BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Cara yang dapat ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui proses pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan sehingga manusia dapat menjamin hidupnya menjadi lebih baik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Masih berpedoman pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, pada Bab VI Pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Adapun Pasal 17 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 tahun yaitu SD/MI atau bentuk lain yang sederajat selama 6 tahun dan SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat selama 3 tahun. Pelaksanaan jenjang pendidikan selama 6 tahun di SD/MI dimulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Selama 6 tahun mengikuti jenjang pendidikan SD/MI siswa harus dapat menguasai beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Mata pelajaran yang dimuat dalam struktur kurikulum SD/MI antara lain Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 1
2 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS di tingkat SD adalah (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai
sosial
dan kemanusiaan;
(4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Mutakin
(Susanto,
2014:
10)
mengungkapkan
bahwa
tujuan
pembelajaran IPS secara keseluruhan membantu setiap individu untuk meningkatkan
aspek
ilmu
pengetahuan,
keterampilan,
dan
nilai-nilai
keterampilan. Di samping juga memenuhi kebutuhan human relationship, civic responsibility, economic competence, dan thinking ability. Adapun Susanto (2014: 31-32) menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan IPS pada tingkat SD untuk membekali siswa dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus tujuan pendidikan IPS di SD, yaitu (1) pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya; (2) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat; (3) kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian; (4) kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut; (5) kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
3 Berdasarkan analisis hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) 1 pada siswa kelas IV SDN Mujur 01, dengan KKM=68 pada mata pelajaran IPS, diperoleh hasil bahwa dari 35 siswa, 8 siswa (22,9%) telah mendapatkan nilai sama dengan atau lebih dari KKM, sedangkan 27 siswa (77,1%) mendapatkan nilai kurang dari KKM. Nilai rata-rata UTS 1 yaitu 56,7. Data analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil nilai UTS 1 siswa masih lebih rendah dari KKM. Berdasarkan hasil observasi pada hari Selasa, tanggal 10 November 2015 di kelas IV, diperoleh hasil bahwa dalam pembelajaran IPS terdapat beberapa siswa yang sangat antusias, aktif, dan mempunyai rasa ingin tahu tinggi, ada siswa yang aktif berbicara dengan teman sebangkunya namun bukan membicarakan materi pelajaran, ada yang bermain sendiri, ada yang hanya diam, serta ada pula yang bosan dan mengantuk. Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan dengan guru kelas IV pada hari Selasa tanggal, 10 November 2015, diperoleh hasil bahwa siswa kelas IV masih sulit dikondisikan untuk berdiskusi. Sering kali ketika berdiskusi, hanya ada satu atau dua anggota kelompok yang aktif menyelesaikan tugas kelompok. Adapun anggota kelompok yang lain tidak memedulikan tugas kelompok tersebut, mereka justru bermain atau diam saja. Ketidakpedulian anggota kelompok dengan tugas kelompok ini terjadi karena setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang sama untuk memecahkan satu masalah, sehingga mereka tidak merasa mempunyai tanggung jawab secara mandiri untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan. Ketidaksesuaian antara tujuan dan kenyataan di lapangan, diduga karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang variatif. Dalam pelaksanaan pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih dominan dalam pembelajaran dengan melaksanakan ceramah dan tanya jawab, semua materi pelajaran disampaikan oleh guru, guru hanya mengajak siswa memperhatikan penjelasan guru dan membaca buku cetak. Selain karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang variatif, media pembelajaran yang digunakan oleh guru juga belum maksimal. Guru baru memanfaatkan buku cetak sebagai sumber sekaligus media pembelajaran.
4 Jika hal tersebut dibiarkan terus terjadi, maka tujuan pembelajaran IPS tidak dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternatif untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan model jigsaw. Lie (Rusman, 2013: 218) mengungkapkan bahwa model jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Adapun Isjoni (2011: 77) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Penerapan model jigsaw dalam pembelajaran dapat menjadikan siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh karena setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan penyelesaian masalah kepada kelompoknya berdasarkan hasil diskusinya bersama anggota kelompok lain yang mendapatkan tugas sama sehingga pemahaman siswa terhadap materi pelajaran meningkat. Pemilihan model jigsaw ini didukung oleh penelitian Yulaikah (2012). Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama mengikuti proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok sistem tata surya. Penerapan model jigsaw akan lebih efektif apabila dipadukan dengan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang cocok untuk dipadukan dengan model jigsaw adalah media gambar. Sukiman (2012: 85) mengungkapkan bahwa media gambar adalah salah satu jenis dari media pembelajaran berbasis visual yang menyalurkan pesan lewat indera pandang/penglihatan. Adapun Sadiman, dkk (2011: 29) mengungkapkan bahwa salah satu kelebihan dari media gambar adalah sifatnya konkret yaitu gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. Dengan demikian, melalui media gambar siswa dapat memperoleh gambaran lebih realistis atas permasalahan yang dipelajari.
5 Penerapan model jigsaw dengan media gambar dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat lebih mengaktifkan siswa. Materi IPS yang banyak dan terkesan membosankan akan didiskusikan bersama anggota kelompok lain yang mendapatkan tugas sama juga dengan mengamati gambar agar siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih realistis atas materi pelajaran yang sedang dipelajari. Dengan demikian, siswa menyelesaiakan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari sehingga diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran IPS. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas kolaborasi dengan guru kelas IV SDN Mujur 01 Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap dalam pembelajaran IPS tentang masalah sosial dengan judul “Penerapan Model Jigsaw dengan Media Gambar dalam Peningkatan Pembelajaran IPS tentang Masalah Sosial pada Siswa Kelas IV SDN Mujur 01 Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1.
Bagaimana langkah-langkah penerapan model jigsaw dengan media gambar dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Mujur 01 tahun ajaran 2015/2016?
2.
Apakah penerapan model jigsaw dengan media gambar dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Mujur 01 tahun ajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1.
Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model jigsaw dengan media gambar dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV SDN Mujur 01 tahun ajaran 2015/2016.
6 2.
Meningkatkan pembelajaran IPS tentang masalah sosial melalui penerapan model jigsaw dengan media gambar pada siswa kelas IV SDN Mujur 01 tahun ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik manfaat teoretis maupun praktis untuk berbagai pihak. 1.
Manfaat Teoretis Dari segi ilmiah, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a.
Menambah wawasan keilmuan tentang model jigsaw dengan media gambar dalam peningkatan pembelajaran IPS siswa kelas IV SD.
b.
Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya yang mempunyai pokok permasalahan hampir sama dengan penelitian ini.
2.
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang dapat diterapkan dalam kehidupan oleh berbagai pihak, antara lain sebagai berikut. a.
Bagi Siswa 1) Melatih belajar secara aktif untuk membangun pengetahuan dan keterampilan. 2) Mengembangkan sikap bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. 3) Memiliki kesadaran mengembangkan potensi yang dimiliki.
b. Bagi Guru 1) Memberi pengalaman tentang pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model jigsaw dengan media gambar. 2) Memahami model jigsaw dengan media gambar agar mampu menerapkan pada pembelajaran lain. 3) Menginspirasi agar menerapkan berbagai model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan pembelajaran di kelas.
7 c.
Bagi Sekolah 1) Memberikan masukan dalam upaya peningkatan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. 2) Memberikan masukan dalam pengembangan kebijakan serta peningkatan kualitas pembelajaran secara umum. 3) Mengoptimalkan sumber daya yang ada di sekolah dalam peningkatan pembelajaran.
d. Bagi Peneliti 1) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan model jigsaw dengan media gambar dalam peningkatan pembelajaran IPS siswa kelas IV SD. 2) Menambah wawasan keilmuan sebagai bekal melaksanakan tugas sebagai pendidik yang profesional.