doa penulis dan rahmat serta hidayah
dari
terselesaikannya
Allah skripsi
SWT, yang
penulis berjudul
mengucapkan ”Pengaruh
alhamdulilah Kompleksitas
atas Audit,
Pengalaman Auditor dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas audit”. Penulisan skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas serta memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tersusunya skripssi ini tidak terlepas dar bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Eko Arief Sudaryono, MSi.,Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Hanung Triatmoko, MSi.,Ak selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing, mendorong serta bersedia meluangkan waktunya. 4. Alm YML. Ayahanda Mursyid, yang selalu membimbing qolbu ini mencari wasilah yang haq. Semoga ananda sanggup menjaga hadap, amin. 5. Bapak dan Ibu yang selalu mendukung dan mendoakan ananda setiap saat dan setiap waktu.
vi
6. Adek-adekku si item dan si manja ayo semangat kuliah dan sekolahnya, buat orang tua kita bangga. S’moga kalian tambah dewasa ya dek. 7. DanangQ yg selalu sabar menunggu dan menemani menyelesaikan skripsiQ, makasih atas cinta n kasih sayangnya selama ini. 8. Sobatku : Niken sahabatQ yang paling perhatian, Hesti sahabatQ yang paling baik yang pernahQ temui, Erna sahabatQ yang ga sombong, Dwi dan Ruri yang masih selalu inget aku, Mamen yang dah bantuin aku, makasih atas support n bantuannya. Jangan sampe losscontact ya. 9. Keluarga Besar Majelis Dzkir Boyolali, Bos genk, pp, ppus, m’nyos, mamah eki, oma n opa, serta adek2 kecilQ makasih atas supportnya, ananda bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga besar ini. 10. Pak Timin, pak Man n pak Mey makasih ya atas bantuannya selama ini. 11. To Mrs V n Mr B makasih atas pengalaman kerja yg sangat berharga dan berkesan selama hampir 2 tahun, to mba andri, mb lusi, mb siti, drawing dept, mas tri, semua di TWI makasih atas keceriaan n supportnya selama ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna karya kecil ini karena mengingat keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Waalaikumsalam Wr. Wb Surakarta,
Februari 2010
Yuan
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................i ABSTRAKSI ............................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................iv HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................v HALAMAN MOTO....................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................vii KATA PENGANTAR.................................................................................viii DAFTAR ISI...............................................................................................x DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR..................................................................................xiv BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Perumusan Masalah.................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian.................................................................... 6 E. Sistematika Penulisan............................................................... 6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas Audit........................................................................... 8 B. Kompleksitas Audit..................................................................11 C. Pengalaman Auditor.................................................................12
viii
D. Independensi Auditor............................................................... 14 E. Penelitian Terdahulu................................................................. 18 F. Perumusan Hipotesis ............................................................... 21 G. Hipotesis .................................................................................. 24 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 25 B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel............... 25 C. Identifikasi dan Teknik Pengukuran Variabel.......................... 27 D. Instrumen Penelitian ................................................................ 35 E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ................................. 37 F. Teknik Pengujian Data 1.
Pengujian Validitas........................................................... 40
2.
Pengujian Reliabilitas........................................................ 41
3.
Teknik Analisis Data ........................................................ 42
G. Teknik Pengujian Hipotesis
BAB IV
1.
Analisis Deskriptif ............................................................ 45
2.
Pengujian Hipotesis .......................................................... 45 ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Responden.................................................. 49 B. Analisis Deskriptif................................................................... 50 C. Hasil Pengujian Instrumen....................................................... 55 D. Hasil Pengujian Hipotesis........................................................ 63 E. Pembahasan .............................................................................68
ix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................72 B. Keterbatasan......... ...................................................................73 C. Saran.........................................................................................73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel III.1 Daftar KAP Wilayah Semarang dan Surakarta........................ 26 Tabel III.2 Daftar KAP Wilayah D.I Yogyakarta ......................................26 Tabel III.3 Penilaian Skor Pernyataan ....................................................... 37 Tabel III.4 Bentuk Transformasi Data ...................................................... 43 Tabel IV.1 Distibusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner .................... 52 Tabel IV.2 Profil Responden .................................................................... 54 Tabel IV.3 Hasil Uji Validitas Untuk Tiap Butir Pernyataan .................. 56 Tabel IV.4 Hasil Uji Relibilitas ............................................................... 57 Tabel IV.5 Hasil Pengujian Normalitas ................................................... 58 Tabel IV.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ....................................... 60 Tabel IV.7 Hasil Pengujian Multikolinearitas .......................................... 62 Tabel IV.8 Hasil Pengujian Autokorelasi ................................................ 63 Tabel IV.9 Model Summary Regresi ....................................................... 64 Tabel IV.10 ANOVA Regresi .................................................................. 64 Tabel IV.11 Hasil Perhitungan Analisis Regresi Berganda ..................... 65 Tabel IV.12 Ringkasan Hasil Pengujian Regresi Berganda ..................... 66
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teoritis……………………………………………24 Gambar 4.1 Hasil Pengujian Asumsi Normalisitas dengan P-Plot ........... 59 Gambar 4.2 Grafik Uji Heteroskedastisitas................................................ 61
xii
ABSTRAKSI PENGARUH KOMPLEKSITAS AUDIT, PENGALAMAN AUDITOR DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ( STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA )
Yuanita Charolina Setyawati F 1306620 Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor terhadap kualitas audit baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study) dengan metode survei maka penelitian ini mengambil sampel dari populasi dan memakai kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan memakai kuesioner yang disebar menghasilkan 67 orang sebagai responden dari kedua daerah tersebut. Sebelum analisis dilakukan data terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya dan hasilnya data tersebut valid dan reliabel. Kemudian dilakukan analisis regresi berganda, uji R, uji t untuk menguji variabel independen secara parsial, dan uji F untuk menguji variabel independen secara simultan. Hasil uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen seperti kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Begitu juga dengan hasil uji t yang menunjukkan bahwa kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Tingkat signifikan yang tertinggi adalah independensi auditor sebesar 0,000, kemudian pengalaman auditor sebesar 0,003 dan kompleksitas audit sebesar 0,012. Hasil Uji R menunjukkan bahwa koefisien determinasinya (R2) sebesar 72,5% dan Adjusted R2 sebesar 0,711 atau 71,1%. Hal ini berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi kualitas audit sebesar 71,1% dan selisih sebesar 28,9% dipengaruhi faktor lain diluar model. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas audit sangat dipengaruhi oleh independensi auditor. Oleh karena itu auditor harus meningkatkan independensinya sebagai auditor profesional, tanpa tekanan dari pihak manapun agar melakukan audit secara objektif sehingga kualitas audit dapat maksimal. Kata kunci : kompleksitas audit, pengalaman auditor, independensi dan kualitas audit.
xiii
ABSTRAKSI THE EFFECT OF AUDIT COMPLEXITY, EXPERIENCE AND INDEPENDENCE ON AUDIT QUALITY (Empirical Study In Office of Public Accountant Area Cental Java and Yogyakarta)
Yuanita Charolina Setyawati F 1306620
The purpose of this research is to provide the empirical evidence of audit complexity, experience and independence on audit quality through partial and simultan analysis. Analysis study is method survey. The population of research are auditors in Central Java and Yogyakarta. Data collecting of this research is questioner disseminated, it is resulted of 67 responden. Before analysis, test data of this research is validity and reliability. The result is valid and reliabel. The test of this research are multiple analysis regression, R-test, t-test, and F-test to know effect independent variable on audit quality. The result shows of the all independent variable which are audit complexity, auditor’s experience and auditors independence significance effect the audit quality. The result also found that adjusted (R2) is 0,711 or 71,1%. Its means that independent variable give all information for estimate audit quality and difference 28,9% influenced by other factor outside model. The conclusion of this research that all independent variable such as audit complexity, auditor’s experience and auditor’s independence significantly have an effect on audit quality. Keyword : audit complexity, experience, independence and audit quality
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Oleh karena itu, akuntan publik memiliki kewajiban menjaga kualitas audit yang dihasilkannya. Terlebih dengan adanya kasus keuangan yang menimpa banyak perusahaan yang ikut melibatkan akuntan publik, membuat akuntan publik harus memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Perlu disadari bahwa profesi akuntan publik menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari kasus Enron Corp di Amerika yang merupakan perusahaan yang bermula dari pipanisasi gas alam di Negara Bagian Texas pada 1985 menjadi raksasa global dalam beberapa tahun terakhir. Enron Corp membeli perusahaan air minum di Inggris dan membangun pembangkit listrik swasta di India. Konsep bisnisnya yang visioner dan futuristik membuat Enron Corp menjadi anak emas di lantai bursa Wall Street sehingga harga sahamnya terus meroket. Secara mengejutkan Enron Crop pada tanggal 8 November 2001 mengakui bahwa keuntungannya selama ini adalah fiksi belaka. Enron Corp merevisi laporan
1
keuangan lima tahun terakhir dan membukukan kerugian US$ 586 juta serta tambahan catatan utang sebesar US$ 2,5 miliar. Kolapsnya Enron Corp juga mengguncang neraca keuangan sehingga para kreditornya yang harus gigit jari. Beberapa pekan sebelum bangkrut, Enron juga memecat sekitar 5.000 karyawannya. Para direktur perusahaan yang mempunyai kewajiban legal dan moral untuk memberikan data keuangan yang jujur, tetapi direksi Enron Corp tidak melakukannya. Para analis di Wall Street diharapkan menyingkap secara kritis apa yang tersembunyi di balik angka-angka, tapi tak satupun melakukannya, (Mustika, 2008). Disinilah kualitas audit yang dilakukan auditor dipertanyakan. Terlihat jelas bahwa fungsi auditor independen tidak berjalan untuk menemukan kesalahan atau manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan sehingga merugikan pihak investor. Kasus lainnya, seperti yang ada di dalam negeri oleh PT. Bumi Resources yang terkena denda oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam) karena adanya laporan atas transaksi material yaitu kemahalan harga akusisi FSB sebesar Rp 370 miliar dari harga pembelian Rp 2,475 triliun. Kasus ini menyeret kantor penilai independen bersalah dalam kasus ini. Tetapi setelah dilakukan audit oleh tim dari Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (Mappi), kesalahan terjadi pada manajemen BUMI menyatakan kepada kantor penilai independen bahwa audit tidak untuk kepentingan akuisisi tapi untuk tujuan lain. Adapun hasil
2
audit atas harga pembelian PT Dharma Henwa Tbk (DEWA) dan PT Pendopo Energi Batubara (PEB) dianggap wajar (News-Okezone, 2009). Kasus ini dapat terlihat bahwa kurangnya sikap independensi auditor yang melakukan audit sesuai dengan permintaan klien atau pihak manajemen, tidak untuk kepentingan akuisisi tapi untuk tujuan lain. Padahal auditor dituntut untuk menghasilkan audit yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya, sehingga tidak merugikan pihak lain yang menggunakan laporan audit dalam mengambil keputusan. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan bagaimana kualitas audit yang dihasilkan atas kinerja auditor, seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Kualitas audit penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain seperti investor. Selain itu adanya kekawatiran
akan
merebaknya
skandal
keuangan,
dapat
mengikis
kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan publik. Sementara itu AAA Financial Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002:83) menyatakan bahwa “Kualitas audit ditentukan oleh 2 (dua) hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Selanjutnya kompetensi dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan sedangkan independensi
3
dipengaruhi oleh lama hubungan dengan klien (tenure), tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor (peer review) dan jasa non audit. Dalam penelitian ini akan menguji dengan salah satu faktor dari kompetensi yaitu pengalaman. Dimensi independensi diproksikan pada lama hubungan dengan klien (audit tenure), tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor (peer review), dan jasa non audit. Selain faktor diatas yang dianggap mempengaruhi kualitas audit adalah faktor kompleksitas audit yang menarik untuk diketahui pengaruhnya. Hal ini karena audit akan menjadi semakin kompleks jika tingkat kesulitan dan variabilitas tugas audit yang semakin tinggi. Seperti yang telah dibahas di atas bahwa auditor dianggap menjadi biang terjadinya kasus besar dalam perekonomian negara, sehingga hal ini mengindikasikan kegagalan auditor dalam mengatasi kompleksitas pengauditan. Restuningdiah dan Indriantoro dalam Prasita dan Adi (2007) menyatakan bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit ini bisa menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan penurunan kualitas audit. Penelitian tentang kualitas audit cukup banyak, baik yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit secara langsung maupun yang akan mempengaruhi kepuasan terhadap klien. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit diharapkan akuntan publik (auditor) dapat menghasilkan kualitas jasa audit yang baik.
4
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat judul mengenai “Pengaruh Kompleksitas Audit, Pengalaman Auditor dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah dan Yogyakarta)“.
B. PERUMUSAN MASALAH Latar belakang yang telah diuraikan diatas, akan mengarah ke perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Apakah kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit?. 2. Apakah kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit?.
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui bukti-bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi secara parsial terhadap kualitas audit. 2. Mengetahui bukti-bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi secara simultan terhadap kualitas audit.
5
D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya dan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi baik secara simultan maupun parsial terhadap kualitas audit agar kantor akuntan publik dapat menjaga serta meningkatkan kualitas kerjanya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan untuk penelitian ini sebagai berikut. BAB
I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis yang diajukan. BAB
III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai populasi, sampel, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik
pengujian
menganalisis data.
6
dan
metode
statistik
untuk
BAB
IV
ANALISIS DATA
Bab ini membahas hasil pengumpulan data, pengolahan data, pengujian hipotesis dan interpretasi sehingga dapat mengetahui hasil penelitian tersebut. BAB
V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis data, keterbatasan yang melekat pada penelitian, saransaran yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KUALITAS AUDIT Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan
audit
yang
berkualitas
sehingga
dapat
mengurangi
ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas jasa secara objektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya (Parasuraman dalam Nurchasanah dan Rahmanti (2003). Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas jasa dengan cara yang berbeda-beda. Menurut De Angelo dalam Alim (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.
8
Kualitas audit sulit diukur secara objektif sehingga para peneliti sebelumnya menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Mock dan Samet (1982) dalam Prasita dan Adi (2007) menyimpulkan ada 5 (lima) karakteristik kualitas audit yaitu perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi dan perlakuan. Peneliti lain, Schoeder (1986) dalam Prasita dan Adi (2007) menyimpulkan 5 (lima) faktor penting penentu kualitas audit yaitu perhatian patner dan manajer KAP dalam audit, perencanaan dan pelaksanaan, komunikasi tim audit dengan manajemen klien, independensi anggota tim dan menjaga kemutakhiran audit. Dalam auditnya, akuntan publik menilai apakah penyusunan laporan keuangan yang dilakukan manajemen sudah sesuai dengan ketentuan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sebagai hasil auditnya, akuntan publik memberikan pendapat akuntan atas kewajaran laporan keuangan. Pendapat akuntan publik ini disajikan dalam “laporan Auditor Independen”. Manajemen atau klien akan puas jika audit yang dilakukan oleh akuntan publik memiliki kualitas yang baik. Widagdo dalam Cristiawan (2002) menjelaskan bahwa terdapat 7 (tujuh) kualitas audit yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan klien antara lain atribut pengalaman melakukan audit, atribut memahami industri klien, atribut responsif terhadap kebutuhan klien, atribut pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, atribut komitmen kuat terhadap kualitas audit, attribut keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan dan attribut melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa manajemen memiliki harapan atas kualitas pekerjaan yang dilakukan
9
oleh akuntan publik. Klien akan puas dengan pekerjaan akuntan publik jika akuntan publik memiliki keahlian dan pengalaman melakukan audit, responsif, melakukan pekerjaan dengan tepat dan sebagainya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. AAA Financial Accounting Commite dalam Christiawan (2003) menyatakan bahwa “Kualitas audit ditentukan oleh 2 (dua) hal yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor“. Pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Menurut De Angelo sebagaimana dikutip Prasita dan Adi (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Gambaran dua definisi tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam
10
memenuhi hal yang bersifat prosedual untuk memastikan keyakinan terhadap keterandalan laporan keuangan. B. KOMPLEKSITAS AUDIT Auditor seringkali berada dalam situasi dilematis, disatu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang memenuhi kepentingan berbagai pihak, akan tetapi disisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien agar klien puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor yang sama di waktu yang akan datang. Menurut Prasita dan Adi (2007), audit menjadi kompleks dikarenakan tingkat kesulitan (task difficulty) dan variabilitas tugas (task variability) audit yang semakin tinggi. Hal serupa juga diutarakan Restuningdiah dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Menurut Gupta (1999) dalam Prasita dan Adi (2007) mendefinisikan kompleksitas tugas sebagai kompleksitas dan kemampuan analisis sebuah tugas dan ketersediaan prosedur operasi standar. Sementara variabilitas tugas didefinisikan sebagai derajat sebuah tugas familiar atau tidak, rutin atau tidak rutin, sering terjadi atau sebaliknya. Jadi kompleksitas audit muncul apabila kompleksitas tugas dan variabilitas tugas terjadi dalam kegiatan pengauditan. Menurut Rapina (2007) kompleksitas tugas penting untuk dipertimbangkan karena auditor tidak terhindar dari tugas-tugas dengan tingkat kompleksitas
11
yang berbeda-beda. Rapina (2007) menulis bahwa kekompleksan tugas audit terdiri atas 2 (dua) aspek yaitu kesulitan tugas dan struktur tugas. C. PENGALAMAN AUDITOR Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama.
Kompetensi
(keahlian)
meliputi
pengetahuan,
pengalaman,
keterampilan dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari dalam Alim, 2007). Konstruk yang dikemukakan oleh De Angelo (1981), kompetensi dibagi dalam 2 (dua) hal yaitu pengetahuan dan pengalaman. a. Pengetahuan Harhinto (2004) menemukan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit. Adapun secara umum ada 5 (lima) pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor Kusharyanti (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan terbagi menjadi : (1.) Pengetahuan pengauditan umum, (2.) Pengetahuan area fungsional, (3.) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling
12
baru, (4.) Pengetahuan mengenai industri khusus, (5.) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Pengetahuan pengauditan umum seperti risiko audit, prosedur audit, dan lain-lain kebanyakan diperoleh diperguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan pengalaman. Untuk area fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan komputer sebagian didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan dan pengalaman. Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor bisa mendapatkannya dari pelatihan profesional yang diselenggarakan secara berkelanjutan. Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. b. Pengalaman Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Adolmohammadi dalam Alim (2007) menunjukan bukti empiris bahwa dampak pengalaman auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan. Sedangkan pendapat Tubbs (1992) dalam Asih (2006) auditor
yang berpengalaman memiliki
keunggulan
dalam
hal
:
(1.) mendeteksi kesalahan, (2.) memahami kesalahan secara akurat, (3.) mencari penyebab kesalahan.
13
Hasil uraian tersebut di atas maka kompetensi dapat dilihat melalui berbagai sudut pandang. Namun dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah pengalaman dari sudut auditor individual, hal ini dikarenakan auditor adalah subyek yang melakukan audit secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit. Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman kerja seseorang menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asih, 2006). Menurut Rapina (2007) auditor dalam menghadapi kompleksnya tugas audit memerlukan pengalaman dan pengetahuannya sehingga semakin ahli atau berpengalaman auditor yang ditempatkan untuk suatu tugas atau posisi yang terkait. D. INDEPENDENSI Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Independensi berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor
14
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2003). Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan baik itu didalam negeri maupun diluar negeri seperti yang diungkapkan oleh Lavin, (1976) dalam Amani, (2004) meneliti tiga faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik antara lain : ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, pemberian jasa lain selain jasa audit kepada klien, dan lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien. Penelitian Shockley (1981) sebagaimana yang dikutip Amani (2004) memiliki empat faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu persaingan antar akuntan publik, pemberian jasa konsultasi manajemen pada klien, ukuran KAP dan lamanya hubungan audit. Sedangkan Ping Yee (2006) meneliti tentang ancaman dari independensi auditor di pengaruhi oleh 4 (empat) faktor antara lain jasa non audit, tenure dan alumni affiliation. Adapun faktor yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut. a. Lamanya hubungan dengan klien Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien
sudah
diatur
dalam
15
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi. Adapun penjelasan perbedaan beberapa penelitian hasil penelitian terdahulu dinyatakan sebagai berikut “ Penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan
dapat
mendorong
akuntan
publik
kehilangan
independensinya karena akuntan publik tersebut merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya penugasan audit yang lama kemungkinan dapat pula meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah familiar, pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap tekanan klien” (Suyatmini, 2002). b. Tekanan dari klien Ketika menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien (Media akuntansi, 1997). Pada situasi ini, auditor mengalami dilema. Pada satu
16
sisi, jika auditor mengikuti keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP auditornya. Kondisi keuangan klien berpengaruh juga terhadap kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan klien. Klien yang mempunyai kondisi keuangan yang kuat dapat memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat memberikan fasilitas yang baik bagi auditor. Selain itu probabilitas terjadinya kebangkrutan klien yang mempunyai kondisi keuangan baik relatif kecil. Pada situasi ini auditor menjadi puas diri sehingga kurang teliti dalam melakukan audit. c. Telaah dari rekan auditor (peer review) Tuntutan pada profesi akuntan untuk memberikan jasa yang berkualitas menuntut tranparansi informasi mengenai pekerjaan dan operasi Kantor Akuntan Publik. Kejelasan informasi tentang adanya sistem pengendalian kualitas yang sesuai dengan standar profesi merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban terhadap klien dan masyarakat luas akan jasa yang diberikan. Oleh karena itu pekerjaan auditor dan operasi Kantor Akuntan Publik perlu dimonitor dan di “audit“ guna menilai kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standar kualitas yang diisyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme monitoring dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit. Peer review
17
dirasakan memberikan manfaat baik bagi klien, Kantor Akuntan Publik yang direview dan auditor yang terlibat dalam tim peer review. Manfaat yang diperoleh dari peer review antara lain mengurangi resiko litigation, memberikan
pengalaman
positif,
mempertinggi
moral
pekerja,
memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang diberikan. d. Jasa Non Audit Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan (Kusharyanti, 2003:29). Adanya 2 (dua) jenis jasa yang diberikan oleh suatu
KAP
menjadikan
independensi
auditor
terhadap
kliennya
dipertanyakan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas audit. Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor agar bersedia untuk mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh manajemen, yaitu wajar tanpa pengecualian. E. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi. Berbagai penelitian yang pernah dilakukan tentang kualitas audit antara lain oleh Deis dan Giroux (1992) meneliti mengenai faktor penentu kualitas audit di sektor publik dengan menggunakan sampel Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit institusi sektor publik. Penelitian
18
tersebut menunjukan kualitas audit berhubungan secara signifikan dengan lama hubungan dengan klien (audit tenure), jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit. Purnomo (2007) telah melakukan penelitian mengenai persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Faktor-faktor seperti keahlian dikembangkan menjadi pengalaman dan pengetahuan sedangkan independensi dikembangkan menjadi lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien dan pelaksanaan jasa lain dengan klien. Hasil dari penelitiannya bahwa kedua faktor keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit sedangkan untuk faktor independensi menurut persepsi auditor hanya tekanan dari klien yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Peneliti lain, Marleyn Van Room (2007) meneliti mengenai pengaruh pelatihan terhadap audit kinerja yang dilakukan oleh Auditor Badan Pengawasan Kota Ambon. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pelatihan dapat mempengaruhi kualitas audit kinerja sebesar 34,4% sedangkan sisanya 65,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitiannya. Penelitian oleh Alim dkk (2007) meneliti mengenai kompetensi dan independensi yang mempengaruhi kualitas audit dan etika audit sebagai variabel moderasinya. Hasil dari penelitian ini adalah faktor kompetensi dan independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit sedangkan
19
interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian lain mengenai independensi seperti yang telah dilakukan Chistiawan (2003) menjelaskan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Dimana kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman sedangkan independensi dipengaruhi oleh adanya hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya serta hubungan akuntan publik dengan audit commitee. Hasil penelitian ini bahwa pendidikan dan pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit dan faktor pemberian jasa non audit mempengaruhi independensi auditor. Adapula
penelitian
mengenai
terancamnya
independensi
jika
dipengaruhi oleh pemberian jasa non audit, tenure dan alumni affiliation, penelitian ini dilakukan oleh Ping Yee (2006). Hasil dari penelitian ini bahwa faktor tersebut mempengaruhi independensi secara signifikan. Referensi yang telah diutarakan diatas, menjadi pertimbangan penulis selaku peneliti dalam melakukan penelitian survei serupa yang mengangkat masalah kualitas audit dengan faktor yang berbeda seperti kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor. Daerah survei meliputi Jawa Tengah yang diwakili daerah Surakarta dan Semarang serta Daerah Istimewa Yogyakarta.
Diharapkan
penelitian
pengembangan penelitian selanjutnya.
20
ini
dapat
bermanfaat
untuk
F. PERUMUSAN HIPOTESIS Berbagai penelitian tentang kualitas audit yang pernah dilakukan menghasilkan temuan yang berbeda mengenai faktor pembentuk kualitas audit. Namun secara umum menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas, seorang akuntan publik yang bekerja dalam suatu tim audit dituntut untuk memiliki pengalaman yang cukup dan independensi yang baik. Selain itu, faktor kompleksitas audit bagi auditor diyakini pula akan mempengaruhi kualitas audit. Atas dasar logika dari paparan di atas maka dikembangkan suatu kerangka pemikiran atas penelitian ini, yaitu : 1.
Pengaruh Kompleksitas Audit terhadap Kualitas Audit Menurut Restuningdiah dan Indriantoro, (2000) kompleksitas audit merupakan persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun sebaliknya mungkin mudah bagi orang lain. Menurut Prasita dan Adi (2007) audit menjadi kompleks dikarenakan tingkat kesulitan (task difficulty) dan variabilitas tugas (task variability) audit yang semakin tinggi. Peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit ini bisa menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan penurunan kualitas audit. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompleksitas audit maka semakin rendah kualitas audit yang dihasilkan. H1
:
Kompleksitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit
21
2.
Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asih, 2006). Pada proses mengaudit laporan keuangan klien, auditor dituntut untuk dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Jika auditor mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lama dan dinilai cukup eksplisit dalam melakukan audit maka hasil audit akan lebih objektif. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengalaman yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkannya. H2
:
Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
22
3.
Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. H3
4.
:
Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Pengaruh Kompleksitas audit, Pengalaman auditor dan Independensi auditor terhadap Kualitas Audit. Pada proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya. Terlebih lagi, jika auditor dalam melaksanakan auditnya mengalami kompleksitas tugas dan variabilitas tugas maka diharapkan auditor benar-benar memiliki kemampuan dalam hal pengetahuan, dan pengalaman sehingga dapat memudahkan penyelesaian jasa audit ataupun jasa non audit yang lain. Sebagaimana yang diungkapkan Abdolmohammadi dalam Alim (2007) bahwa pengalaman auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan. Selain itu, dengan adanya sikap independensi
23
maka auditor dapat melaporkan yang sebenarnya dalam laporan auditan jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan kliennya. Oleh karena itu, dari logika di atas dapat saling terkait antara kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor memiliki pengaruh baik proses maupun outputnya dalam menghasilkan audit yang berkualitas. H4
:
Kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi
auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Kompleksitas audit (X1)
KUALITAS AUDIT (Y)
Pengalaman Auditor (X2)
Independensi Auditor (X3) Variabel independen
Variabel dependen
G. HIPOTESIS Dari kerangka pemikiran diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut. H1
:
Kompleksitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit.
H2
:
Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
H3
:
Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
H4
:
Kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
24
BAB III METODE PENELITIAN
H. RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study) karena peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk memperoleh data dari responden. Metode penelitian yang digunakan adalah survei (survei design) yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menyebar kuesioner sebagai alat pengumpulan data dalam lingkungan yang sebenarnya. Dimensi waktu dalam penelitian ini adalah cross sectional, karena data diperoleh hanya sekali untuk menjawab pertanyaan dan dilakukan terhadap suatu objek tertentu untuk suatu waktu tertentu (Sekaran, 2000). Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di 2 (dua) propinsi antara lain Jawa Tengah yang diwakili oleh daerah Surakarta dan Semarang serta Daerah Istimewa Yogyakarta.
I.
POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1.) Populasi Populasi
adalah
keseluruhan
obyek
penelitian
(Arikunto,1998:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang terdaftar dan bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jawa Tengah meliputi Semarang dan Surakarta serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun populasi penelitian ini antara lain :
25
Tabel III.1 Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah Semarang No.
Nama KAP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KAP. I. Semarang KAP. II. Semarang KAP. III. Semarang KAP. IV. Semarang KAP. V. Semarang KAP. VI. Semarang KAP. VII. Surakarta KAP. VIII. Surakarta KAP. IX. Surakarta KAP. X. Surakarta
Sumber data : skripsi (2007)
Tabel III.2 Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta No.
Nama KAP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KAP. I. Yogyakarta KAP. II. Yogyakarta KAP. III. Yogyakarta KAP. IV. Yogyakarta KAP. V. Yogyakarta KAP. VI. Yogyakarta KAP. VII. Yogyakarta KAP. VIII. Yogyakarta KAP. IX. Yogyakarta KAP. X. Yogyakarta
Sumber data : Situs Internet (2009)
2.) Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto 1998:117). Sampel yang dipilih dari populasi dianggap mewakili keberadaan populasi, karena populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP dengan kriteria yaitu daerah yang dipilih
26
merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan industri dan usaha perdagangan maupun jasa yang cukup tinggi. Selain itu, di daerah Semarang, Surakarta dan Yogyakarta terdapat banyak KAP (Kantor Akuntan Publik) yang mudah dijangkau oleh peneliti. 3.) Teknik Pengambilan Sampel Pada penelitian ini sampel diambil dengan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan diatas. Hal ini dilakukan agar jawaban kuesioner dapat terjawab dengan baik pada subjek yang tepat dan berkompeten dibidangnya. Dalam penentuan jumlah sampel yang akan digunakan, peneliti mengacu pada rekomendasi (rule of thumb) yang dikemukakan oleh Roscoe (1975 dalam sekaran, 2000) : a. Jumlah sampel yang tepat atau sesuai untuk penelitian adalah 30<x<500. b. Jika sampel dibagi kedalam beberapa sub sampel, maka jumlah sampel minimum adalah 30 untuk setiap kelompok sub sampel.
J.
IDENTIFIKASI DAN TEKNIK PENGUKURAN VARIABEL
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain (Rifai, 2005). Konsep yang
27
mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel independen (X) dalam penelitian ini
antara lain kompleksitas audit, pengalaman auditor dan
independensi auditor sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit (Y).
2. Pengukuran Variabel Menurut Rifai (2005) setelah mengetahui definisi operasional dari setiap variabel maka dilakukan proses pengukuran variabel meliputi empat aktivitas pokok yaitu: 1.
Menentukan dimensi variabel penelitian dan merumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi tersebut. Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan yang relevan dengan dimensi tersebut. a) Kompleksitas Audit (X1) Menurut Prasita dan Adi (2007) audit menjadi kompleks dikarenakan tingkat kesulitan (task difficulty) dan variabilitas tugas (task variability) audit yang semakin tinggi. Peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Kompleksitas audit menurut Prasita dan Adi (2007) dibagi menjadi 2 (dua) dimensi : 1. tingkat kesulitan 2. variabilitas tugas Adapun indikator pertanyaan atau
pernyataan yang
digunakan sebagai ukuran untuk masing-masing dimensi dalam penelitian ini antara lain :
28
(a) karakteristik dan ukuran perusahaan klien, ukuran perusahaan dilihat dari perusahaan tersebut go public atau tidak go public. Auditor pernah melakukan audit dengan karakteristik dan ukuran perusahaan yang berbeda. Asumsinya bahwa dengan mengetahui karakteristik perusahaan dan semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kompleks kegiatan auditnya. (b) tingkat kesulitan untuk mendapatkan informasi atau data ataupun bukti audit yang relevan dari klien, auditor mudah atau sulit mendapatkan data keuangan (bukti-bukti audit) kompeten yang cukup serta informasi yang relevan dari klien. Auditor sering melakukan audit dengan bidang yang tidak sesuai dengan keahlian. Asumsinya bahwa semakin sulit auditor memperoleh data dan informasi maka diperlukan kemampuan untuk menganalisisnya sehingga dianggap tugas auditnya kompleks. (c) variasi output untuk memenuhi kepentingan klien, bahwa klien lebih sering mengharapkan outcome (laporan audit) yang bervariasi untuk berbagai kepentingan, contohnya untuk kepentingan pajak. Asumsinya variasi dari output yang diminta klien menjadi pemicu kompleksitas tugas bagi auditor. (d) tingkat rutinitas pekerjaan mengaudit, bahwa auditor sering dalam melaksanakan beberapa kali audit berturut-turut pada 1
(satu)
perusahaan
29
yang
sama.
Asumsinya
bahwa
kompleksitas audit dipengaruhi oleh tugas rutin dan variasi tugas yang diterima auditor pada perusahaan yang sama. b) Pengalaman Auditor (X2) Pengalaman
merupakan
suatu
proses
pembelajaran
dan
pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Asih, 2007). Pengalaman menurut Asih, (2007) dibagi menjadi 3 (tiga) dimensi : 1. lamanya bekerja 2. banyaknya tugas audit yang dilakukan. 3. banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit. Indikator pernyataan yang digunakan untuk mengukur pengalaman adalah sebagai berikut : (a) lama bekerja, bahwa auditor dengan masa kerja yang lama dapat meningkatkan pengalaman dalam memahami klien sehingga mendukung proses audit. Asumsinya bahwa semakin lama seseorang bekerja di kantor akuntan publik maka semakin banyak pengalamannya. (b) jumlah klien yang sudah diaudit, bahwa jika auditor memiliki banyak pengalaman mengaudit dengan berbagai macam klien memudahkan dalam mengaudit. Dengan semakin banyak jumlah klien yang diaudit oleh auditor menjadikan audit yang
30
dilakukan semakin baik. Asumsinya adalah semakin banyak jumlah
klien
yang
diaudit
maka
semakin
bertambah
pengalaman auditor dalam memahami perusahaan kliennya. (c) jenis perusahaan yang pernah diaudit, bahwa auditor pernah melakukan audit pada perusahaan belum go publik maupun go publik. Asumsinya auditor yang telah menguasai berbagai jenis perusahaan maka akan menambah pengalamannya dan memudahkan dirinya dalam menganalisis data yang di perolehnya selama proses audit. c) Independensi Auditor (X3) Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Independensi menurut Kode Etik Akuntan Publik ada 7 dimensi, tetapi penulis menggunakan 4 dimensi saja seperti yang digunakan Amani (2004): 1. lama hubungan dengan klien 2. tekanan dari klien 3. telaah dari rekan auditor 4. jasa non audit
31
Indikator pernyataan untuk independensi auditor antara lain : (a) lama hubungan dengan klien, bahwa auditor sebaiknya hubungan dengan klien hanya selama 3 tahun saja. Auditor harus selalu menjaga independensinya walaupun memiliki hubungan yang lama dengan klien. Asumsinya adalah dikhawatirkan semakin lama terjalinnya hubungan klien dengan auditor maka sikap independensi auditor akan berkurang. (b) tekanan dari klien, bahwa auditor tetap berani melaporkan kesalahan
klien
walaupun
posisi
anda akan
terancam
tergantikan oleh auditor lain. Auditor akan menerima fasilitas dari klien menjadikan rasa sungkan terhadap klien sehingga auditor kurang bebas melakukan audit. Asumsinya bahwa klien akan meminta kepentingannya dipenuhi karena merasa telah membayar jasa auditor tersebut sehingga independensi auditor berkurang. (c) telaah dari rekan auditor, bahwa auditor setuju perlu adanya telaah dari rekan auditor untuk menilai prosedur audit. Auditor akan bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang dari rekan seprofesi (sesama auditor). Asumsinya adalah bahwa telaah dari rekan auditor seharusnya mendorong untuk berlaku jujur karena evaluasi audit menjadi terarah.
32
(d) jasa non audit, bahwa auditor selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula memberikan jasa-jasa lain kepada klien yang sama. Jasa non audit yang diberikan pada klien dapat merusak independensi penampilan akuntan publik. Asumsinya bahwa jasa non audit kepada klien yang sama akan menimbulkan suatu rutinitas hubungan atau ketergantungan pada seorang auditor saja. d) Kualitas audit Kualitas Audit merupakan kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. (De Angelo, 1981 dalam Prasita dan Adi, 2007). Kualitas audit menurut De Angelo (1981) dalam Prasita dan Adi (2007) memiliki 5 dimensi antara lain : 1. ketepatan waktu penyelesaian tugas audit 2. ketaatan pada standar auditing 3. komunikasi tim audit dengan manajemen klien 4. perencanaan dan pelaksanaan 5. pertanggungjawaban atas laporan hasil audit.
33
Indikator untuk kualitas audit antara lain : (a) ketepatan waktu penyelesaian tugas audit, bahwa auditor sering menyelesaikan
tugas-tugas
audit
secara
tepat
waktu.
Asumsinya adalah ketepatan dalam menyelesaikan audit sesuai dengan rencana kerja merupakan salah satu faktor kualitas audit yang baik. (b) ketaatan pada standar auditing, bahwa auditor dalam melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Asumsinya bahwa auditor melaksanakan secara taat ketentuan auditing maka diharapkan kualitas audit terpenuhi dengan baik. (c) komunikasi tim audit dengan manajemen klien, bahwa komunikasi antara tim audit dengan manajemen klien harus dilakukan selama penugasan berlangsung. Asumsinya bahwa tugas audit dilaksanakan audit sehingga semakin baik komunikasi tim audit dengan klien maka proses audit akan berjalan lancar dan tepat sehingga menghasilkan kualitas audit yang optimal. (d) perencanaan dan pelaksanaan, auditor dalam pelaksanaan audit harus
menggunakan perencanaan (jadual) kegiatan yang
terstruktur. Asumsinya adalah perencanaan dan pelaksanaan yang terstruktur diharapkan dapat membantu auditor dalam penyelesaian pengauditan yang optimal.
34
(e) pertanggungjawaban atas laporan hasil audit, pekerjaan
(laporan)
dipertanggungjawabkan
audit
yang
kebenarannya.
kualitas
dibuat
dapat
Pendapat
yang
diberikan dalam laporan audit selalu menggambarkan kondisi atau fakta keuangan klien yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Laporan audit yang dibuat dapat dipahami oleh klien. Asumsinya bahwa hasil audit merupakan hasil kerja dari auditor yang bisa dipertanggungjawabkan isi dan kebenarannya sehingga
diharapkan
pertanggungjawabannya
tersebut
merupakan wujud dari kualitas yang baik. 2.
Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Masing-masing item diukur dengan skala likert dengan kisaran antara 1 sampai dengan 5.
3.
Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang baru.
K. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh dan menginterpretasikan informasi dari responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Sekaran, 2000). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh penulis dengan mengacu pada kuesioner penelitian sebelumnya tentang kualitas audit. Instrumen yang digunakan dalam
35
penelitian ini untuk kompleksitas audit
dan kualitas audit diadopsi dari
penelitian Prasita dan Adi (2007) sedangkan untuk pengalaman diadopsi dari penelitian Asih (2006) dan dan independensi auditor diadopsi Amani (2004). Penelitian ini menggunakan metode perskalaan yaitu skala likert 5 poin yang menggunakan interval sebagai nilai skalanya untuk setiap pertanyaan atau pernyataan yang diajukan kepada responden. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) bagian sebagai berikut. 1. Data diri responden Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan mengenai identitas responden meliputi : nama responden, jenis kelamin, jabatan, lama pengalaman dan lain-lain. 2. Pernyataan berupa pernyataan mengenai kompleksitas audit, pengalaman dan independensi auditor dan kualitas audit. Pada
bagian
ini
berisi
pernyataan-pernyataan
mengenai
kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor dan kualitas audit. Pertanyaan ini termasuk jenis tertutup dan responden cukup memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia. Setiap jawaban tersebut telah ditentukan skornya antara lain :
36
Tabel III.3 Penilaian Skor Pernyataan Jenis Jawaban Skor Sangat setuju (SS)
5
Setuju (S)
4
Ragu-ragu (R)
3
Tidak Setuju (TS)
2
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel kompleksitas audit terdiri dari 6 item pertanyaan, variabel pengalaman auditor terdiri dari auditor 5 item pertanyaan, variabel independensi auditor terdiri dari 8 item pertanyaan dan variabel kualitas audit terdiri dari 7 item pertanyaan.
L. SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA a. Sumber data penelitian a.) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau tempat dimana penelitian dilakukan secara langsung (Indriantoro dan Bambang Supeno,1999:65). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden. b.) Data Sekunder Data sekunder adalah sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui
media
perantara
(Indriantoro
dan
Bambang
Supeno,1999:65). Penelitian ini merupakan penelitian empiris maka data
37
sekunder dalam penelitian ini diperoleh artikel, jurnal, dan penelitianpenelitian terdahulu. b. Teknik Pengumpulan Data Tahap menentukan populasi dan sampel telah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah menentukan teknik atau metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket (kuesioner tertutup). Kuesioner tertutup adalah suatu teknik pengambilan data secara langsung dari objek penelitian dengan memberikan serangkaian daftar pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya sudah ditentukan peneliti. Kuesioner berisi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang
pribadinya
atau
hal-hal
yang
ia
ketahui
(Arikunto,1996;139). Kuesioner yang disebarkan secara langsung ke kantor akuntan publik ditujukan kepada auditor senior maupun junior pada masing-masing KAP diberikan 5-10 kuesioner tergantung jumlah auditor. Wilayah penelitian ini meliputi (Semarang dan Surakarta) Jawa Tengah sekitar 10 KAP serta D.I Yogyakarta 10 KAP. Wilayah ini memiliki potensi industri dan perdagangan yang cukup berkembang sehingga dibutuhkan jasa akuntan publik. Selain itu, wilayah ini dipilih karena berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mengambil wilayah Jawa timur dan DKI Jakarta yang sangat membutuhkan jasa akuntan publik.
38
c. Langkah-langkah pengolahan data Penulis mengadopsi dan menggunakan tahap-tahap pengolahan data menurut Rifai (2005) dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. a. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket (kuesioner tertutup). Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk survei, guna memudahkan proses selanjutnya maka dalam kuesioner telah tersedia kolom untuk pengkodean data. b. Editing Data Data lapangan yang ada dalam kuesioner perlu diedit, tujuan dilakukannya editing adalah untuk (1) melihat lengkap tidaknya pengisian kuesioner. (2) melihat logis tidaknya jawaban. (3) melihat konsistensi antar pertanyaan. c. Pengkodean Data Pertanyaan-pertanyaan (1) tertutup, bisa dilakukan pengkodean sebelum ke lapangan. (2) setengah terbuka, pengkodean sebelum dan setelah dari lapangan. (3) terbuka, pengkodean sepenuhnya dilakukan setelah selesai dari lapangan. Oleh karena pertanyaan bersifat tertutup maka penulis telah melakukan pengkodean sebelum survei. d.
Pengolahan Data Ada dua hal yang perlu dilakukan ketika melakukan pengolahan data: (1) Entry data, atau memasukan data dalam proses tabulasi. (2) Melakukan editing ulang terhadap data yang telah ditabulasi untuk
39
mencegah terjadinya kekeliruan memasukan data, atau kesalahan penempatan dalam kolom maupun baris tabel.
M. TEKNIK PENGUJIAN DATA Analisis data diawali dengan pengujian data yaitu dengan menguji validitas dan reliabilitas data. a.
Pengujian Validitas Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali,2005:45). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen atau alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor atau nilai yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan atau pernyataan dari semua responden dengan skor atau nilai total semua pertanyaan atau pernyataan dari semua responden. Korelasi antara skor atau nilai setiap pertanyaan atau pernyataan dan skor atau nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan pearson product moment. Hasil perhitungan rxy dengan taraf kesalahan 5 %, jika rxy > rtabel maka item soal tersebut valid (Arikunto, 2000:145) dengan rumus :
40
N Σ XY – (ΣX) (ΣY)
rxy =
√ { N Σ X ² - ((ΣX)²} { N Σ Y ² - ((ΣY)²} Keterangan : Rxy
=
Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan. (x=X-X dan y=Y- Y).
b.
N
=
Jumlah subyek
Σ
=
Jumlah skor item
Σ
=
Jumlah skor total
Σ XY
=
Jumlah perkalian x dan y
X²
=
Kuadrat dari x
Y²
=
Kuadrat dari y
Pengujian Reliabilitas Uji Reliabilitas merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi dimana instrumen mengukur konsep dan membentuk menilai “ketetapan” sebuah pengukuran (Sekaran, 2000). Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan atau konsistensi
hasil pengukuran. Setiap alat pengukur seharusnya
memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Semakin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Reliabilitas instrumen penelitian diuji menggunakan rumus koefisien Cronbach’s Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2005). Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.
41
r11
[ k ] [ 1 - Σ σb² ]
=
k – 1 σt ² Keterangan : r11
=
Reliabilitas yang dicari
Σ σb ²
=
Jumlah varians skor butir
σt ²
=
Varians total
k
=
Banyaknya butir
c.
Teknik Analisis Data Langkah selanjutnya adalah melakukan uji asumsi klasik antara lain : uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinieritas. 1.
Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali 2005:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S). Uji ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi 0,05. Apabila nilai sign hitung > 0,05 maka data terdistribusi normal (Santoso dalam Prasita dan Adi, 2007). Apabila setelah dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S) ternyata berdistribusi tidak normal maka akan ditransformasi agar menjadi normal. Cara yang dapat dilakukan bila melakukan transformasi data menurut Ghozali
42
(2005:32) diawali dengan melihat bagaimana bentuk dari grafik histrogram. Bentuk Tranformasi data : Tabel III.4 Bentuk Tranformasi data No.
Bentuk Grafik Histogram
Bentuk Transformasi
1
Moderate positive skewness
SQRT (x) atau akar kuadrat LG 10 (x) atau logaritma 10 atau LN
2
Subtansial positive skewness
3
Severe positive skewness dgn bentuk L
l/x atau ( k – x )
4
Substansial negative skewness
LG 10 ( k – x )
5
Severe negative skewness dgn bentuk L
l/( k - x )
K : konstanta yang berasal dari setiap skor dikurangkan sehingga skor terkecil adalah l (satu). Dilihat dari bentuk grafik yang dihasilkan maka menentukan bentuk transformasi yang harus dilakukan dengan bantuan spss. Hasilnya data akan berdistibusi normal, dari data tersebut dapat dicari data outlier atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dengan observasi lainnya. Dengan bantuan spss pula dapat ditemukan data outlier tersebut untuk kemudian memutuskan untuk dapat menggunakan atau membuangnya. 2.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamataan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas (Ghozali,
43
2005:105). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, tidak
heteroskedastisitas
(Ghozali,
2005:105).
Pendeteksian
heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan cara membandingkan nilai t
hitung
atau output SPSS dengan nilai t
tabel.
Jika t
hitung
tabel
maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.
Uji Multikolinearitas Uji ini dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji Multikolinearitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai toleransi. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali,2005:92).
4.
Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya korelasi antara data pada suatu waktu tertentu dengan nilai data tersebut pada waktu satu periode sebelumnya atau lebih pada urut waktu. Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model mengandung autokorelasi atau tidak, yaitu adanya hubungan diantara variabel dalam mempengaruhi variabel dependen. Pada penelitian ini untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi yang terjadi, maka dalam penelitian ini pendeteksian dilakukan dengan menggunakan metode Durbin Watson dengan ketentuan jika du < DW < 4-du berarti tidak terjadi masalah
44
autokorelasi (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
N. TEKNIK PENGUJIAN HIPOTESIS 3. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis
yang digunakan untuk
mengetahui gambaran dari suatu fenomena yang ada (Asih, 2006). Analisis mengenai responden dan variabel penelitian untuk memudahkan menginterprestasikan hasilnya lebih lanjut. Deskriptif variabel dalam penelitian ini nantinya mengenai kisaran skor jawaban responden berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti. 4. Pengujian Hipotesis Analisis utama yaitu pengujian hipotesis dengan bantuan SPSS 12.0 for windows. 1.
Pengujian Simultan ( Uji Statistik F ) Uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Langkah untuk pengujian ini antara lain : a) Menentukan hipótesis H o : β1 = β2 = β3 = 0 H a : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠0 b) Menentukan F tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 c) Menghitung F hitung dan kemudian membandingkan dengan F tabel
45
Kriteria pengujiannya adalah : 1) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu apabila F
hitung
tabel
atau bila
nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan. 2) Ho ditolak dan Ha diterima yaitu apabila F
hitung
>F
tabel
atau bila
nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independensi secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan. 2.
Pengujian Parsial ( Uji Statistik t ) Uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan asumís variabel independen lainnya konstan (Ghozali, 2005:84). Langkah untuk pengujian ini antara lain : a) Menentukan hipótesis H o : β1 = β2 = β3= 0 H a : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 b) Menentukan t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 c) Menghitung t hitung dan kemudian membandingkan dengan t tabel.
46
Kriteria pengujiannya adalah : 1) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu apabila t hitung < t tabel atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Ho ditolak dan Ha diterima yaitu apabila t hitung > t tabel atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. 3.
Pengujian Ketepatan Perkiraan (koefisien determinasi = Uji R2 ) Uji R2 ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2 ) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2 (Ghozali, 2005:83).
4.
Pengujian regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut. Y = a+ β1X1 + β2X2 + β3Xз + ε Dimana : Y
= Kualitas Audit
X1
= Kompleksitas Audit.
X2
= Pengalaman Auditor
47
X3
= Independensi Auditor
a
= Intercept (Konstanta)
β1, β2, β3
= Koefisien regresi.
ε
= Error Toleransi kesalahan (α) yang ditetapkan sebesar 5% dengan
signifikasi sebesar 95%.
48
BAB IV ANALISIS DATA
A. GAMBARAN UMUM RESPONDEN Responden adalah akuntan publik (auditor) yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kantor akuntan publik merupakan badan usaha yang telah mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. KAP memiliki struktur organisasi dimana posisi auditor dapat dibagi dalam struktur tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Rekan atau patner yaitu rekan pimpinan dan rekan yang menduduki jabatan tertinggi dalam KAP. Tanggung jawab dan tugasnya secara keseluruhan terhadap pekerjaan yang ditangani oleh KAP. 2. Manajer yaitu pengawas pemeriksa, koordinator dari akuntan senior, tugasnya mereview program audit, mereview kertas kerja, laporan audit dan manajemen letter. 3. Akuntan senior yaitu akuntan perencana dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
pemeriksaan.
Tugasnya
mengarahkan
dan
mereview
pekerjaan akuntan yunior. 4. Akuntan yunior yaitu pelaksana prosedur pemeriksaan secara rinci sesuai dengan pengarahan dari akuntan senior. Tugasnya adalah membuat kertas kerja.
49
Proses pengumpulan data, peneliti membawa surat permohonan penyebaran kuesioner dari Fakultas Ekonomi UNS ke Kantor Akuntan Publik di wilayah yang dituju disertai surat ijin penelitian yang telah disahkan oleh Dekan Fakultas Ekonomi UNS. Hambatan utama dalam penelitian survei ini adalah respond rate dari responden yang rendah. Walaupun demikian peneliti mendatangi langsung responden baik penyebaran kuesioner maupun pengambilan kuesioner. Waktu yang digunakan untuk mendistribusikan kuesioner sampai kuesioner terkumpul adalah kurang lebih selama 1 (satu) bulan, dimulai dari tanggal 15 November 2009 sampai 20 Desember 2009. Dari keseluruhan kuesioner yang kembali, tidak semuanya digunakan dalam analisis. Kuesioner yang tidak memenuhi kriteria pengisian secara lengkap dianggap gugur. B. ANALISIS DESKRIPTIF Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk memberikan penjelasan yang memudahkan dalam menginterprestasikan hasil analisis lebih lanjut. Salah satu caranya dengan mengelompokkan data yang diperoleh dan menyajikannya
dalam
bentuk
tabel.
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
menggambarkan responden agar dapat diketahui secara keseluruhan berdasarkan karakteristiknya. Deskriptif variabel dalam penelitian ini meliputi
kisaraan
skor jawaban
responden
berdasarkan
data
yang
dikumpulkan oleh peneliti. Jumlah populasi penelitian adalah 150 akuntan publik (auditor) masing-masing terinci pada Tabel III.1, dan III.2. Peneliti menyebarkan 150
50
kuesioner kepada responden. Walaupun demikian responden yang bersedia mengisi kuesioner sekitar 75 responden yang berasal dari wilayah Jawa Tengah dan wilayah Yogyakarta. Ternyata dalam pelaksanaan penyebaran kuesioner di wilayah Jawa Tengah dari 17 KAP yang masih aktif hanya 12 KAP yang bersedia menerima kuesioner dan hanya 10 KAP yang mengembalikan kuesioner. Masing-masing KAP tersebut hanya mau mengisi 5-6 kuesioner saja, sehingga sekitar 50 responden yang bersedia mengembalikan. Di wilayah Yogyakarta dari 10 KAP yang ada, ternyata yang masih aktif dan alamat terlacak hanya 5 KAP. Dari 5 KAP tersebut masing-masing hanya bersedia mengisi 5 kuesioner saja walaupun memiliki lebih dari 5 akuntan publik atau auditor. Alasan bagi yang tidak mengisi atau tidak menerima kuesioner karena di bulan Desember ini mereka sedang sibuk dengan pekerjaan audit. Adapun distribusi pengembalian kuesioner yang memenuhi syarat dalam penelitian tercantum dalam tabel berikut ini.
51
No.
Tabel IV.1 Distibusi dan Tingkat Pengembalian Kuesioner Keterangan Jateng Yogyakarta
Total
1
Kuesioner yang disebar
100
50
150
2
Kuesioner yang dikembalikan
50
25
75
3
Tingkat pengembalian
50%
50%
50%
4
Kuesioner yang gugur
8
0
0
5 Kuesioner yang diolah Sumber : data yang diolah
42
25
67
Hasil perolehan kuesioner yang diisi dan dikembalikan berjumlah 75 kuesioner sedangkan yang dapat digunakan untuk analisis sebanyak 67 kuesioner dari 150 kuesioner yang disebarkan ke kantor akuntan publik. Hal ini dikarenakan adanya kuesioner yang tidak lengkap tersebut diatas sehingga dianggap gugur sebanyak 8 kuesioner. Deskripsi responden terdiri dari nama, jenis kelamin, jabatan, lama bekerja di KAP, keahlian khusus, lama menekuni keahlian khusus, rata-rata jumlah perusahaan yang diaudit dalam setahun dan jenis perusahaan yang diaudit. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menggambarkan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini responden terdiri dari 41 responden atau 61,19% merupakan pria dan 26 responden atau 38,81% merupakan wanita. Berkaitan dengan jenjang pendidikan yaitu sebanyak 3 responden atau 4,48% merupakan D3 ekonomi, sebanyak 39 responden atau 58,21% merupakan S1, sebanyak 23 responden atau 34,33% merupakan S2 dan sebanyak 2 responden atau 2,99% merupakan S3.
52
Responden yang memiliki jabatan bervariasi antara lain sebagai manajer sebanyak 17 responden atau 25,37%, senior auditor sebanyak 27 responden atau 40,30%, Junior auditor sebanyak 23 responden atau 34,33%. Berkaitan dengan pengalaman kerja di KAP antara lain yang kurang dari 5 tahun sebanyak 31 responden atau 46,27%, berpengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 26 responden atau 38,81% sedangkan yang berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 10 responden atau 14,93%. Responden yang memiliki keahlian khusus seperti analis sistem dan auditing sebanyak 12 responden atau 17,91%, konsultan pajak sebanyak 23 responden atau 34,33%, konsultan manajemen sebanyak 25 responden atau 37,31% dan keahlian lain sebanyak 7 responden atau 10,45%. Berkaitan
dengan
lama
menekuni
keahlian
khusus
yaitu
kurang dari 2 tahun sebanyak 18 responden atau 26,87%, antara 2 sampai 5 tahun sebanyak 32 responden atau 47,76%, dan yang lebih dari 5 tahun sebanyak 17 responden atau 25,37%.
53
Tabel IV.2 Profil Responden NO.
KETERANGAN
RESPONDEN Jawa Tengah
Jogja
Jumlah
Prosentase
42
25
67
100%
Pria (P)
26
15
41
61,19%
Wanita (W)
16
10
26
38,81%
D3 Ekonomi
2
1
3
4,48%
S1
20
19
39
58,21%
S2
18
5
23
34,33%
S3
2
0
2
2,99%
Manajer
10
7
17
25,37%
Senior Auditor (SA)
15
12
27
40,30%
Junior Auditor (JA)
17
6
23
34,33%
< 5th
20
11
31
46,27%
5 s/d 10 th
18
8
26
38,81%
> 10 th
4
6
10
14,93%
Analis Sistem (AS)
7
5
12
17,91%
Konsultan Pajak (KP)
13
10
23
34,33%
Konsultan Manajemen (KM)
17
8
25
37,31%
Keahlian lainnya (KL)
5
2
7
10,45%
Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
TOTAL
Jenis Kelamin :
Jenjang Pendidikan :
Jabatan
Pengalaman Kerja :
Keahlian Khusus :
Lama Menekuni keahlian khusus : < 2th
10
8
18
26,87%
2 s/d 5 th
22
10
32
47,76%
> 5 th
10
7
17
25,37%
<2 perusahaan
6
5
11
16,42%
2 s/d 5 perusahaan
13
10
23
34,33%
> 5 perusahaan
23
10
33
49,25%
1 jenis
10
6
16
23,88%
2 jenis
18
9
27
40,30%
14
10
24
35,82%
Jmlh Perush. yg diaudit
Jenis perusahaan yang diaudit
3 jenis Sumber : data primer yang diolah
54
C. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN 1. Uji Validitas Salah satu
teknik korelasi digunakan adalah pearson product
moment. Validitas dihitung setiap butirnya dengan rumus pearson product moment.
Hasil
perhitungan
rxy
dengan
taraf
kesalahan
5%,
jika r hitung > r tabel maka item soal tersebut valid (Arikunto, 2000:145). Pengujian tersebut dilakukan dengan menguji terlebih dahulu tiaptiap butir pertanyaan. Setelah semua butir-butir pertanyaan valid untuk tiap butir pertanyaannya, baru dilakukan uji validitas secara total untuk setiap faktor. Data yang digunakan untuk pengujian selanjutnya hanya data yang valid saja. Data yang tidak memenuhi syarat yaitu data yang tidak valid tidak digunakan untuk pengujian selanjutnya. Hasil uji validitas data yang disajikan dalam Tabel IV.3 bahwa semua pertanyaan menunjukkan nilai r
hitung
>r
tabel
dengan df=n-k, berarti semua pertanyaan dinyatakan
valid dan nilai r tersebut ditandai ** dengan signifikan pada level 0.01.
55
Tabel IV.3 Hasil Uji validitas untuk tiap butir pernyataan Butir Pertanyaan KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 IA1 IA2 IA3 IA4 IA5 IA6 IA7 IA8 KAT1 KAT2 KAT3 KAT4 KAT5 KAT6 KAT7
Nilai r 0,715** 0,456** 0,731** 0,453** 0,724** 0,538** 0,790** 0,876** 0,835** 0,629** 0,478** 0,423** 0,781** 0,578** 0,428** 0,410** 0,499** 0,662** 0,723** 0,413** 0,358** 0,549** 0,536** 0,390** 0,501** 0,722**
r Tabel 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0,240 0.240 0.240
Status VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
** Signifikan pada level 0.01 (2 tailed) Sumber : data primer yang diolah 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan kemantapan atau konsistensi
hasil
pengukuran. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Semakin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Reliabilitas instrumen penelitian diuji menggunakan rumus koefisien Cronbach’s Alpha. Uji reliabilitas hanya dilakukan untuk butir pernyataan
56
yang telah dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas disajikan pada Tabel IV.4 berikut ini. Tabel IV.4 Hasil Uji Relibilitas Variabel Koefisien Alpha Cronbach’s Alpha Kompleksitas Audit 0,6189 0,6 Pengalaman Auditor 0,7842 0,6 Independensi auditor 0,6925 0,6 Kualitas Audit 0,8739 0,6 Sumber : data primer yang diolah
Status Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Hasil analisis data seperti pada tabel IV.4 diatas diperoleh koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,6189 untuk variabel kompleksitas audit, 0,7842 untuk variabel pengalaman auditor, 0,6925 untuk variabel independensi auditor dan 0,8739 untuk kualitas audit. Menurut Ghozali (2005) suatu variabel
dikatakan
reliabel
jika
memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0,60 atau koefisien Cronbach Alpha tersebut lebih besar dari nilai r
tabel
sehingga instrumen yang digunakan untuk mengukur
pengaruh kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi terhadap kualitas adalah reliabel. 3. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali 2005:110). Pengujian normalitas dilakukan
dengan
bantuan
program
SPSS
12.0
alat
ujinya
adalah one-sample Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian ini dengan membandingkan signifikansi hasil uji (probabilitas) lebih besar dari taraf signifikansinya 5%. Apabila signifikansi hasil uji lebih besar dari taraf
57
signifikansinya 5% maka data yang diuji berdistribusi normal dan sebaliknya jika signifikansi hasil uji lebih kecil dari taraf signifikansinya 5% maka data yang diuji tidak berdistribusi normal.
Tabel IV.5 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Responden Asymp.sig(2-Tailed) Kompleksitas Audit Akuntan publik (auditor) 0,117 Pengalaman Auditor Akuntan publik (auditor) 0,083 Independensi Auditor Akuntan publik (auditor) 0,102 Kualitas Audit Akuntan publik (auditor) 0,147 Sumber : data primer yang diolah
Pada
Tabel
IV.5
diatas
dapat
dilihat
nilai
Status Normal Normal Normal Normal
signifikansi
(probabilitas) untuk masing-masing variabel adalah kompleksitas audit sebesar 0,117, pengalaman auditor sebesar 0,083, independensi auditor sebesar 0,102 dan kualitas audit sebesar 0,147. Nilai ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan seluruh kelompok sampel datanya berdistribusi normal.
58
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Asumsi Normalisitas dengan P-Plot Variabel Dependen Kualitas Audit Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kualitas Audit 1.00
Expected Cum Prob
.75
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
.75
1.00
Observed Cum Prob
Pada Gambar
4.1 grafik normalitas P-Plot terlihat titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal dan arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamataan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas (Ghozali, 2005 :105). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2005 : 105). Pendeteksian heteroskedastisitas bisa dilakukan dengan cara membandingkan nilai t 12.0 dengan nilai t
tabel.
Jika t
59
hitung
< t
hitung
tabel
atau output SPSS
maka tidak terjadi
heteroskedastisitas atau dengan melihat probabilitas signifikannya diatas 5% maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel IV.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Variabel Sig. Status Kompleksitas Audit 0,824 Tidak heteroskedastisitas Pengalaman Auditor 0,638 Tidak heteroskedastisitas Independensi Auditor 0,187 Tidak heteroskedastisitas Sumber : data primer yang diolah Pada Tabel IV.6 diatas menunjukkan bahwa variabel kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor masing-masing mempunyai probabilitas sebesar 0,824; 0,638; 0,187 yang nilainya diatas taraf signifikansi 0,05 sehingga dipastikan tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamataan ke pengamatan yang lain (homoskedastisitas). Hasil ini dapat dilihat dari grafik
Regression Standarized Predicted Value dengan
Regression Stutentised Residual dibawah ini.
60
Gambar 4.2 Grafik Uji Heteroskedastisitas
Regression Standardized Predicted Value
Scatterplot Dependent Variable: Kualitas Audit 3
2
1
0
-1
-2 -3 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Gambar 4.2 grafik scatterplot diatas tampak bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang jelas dan tidak membentuk pola tertentu, data penyebarannya acak, tidak teratur sehingga dapat dikatakan semua variabel penelitian terbebas dari masalah heterokedastisitas. dengan kata lain varians data homogen dan tidak terjadi heteroskedastisitas. 5. Uji Multikolinearitas Uji ini dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji Multikolinearitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai toleransi. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali,2005:92).
61
Tabel IV.7 Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Toleransi VIF Status Kompleksitas Audit 0.846 1.182 Tidak multikolinearitas Pengalaman Auditor 0.525 1.906 Tidak multikolinearitas Independensi Auditor 0.574 1.743 Tidak multikolinearitas Sumber : data primer yang diolah
Pada Tabel IV.7 diatas menunjukkan bahwa variabel kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor masing-masing mempunyai nilai toleransinya > 0,10. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Hasil serupa dapat dilihat dari nilai VIF-nya yang kurang dari 10 yang berarti hasilnya konsisten yaitu tidak terjadi multikolinearitas. 6. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model mengandung autokorelasi atau tidak, yaitu adanya hubungan diantara variabel dalam mempengaruhi variabel dependen. Pada penelitian ini untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi yang terjadi, maka dalam penelitian ini pendeteksian dilakukan dengan menggunakan metode Durbin Watson dengan ketentuan jika du < DW < 4-du berarti tidak ada autokorelasi positif ataupun negatif (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
62
Tabel IV.8 Hasil Pengujian Autokorelasi Model Summaryb Model 1
Durbin-W atson 1.925a
a. Predictors: (Constant), Independensi Audit, Kompleksitas Audit, Pengalaman Audit b. Dependent Variable: Kualitas Audit
Sumber : data primer yang diolah
Pada Tabel IV.8 diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson (DW) adalah 1,925. Berdasarkan metode Durbin Watson maka untuk n=67 dan k=3 maka dari tabel Durbin Watson diketahui dl=1,503 dan du=1,696 maka nilai DW adalah 1,696 < nilai DW (1,925) < 2,304 berarti bebas dari autokorelasi.
D. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS 1.
Analisi Regresi dan Pengujian Ketepatan Perkiraan Uji R2 digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasinya (R2) yang nilainya antara 0 sampai 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independensi hampir semua memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2 (Ghozali,2005:83).
63
Pada Tabel IV.9 dibawah ini hasil analisis regresi berganda yaitu menjelaskan bahwa koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,851 dengan koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,725 atau 72,5% dan adjusted R2 sebesar 0,711 atau 71,1%. Hal ini berarti variabel-variabel independen seperti kompleksitas audit, pengalaman auditor, dan independensi auditor memberikan hampir semua informasi sebesar 71,1% yang dibutuhkan untuk
memprediksi
kualitas
audit.
Selisih
(100%-71,1%=28,9%)
dipengaruhi faktor lain diluar model.
Tabel IV.9 Model Summary Regresi Model Summary Model 1
R .851a
R Square .725
Adjusted R Square .711
Std. Error of the Estimate 1.896
a. Predictors: (Constant), Independensi Audit, Kompleksitas Audit, Pengalaman Audit
Pada Tabel IV.10, Nilai F yang dihasilkan oleh analisis regresi berganda dari penelitian ini yaitu nilai F sebesar 55,229 dengan signifikansi sebesar 0,000. Tabel IV.10 ANOVA Regresi ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 595.854 226.564 822.418
df 3 63 66
Mean Square 198.618 3.596
F 55.229
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Independensi Audit, Kompleksitas Audit, Pengalaman Audit b. Dependent Variable: Kualitas Audit
64
Koefisien-koefisien regresi secara parsial dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel IV.11 Hasil Perhitungan Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B -4.166
Std. Error 2.521
Kompleksitas Audit
.221
.085
Pengalaman Auditor Independensi Auditor
.428
.138
.604
.095
(Constant)
Standardized Coefficients Beta
t -1.652
Sig. .103
.187
2.599
.012
.284
3.110
.003
.553
6.339
.000
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
Pada Tabel IV.11 diatas dapat dilihat korelasi parsial yang paling pengaruh terhadap kualitas audit dengan melihat nilai koefisien regresi dan signifikansinya. Independensi auditor menyatakan korelasi parsial paling tinggi yaitu pada nilai koefisien regresi sebesar 0,604 dengan signifikansinya sebesar 0,000 dibandingkan dengan pengalaman auditor sebesar 0,428 dengan signifikansinya sebesar 0,003 dan kompleksitas audit sebesar 0,221 dengan signifikansinya sebesar 0,012 terhadap kualitas audit. Pada penjelasan-penjelasan diatas, persamaan regresi berganda dengan toleransi kesalahan (α) yang ditetapkan sebesar 5% dan signifikasi sebesar 95% adalah sebagai berikut. Y = a+ β1X1 + β2X2 + β3Xз + ε Y = -4,166 + 0,221X1 + 0,428X2 + 0,604Xз + ε
65
Persamaan regresi berganda diatas menandakan bahwa tanpa adanya variabel kompleksitas audit, pengalaman auditor maupun independensi auditor maka kualitas audit semakin rendah. 2.
Pengujian Hipotesis Tabel IV.12 Ringkasan Hasil Pengujian Regresi Berganda
Variabel N. Koefisien t. statistik t tabel Signifikansi Kompleksitas Audit 0.221 2.599 1.669 0.012 Pengalaman 0.428 3.110 1.669 0.003 Independensi 0.604 6.339 1.669 0.000 55,229 dengan signifikansi 0,000 Nilai F statistik 2,751dengan taraf signifikan 0,05 Nilai F tabel 0.711 Nilai Adjustment R 67 N 63 df=N-k-1
Sumber : data primer yang diolah a) Pengujian Hipotesis 4 (uji F secara simultan) Uji F ini digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh secara
bersama-sama
variabel
independen
dependen yaitu dengan cara membandingkan F Jika F
hitung
> F
tabel
terhadap hitung
variabel
dengan F
tabel.
maka Ho ditolak dan H4 diterima. Análisis
regresi menghasilkan nilai F regresi sebesar 55,229 dengan signifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F
tabel
dengan (degree of
freedom) df (3; 63) adalah 2,751 pada taraf signifikansi 5%, untuk lebih jelasnya lihat pada Tabel IV.12.
Hal ini berarti nilai F
hitung
>F
tabel
dan p-value kurang dari
taraf signifikansi 0,05. Ini menunjukkan Ho ditolak dan berarti H4
66
diterima yaitu pengaruh signifikan kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor secara simultan terhadap kualitas audit. b) Pengujian Hipotesis 1, 2, dan 3 (uji t secara parsial) Uji t ini digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yaitu
antara
independensi
kompleksitas auditor
membandingkan t
hitung
audit,
terhadap
pengalaman
kualitas
dengan t
tabel
audit
auditor
dan
dengan
cara
untuk lebih jelasnya lihat
Tabel IV.12 diatas Hasil pengujian terhadap H1 adalah t sebesar
2,599 lebih besar dari t
tabel
hitung
kompleksitas audit
sebesar 1,669 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,012 < taraf signifikansi 0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak atau H1 diterima. Hal ini berarti bahwa adanya pengaruh signifikan variabel kompleksitas audit secara parsial terhadap kualitas audit. Variabel kompleksitas audit memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,221. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel kompleksitas audit berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.
Hasil pengujian terhadap H2 adalah t sebesar
3,110 lebih besar dari t
tabel
hitung
pengalaman auditor
sebesar 1,669 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,003 < taraf signifikansi 0,05 yang berarti
67
bahwa Ho ditolak atau H2 diterima. Hal ini berarti bahwa adanya pengaruh signifikan variabel pengalaman auditor secara parsial terhadap kualitas audit. Variabel pengalaman auditor memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,428 hal ini mengindikasikan bahwa variabel pengalaman auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Hasil pengujian terhadap H3 adalah t sebesar
6,339 lebih besar dari t
tabel
hitung
Independensi auditor
sebesar 1,669 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,000 < taraf signifikansi 0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak atau H3 diterima. Hal ini berarti bahwa adanya pengaruh signifikan variabel Independensi auditor secara parsial terhadap kualitas audit. Variabel Independensi auditor memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,604 hal ini mengindikasikan bahwa variabel pengalaman auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. E. PEMBAHASAN Hasil
dari
penelitian
yang
telah
dilakukan
adalah
bahwa
kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit baik secara parsial maupun simultan.
Jika
tidak
memiliki
variabel
independen
atau
variabel
independennya nol maka kualitas audit akan semakin rendah atau bahkan menghasilkan kualitas buruk sebesar konstanta. Kualitas audit yang dihasilkan auditor sangat dipengaruhi oleh kompleksitas audit, pengalaman
68
auditor dan independensi auditor dimana kualitas audit akan semakin rendahnya apabila faktor-faktor tersebut rendah Koefisien R sebesar 0,851, ini menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independen adalah kuat.
Adjusted R2
sebesar 0,711 atau 71,1%. Hal ini berarti variabel-variabel independen seperti kompleksitas
audit,
pengalaman
auditor,
dan
independensi
auditor
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi kualitas audit sebesar 71,1%. Selisih (100%-71,1%=28,9%) dipengaruhi faktor lain diluar model. Dari nilai ini dapat dilihat besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap kualitas audit mencapai lebih dari 50%. Berarti semakin tinggi kualitas auditnya harus diimbangi dengan tingkat independensi auditor yang tinggi, pengalaman audit yang lama dan kompleksitas audit yang tinggi pula. Nilai koefisien sebesar 0,221 dengan tanda positif yang berarti bahwa kompleksitas audit mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit atau dapat diartikan pula setiap pertambahan nilai kompleksitas audit satu satuan akan meningkatkan nilai kualitas audit sebesar 0,221. Kompleksitas audit yang positif dalam penelitian ini berarti dengan kompleksitas audit yang tinggi diharapkan kekompleksan tugas maupun variasi tugas akan mendorong meningkatnya kemampuan auditor sehingga menghasilkan kualitas audit yang maksimal. Nilai koefisien sebesar 0,428 dengan tanda positif yang berarti bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas
69
audit atau dapat diartikan pula setiap pertambahan nilai pengalaman auditor satu satuan akan meningkatkan nilai kualitas audit sebesar 0,428. Hal ini menunjukan bahwa pengalaman auditor dapat mempengaruhi kualitas audit, dimana semakin berpengalaman suatu auditor maka kualitas auditnya akan semakin baik. Hasil ini sejalan dengan Rapina (2007), kompleksitasan tugas audit berpengaruh positif terhadap pengalaman dan ketaatan pada standar auditing. Semakin kompleks tugas audit maka semakin ahli dan berpengalamannya auditor dalam melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing. Tetapi hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Prasita dan Adi (2007) yang menyatakan kompleksitas audit mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Kompleksitas audit yang muncul karena semakin tinggi variabilitas dan ambiguitas dalam tugas pengauditan akan menyebabkan turunnya kualitas audit. Nilai koefisien parsial sebesar 0,604 dengan tanda positif yang berarti bahwa independensi auditor mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit atau dapat diartikan pula setiap pertambahan nilai independensi auditor satu satuan akan meningkatkan nilai kualitas audit sebesar 0,604. Tingkat independensi merupakan faktor yang menentukan dari kualitas audit, hal ini dapat dipahami karena jika auditor benar-benar independen dalam melaksanakan tugas-tugas auditnya maka tidak akan dipengaruhi oleh kliennya. Namun jika tidak memiliki independensi dan mendapat tekanan dari pihak lain maka kualitas audit yang dihasilkan tidak maksimal.
70
Hal ini penelitian ini sejalan pula dengan penelitian Purnomo (2007) mengenai persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Hasil dari penelitiannya bahwa kedua faktor keahlian yaitu pengalaman dan pengetahuan berpengaruh terhadap kualitas audit, begitu pula faktor independensi menurut persepsi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
71
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji regresi berganda dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pengujian hipotesis 1, 2, 3 menggunakan uji t secara parsial, hasilnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan variabel kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor secara parsial terhadap kualitas audit. Adapun independensi auditor menyatakan korelasi parsial paling tinggi terhadap kualitas audit. Hal ini berarti tingkat independensi merupakan faktor utama yang menentukan dari kualitas audit dalam penelitian ini, hal ini dapat dipahami karena jika auditor benar-benar independen dalam melaksanakan tugas-tugas auditnya maka tidak akan terpengaruh oleh tekanan dari kliennya. Namun jika tidak memiliki independensi dan mendapat tekanan dari pihak lain maka kualitas audit yang dihasilkan tidak maksimal. 2. Pengujian hipotesis 4 menggunakan uji F secara simultan, hasilnya menunjukkan adanya pengaruh signifikan kompleksitas audit, pengalaman auditor dan independensi auditor secara simultan terhadap kualitas audit.
B. KETERBATASAN
72
Peneliti mengakui bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat keterbatasan-keterbatasan yang ada. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Hambatan utama pada penelitian survei ini adalah respond rate dari responden yang rendah walaupun peneliti mendatangi langsung responden baik penyebaran kuesioner maupun pengambilan kuesioner. Hal ini disebabkan karena pada bulan Desember ini mereka sedang sibuk dengan pekerjaan audit selain itu karena beberapa KAP tidak aktif dan pindah daerah. 2. Bias respon atau jawaban yang tidak serius dan tidak jujur mungkin saja terjadi pada penelitian yang menggunakan kuesioner. C. SARAN Diharapkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya dengan tema yang masih berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Pimpinan Kantor Akuntan Publik harus mampu memperkirakan tingkat kompleksitas audit dan memilih auditor yang tepat, yang mampu dan mempunyai kompetensi atau keahlian sesuai dengan tugas yang ada. 2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan penambahan faktor lain seperti pelatihan audit, profesionalisme auditor yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas audit.
73
3. Pengukuran kualitas dalam penelitian ini hanya ditinjau dari aspek pelaksanaan audit sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat ditinjau dari aspek yang lain seperti aspek kepuasan klien, dan standar auditing.
74
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M. Nizahul, dkk. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi.Unhas Makasar. Simposium Nasional Akuntansi X. Amani, Nani. 2004. Persepsi akuntan pendidik dan praktisi terhadap independensi penampilan akuntan publik dan advertensi jasa kantor akuntan publik. UNS. Surakarta. (Tidak dipublikasikan) Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV, Jakarta : Rineka Cipta. Asih, Dwi Ananing Tyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing. UII. Yogyakarta. www.google.com. Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4No. 2 (Nov) Hal. 79-92. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip Gujarati, Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi: Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan). IAI. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat. Indriantoro, Nur dan Bambang Supeno. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi I.Yogyakarta : BPFE. Jamilah, Siti, dkk. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgmenti. Unhas Makasar. SNA X. Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit Dan Kemungkinan Topik Penelitian Di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal.25-60. Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian Dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6 No.1 Januari.
75
Mustika, Ira. 2008. Skandal Enron dan Arthur Andersen. Iramustika’sBlog, April 2008. News-okezone. 2009. Kasus Bumi Resources Coreng Pasar Modal. Juni 2009. Website : okezone.com. Purnomo, Adi, 2007. Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit. Tersedia: http://
[email protected]. Prasita, Andin dan Priyo Hari Adi. 2007. Pengaruh Kompleksitas Audit Dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Moderasi Pemahaman Terhadap Sistem Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume XIII. No.1 Maret 2007: 54-78. Rapina. 2007. Pengaruh Kompleksitas Tugas Dan Pengalaman Terhadap Ketaatan Pada Stándar Auditing. Jurnal Akuntansi Volume VI. No.2 November 2007 : 33-57. Rifai, Afif. 2005. Penelitian Kuantitatif. www.google.com. Room,Marleyn Van. 2007. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kualitas Audit Kinerja (Studi Kasus Pda Badan Pengawasan Kota Ambon). PFEUGM 25 Februari 2008. Email:arif@gadjahmada-edu. Sekaran, Uma. 2000. Reseacrh Methods For Busines : A Skil Building Approach. Third Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Suyatmini. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Tesis Maksi: Universitas Diponegoro (Tidak dipublikasikan). Supramono dan Intiyas Utami. 2004. Desain Proposal Akuntansi dan Keuangan. Yogyakarta: Andi Ye, Ping and Roger Simnett. 2006. Threats To Auditor Independence: The Impact Of Non-Audit Service, Tenure And Alumni Affiliation.
[email protected].
76