PENGARUH PERGANTIAN AUDITOR DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT Meihendri Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Kampus II Universitas Bung Hatta Aia Pacah Padang email:
[email protected]
Abstract - Importance of improving audit quality is the demands of the users of financial statements that have been audited by Public Accountant, hence to gain the trust of the users of audited financial statements, of course, public accounting firm must maintain and improve audit quality. Various cases both at national and international level describes the opposite condition, that is the poor quality of audit as stated by several experts, as it also market by sanctions as fines, warning to the most severe form of revocation of permission and prohibition against the practice of public accounting firm and some public accountants at national and international levels. The cases that occurred involving the management and the firm, because the firm violated audit standards and violate applicable laws and regulations. This study uses explanatory research. Data collection using the survey technique with questionnaires distributed to the public accountant firms members of accountants capital markets forum. The respondents were a partner or senior auditor. Before the data are used to test the hypothesis, first tested the validity and reliability. Analysis of data to test hypotheses using descriptive analysis Part Modeling Partial Least Square. The results concluded that: auditors tenure, auditor independence, influential simultaneously and partiality on audit quality. Keywords: auditors tenure, auditor independence, audit quality.
I. PENDAHULUAN Aktivitas pemeriksaan (auditing) adalah, salah satu bentuk atestasi, atestasi merupakan suatu bentuk penjaminan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan menerbitkan suatu laporan yang menyangkut realibilitas dari suatu asersi yang disiapkan pihak lain (Arens et al. 2012:9). Sukrisno Agoes (2012:2), juga menjelaskan bahwa atestasi merupakan komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya, dan auditor (akuntan publik) memberikan jasa atestasi mengenai kewajaran laporan keuangan sebuah entitas. Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus menjaga kualitas auditnya secara profesional, oleh sebab itu pekerjaan audit harus berdasarkan pada standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan, adapun standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAPI, 2011). Standar auditing merupakan acuan normatif bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya yang handal, melalui pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang efektif dan berkesinambungan, serta dalam rangka melindungi kepentingan umum (Arens et al. 2012: 15). Jasa akuntan publik diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 423/KMK.06/2002, yang kemudian dirubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 359/KMK.06/2003, dan selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17-PMK.01-2008, tanggal 5 Februari 2008, tentang Jasa Akuntan Publik.
Pentingnya kepatuhan terhadap penggunaan standar auditing, dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan Jasa Akuntan Publik, merupakan hal mutlak yang harus dipatuhi oleh kantor akuntan publik, akuntan publik dan cabang kantor akuntan publik dalam melaksanakan audit laporan keuangan. Hal ini terungkap dari fakta bahwa pada tahun 2004 terdapat 3 (tiga) orang akuntan publik, dan 3 (tiga) kantor akuntan publik yang dikenakan sanksi pembekuan dan pencabutan izin akuntan publik. Sejak 11 Juni dan 20 Juni 2008 Menteri Keuangan, membekukan izin 1 (satu) kantor akuntan publik, dan membekukan izin 1 (satu) orang akuntan publik, pembekuan ini karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap standar auditing dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi (Samsuar Said, 2008). Selanjutnya, sejak awal September 2009, sebanyak 8 (delapan) akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik dibekukan, dua diantaranya karena belum mematuhi standar audit dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan, sedangkan yang lainnya karena sudah melakukan pelanggaran berulang kali. Data dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Sekretariat Jenderal Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai menunjukkan bahwa, pada tahun 2010 terdapat 1 (satu) orang akuntan publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin, karena belum mematuhi standar audit, 17 (tujuh belas) akuntan publik yang dikenakan sanksi pencabutan izin, 3 (tiga) diantaranya karena sanksi, sedangkan cabang kantor akuntan publik yang dikenakan sanksi pencabutan izin sebanyak 17 (tujuh belas) cabang KAP. Disamping
Proceedings SNEB 2014: Hal. 1
pembekuan izin kantor akuntan publik, akuntan publik, dan cabang kantor akuntan publik, selama tahun 2009 Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah memberikan sanksisanksi administratif kepada pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Total denda yang dikenakan Bapepam-LK mencapai Rp.11.046 Miliar, dari jumlah tersebut terdapat 60 akuntan publik dengan total denda sebesar Rp. 109.700.000,-. Dari berbagai sanksi yang telah dijatuhkan pemerintah kepada kantor akuntan publik, akuntan publik, dan cabang kantor akuntan, seperti yang dikemukakan di atas menunjukkan betapa pentingnya peningkatan kualitas audit, agar profesi akuntan publik tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat. Penertiban yang telah dilakukan oleh pemerintah sebagaimana yang di kemukakan di atas juga pernah menjadi perhatian serius dari Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (DPN-IAI), seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi Hadibroto (2006) yang meminta dukungan pemerintah untuk menertibkan secara besar-besaran KAP yang nakal dan tidak berkualitas. Selama ini, pengawasan IAI terhadap anggotanya hanya dilakukan dalam skala kecil, akibatnya jumlah KAP yang dapat diperiksa setiap tahunnya sangat sedikit dan KAP yang melakukan praktik secara tidak bermutu terus beroperasi. Menurut Anwar Nasution (2007), pihaknya bakal membagi sedikit kewenangan memeriksa keuangan negara buat KAP. Hanya saja, tidak semua kantor akuntan memiliki kredibilitas dan kapabilitas yang diminta BPK, maka perlu ada langkah sertifikasi, dan salah satu materi yang bakal dites adalah aturan audit sektor negara. Kenyataannya banyak KAP yang tidak mengerti seluk beluk jenis pemeriksaan ini, contoh yang paling mudah adalah hasil audit laporan keuangan PT. Kereta Api yang dilakukan kantor akuntan yang begitu buruk, oleh karena itu,”Mereka harus paham betul aturan pemerintah”. Kualitas audit dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya dipengaruhi oleh pergantian auditor dan kantor akuntan publik (Arel et al.2005, Knechel et al. 2007, Jackson et al.2008); independensi akuntan publik (Carmichael and Swieringa, 1968, Miller, 1992, Moore et al.2006, Offermanns et al.2007). Beattie et al (1998) menemukan bahwa terdapat pengaruh persaingan harga berkenaan dengan pasar audit eksternal dan terdapat tiga dimensi pokok yang tidak termasuk persaingan harga, meliputi: kualitas audit, kualitas jasa selain audit (Non Audit Services/NAS), dan kualitas hubungan kerja. Besarnya fee audit juga berpengaruh terhadap pilihan kantor akuntan publik yang baru, secara rasional pilihan tidak berdasarkan besaran fee. Sedangkan Arel et al (2005) mengemukakan bahwa, terkait aturan penggantian kantor akuntan publik, sebagai suatu kebijakan terhadap kualitas audit yang lebih baik.
Secara operasional, pertanyaan utama mengenai kualitas audit adalah apakah kebijakan tersebut akan lebih meningkatkan kinerja audit yang terbaik melalui pendeteksian atau melaporkan kesalahan penyajian laporan keuangan, atau apakah pergantian auditor akan menghasilkan kinerja audit. Lebih lanjut Arel, Barbara et al (2005) mengemukakan terdapat tiga masalah berkenaan dengan kualitas audit dan pergantian kantor akuntan publik, seperti: keterbukaan terhadap manajemen klien, pendeknya perikatan, dan kepuasan pelanggan. Knechel et al (2007), menemukan bahwa terdapat indikasi berkurangnya independensi auditor dalam pelaksanaan auditnya, dikarenakan lamanya perikatan kerja, temuan ini juga menunjukkan lemahnya pengaruh pergantian auditor terhadap kenaikan ataupun penurunan kualitas. Jackson et al (2008) juga menemukan bahwa, kualitas audit meningkat melalui adanya pergantian kantor akuntan publik. Pergantian auditor akan menimbulkan tambahan biaya, namun manfaat adanya aturan penggantian kantor akuntan publik lebih besar. Carmichael and Swieringa (1968) berpendapat bahwa, independensi merupakan kualitas profesionalisme auditor, hal tersebut terdapat dalam sejarah konsep independensi sebagaimana yang didokumentasikan oleh Younkins (1983) and Previts (1985), dan dalam melaksanakan audit pada kliennya auditor harus memelihara independensinyaKemudian Levitt (2000),juga menyatakan bahwa independensi adalah sesuatu yang utama dari profesi akuntan, dan hal ini sangat penting untuk kualitas pekerjaan auditor. Adapun fenomena yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan pergantian/rotasi auditor dan independensi auditor dengan alasan untuk menjaga independensi dan kualitas audit, namum dari beberapa penelitian tidak menunjukkan bahwa rotasi efektif (Tia Adityasih, 2011). Lebih lanjut persoalan rotasi diatur dalam Undang-Undang dimaksudkan agar tidak terjadi hegemoni dari KAP papan atas dan terjadi penyebaran klien , rotasi dimaksudkan agar dapat menjaga independensi dan kualitas audit. (Harry Azhar Aziz, 2011). Sehubungan dengan fenomena dan beberapa kajian yang telah dikemukakan dalam latar belakang tersebut di atas, penelitian ini berusaha menggabungkan konsep pergantian auditor, dan independensi auditor dalam pengaruhnya terhadap kualitas audit. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pergantian Auditor dan Independensi Auditor, terhadap Kualitas Audit”. 1.1. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan diteliti berdasarkan latar belakang penelitian adalah sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh pergantian auditor, dan independensi auditor terhadap kualitas audit secara parsial dan simultan.
Proceedings SNEB 2014: Hal. 2
1.2. Maksud Dan TujuanPenelitian 1.2.1. Maksud Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan buktibukti empiris dilapangan mengenai pengaruh pergantian auditor dan independensi auditor terhadap kualitas audit. 1.2.2.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: Besarnya pengaruh pergantian auditor dan independensi auditor terhadap kualitas audit baik secara parsial maupun secara simultan. 1.3. Kegunaan Hasil Penelitian 1.3.1. Kegunaan Pengembangan Ilmu Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan kajian akuntansi mengenai auditing berkenaan dengan pergantian auditor, independensi auditor, dan kualitas audit. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai keterkaitan variabel kontribusi dalam pengembangan kajian akuntansi mengenai auditing berkenaan dengan pergantian auditor, independensi auditor dan kualitas audit, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengembangan penelitian sejenis dimasa mendatang. 1.3.2. Kegunaan Operasional Adapun kegunaan operasional hasil penelitian adalah: 1) Bagi Akuntan Publik, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan pentingnya pelaksanaan audit yang berkualitas. 2) Bagi Kantor Akuntan Publik, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan mengenai kualitas audit. Hasil audit yang berkualitas akan meningkatkan kepercayaan masyarakat pengguna laporan keuangan dan laporan audit, dan dapat mengurangi kemungkinan adanya sanksi kepada kantor akuntan publik, maupun terhadap akuntan publik oleh Bapepam LK. 3) Bagi Bapepam LK, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi implementasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan fungsinya sebagai pengawas aktivitas akuntan publik, dan ataupun kantor akuntan publik II. LANDASAN TEORI
Pergantian auditor secara umum dapat didefinisikan sebagai penggantian kantor akuntan publik dan penggantian auditor dalam rentang waktu tertentu dalam melakukan audit terhadap klien yang sama (Lai et al. 2005). Lebih lanjut menurut (Lai et al. 2005) pergantian auditor merupakan salah satu rekomendasi dalam menyikapi berbagai skandal akuntansi yang terjadi disebabkan oleh lamanya keterkaitan akuntan dengan kliennya. Johnson et al (2002) mendefinisikan pergantian auditor (audit tenure) sebagai berikut: “This is number of consecutive years that the audit firm (auditor) has audited the client”. Pergantian auditor (audit tenure) dapat didefinisikan sebagai jumlah tahun berturut-turut kantor akuntan publik (auditor) telah mengaudit klien. Pembatasan masa pemberian jasa di Indonesia diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No: 17/PMK.01/2008, dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa pelaksanaan jasa audit umum atas laporan keuangan untuk klien yang sama oleh KAP paling lama penugasan untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan seorang akuntan publik paling lama penugasan untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Lebih lanjut dalam ketentuan tersebut, dinyatakan bahwa jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP setelah 1(satu) tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut. Menurut Offermanns et al (2007), dari beberapa penelitian didapatkan bukti bahwa pergantian auditor merupakan hal yang penting sebagai sebuah ide terbaik yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Arel et al (2005) mengemukakan bahwa terkait dengan aturan penggantian kantor akuntan publik, sebagai suatu kebijakan terhadap kualitas audit yang lebih baik. Secara operasional, pertanyaan utama mengenai kualitas audit adalah apakah kebijakan tersebut dapat lebih meningkatkan kinerja audit melalui pendeteksian atau melaporkan kesalahan penyajian laporan keuangan, atau apakah pergantian auditor akan menurunkan kinerja audit. Lebih lanjut Arel et al (2005) mengemukakan bahwa, terdapat tiga masalah berkenaan dengan kualitas audit dan pergantian kantor akuntan publik, yaitu: keterbukaan terhadap manajemen klien, pendeknya perikatan, dan kepuasan pelanggan. Hasil penelitian Knechel et al (2007) menemukan adanya indikasi,bahwa lamanya perikatan dapat menyebabkan berkurangnya independensi auditor dalam pelaksanaan audit, dan juga menunjukkan lemahnya pengaruh pergantian auditor terhadap kenaikan ataupun penurunan kualitas. Sedangkan Jackson et al (2008) menemukan bahwa kualitas audit meningkat melalui adanya pergantian kantor akuntan publik, walaupun pergantian auditor menimbulkan tambahan biaya namun memberikan manfaat yang lebih besar bagi kantor akuntan publik.
2.1 Pergantian Auditor 2.2. Independensi Auditor
Proceedings SNEB 2014: Hal. 3
Definisi independensi menurut Arens et al (2012:87) adalah sebagai berikut: “Independence as consisting of two components: independence of mind and independence in appearance. “Independence of mind reflects the auditor’s state of mind that permits the audit to be performed with an unbiased attitude. Independence of mind reflects a long-standing requirement that members be independent in fact, Independence in appearance is the result of others’ interpretations of this independence”. Independensi adalah suatu sikap mental yang tidak bias dalam melaksanakan audit dan pelaporan keuangan (Bartlett, 1993), dan (Knapp, 1985) mendefinisikan independensi auditor adalah kemampuan auditor untuk menolak tekanan klien („auditor independence has been defined as the ability to resist client pressure”). Sedangkan Messier et al. (2008:59), mendefinisikan independensi adalah suatu pernyataan yang objektif berkaitan dengan kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in appearance) dimana tidak terdapat konflik kepentingan dalam memberikan penilaian. Beattie et al (1998) juga menyatakan bahwa terdapat empat faktor mendasar yang mempengaruhi independensi auditor yaitu: adanya ketergantungan auditor secara ekonomi terhadap auditee, persaingan pasar ekternal audit, pemberian jasa non-audit (nonaudit services/NAS) oleh auditor, dan kelemahan peraturan. Sedangkan The Institute of Chartered Accountant in England and Wales-ICAEW (2001) and International Federation of Accountants-IFAC (2001) mengidentifikasikan satu kerangka yang terdiri dari lima ancaman utama terhadap independensi atau objektivitas meliputi: kepentingan sendiri, penelaahan sendiri, dukungan, hubungan kekeluargaan atau kepercayaan, dan intimidasi (self-interest, self-review, advocacy, familiarity or trust, and intimidation threats)(Alleyne, 2006). Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa profesionalnya di pasar modal Indonesia, haruslah mengikuti ketentuan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam LK Nomor: Kep- 86/BL/2011, tentang “Independensi Akuntan Yang Memberikan Jasa Di Pasar Modal”, dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa sikap independen KAP dan Akuntan Publik dapat dipertahankan, jika tidak mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada klien (investasi pada klien), tidak mempunyai hubungan pekerjaan (merangkap sebagai karyawan kunci pada klien, memiliki anggota keluarga dekat yang bekerja pada klien sebagai karyawan kunci dalam bidang akuntansi atau keuangan, serta tidak sedang mendapat penugasan jasa non atestasi kepada klien (pembukuan, desain sistem informasi keuangan dan implementasinya, dan jasa-jasa lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan). Offermanns et al (2007) berpendapat bahwa, independensi auditor akan menurun dengan semakin lamanya hubungan antara partner dengan kliennya, hal
ini disebabkan karena adanya dampak phsikologi dalam hubungan tersebut. Sedangkan Carmichael and Swieringa (1968), menjelaskan bahwa independensi mencerminkan kualitas profesionalisme auditor, dan auditor harus tetap memelihara dan mempertahankan sikap independensinya dalam melaksanakan audit terhadap kliennya (Younkins, 1983 and Previts, 1985). Moore et al (2006), menemukan seperangkat skandal keuangan yang merupakan kunci kelemahan model bisnis di Amerika Serikat, hal ini disebabkan oleh kegagalan sistem auditing di Amerika Serikat yang mengabaikan independensi dalam artian yang benar. 2.3. Kualitas Audit Arens et al (2011:105) mendefinisikan kualitas audit adalah sebagai berikut: “Audit quality means how well an audit detects and reports material misstatement in financial statement. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while reporting is a reflection of ethics or auditor integrity, particularly independence”. Watts et al (1986:8) mendefenisikan kualitas audit adalah sebagai berikut: “Audit quality is the combined probability that the auditor will detect and report on defects in accounts”. Sedangkan menurut Taylor (2005), kualitas audit adalah perpaduan antara kualitas secara nyata dan persepsi terhadap kualitas, kualitas secara nyata adalah suatu tingkatan dimana kesalahan yang material di dalam pelaporan keuangan dapat dikurangi, sedangkan persepsi terhadap kualitas adalah bagaimana efektifitas pengguna laporan keuangan yakin bahwa auditor telah dapat mengurangi kesalahan penyajian yang material. Lebih lanjut Duff (2004:54) juga menyatakan bahwa kualitas audit dapat dipahami dari dua dimensi yaitu: kualitas teknis, dan kualitas jasa. Dimensi dari kualitas teknis meliputi: reputasi, kapabilitas, independensi, keahlian dan pengalaman, sedangkan dimensi dari kualitas jasa meliputi: responsif, jasa non-audit dan pemahaman terhadap bisnis klien. Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah bagaimana suatu audit dapat mendeteksi dan melaporkan kesalahan-kesalahan yang material dalam penyajian laporan keuangan, dan aspek pendeteksian menggambarkan independensi, kompentensi, dan etika auditor yang bertujuan untuk mengurangi salah saji yang material, mengindari risiko kegagalan audit dan optimalisasi hasil audit. Lebih lanjut Arens et al (2011:105) menjelaskan bahwa, secara umum terdapat 2 (dua) persepsi utama dari kualitas audit, meliputi: (1) ekspektasi/harapan publik dan pengguna laporan audit, dan (2) persepsi terhadap kemampuan auditor untuk memberikan opini secara objektif. Sedangkan
Proceedings SNEB 2014: Hal. 4
menurut Palmrose (1988), kualitas audit menunjukkan kemungkinan adanya penghapusan hal-hal yang material atau kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. DeAngelo (1981) menyampaikan bahwa kualitas audit berkaitan dengan risiko audit, dengan tingginya kualitas audit akan mempengaruhi rendahnya risiko audit. Standar auditing berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja, yang berkaitan dengan kualitas profesional auditor, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit, dan dalam laporan audit. Standar auditing yang digunakan di Indonesia adalah standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (Standar Profesional Akuntan Publik SPAP,2011). Hipotesis : Pergantian auditor dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit secara parsial dan simultan. III. PEMBAHASAN Melalui perhitungan nilai-nilai koefisien jalur, besar pengaruh masing-masing variabel (pergantian auditor dan independensi auditor) terhadap kualitas audit dengan hasil sebagai berikut. Tabel 1. Besar Pengaruh Pergantian auditor (PA )dan I Independensi auditor (IA) Terhadap Kualitasaudit(KA) Variabel
PA IA
Pengaruh Koefisien Pengaruh Tidak Sub Jalur Langsung Total Langsung Total (melalui) IA PA 0,309 9,6% 6,6% 6,6% 16,2 0,476 22,7% 6,6% 6,6% 29,3% Pengaruh Simultan 45,5%
Diantara kedua variabel independen, independensi auditor memberikan pengaruh yang paling besar terhadap kualitas audit, sebaliknya variabel pergantian auditor memberikan pengaruh yang paling kecil terhadap kualitas audit. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pergantian auditor dan independensi auditor terhadap kualitas audit sebesar 45,5%, dan sisanya sebesar 54,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar kedua variabel yang diteliti. Diantara kedua variabel tersebut, variabel independensi auditor memberikan pengaruh yang paling besar terhadap kualitas audit yaitu sebesar 29,3%, diikuti oleh variabel pergantian auditor sebesar 16,2%. Berdasarkan pengujian hipotesis didapatkan fakta bahwa independensi auditor berkontibusi besar terhadap kualitas audit, hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Levitt (2000), menyatakan bahwa
independensi adalah sesuatu yang utama dari profesi, hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dari kualitas pekerjaan auditor. Secara parsial dan langsung pergantian auditor memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap kualitas audit sebesar 9,6%. Kemudian pengaruh secara tidak langsung karena hubungannya dengan independensi auditor sebesar 6,6%. Secara simultan pergantian auditor memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 16,2% terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Offermanns et al (2007) pergantian auditor merupakan hal yang penting sebagai sebuah ide terbaik yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal senada juga dikemukakan oleh Knechel. W. Robert et al (2007) menemukan terdapat indikasi bahwa berkurangnya independensi auditor dalam pelaksanaan auditnya, karena lamanya perikatan kerja. Selanjutnya secara parsial dan langsung independensi auditor memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap kualitas audit sebesar 22,7%. Kemudian pengaruh secara tidak langsung karena hubungannya dengan pergantian auditor sebesar 6,6%. Secara simultan independensi auditor memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 29,3% terhadap kualitas audit IV. KESIMPULAN Pergantian auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, masalah rendahnya kualitas audit ini, diduga masih belum berjalannya regulasi pergantian auditor (pergantian Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik) secara optimal. Selanjutnya independensi auditor terutama independensi dalam penampilan berpengaruh terhadap kualitas audit, masalah terganggunya independensi auditor, diduga untuk mendapatkan dan mempertahankan klien, KAP mengandalkan hubungan baik dengan manajemen. REFERENSI Alleyne, Alvin, Philmore., Devonish, Dwayne., Alleyne, Peter. 2006. Perceptions of Auditor Independence in Barbados. Managerial Auditing Journal 21(6): pp. 621-635 Arel, Barbara, Brody, Richard G., and Pany, Kurt. 2005. Audit Firm Rotation and Audit Quality, The CPA Journal Arens, Alvin A., Elder, Randal J., and Beasley, Mark S. 2012. Auditing and Assurance Services, An Integrated Approach. 14th edition Pearson Education, Inc. New Jersey. Arens, Alvin A., Best, Peter., Shailer, Greg., Friedler, Brenton., Elder, Randal J., and Beasley, Mark S. 2011. Auditing, Assurance Services & Ethics in Australia, An Integrated Approach. 8th edition Pearson Australia.
Proceedings SNEB 2014: Hal. 5
Beattie, Vivien., and Fearnley, Stella. 1998. Auditor Changes and Tendering UK Interview Evidence. Accounting, Auditing & Accountability Journal 11(1) pp 72-98. Berita Pasar Modal. 2009. Bapepam Kenakan Sanksi Denda Rp.11,046 Miliar di tahun 2009. www.businessreview.co.id (15 Februari 2011) Carcello, Joseph., Nagy, Albert L. 2004. Audit Firm Tenure and Fraudulent Financial Reportting. Working Paper Seminar at Georgia State University, January 2004. DeAngelo, Linda E. 1981. Auditor Size and Audit Quality, Journal of Accounting and Economic (Desember 1981), pp.83-99. Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan. 2008. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan No.: KEP86/BL/2011, tentang, Independensi Akuntan Yang Memberikan Jasa Di Pasar Modal. ---------------------------------------------------------, Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan. 2008. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan No.: KEP41/BL/2008, tentang, Pendaftaran Akuntan Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal. Duff, Angus.2004. Auditqual: Dimensions of Audit Quality. University of Paisley. Published by: The Institute Chartered Accountants of Scotland. Edinburgh. Francis, Jere R., and Yu, Michael D. 2007. The Effect of Big Four Size on Auditing Quality. Presentation at the 2007 Annual Meeting of the American Accounting Association. Hatfield, Richard C., Jackson, Scott B., and Vandervelde, Scott D. 2007. The Effects of Auditor Rotation and Client Pressure on Proposed Audit Adjustments, Workshop, October 2007 at The University of South Carolina. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional Akuntan Publik, Diterbitkan oleh Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Jackson, Andrew B., Moldrich, Michael., and Roebuck, Peter. 2008. Mandatory Audit Firm Rotation and Audit Quality. Managerial Auditing Journal 23(5): pp. 420-437 Knapp, MC. 1985. Audit Conflict: an empirical study of the perceived ability of auditors to resist management pressure. The Accounting Review, Vol. 16 No.2, pp.20211.
Knechel, W. Robert., and Vanstraelen, Ann. 2007. The Relationship Between Auditor Tenure and Audit Quality Implied by Going Concern Opinions. Auditing: A Journal of Practice & Theory. 26(1): pp. 113-131. Levitt, Chairman, Arthur. 2000. Renewing The Covenant With Investors, Speech by SEC Chairman: U.S. Securities & Exchange Commission at Center for Law and Business New York University May 10, 2000. Meihendri, Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Kontinuitas Kantor Akuntan Publik Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (Survey Pada Kantor Akuntan Publik Anggota Forum Akuntan Pasar Modal). Disajikan pada Seminar Nasional Kerjasama Universitas Bung Hatta dengan Universitas Islam Indonesia, Padang 16 Januari 2014 Offermanns, Mona., Meuwissen R., Vanstraelen A. 2007. Audit Partner Tenure and Rotation in Germany- Does Rotation Improve Audit Quality?. University Maastricht. Palmrose, Zoe-Vonna. 1988. An Analysis of Auditor Litigation and Audit Service Quality. The Accounting Review,p.56. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2008. No.:17/PMK.01/2008, tentang Jasa Akuntan Publik. Rajendran M., and Devadasan S.R. 2005. Quality Audits: Their Status, Prowess and Future Focus. Managerial Auditing Journal 20(4): pp. 364-382 Sekaran, Uma.,and Bougie, Roger. 2010. Research Methods for Business, A Skill Building Approach, John Wiley & Sons ltd. UK. Sukrisno Agoes. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Edisi 4 Buku 1. Jakarta Penerbit Salemba Empat. ------------------------------------------------,. 2011. Audit Team Defence Mechanisms: Auditee Influence. Accounting and Business Reseach. Taylor, S. 2005. The Role of the audit partner in audit fee determination, Working paper, University of New South Wales, Sidney. Tempo interaktif, 13 April 2007. Izin Akuntan Publik Syafwan Dibekukan, www.tempointeraktif.com, (15 Februari 2011). ………………..., 20 Juli 2008. Menteri Keuangan Kembali Bekukan Izin Kantor Akuntan Publik. www.tempointeraktif.com, (15 Februari 2011).
Proceedings SNEB 2014: Hal. 6
Biodata Penulis Meihendri, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (Drs), Jurusan Akuntansi Universitas Bung Hatta Padang, lulus tahun 1986. Memperoleh gelar Magister Science (MSi) Program Pasca Sarjana Pada Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Yogyakarta, lulus tahun 1995. Memperoleh Akuntan (Ak) pada Pendidikan Profesi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang, lulus tahun 2005. Saat ini menjadi Dosen Tetap di Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang.
Proceedings SNEB 2014: Hal. 7
Proceedings SNEB 2014: Hal. 8