BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Situasi pasar saat ini semakin kompetitif dengan persaingan yang semakin meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), brand (merek) merupakan nilai utama pemasaran. Peran pemasaran akan semakin meningkat seiring dengan situasi persaingan yang semakin meningkat pula dan pada saat yang sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikan, brand bukan hanya sebagai sekedar identitas suatu produk dan sebagai pembeda dari produk pesaing saja, melainkan lebih dari itu, brand memiliki ikatan emosional istimewa yang tercipta antara konsumen dengan produsen. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama. Merek (brand) akan menjadi sumber daya saing yang bisa berlangsung lama dan bisa menjadi penghasil arus kas bagi perusahaan dalam jangka panjang (Janita, 2005:15). Produk yang memiliki brand yang kuat akan sulit ditiru karena persepsi konsumen atas nilai suatu brand tertentu tidak akan mudah diciptakan. Dengan ekuitas merek (brand equity) yang kuat, konsumen yang memiliki persepsi akan mendapatkan nilai tambah dari suatu produk yang tak akan didapatkan dari produk-produk lainnya. Menurut Aaker (1997:23), ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Aset
Universitas Sumatera Utara
dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek dapat dikelompokkan kedalam lima kategori, yaitu: loyalitas merek (brand loyalty), kesadaran nama (name awareness), kesan kualitas (perceived quality), Asosiasi merek (brand association), dan aset merek lainnya. Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain. Persepsi kualitas (perceived quality) adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas yang diharapkan. Konsumen akan menyukai dan mungkin menjadi loyal terhadap produk dengan persepsi kualitas yang tinggi. Asosiasi merek (brand association) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi merupakan pijakan dalam keputusan pembelian dan loyalitas merek. Pola konsumsi masyarakat kini telah banyak dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup. Makanan-makanan yang cepat saji atau instan kian digemari sebagai substitusi nasi. Salah satu dari makanan cepat saji itu adalah mie instan. Produk ini bahkan kian menjadi pilihan sebagai pengganti bahan makanan pokok. Pertimbangannya adalah kepraktisan, harga yang terjangkau, dan cukup mengenyangkan. Permintaan yang semakin meningkat ini menyebabkan persaingan yang semakin meningkat pula dikategori produk mie instan. Kondisi ini menuntut produsen mie instan untuk selalu meningkatkan kualitas produk dan mencermati kondisi pasar yang cenderung dinamis dengan cara mengidentifikasi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
dan keinginan konsumen yang heterogen, sehingga dapat diketahui dengan jelas kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut sesuai dengan karakteristik dari masing-masing segmen. Beberapa produk mie instan yang disetujui beredar di pasar berdasarkan data Badan POM RI Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Produk-Produk Mie Instan Berdasarkan Data Badan POM RI Tahun 2007 No Nama Produk Nama Perusahaan 1 Al Maharaja CV. Pacivic Harvest 2 Cap Harimau Perusahaan Mie Gunung Mas 3 Cap Naga Perusahaan Mie Gunung Mas 4 Cap Nelayan Perusahaan Mie Sidorejo 5 Cap Orang Mancing Ikan Perusahaan Mie Sidorejo 6 Syukuran PT. Gema Guntur Perkasa 7 Menjangan PT. Gema Guntur Perkasa 8 29 (Dua Sembilan) PT. Gema Guntur Perkasa 9 Cho-Yang PT. Gema Guntur Perkasa 10 Double Happiness PT. Gema Guntur Perkasa 11 50 (Lima Puluh) PT. Gema Guntur Perkasa 12 Jo-Shua PT. Gema Guntur Perkasa 13 Indomie PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 14 Indofood PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 15 Sakura PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 16 Pop Mi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 17 Sarimi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 18 Supermi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 19 Cap 3 Ayam PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 20 Gaga-100 PT. Jakarana Tama Food Industry 21 A-1 PT. Jakarana Tama Food Industry 22 Gaga PT. Jakarana Tama Food Industry 23 Little Curly PT. Jakarana Tama Food Industry 24 Karomah PT. Jakarana Tama Food Industry 25 King PT. Jakarana Tama Food Industry 26 Gaga Kriyuk-Kriyuk PT. Jakarana Tama Food Industry 27 Gaga Kriaak PT. Jakarana Tama Food Industry 28 Nissinmi (MantaapRasanya) PT. Nissin Mas 39 Alhami PT. Olagafood Indutri Makanan & Minuman 30 Selera Rakyat PT. Pepami Indonesia 31 Cap Cakrawala Merah PT. Pepami Indonesia 32 Wingsfood Sedaap PT. Prakarsa Alam Segar (Grup Wingsfood) 33 Kantik PT. Prakarsa Alam Segar 34 Cinta-Mi PT. Sentrafood Indonusa
Universitas Sumatera Utara
35 UKM WAY PT. Sentrafood Indonusa 36 CNI Mie Sehati PT. Sentrafood Indonusa 37 Superior PT. Tiga Pilar Sejahtera 38 Spider PT. Tiga Pilar Sejahtera 39 Filtra PT. Tiga Pilar Sejahtera Sumber: www.scribd.com (diakses tanggal 20 Januari 2010, pukul 09.00 WIB) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pernah menjadi penguasa mutlak pasar mie instan di Indonesia pada tahun 2002, bahkan menguasai sekitar 90% pangsa pasar mie instan dengan produk andalannya Indomie. Namun, Indofood sempat terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari WingsFood yang menyebabkan Indofood kehilangan pangsa pasarnya (www.swa.com). Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa Indofood sebagai penguasa pangsa pasar mie instan di Indonesia masih harus berkompetisi dengan lebih dari 30 brand mie instan yang siap menggerus ceruk pasar Indomie. Jumlah pangsa pasar mie instan pada tahun 2003, 2005, dan 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini Tabel 1.2 Pangsa Pasar Mie Instan Tahun 2003, 2005, dan 2007 Tahun 2003 Tahun 2005 Tahun 2007 Brand Pangsa Brand Pangsa Brand Pangsa Pasar Pasar Pasar Indomie 75,5% Indomie 66,3% Indomie 65,3% Supermi 10,1% Mie Sedaap 13,4% Mie Sedaap 22,9% Sarimi 3,7% Supermi 7,1% Supermi 3,4% Mie 100 2,3% Sarimi 2,2% Gaga 100 2,6% Gaga Mie 1,8% Gaga 100 2,5% Sarimi 1,0% Mie ABC 1,1% Mie 100 2,4% Alhami 1,0% Mie 100 2,3% Alhami 1,9% Kare 0,7% Pop Mie 0,6% ABC 0,6% ABC 0,6% Salamie 0,5% Alhami 100 0,5% Sumber: www.finance.dir.groups.yahoo.com (diakses tanggal 20 Januari 2010, pukul 09.15 WIB)
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1.2, terlihat bahwa pangsa pasar Indomie tetap berada pada urutan pertama, meskipun jumlah pangsa pasar Indomie cenderung menurun setiap tahun. Mie Sedaap yang diproduksi PT Sayap Mas Utama (Grup Wingsfood) berhasil meraih 22,9% pangsa pasar pada tahun 2007 dan membayangi Indomie di posisi kedua, meskipun Mie Sedaap baru muncul pada bulan Mei 2003. Hal ini merupakan sebuah prestasi awal Mie Sedaap dalam kurun waktu 4 tahun, jika dibandingkan dengan Indomie yang sudah berhasil masuk ke pasar mie instan lebih dari 15 tahun yang lalu. (www.dzumar.wordpress.com) Volume penjualan Indomie tahun 2008 juga menurun, menyusul menurunnya pangsa pasar pada tahun-tahun sebelumnya. Volume penjualan Indomie pada tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini: Tabel 1.3 Volume Penjualan Indomie Tahun 2007 dan 2008 Tahun Volume Penjualan (bungkus) 2007 12,03 milyar 2008
10,82 milyar
Sumber: www.indofood.com (diakses tanggal 31 Oktober 2009 pukul 14.00 WIB) Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa volume penjualan Indomie menurun dari 12,03 miliar bungkus (tahun 2007) menjadi 10,82 miliar bungkus (tahun 2008). Padahal, Indomie dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan dan bahkan dianugerahi Diamond ICSA (tahun 2008) yang merupakan simbol penghargaan atas kepemimpinan Indomie dikategori mie instan selama 8 tahun berturut-turut (www.indofood.com). Indomie tidak boleh lengah pada tahap ini, dalam artian Indomie masih tetap harus mengadakan promosi untuk me-
Universitas Sumatera Utara
remind customer bahwa Indomie masih exsist dan selalu berinovasi untuk mengembangkan kembali produk maupun strategi promosinya. Indofood berinisiatif menambahkan ekstra bawang goreng pada produk Indomie untuk meningkatkan perceived quality di benak konsumen. Indomie juga diperkaya dengan berbagai varian Indomie yang memiliki cita rasa khas nusantara. Selain itu, Indofood menggunakan selebritis dalam beberapa promosi Indomie, yakni dengan menggunakan ”Tiga Diva” dan Gita Gutawa untuk memperkuat brand association Indomie. Indofood selalu berupaya memposisikan Indomie sebagai produk yang berkualitas dan memiliki asosiasi positif di benak konsumen, agar loyalitas merek Indomie dapat dipertahankan di tengah pasar mie instan yang semakin kompetitif. Mahasiswa adalah salah satu segmen yang ingin dituju oleh Indomie. Indomie erat kaitannya dengan mahasiswa, karena Indomie merupakan makanan yang praktis dengan harga yang terjangkau. Disamping itu, mahasiswa termasuk dalam segmen smart customer yang membutuhkan banyak pertimbangan sebelum melakukan peralihan terhadap suatu produk yang telah digunakan. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) sudah tidak asing lagi dengan brand Indomie. Hasil pra survey dengan metode wawancara menyatakan bahwa 13 dari 15 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara lebih menyukai Indomie dibandingkan dengan merek-merek mie instan lainnya. Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik untuk membuat suatu penelitian yang berjudul: ”Pengaruh Perceived Quality dan Brand Association Terhadap Brand Loyalty Mie Instan Merek Indomie (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara)”
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. ”Apakah perceived quality dan brand association berpengaruh signifikan secara simultan terhadap brand loyalty mie instan merek Indomie pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara?” 2. ”Apakah perceived quality dan brand association berpengaruh signifikan secara parsial terhadap brand loyalty mie instan merek Indomie pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara?”
C. Kerangka Konseptual Menurut Durianto (2001:97), perceived quality dapat didefenisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Menurut Aaker (1997:28), kesan kualitas akan mempengaruhi langsung keputusan pembelian dan loyalitas merek, khususnya ketika seorang pembeli tidak termotivasi atau tidak sanggup mengadakan analisis yang mendetail. Menurut
Ferrinadewi (2008:61), konsumen
memiliki keterbatasan
informasi terhadap suatu produk. Keterbatasan konsumen disebabkan karena terbatasnya pengetahuan mereka tentang cara pembuatan suatu produk atau bahkan konsumen tidak memiliki cukup banyak waktu melakukan penilaian. Akibatnya konsumen cenderung untuk mengandalkan atribut entrinsik seperti nama merek, nama toko, iklan, persediaan, dan harga dalam mengevaluasi
Universitas Sumatera Utara
kualitas produk. Atribut entrinsik produk ini berperan sebagai jalan pintas yang menyediakan sejumlah informasi bagi konsumen dalam melakukan evaluasi. Menurut Aaker (1997:160), segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek disebut asosiasi merek. Asosiasi-asosiasi menjadi pijakan dalam keputusan-keputusan pembelian dan loyalitas merek. Oliver dalam Tjiptono (2005:387) mengemukakan bahwa loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek. Berdasarkan teori-teori tersebut, dapatlah dibuat skema sistematis kerangka konseptual penelitian, yaitu:
Perceived Quality (X1) Brand Loyalty (Y) Brand Association (X2)
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian. Sumber: Berdasarkan teori Aaker (1997) yang diolah oleh penulis
Universitas Sumatera Utara
D. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan teori-teori pendukung, maka penulis merumuskan hipotesis berikut: 1. Perceived quality dan brand association berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap brand loyalty mie instan merek Indomie pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. 2. Perceived quality dan brand association berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap brand loyalty mie instan merek Indomie pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived quality dan brand association terhadap brand loyalty mie instan merek Indomie pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan Sebagai sarana untuk memberikan sumbangan penilaian bagi perusahaan yang diteliti sehingga dapat diterapkan di masa mendatang b. Bagi Penulis Sebagai wahana melatih menulis dan berfikir alamiah pada bidang manajemen pemasaran khususnya berkaitan dengan bidang pengelolaan brand pada perusahaan
Universitas Sumatera Utara
c. Bagi Peneliti Lain Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang ingin melakuka n penelitian khususnya pada kajian yang sama yang berkenaan dengan masalah brand.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Penelitian ini mengkhususkan pembahasan mengenai pengaruh hubungan perceived quality dan brand association terhadap brand loyalty mie instan merek Indomie. Penelitian ini dikhususkan pada batasan operasional sebagai berikut: a. Variabel yang dianalisis penulis dalam penelitian ini adalah: perceived quality (X1) dan brand association (X2) sebagai variabel independen, serta brand loyalty (Y) sebagai variabel dependen. b. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif hingga semester genap periode 2009/2010. 2. Definisi Operasional Variabel a. Perceived Quality (X1) Perceived quality (persepsi kualitas) mencerminkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan mie instan merek Indomie. Variabel perceived quality diukur dengan menggunakan 4 indikator yang diolah dari teori Aaker (1997:133) dan Duriano, dkk (2001:106), yaitu: 1) Cita rasa 2) Karakteristik produk 3) Ketahanan produk
Universitas Sumatera Utara
4) Kualitas produk b. Brand Association (X2) Brand association (asosiasi merek) merupakan kesan yang muncul di benak konsumen setelah melakukan penilaian terhadap merek mie instan pilihan dibandingkan dengan merek mie instan lainnya. Variabel brand association diukur dengan menggunakan 4 indikator yang diadopsi dari teori Aaker (1997:169), yaitu: 1) Atribut produk 2) Harga 3) Selebtiti pendukung 4) Pesaing c. Brand Loyalty (Y) Brand loyalty (loyalitas merek) merupakan keterikatan konsumen terhadap sebuah merek mie instan yang mencakup rasa kesetiaan dan kepuasan konsumen terhadap merek mie instan pilihan dibandingkan dengan merek mie instan lainnya. Variabel brand loyalty diukur dengan menggunakan 3 indikator yang diadopsi dari teori Aaker (1997:63), yaitu: 1) Rasa suka 2) Kepuasan 3) Komitmen
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.4 Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Operasional Indikator Perceived Persepsi pelanggan terhadap 1. Cita rasa Quality keseluruhan kualitas/keunggulan 2. Karakteristik produk (X1) mie instan merek Indomie. 3. Ketahanan produk 4. Kualitas produk Brand Kesan yang muncul dibenak 1. Atribut produk Association konsumen setelah melakukan 2. Harga (X2) penilaian terhadap merek mie instan 3. Selebriti pilihan dibandingkan dengan merek pendukung 4. Pesaing mie instan lainnya Brand Keterikatan konsumen terhadap 1. Rasa suka Loyalty sebuah merek mie instan yang 2. Kepuasan (Y) mencakup rasa kesetiaan dan 3. Komitmen kepuasan konsumen terhadap merek mie instan pilihan dibandingkan dengan merek mie instan lainnya. Sumber: Aaker (1997), Durianto, dkk (2001), diolah
Skala Likert
Likert
Likert
3. Skala Pengukuran Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah variabel perceived quality, variabel brand association, dan variabel brand loyalty yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Sekaran (2006:31) menyatakan bahwa skala Likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada skala 5 titik dengan susunan pada Tabel 1.5 sebagai berikut: Tabel 1.5 Skor Pernyataan No
Pernyataan
Skor
1
Sangat Setuju (SS)
5
2
Setuju (S)
4
3
Kurang Setuju (KS)
3
4
Tidak Setuju (TS)
2
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Universitas Sumatera Utara
4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakuka n di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di jalan Dr.Mansyur No.7 Medan, tepat di samping Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2010 hingga Februari 2010. 5. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin diteliti (Sekaran, 2006:121). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang masih aktif hingga semester genap periode 2009/2010 dan pernah mengkonsumsi mie instan merek Indomie. Oleh karena itu, populasi ini merupakan populasi yang tidak terbatas karena tidak dapat diketahui secara pasti jumlah sebenarnya dari mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan Indomie. b. Sampel Sampel untuk populasi yang tidak terbatas atau tidak diketahui secara pasti jumlahnya dapat ditentukan dengan rumus (Supramono, 2003:52): n = (Zα)2 (p)(q) d2 Keterangan : n
= Jumlah sampel
(Zα)
= Nilai tabel Z berdasarkan tingkat signifikan tertentu (α)
p
= Estimator proporsi populasi yang sesuai kriteria sampel
q
= Proporsi populasi tidak sesuai kriteria sampel (1 – p)
d
= Penyimpangan yang ditolerir
Universitas Sumatera Utara
Nilai p ditetapkan sebesar 90% (q = 10%), nilai α = 5%, dan d = 5%. Maka jumlah sampel adalah : n
= (Zα)2 (p)(q) d2 = (1,96)2 (0,9)(0,1) (0,05)2 = 138, 29 = 138
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan yang memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2006:136). Kriteria yang ditetapkan yaitu: mahasiswa yang mengkonsumsi Indomie minimal dua kali dalam sebulan. 6. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yakni : a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan (questioner) dan wawancara (interview) kepada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif hingga semester genap periode 2009/2010. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data primer yang diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data ini diperoleh melalui
Universitas Sumatera Utara
studi dokumentasi yang diperoleh dari buku, jurnal, internet, yang dapat menjadi referensi pendukung yang dapat diolah lebih lanjut. 7. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: a. Daftar pertanyaan (questioner) Daftar pertanyaan (questioner) diberikan kepada konsumen yang terpilih sebagai responden yaitu mahasiswa fakultas Psikologi USU Medan yang masih aktif hingga semester genap periode 2009/2010. b. Wawancara Wawancara yaitu wawancara langsung kepada mahasiswa Fakultas Psikologi USU Medan yang masih aktif hingga semester genap periode 2009/2010. c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data melalui buku, jurnal, internet, dan majalah yang menjadi bahan referensi pendukung. 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. a. Uji Validitas Ginting dan Situmorang (2008:172) menyebutkan bahwa validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar.
Universitas Sumatera Utara
Uji validitas ini dilakukan pada 30 orang mahasiswa Fakultas Psikologi USU. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for Windows, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2) Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid. b. Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for Windows. Menurut Ghozali (2005) dalam Ginting dan Situmorang (2008:185), suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 atau nilai Cronbach Alpha > 0,80 9. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Merupakan metode yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti. b. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat atau menguji suatu model yang termasuk layak atau tidak layak digunakan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen mengikuti atau mendekati distribusi normal (Situmorang, dkk, 2008:55) 2) Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. 3) Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji suatu model apakah dalam model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Hubungan linier antar variabel independen inilah yang disebut dengan multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Menurut Situmorang, dkk (2008), adanya multikoliniearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 5, dimana: a) Tolerance value < 0,1 atau VIF > 5 maka terjadi multikolinieritas b) Tolerance value > 0,1 atau VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinieritas
Universitas Sumatera Utara
c. Metode Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengadakan prediksi nilai dari variabel terikat yaitu brand loyalty (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yang terdiri dari perceived quality (X1) dan brand association (X2) sehingga dapat diketahui pengaruh positif atau negatif faktor-faktor tersebut terhadap brand loyalty (loyalitas merek) mie instan merek Indomie di Fakultas Psikologi USU. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 15.0 for windows. Adapun model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y
= brand loyalty (loyalitas merek) mie instan merek Indomie
X1
= perceived quality (persepsi kualitas)
X2
= brand association (asosiasi merek)
a
= konstanta
b1b2
= koefisien regresi variabel X
e
= error term Suatu perhitungan secara statistik disebut signifikan secara statistik apabila
nilai uji statistiknya berada di dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima.
Universitas Sumatera Utara
d. Uji Hipotesis Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik akan digunakan untuk menganalisis kelanjutan data melalui pengujian hipotesis sebagai berikut : 1) Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Uji-F dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah ada pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y). Model hipotesis yang digunakan dalam uji F statistik ini adalah : a) Ho : b1 = b2 = 0, artinya variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa variabel perceived quality dan brand association secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y), yaitu brand loyalty. b) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa variabel perceived quality dan brand association secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y), yaitu brand loyalty. Kriteria uji yang digunakan yaitu : a) H0 diterima bila F hitung < F tabel pada α = 5% b) Ha diterima bila F hitung > F tabel pada α = 5%
Universitas Sumatera Utara
2) Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) Uji-t dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (X1) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial. Bentuk pengujiannya adalah: a) H0 : b1, b2 = 0, artinya variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa variabel perceived quality dan brand association secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) yaitu brand loyalty. b) Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa variabel perceived quality dan brand association secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) yaitu brand loyalty. Kriteria pengambilan keputusan: a) H0 diterima jika thitung < t tabel pada α = 5% b) Ha diterima jika thitung > t tabel pada α = 5% 3) Pengujian Koefisien Determinan (R2) Koefisiensi determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1 dan X2) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara