BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Biaya modal ekuitas (Cost of equity capital) merupakan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait dengan keinginan perusahaan untuk memperoleh investasi baru dalam perusahaan tersebut. Kebutuhan akan dana (investasi) baru ini tentu akan menjadi pertimbangan manajemen perusahaan dalam menentukan sumber yang akan dipilih apakah dengan memperoleh investor baru atau dengan menambah utang, tentunya pilihan ini mempunyai konsekuensi biaya bagi perusahaan. Bagi perusahaan hal yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan pendanaan perusahaan terpenuhi dengan biaya yang wajar. Dengan demikian maka manajemen harus bisa mengelola informasi perusahaan dalam laporan keuangan menjadi lebih baik dan terpercaya, sehingga investor merasa nyaman dengan informasi tersebut dan tidak menuntut return yang lebih besar. Semakin tinggi tingkat return yang disyaratkan maka biaya modal akan semakin meningkat, Imran (2011). Biaya modal perusahaan keseluruhan akan mencerminkan biaya-biaya yang dikombinasikan dari semua sumber keuangan yang digunakan perusahaan. Biaya tersebut mencerminkan proporsi pembiayaan total dari masing-masing sumber, dan merupakan tingkat pengembalian hasil yang harus didapatkan perusahaan, sehingga dapat memberi kompensasi kepada kreditor dan pemegang saham dengan tingkat pengembalian hasil yang
1 Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan. Perusahaan perlu menghitung biaya modalnya untuk membuat keputusan investasi dan untuk menentukan kompensasi insentif dan mencoba menjaganya untuk tetap sederhana. Tabel 1.1 Biaya Modal Ekuitas Perusahaan Manufaktur Tahun 2011-2013 Emiten
Biaya Modal Ekuitas 2011
%
2012
%
2013
ALMI
1.147881489
88.55
2.164303345
18.39
2.562309721
AKPI
0.274779759
165.22
0.728779266
57.36
1.146817207
ARNA
-0.045867484
1602.45
-0.780871822
6.20
-0.829270138
AMFG
-0.123380589
81.48
-0.223916218
-126.68
0.059731731
APLI
0.956098891
-25.77
0.709742584
88.30
1.336442963
Sumber: data diolah. Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat dilakukan analisis sementara. Biaya modal ekuitas PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI), PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI), dan PT Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA) mengalami kenaikan berturut-turut selama tiga tahun. Berbeda dengan PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) yang biaya modal ekuitasnya mengalami kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 namun mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Sedangkan PT Asiaplast Industries Tbk (APLI), biaya modal ekuitasnya mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 namun mengalami peningkatan kembali pada tahun 2013. Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik dikarenakan biaya modal yang berubah-ubah setiap tahunnya, maka perlu untuk mengkaji lebih mendalam mengenai penyebab meningkat dan menurunnya biaya modal ekuitas. Fenomena lainnya mengenai biaya modal ekuitas adalah semua
2 Universitas Sumatera Utara
investor menginginkan adanya keuntungan atau imbal hasil saham yang diinvestasikan secara kontiniu, namun berdasarkan data laporan keuangan dari 72 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2012, terdapat 13 perusahaan yang tidak membagikan dividen, namun laba per lembar saham atau earnings per share mengalami kenaikan yang signifikan yaitu antara 40%-600%, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah laba yang diperoleh perusahaan benar atau tidak, dan apakah terdapat praktik manajemen laba di perusahaan. Untuk mengantisipasi risiko tersebut investor harus lebih teliti lagi ketika mengambil keputusan investasi. Informasi yang dibutuhkan untuk menentukan besarnya biaya modal biasanya
dapat
diketahui
apabila
perusahaan
mengungkapkannya.
Pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham untuk memahami isi dan angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Kegagalan dalam memahami laporan keuangan mengakibatkan beberapa perusahaan mengalami kesalahan penilaian (misvalued), baik undervalued maupun overvalued, (Wicaksono, 2011). Hal ini menyebabkan pemegang saham mempertanyakan relevansi dari laporan keuangan tersebut dalam pengambilan keputusan. Luas atau sempitnya suatu pengungkapan merupakan pilihan dari perusahaan. Ketika perusahaan tidak mengungkapkan informasi yang cukup, maka informasi yang diserap oleh pasar hanya sedikit sehingga dapat menyebabkan kegagalan pasar. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah
3 Universitas Sumatera Utara
membentuk suatu badan regulasi yang menjadi otoritas pengungkapan, yaitu Bapepam. Jenis pengungkapan yang diwajibkan oleh Bapepam disebut pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Informasi yang termasuk pengungkapan wajib dapat dilihat dalam keputusan ketua Bapepam Kep134/BL/2006 yang dikeluarkan Bapepam pada tanggal 7 Desember 2006. Selain mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh Bapepam, beberapa perusahaan mengungkapkan informasi tambahan yang dianggap relevan untuk pengambilan keputusan bagi pemegang saham. Pengungkapan yang melebihi pengungkapan wajib yang diatur oleh pemerintah dan menggambarkan keputusan pengungkapan informasi tambahan secara bebas oleh manager disebut pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa pengungkapan sukarela mengungkapkan informasi-informasi selain yang diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-134/BL/2006 atau yang dinamakan Peraturan Bapepam Nomor X.K.6. Bapepam selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal di Indonesia telah mengeluarkan beberapa aturan tentang pengungkapan yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang go public. Peraturan tersebut dimaksudkan untuk melindungi dari adanya kesenjangan informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya.
.
Kesenjangan informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham
4 Universitas Sumatera Utara
tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Glosten dan Milgrom (1985) dalam Lobo dan Zhou (2001) mengatakan bahwa peningkatan informasi dalam pengungkapan laporan keuangan akan menurunkan kesenjangan informasi. Dengan demikian, peningkatan pengungkapan menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya kesenjangan informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya. Manajemen laba menyebabkan banyak informasi yang harus diungkap oleh perusahaan, sehingga berkonsekuensi terhadap meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik. Manajemen laba meningkat seiring dengan meningkatnya biaya modal ekuitas yang dikeluarkan perusahaan, Utami (2005). Penelitian empiris tentang faktor penentu biaya modal ekuitas telah dilakukan oleh Chancera (2011), manajemen laba yang diukur dengan menggunakan akrual modal kerja dengan penjualan, berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Namun hal demikian tidak didukung oleh penelitian Adriani (2013) yang menyatakan manajemen laba yang diukur dengan DA tidak berpengaruh terhadap biaya modal.
5 Universitas Sumatera Utara
Pengungkapan Sukarela juga mempengaruhi besar kecilnya biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan, seperti dalam pernyataan Siti Asiah Murni (2004) bahwa ada hubungan antara luas ungkapan sukarela terhadap cost of equity capital perusahaan. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Purwanto (2012) yang menyatakan luas ungkapan sukarela tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam laporan tahunan perusahaan terhadap cost of equity capital perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pengungkapan sukarela sebagai variabel intervening sedangkan pada penelitian terdahulu pengungkapan sukarela sebagai variabel independen dan tahun penelitian perusahaan yang akan diteliti dari tahun 2011 hingga 2013 yang memiliki jarak waktu yaitu tiga tahun terakhir. Penelitian ini juga lebih terfokus menggunakan data populasi dan jumlah sampel perusahaan dari perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sedangkan tidak semua penelitian terdahulu meneliti perusahaan manufaktur. Dengan perbedaan tersebut diharapkan dengan hasil penelitian yang akan dilakukan ini memberikan manfaat kepada peneliti selanjutnya dan pihak-pihak yang membutuhkan. Berdasarkan fenomena dan perbedaan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka perlu untuk mengkaji lebih mendalam mengenai hal-hal yang mempengaruhi biaya modal ekuitas dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas dengan Pengungkapan Sukarela sebagai Variabel
6 Universitas Sumatera Utara
Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1.
Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela?
2.
Apakah manajemen laba dan pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas baik secara simultan maupun parsial?
3.
Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas melalui pengungkapan sukarela?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela.
2.
Untuk mengetahui apakah manajemen laba dan pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas baik secara simultan maupun parsial.
3.
Untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas melalui pengungkapan sukarela.
1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan:
7 Universitas Sumatera Utara
1.
Bagi Peneliti, memberi manfaat berupa tambahan pengetahuan empiris tentang pengaruh Manajemen Laba dan Pengungkapan Sukarela terhadap Biaya Modal Ekuitas, disamping pengetahuan konseptual yang dimiliki.
2.
Bagi Praktisi, memberi masukan dalam pengambilan keputusan mengenai pengaruh Manajemen Laba dan Pengungkapan Sukarela terhadap Biaya Modal Ekuitas pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
3.
Bagi
Peneliti
selanjutnya,
sebagai
bahan
masukan
untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis.
8 Universitas Sumatera Utara