BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 19541, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat perang dan kerja sama reparasi ekonomi. Kemudian di tahun 1970-an, Jepang terkena imbas Oil Shock atas harga minyak dari Timur Tengah, sehingga Jepang memberikan solusi demi tetap berjalannya hubungan dagang antara Timur Tengah dengan cara meningkatkan intesitas pemberian bantuan ODA. Termasuk ke dalamnya pemberian ODA ke wilayah Afrika (bagian utara khususnya)2 terkait isu pembangunan ekonomi di sana. Namun kemudian pada tahun 1992, pemerintah Jepang menetapkan Japan’s ODA Charter yang mana ODA Jepang mulai memperhatikan isu humanitarian dalam pemberian ODA-nya ke negara-negara berkembang dan menjadikan Afrika sebagai prioritas kawasan kedua sebagai sasaran ODA Jepang.3 Setahun setelahnya, Jepang dengan Afrika membentuk TICAD (Tokyo International Conference on African Development) di tahun 1993 dengan harapan dapat menangani permasalahan yang ada di Afrika melalui pendekatan kerja sama politik dan ekonomi internasional bersama dengan pemerintah masing-masing negara di Afrika dan negara pendonor lainnya. Kemudian hal tersebut menjadi menarik untuk dapat dibahas lebih lanjut mengenai ODA Jepang di mana Jepang menyasarkan ODA-nya untuk benua Afrika secara khusus melalui pengadaan TICAD tersebut.4 Bisa dikatakan menarik karena TICAD yang sudah diadakan sebanyak 6 (enam) kali ini menandakan bahwa Jepang sebagai salah satu negara pendonor ODA tersebesar memperlihatkan komitmennya untuk membangun kerja sama secara intensif dalam pemberian bantuan ODA walaupun kawasan Afrika tidak termasuk prioritas utama Jepang dalam politik luar negerinya. 1
Dimulai saat Jepang menandatangani Perjanjian San Fransisco. Ministry of Foreign Affairs of Japan, Official Development Asistance (ODA) (daring),
, diakses 29 Agustus 2016. 3 Minsitry of Foreign Affairs of Japan, Japan’s Official Development Assistance Charter (daring), 30 Juni 1992, , diakses 30 Agustus 2016. 4 M. Matsutani, “The evolution of TICAD since its inception in 1993”, The Japan Times (daring), 01 Juni 2013, , diakses 16 Juni 2016. 2
Dalam setiap pertemuan TICAD tersebut, Jepang bersama negara-negara Afrika dan melibatkan negara bahkan aktor lainnya untuk membicarakan target yang harus dipenuhi oleh Jepang dalam pemberian ODA berupa Foreign Direct Investment (FDI), pinjaman, beserta bantuan lainnya melalui technical assistance sebagai konsentrasi utama Jepang dalam TICAD. Dalam pengimplementasiannya, Jepang mengadakan program-program terkait dengan target yang sudah ditetapkan. Tentunya diharapkan implementasi ini dapat mengatasi isu-isu di negara-negara Afrika yang perlu ditangani dengan cita-cita akan membuat pembangunan ekonomi di Afrika semakin baik dan dapat terciptakan sesuai target yang dicanangkan. Melihat keseriusan Jepang dalam kebijakan ODA-nya di Afrika melalui TICAD tersebut, penulis ingin menelaah lebih dalam mengenai alasan Jepang yang memutuskan untuk memberikan ODA kepada Afrika. Kemudian akan dipaparkan pula implementasi TICAD ke-I tahun 1993 hingga ke-V tahun 2013 oleh Jepang beserta alasan Jepang memilih technical assistance sebagai basis pelaksanaan ODA Jepang kepada Afrika melalui TICAD.
1.2 Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang sudah dipaparkan, dalam skripsi ini penulis ingin mengangkat dua buah pertanyaan, yakni “Mengapa Jepang memberikan ODA kepada Afrika setelah ditetapkannya Japan’s ODA Charter 1992?” dan “Bagaimana implementasi kebijakan ODA Jepang dijalankan melalui Tokyo International Conference on African Development (TICAD) ke-I tahun 1993 hingga ke-V tahun 2013?”
1.3 Landasan Konseptual Perubahan Orientasi Kebijakan ODA Jepang Konsep perubahan orientasi kebijakan ODA Jepang ini akan berkaitan dengan “gaiatsu” sebagai basis dari perubahan tersebut. Gaiatsu merupakan sebuah istilah dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menjelaskan proses pembentukan kebijakan Jepang yang sering kali di pengaruhi oleh tekanan dari luar Jepang. Baik tekanan dari situasi maupun aktor internasional yang terjadi saat itu. Dari adanya tekanan tersebut, menjadikan gaiatsu sebagai fenomena di mana Jepang berusaha menyesuaikan kebijakannya untuk menanggapi tuntutan eksternal terhadap sikap Jepang, terutama
dalam politik luar negerinya.5 Berangkat dari gaiatsu ini, penulis akan mengaitkannya dengan perubahan dalam pergeseran orientasi kebijakan ODA Jepang yang mulanya hanya berorientasi pada isu pembangunan ekonomi pada tahun 1950-an yang kemudian mengarahkan orientasinya ke isu humanitarian juga. Pergeseran tersebut dapat dilihat dari penetapan Japan’s ODA Charter tahun 1992. Dari pemaparan keterkaitan tersebut, penulis akan menelaah hal apa saja yang menjadi alasan Jepang memutuskan untuk memberikan ODA kepada Afrika setelah pemerintah Jepang menetapkan Japan’s ODA Charter. Alasan ini akan dilihat dari respon internal pemerintah Jepang dalam proses pembuatan atau perubahan kebijakannya yang dipengaruhi oleh tekanan dari luar Jepang (gaiatsu). Sehingga Jepang memutuskan untuk melakukan perubahan pada pergeseran orientasi kebijakan ODA Jepang yang kemudian menjadi basis alasan Jepang memberikan ODA kepada Afrika setelah penetapan Japan’s ODA Charter 1992.
Technical Assistance Menurut Bank Dunia, technical assistance—atau technical cooperation—dapat didefinisikan sebagai mengirim atau mengadaptasikan ide, pengetahuan, pelatihan, teknologi, atau kemampuan untuk membantu pembangunan ekonomi. Bentuk lain dari pemberian ODA ini dilakukan untuk menanggapi isu-isu di negara berkembang yang perlu ditangani oleh negara pendonor dengan melakukan pendekatan kepada pemerintah dan masyarakat secara langsung. Technical Asisstance memiliki konsentrasi utama pada pembangunan infrastruktur, baik melalui pinjaman (loan) atau FDI. Tujuan dari technical assistance digolongkan sebagai berikut: (a) pengembangan kebijakan; (b) pembangunan institusional; (c) pengembangan kapasitas; dan (d) dukungan proyek atau program.6 Keempat tujuan ini akan dijadikan sebagai indikator kesesuaian implementasi ODA Jepang melalui proses TICAD dalam mencapai setiap target untuk pembangunan ekonomi di Afrika. Lalu, melalui konsep ini penulis akan menelaah implementasi kebijakan ODA Jepang dalam menyalurkan bantuan berupa technical assistance dalam TICAD dilihat empat
5
A. Miyashita, „Gaiatsu and Japan‟s Foreign Aid: Rethinking the Reactive-Proactive Debate‟, Wiley of The International Studies Association, vol. 43, no. 4, 1999, p. 696 6 World Bank, Managing Technical Assistance in the 1990s: Report of the Technical Assistance Review Task Force, Government and Social Development Research Center, Washington DC, 1991, p. 1
basis kebijakan ODA yang tercantum dalam Japan’s ODA Charter 20037, di antaranya: mendukung usaha self-help negara-negara berkembang didasarkan oleh good governance dengan memperluas kerja sama untuk pengembangan serta pembangunan yang berkaitan dengan aspek ekonomi dan sosial; perspective of “human security” dalam menghadapi berbagai
tantangan;
jaminan
keadilan
terutama
dalam
memformulasikan
dan
mengimplementasikan asistensi kebijakan; dan menggunakan pegalaman dan keahlian yang dimiliki oleh Jepang dalam pembangunan ekonomi dan sosial melalui kerja sama ekonomi dengan negara berkembang. Dari implementasi tersebut, kemudian penulis akan memaparkan pencapaian yang direncanakan dan dilaporkan dalam setiap pertemuan TICAD.
1.4 Argumentasi Utama Argumentasi utama sementara untuk menjawab kedua rumusan masalah di atas adalah alasan Jepang memberikan ODA kepada Afrika karena adanya kritik dari negara pendonor lainnya, terutama Amerika Serikat terkait ketidaktepatan sasaran ODA Jepang yang kemudian mempengaruhi perubahan kebijakan ODA Jepang di tahun 1992 melalui penetapan Japan’s ODA Charter. Di mana perubahan kebijakan tersebut terdapat pergeseran ke arah isu humaniter yang merujuk pada urgensi bantuan ODA untuk Afrika dan kondisi internasional yang menekan Jepang selaku negara pendonor perlu mempromosikan isu HAM dan demokrasi pasca Perang Dingin. Lalu mengenai implementasi kebijakan ODA Jepang terhadap Afrika melalui TICAD ke-I tahun 1993 hingga ke-V tahun 2013 adalah sudah sesuai dengan tujuan technical assistance dan empat basis kebijakan ODA. Pada proses TICAD tersebut, Jepang sudah melakukan seluruh target dari ketiga action plans yang dibuat saat konferensi TICAD. Di mana Jepang dan TICAD sudah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi di Afrika secara makro.
1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode desk research dengan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data-data kualitatif primernya dengan melihat Japan’s ODA Charter, Annual Report dari TICAD, 7
Ministry of Foreign Affairs Economic Co-operation Bureau, Japan’s Official Development Assitance Charter, 29 Agustus 2003, diunduh dari , diakses pada 07 Oktober 2016, pp. 2-3
administrasi mengenai kebijakan ODA Jepang, laporan terbitan organisasi yang mengawasi TICAD (UNDP, OECD, dan lainnya). Kemudian report kebijakan Kementerian Luar Negeri Jepang dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Ditambah pula dengan sumber lainnya, seperti buku, jurnal, maupun laporan terbitan pemerintah baik dari online maupun cetak yang kredibel. Sedangkan data kuantitatif dilihat dari Annual Report TICAD meeting, laporan terbitan UNDP dan OECD mengenai pembangunan ekonomi di Afrika, dan sebagainya. Data dari berbagai sumber ini dapat dijadikan sebagai pembuktian atas analisa dari kedua pertanyaan penelitian yang dikaitkan dengan landasan konseptual yang digunakan.
1.6 Jangkauan Penelitian Skripsi ini dibahas dengan jangkauan penelitian mengenai peran Jepang bagi pembangunan ekonomi di Afrika melalui Tokyo International Conference on African Development yang difokuskan di bidang kerja sama ekonomi di sektor infrastruktur, investasi, perdagangan, privat sektor, dan agrikultur beserta pencapaian yang dipengaruhi TICAD terhadap pembangunan ekonomi di Afrika. Kemudian dalam pembahasannya dimulai dari TICAD ke-I tahun 1993 hingga yang ke-V tahun 2013 untuk proses TICAD tahun 1993-2016.
1.7 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab kesatu berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, argumentasi utama, metode penelitian, jangkauan penelitian, dan sistematika pnulisan. Kemudian pada bab kedua akan dipaparkan terkait awal mula terbentuknya kebijakan ODA Jepang, diadopsinya Japan’s ODA Charter 1992, pemaparan hubungan antara Jepang dan Afrika dalam kebijakan ODA, disertai analisis adanya pergeseran orientasi kebijakan ODA Jepang sebagai alasan Jepang memberikan ODA kepada Afrika. Lalu pada bab ketiga akan dipaparkan terbentuknya TICAD beserta pencapaiannya dari TICAD ke-I tahun 1993 hingga ke-V tahun 2013 beserta implementasi dan pencapaian TICAD bagi pembangunan ekonomi di Afrika. Yang terakhir pada bab keempat adalah penutup dari skripsi ini berisikan kesimpulan dari jawaban pertanyaan penelitian sesuai dengan pemaparan yang ditelah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.