BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Bahan baku merupakan hal yang penting dalam proses produksi. Ketersediaan bahan
baku yang ada nantinya akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Proses produksi tidak akan berjalan lancar apabila bahan baku datang terlambat atau bahkan tidak memenuhi standar yang telah ditentukan. Tidak hanya kekurangan bahan baku, kelebihan bahan baku yang dipesan juga akan merugikan perusahaan. Penumpukan bahan baku akan menjadi masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika ada barang yang rusak selama dalam penyimpanan. Sistem pasokan bahan baku dalam industri agrobisnis merupakan faktor yang penting untuk keberlangsungan industri ini. Rantai pasokan nantinya akan membentuk suatu integrasi yang berawal dari penyediaan bahan baku hingga menjadi produk yang akan disalurkan kepada konsumen. Dalam rantai pasokan tersebut akan melibatkan beberapa pihak dengan peran masing-masing yang saling memiliki keterkaitan. Kontribusi peran disetiap pihak merupakan hal yang akan diteliti dan dikaji sehingga dapat menghasilkan data yang akan menggambarkan kesalahan sehingga mendorong terjadinya perbaikan dalam rantai pasokan yang terpadu dan akhirnya mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara tepat. Tingkat kebutuhan bawang masyarakat Indonesia sebagai bahan baku pokok sangatlah tinggi. Pertumbuhan penduduk dan tingkat kebutuhan masyarakat yang tinggi, jika tidak terpenuhi akan menjadi masalah. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu menurunnya petani penanam bawang, faktor cuaca yang mempengaruhi kesuburan tanah, dan lain-lain. Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, pada Februari dan minggu pertama Maret 2013, harga bawang putih dan bawang rata-rata naik 31,38
1
persen. Harga bawang putih bermula dari Rp 15.000 lalu meningkat menjadi Rp 60.000 per kilogram. Dikhawatirkan kenaikan harga bawang putih dan bawang merah akan menyumbang inflasi terbesar untuk bulan Maret 2013. Pada Februari 2013 inflasi terbesar disumbang oleh kenaikan harga bawang putih dan bawang merah yaitu sekitar 16%. Menurut para konsumen dan pedagang kenaikan harga bawang tersebut karena impor bawang dari negara pemasok dihentikan. Dari anggapan banyak pihak, termasuk Menteri Pertanian Suswono mengatakan bahwa produksi bawang putih lokal hanya bisa memenuhi kurang dari 10% konsumsi dalam negeri. Sebagai akibat dari kebutuhan dalam negeri yang tidak terpenuhi, maka terjadi lonjakan harga tidak dapat terhentikan, bahkan para pedagang sempat tidak bisa menjual bawang tersebut karena harga kulakan yang sudah tidak terjangkau, para pedagang tidak lagi membawa bawang putih dalam daftar sayur yang akan pedagang jual. Jenis bawang lainnya yang tidak lagi dibawa ke pasar adalah bawang merah yang harganya pada bulan Maret berkisar pada angka Rp 45 ribu per kg, hal tersebut juga berpengaruh bagi pelaku bisnis kuliner yang mengganti bahan baku bawang dengan bahan penyedap lain atau bumbu masak instan. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi kualitas produksi bagi perusahaan khususnya para pelaku binis di bidang kuliner, karena pelaku bisnis tidak dapat menggunakan bahan baku yang harganya tidak terjangkau tersebut. Isu ini bila dikaitkan dengan rantai pasokan, kendalanya terdapat di produsen yaitu petani bawang yang tidak dapat menyediakan kebutuhan bawang untuk konsumen maupun pasar. Kecenderungan harga bawang yang stabil selama ini disebabkan karena pasokan impor, sehingga apabila pemasok bawang putihimpor tidak mampu menyamai pasokan bawang putih dalam negeri yang selama ini terjadi, maka akan berimbas pada kelangkaan dan macetnya ketersediaan bawang karena tidak ada petani yang menanam bawang putih lagi. Perhatian yang selama ini diberikan pemerintah dan para
2
pelaku bisnis dalam menjawab masalah ini masih sangat minim. Padahal pemecahan masalah ini mungkin akan memiliki dampak sosial ekonomi yang sangat luas. Perbaikan manajemen rantai pasokan akan membawa peningkatan terhadap kemampuan para petani dalam menciptakan nilai tambah. Perbaikan atas kemampuan dalam menciptakan nilai tambah pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan para petani yang terlibat di dalam industri ini, untuk itu dibutuhkan suatu upaya pemanfaatan sumber daya pertanian secara berkelanjutan. Penyedia bawang putih dalam rantai pasokan diasumsikan sebagai pemasok, petani berperan sebagai manufaktur atau produsen, pengepul sebagai distributor, pedagang sebagai pengecer, dan yang terakhir pelaku bisnis kuliner dan ibu rumah tangga sebagai konsumen akhir. Oleh sebab itu penelitian ini berjudul“Pemetaan Rantai Pasokan Bawang Putih dan Identifikasi Penyebab Kenaikan Harga Bawang Putih : Studi di Wilayah Yogyakarta”.
1.2
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dengan demikianpertanyaan yang menarik untuk dijawab
dalam penelitian ini adalah: 1. Siapayang terlibat dalam proses rantai pasokan bawang putih dan apaperan masingmasing pelaku tersebut? 2. Apa faktor penyebab kenaikan harga bawang putih yang terjadi?
1.3
BATASAN MASALAH Untuk memfokuskan penelitian dibutuhkan batasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dilakukan di daerah pertanian dan persebaran bahan baku bawang putih di wilayah Yogyakarta untuk mengidentifikasi peran dari petani, distributor, retailer, dan konsumen akhir.
3
2. Distributor
terbatas
pada
pihak
yang mendistribusikan
bawang
putih
ke
wilayahYogyakarta dan sekitarnya. 3. Penelitian ini hanya akan mencakup perkembangan kenaikan harga bawang putih dalam kurun waktu lima bulan terakhir, dari bulan Maret-Juni 2013.
1.4
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran pelaku kegiatan rantai
pasokan dan mengidentifikasi penyebab kenaikan harga bawang putih di mengidentifikasi penyebab kenaikan harga bawang putih di wilayah Yogyakarta. Masalah ini dapat diidentifikasi dari masing-masing pelaku usaha yang mengakibatkan kenaikan harga bawang putih tersebut terjadi.
1.5
MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini menunjukkan identifikasi penyebab kenaikan harga bawang putih yang terjadi didalam rantai pasokan bawangputih. 2. Bagi peneliti, dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan, dengan perkembangan yang terjadi pada saat ini. 3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan penelitian lebih lanjut oleh peneliti sesudahnya agar dapat terus mengikuti perkembangan jaman.
4
1.6
SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bab 1: PENDAHULUAN Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan. b. Bab 2: LANDASAN TEORI Landasan teori berisi tentang teori serta konsep yang digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah dalam penelitian dan sebagai acuan untuk pembahasan permasalahan. c. Bab 3: METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi tentang metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini. Memaparkan penjelasan tentang bagaimana metode penulisan dilakukan untuk membahas permasalahan penelitian. Hal tersebut meliputi : jenis penelitian, model penelitian, definisi penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
d. Bab 4: ANALISIS DATA Analisis data menjelaskan tentang analisis hingga pembahasan data dari hasil wawancara, studi literatur dan pengumpulan dokumen serta temuan langsung di lapangan. e. Bab 5: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diharapkan akan mampu membantu semua pelaku rantai pasokan bawang putih dan saran untuk penelitian selanjutnya.
5