BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Bahkan preferensi masyarakat terhadap beras semakin besar. Berdasarkan data Susenas 1990-1999, tingkat partisipasi konsumsi beras di setiap provinsi maupun tingkatan pendapatan mencapai sekitar 97-100 %. Ini artinya hanya sekitar 3 % rumah tangga yang tidak mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok terutama pangan pokok tunggal. Tingkat partisipasi konsumsi beras yang lebih kecil 90 % hanya ditemukan di pedesaan Papua. Sebagai gambaran, tingkat konsumsi beras rata-rata di kota tahun 1999 adalah 96,0 kg per kapita /tahun dan didesa adalah 111,8 kg per kapita/tahun (Suharno, 2005). Beras telah menjadi komoditas strategis dalam kehidupan bernegara di Indonesia. Selain sebagai sumber pangan pokok, beras juga menjadi sumber penghasilan bagi petani dan kebutuhan hidup sehari-hari bagi jutaan penduduk. Beras juga bisa dijadikan sebagai komoditas politik karena keberadaannya tidak dapat digantikan oleh komoditas lain dan harus dalam jumlah yang memadai. Meskipun pemerintah telah mengupayakan diversifikasi pangan, namun sampai saat ini belum
Universitas Sumatera Utara
mampu mengubah preferensi penduduk terhadap bahan pangan beras. Oleh karena itu, ketersediaan beras harus selalu terjaga, berkelanjutan, bahkan harus ditingkatkan. Dalam hal produksi beras, hingga saat ini Pulau Jawa masih memegang peranan penting, meskipun beberapa daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan merupakan daerah produksi beras. Namun tingkat produksi yang dihasilkan oleh daerah-daerah tersebut tidak seperti yang dihasilkan oleh Pulau Jawa. Sehingga produksi beras nasional semakin menurun dan Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar (Amang dan Sawit, 1999). Pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan produksi beras terasa semakin berat dan kompleks karena selain dihadapkan pada masalah internal yang klasik juga dihadapkan dengan berbagai macam isu global dan perubahan lingkungan yang semakin buruk. Tingginya permintaan pangan, terutama beras dan peningkatan jumlah penduduk juga menjadi masalah dalam pencapaiannya. Oleh karena itu, gerakan peningkatan produksi beras nasional melalui perubahan teknologi dan adanya inovasi harus didukung oleh semua daerah di seluruh Indonesia. Cadangan pangan terutama beras merupakan komponen yang sangat penting dalam penyediaan pangan, karena dapat difungsikan sebagai stabilitor pasokan pangan pada saat produksi atau pasokan tidak mencukupi. Informasi mengenai stok beras ini sangat penting untuk mengetahui situasi katahanan pangan, baik di tingkat rumah tangga, kabupaten, wilayah maupun nasional. Informasi stok beras pemerintah relatif lebih mudah diperoleh karena penyelenggaranya adalah instansi pemerintah
Universitas Sumatera Utara
(pada saat ini Bulog). Namun demikian, informasi mengenai stok gabah/beras di masyarakat lebih sulit diperoleh dan data stok ini tidak tersedia secara rutin. Di sisi lain data stok ini sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan sektor pertanian karena menyangkut ketersediaan pangan di suatu wilayah. Konsumsi merupakan faktor yang sangat penting dalam menghitung kebutuhan pangan di suatu wilayah baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Data konsumsi beras per kapita sampai saat ini diduga terlalu rendah, sehingga membuat persoalan pada saat menghitung kebutuhan beras. Untuk itu perlu dilakukan penelitian konsumsi di rumah tangga produsen dan konsumen. Data produksi selama ini telah dikumpulkan oleh BPS dan Departemen Pertanian. Untuk menghitung ketersedian beras di suatu wilayah diperlukan data produksi dan perdagangan (impor dan ekspor). Untuk menghitung kebutuhan diperlukan data konsumsi. Selisih antara ketersediaan dan kebutuhan merupakan stok (Pudjadi dan Harisno, 2007). Informasi ketersediaan dan kebutuhan yang dihitung dari konsumsi dan stok beras sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan apakah harus melakukan impor atau tidak, apakah harus mendatangkan beras dari wilayah lain atau tidak, apakah cadangan beras mencukupi dan harga terjangkau. Untuk bisa menjawab permasalahan tersebut maka diperlukan survei stok dan konsumsi gabah/beras di suatu wilayah. Otonomi daerah merupakan ruang bagi setiap daerah untuk melakukan perubahan dan inovasi dalam mendukung upaya membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan yang selanjutnya kepada swasembada pangan. Upaya yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dengan
peningkatan produksi
dan
diversifikasi.
Jika setiap
daerah telah
mengupayakan program pencapaian swasembada pangan dalam konteks lokal, maka selanjutnya akan bermuara pada pencapaian swasembada pangan di tingkat nasional. Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki potensi pertanian cukup besar dan sebagai lumbung pangan di wilayah Sumatera Bagian Barat. Hal ini dikarenakan agroklimat, sumberdaya alam dan budaya serta masyarakatnya sebagian besar bekerja di sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Disamping letak geografisnya yang sangat strategis, Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu potensi lokasi pemasaran produk-produk hasil pertanian. Ketahanan pangan bagi Provinsi Sumatera Utara masih menjadi masalah penting. Provinsi Sumatera Utara sejak tahun 1980-an menjadi daerah swasembada pangan. Status swasembada pangan tersebut sulit dipertahankan karena terjadi penurunan produksi. Beberapa penyebab yang memunculkan lemahnya ketahanan pangan ini dimulai dari adanya kekeliruan dalam pengelolaan lahan-lahan pertanian hingga pada kurangnya ketersediaan berbagai sarana produksi yang ada. Masalah pengelolaan lahan pertanian adalah masalah yang relatif sukar untuk ditangani. Hal ini karena lahan merupakan faktor produksi yang bersifat terbatas, yang tidak memiliki potensi untuk mendukung produksi pertanian apabila tidak dikelola oleh manusia. Selain itu lahan pertanian juga bukan lagi menjadi faktor penting dalam berproduksi, mengingat lahan pertanian semakin lama semakin berkurang luasannya sebagai akibat adanya konversi lahan dari pertanian menjadi non pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu daerah sentra beras di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Deli Serdang, dengan luas dan produksi padi yang terus meningkat setiap tahun, sebagaimana disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Luas Tanam dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun
Luas Tanam (Ha)
Produksi (ton)
2005
73,161
358,887
2006
76,888
383,531
2007
78,381
392,709
2008
75,900
381,955
2009
85,409
389,596
2010
86,495
441,895
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2011 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa peningkatan luas lahan secara linier meningkatkan produksi padi. Namun demikian ditingkat usahatani, produksi padi juga ditentukan oleh potensi produksi atau produktivitas varietas padi yang ditanam. Sebagai kebutuhan pokok, kebutuhan beras akan semakin meningkat dengan peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk juga merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi ketersediaan beras di satu daerah. Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu sentra produksi beras di Sumatera Utara, akan berimplikasi terhadap pemenuhan kebutuhan beras di Sumatera Utara, oleh karena itu pertambahan penduduk di Sumatera Utara juga akan mempengaruhi ketersediaan beras di Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan makanan pokok mayoritas beras, maka swasembada, kemandirian dan ketahanan pangan (beras) merupakan salah satu hal yang krusial dan menjadi suatu keharusan dalam perwujudannya karena merupakan kunci stabilitas ekonomi daerah dan negara Indonesia umumnya. 1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi luas areal panen padi di Kabupaten Deli Serdang? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi harga eceran beras di Kabupaten Deli Serdang? 4. Bagaimana keterkaitan ketersediaan beras dengan pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian di atas, maka
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal panen padi di Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang. 3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga eceran beras di Kabupaten Deli Serdang. 4. Untuk mengetahui keterkaitan ketersediaan beras dengan pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dalam upaya meningkatkan ketersediaan beras di Kabupaten Deli Serdang.
2.
Sebagai metode alternatif dalam pengambilan keputusan strategis bagi birokrat maupun dunia pendidikan.
Universitas Sumatera Utara