BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan JKN sejak tahun 2014 merupakan wujud dari komitmen Pemerintah Indonesia dan negara-negara anggota World Health Organization (WHO) terhadap kesehatan masyarakat –sebagaimana yang tertuang dalam resolusi World Health Assembly (WHA) Nomor 59 tahun 2005 (World Health Organization, 2005). WHA mengeluarkan resolusi mengenai pentingnya edukasi tenaga kesehatan yang merupakan bagian dari jaminan kesehatan universal. Sistem kesehatan yang kuat memperhatikan masalah pembiayaan serta dapat menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau pada semua tingkat pelayanan kesehatan. (World Health Organization, 2013) Sebagian besar penduduk mengikuti program JKN hingga Desember 2014 mencapai lebih dari 131 juta jiwa dengan peserta terbanyak adalah peserta bantuan iuran (PBI) sebanyak 86,4 juta jiwa (67%). (Kemkes, 2015) Beberapa negara lain telah melaksanakan asuransi kesehatan bagi warganya lebih dulu. Amerika melakukan inisiasi jaminan sosial sejak tahun 1945 dan menciptakan program Medicare untuk asuransi kesehatan rakyat Amerika pada tahun 1965 ( (Medicaid, 2016). Sistem jaminan kesehatan sosial di Inggris dimulai tahun 1911 yang berkembang menjadi British National Health Service (NHS) pada tahun 1946. Sejarah asuransi sosial dimulai di Jerman dan dikembangkan pada pemerintahan Bismarch tahun 1883. (Djuhaeni, 2007) Negara di Asia Tenggara telah menerapkan asuransi kesehatan sejak lama. Pemerintah Srilanka menyediakan rumah sakit, apotik, tenaga kesehatan tanpa biaya di pedesaan sejak awal tahun 1930-an. (Rannan-Eliya & Sikurajapath, 2009) Pemerintah Inggris menyiapkan sistem asuransi negara Malaysia sejak 1929 dengan mengadakan asuransi kecelakaan kerja sejak 1929. (Purwoko, 2014) Taiwan memperkenalkan The National health System (NHI) pada bulan Maret 1995. Sistem
1
2
NHI menyatukan beberapa asuransi yang sudah ada dalam sistem asuransi kesehatan nasional. (Wu, Majeed & Kuo, 2010) Filipina memperkenalkan asuransi the National Health Insurance Act tahun 1995 dan mulai menerapkannya tahun 1997. Badan penyelenggara dibentuk dengan undang-undang dan tunggal (Philhealth), yang bukan BUMN. (Romualdez, Rosa, Flavier, Quimbo, Stella, Hartigan-Go, et all., 2011) Penerapan sistem JKN di Thailand diusulkan sejak 1996. Sistem jaminan kesehatan dikelola oleh tiga badan penyelenggara untuk pegawai negeri, swasta, dan sektor informal. (Thabrany, 2005) Sistem JKN bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan cara pembiayaan yang tepat. Tujuan akhirnya menjaga keselamatan pasien. Diharapkan ada peningkatan mutu, layanan berorientasi pasien, efisiensi, dan meningkatkan kerjasama inter disiplin profesi. Pemerintah Indonesia memandang sistem pembayaran kesehatan prospektif sesuai dengan tujuan pokok tersebut. JKN menggunakan sistem pembayaran menggunakan Indonesian Diagnosis Case Based Group (INACBG). (Depkes, 2014) Sistem pembayaran biaya kesehatan di Indonesia berubah dari retrospektif (fee for service) ke prospektif sehingga rumah sakit perlu beradaptasi dan mengubah kebijakan strategis dalam melayani masyarakat. Rumah sakit tetap meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang efisien, menerapkan kendali mutu, kendali biaya dan berorientasi pada keselamatan pasien.
Sum
Gambar 1. Grafik Pasien JKN Rawat Inap di RS Nur Hidayah Tahun 2008- 2015 Sumber : Laporan Tahunan Bagian Administrasi RS Nur Hidayah 2015
3
70,0%
65,0%
64,8%
63,0%
60,0% 50,0% 35,2%
35,0%
Rawat jalan
Rawat inap
40,0%
37,0%
30,0% 20,0% 10,0% 0,0% Total
Umum
Jaminan
Linear (Umum)
Linear (Jaminan)
Gambar 2. Grafik Pembiayaan Pasien Rawat Inap Tahun 2015 Sumber : Laporan Tahunan Bagian Administrasi RS Nur Hidayah 2015
7,0%
6,3% 6,1% 6,1%
6,0% 5,0% 4,0%
5,1% 4,2% 3,3%
3,0%
3,0%
2,2% 2,2%
1,9%
2,0% 1,0% 0,0%
Gambar 3. Grafik 10 Besar Diagnosis INA CBG Tahun 2015 Sumber : Laporan Tahunan Bagian Administrasi RS Nur Hidayah 2015 Keterangan : 1. A-4-13-I : infeksi non bakteri ringan 2. O-6-13-I : persalinan vaginal ringan 3. L-1-40-I : prosedur pada kulit, jaringan bawah kulit payudara ringan
4
4. O-6-10-I : prosedur operasi pembedahan SC ringan 5. K-4-17-I : nyeri abdomen & gastroenteritis lain lain 6. K-1-13-I : prosedur apendik ringan 7. W-1-11-I : prosedur dilatasi, kuret, intrauterine, serviks ringan 8. K-1-14-I : prosedur hernia inguinal & femoral ringan 9. L-1-50-I : prosedur pada payudara ringan 10. A-4-14-I : penyakit infeksi bakteri & parasit
70% 60%
60,10%
57%
50%
43%
39,90%
40% 30% 20% 10% 0% Tahun 2014 Pervaginam
Tahun 2015 SC
Linear (Pervaginam)
Gambar 4. Grafik Rekapitulasi Persalinan Pervaginam dan SC Tahun 2014-2015 Sumber : Laporan Tahunan Bagian Ruang Bersalin RS Nur Hidayah
5
SC 13,70%
12,90%
72,50% umum
JKN
Jamkesda
Gambar 5. Grafik Jenis Pembiayaan Operasi SC Tahun 2015 Sumber : Laporan Tahunan Bagian Ruang Bersalin RS Nur Hidayah 2015 Angka tindakan operasi SC optimal sebanyak 5-10 % pada sebuah populasi. Bila persalinan dengan SC di atas 15% maka tidak ada manfaatnya, sebaliknya akan mempertinggi morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. (Gibbons, Belizán, Jeremy, Betrán, Merialdi & Althabe, 2010) Metode SC termasuk tindakan operasi yang paling sering dilakukan di Amerika. Wanita melahirkan dengan cara SC meningkat hingga 27,6 % pada tahun 2003. (Berghella, Baxter, Chauhan & Suneet, 2005) Persentase melahirkan dengan tindakan SC di beberapa negara meningkat 21 %. Peningkatan insidensi SC terjadi di Amerika Latin, terutama Mexico 25.7 % dan Brazil 27.9 %, India (State of Kerala) 21.4% (El-Ardatt, Izetbegovic, Djulabic & Hozic, 2014) data lain menunjukkan operasi SC meningkat dari 26% hingga 36,5 % sejak tahun 2003 hingga 2009 di Amerika Serikat. (Barber, Lundsberg, Belanger, Pettker, Funai & Illuzzi, 2011) Angka operasi SC 54,5 % di China tahun 2011. Tindakan SC lebih banyak dilakukan di rumah sakit tertier daripada sekunder. Wanita yang menginginkan persalinan dengan metode SC (tanpa indikasi medis) sebesar 24,5 % dari keseluruhan kasus. Diikuti indikasi lainnya yaitu fetal distress, DKP (Disproporsi Kepala Panggul), riwayat operasi kandungan sebelumnya, malpresentasi, persalinan tidak
6
maju, dugaan makrosomia. (Hou, Li, Zou, Chen, Yuan, Wang, et al., 2014) Hal yang sama ditemukan antara tahun 2001-2011 di China, data menunjukkan adanya peningkatan tindakan SC terutama pada persalinan yang pertama. (Shiba, Sachin, Niranjan, & Janki, 2014) Perhitungan berdasarkan data yang ada di negara berkembang, termasuk Asia Tenggara, tindakan SC mencapai 27% dari persalinan yang ada di negara berkembang, termasuk Asia Tenggara. (Festin, Laopaiboon, Ewens, Pattanitum, Henderson-Smart & Crowther, 2009) Angka operasi SC di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2013 rata-rata 9,8 % menurut Riskesdas 2013. Tindakan SC di Propinsi DIY lebih tinggi dari rata-rata yaitu 15,7 % dan di Kabupaten Bantul 11,1 %. (Sugianto, Fauzan, Setyani & Prihatini, 2013) Angka tindakan SC pada tahun 2014 mencapai 43 % di Rumah sakit . Pada tahun 2015 tindakan SC sebesar 39, 9 %. Pada tahun 2015 pasien SC tanpa asuransi kesehatan/ umum sebesar 12, 9%. Pasien yang mengandalkan pembayaran dengan asuransi sebesar 87,1 %. Pasien SC yang termasuk JKN sebanyak 72,5 %, sedangkan yang menggunakan Jamkesda sebesar 13,7%. JKN menanggung pembiayaan berbagai diagnosis dan tindakan di rumah sakit, termasuk SC. Menurut laporan tahunan di RS Nur Hidayah
tindakan SC
termasuk empat kasus rawat inap pasien INA CBG terbanyak yaitu 5,1%. Sesuai dengan prinsip JKN maka segala proses yang dilakukan di rumah sakit harus sesuai dengan standar kendali mutu dan kendali biaya tanpa mengesampingkan keselamatan pasien. Pelaksanaan tindakan persalinan dengan SC diharapkan dengan penegakan diagnosis yang tepat, pelaksanaan tindakan secara efektif, pemberian terapi yang sesuai panduan klinis.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan tingginya angka persalinan dengan operasi SC di Rumah sakit maka perlu diteliti lebih lanjut bagaimana kepatuhan tatalaksana pasien JKN dengan tindakan SC di RS Nur Hidayah ?
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Mengevaluasi tatalaksana tindakan SC di RS Nur Hidayah melalui pendekatan audit klinik. 2. Tujuan khusus Identifikasi kesesuaian antara indikasi dan tindakan SC pada pasien JKN RS Nur Hidayah . D. Manfaat Penelitian
Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Memberikan gambaran tatalaksana tindakan SC pada pasien JKN di RS Nur Hidayah . 2. Melakukan peningkatan mutu tindakan SC di RS Nur Hidayah .
E. Keaslian Penelitian
1. Audit Klinik Bedah Sesar di RSKIA Ummi Khasanah. (Waskitaningsih, 2010) Penelitian ini bertujuan mengevaluasi mutu pelayanan klinis bedah sesar dengan metode audit klinik retrospektif dan prospektif. Persamaannya adalah metode retrospektif pengambilan data dari rekam medis pasien. Studi tentang indikasi, LOS, pemberian terapi SC. Perbedaannya adalah pelaksanaan metode yang lain yaitu prospektif, peneliti tidak memasukkan aspek INACBG dalam komponen audit serta lokasi penelitian. 2. A Cross-Sectional Study of Indications for Cesarean Deliveries in Médecins Sans Frontières Facilities Across 17 Countries. (Groen, Trelles, Caluwaerts, PapillonSmith, Noor, Qudsia, et al., 2015). Studi ini bertujuan untuk mereview indikasi mayor operasi SC di 17 negara. Persamaannya adalah penelitian metode retrospektif. Data yang diambil dari rekam medis pasien, meliputi lokasi penelitian, usia pasien, tipe anestesi, perkembangan selama operasi. Perbedaannya
8
adalah jumlah sampel penelitian yang lebih banyak, lokasi yang berbeda dan tidak memasukkan klasifikasi dari universal coverage. 3. Caesarean Section in Four South East Asian Countries: Reasons for, Rates, Associated Care Practices and Health Outcomes. (Festin, Laopaiboon, Melissa, Pattanitum, Henderson-Smart & Crowther, 2009) Penelitian audit ini bertujuan melaporkan angka dan alasan dilakukannya operasi SC di empat negara Asia Tenggara sebagai bentuk partisipasi dalam proyek South East Asia Optimising Reproductive and Child Health in Developing countries (SEA-ORCHID). Persamaannya adalah meneliti tentang penyebab tindakan SC, pemberian antibiotik profilaksis sebelum dan sesudah operasi, perdarahan ibu selama operasi, pertolongan bayi baru lahir. Perbedaannya adalah jenis penelitian ini ruang lingkup di rumah sakit rujukan di empat negara Asia Tenggara. 4. Mekanisme Pengendalian oleh Manajemen & Peran Komite Medis dalam Penerapan INA CBG pada Pasien Jamkesmas di RS PKU Muhammadiyah Temanggung (RS Type C) Studi Kasus. (Adadiyah, 2013) Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengelolaan kasus SC antara program Jamkesmas dengan INA CBG. Hal yang diteliti adalah LOS, manajemen pengendalian biaya oleh manajemen dalam penerapan INA CBG, identifikasi pengendalian mutu oleh komite medis dalam penerapan INA CBG. Metode yang digunakan studi kasus deskriptif ditambah data kualitatif hasil wawancara. Persamaannya adalah meneliti mengenai LOS pasien SC dan komponen biaya INA CBG. Perbedaannya adalah tidak meneliti tentang pasien SC Jamkesmas dan komite medis.