BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan rapi, memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contoh lain, gereja perlu memiliki manajemen gereja secara administrasi maupun keuangan yang baik. Selain itu untuk mengelola dan mengupayakan serta melaksanakan tugas dan panggilannya, gereja membutuhkan dana.
Dalam mengupayakan perolehan dana dan mengatur penggunaannya, gereja perlu manajemen keuangan yang baik. Untuk tujuan tersebut, pengelola keuangan gereja membutuhkan informasi keuangan yang akurat. Informasi yang akurat dapat diupayakan melalui penerapan akuntansi dalam gereja. Peranan akuntansi dalam memperlancar manajemen keuangan5 adalah dalam fungsi perencanaan dan fungsi pengawasan serta dalam pengambilan keputusan. Jadi dalam pengelolaan keuangan gereja yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan gereja yaitu bagaimana gereja mengelola keuangannya dan mengupayakan informasi keuangan gereja.
Akuntansi pada dasarnya adalah merupakan kegiatan yang mengolah transaksi-transaksi keuangan menjadi informasi keuangan yang siap pakai. Kegiatan yang dilakukan dalam proses akuntansi meliputi: (1) pencatatan, (2) penggolongan, (3) peringkasan, (4) pelaporan dan (5) penganalisian data keuangan dari suatu organisasi. Proses akuntansi tersebut akan menghasilkan informasi keuangan yang berguna baik bagi pihak intern organisasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keuangan maupun ekstern organisasi dalam menilai, mengevaluasi, menganalisis dan memonitoring .
Dalam sebuah rumah tangga sebagai organisasi terkecil dalam masyarakat, sebenarnya kita sudah melakukan proses akuntansi dalam keuangan keluarga. Walaupun demikian, proses akuntansi yang dilakukan kadang tidak lengkap dan sering kali tidak konsisten. Hal ini dapat dimaklumi karena 5
AL. Haryono Jusup, Dasar-dasar Akuntansi, Ed 5, penerbit YKPN, Yogyakarta, 1999, p. 6
2 biasanya kita mengenal dan mempercayai seluruh anggota keluarga, selain itu transaksi-transaksi yang dilakukan relatif lebih sederhana dan frekwensinya sedikit. Dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keuangan, kepala keluarga relatif lebih mudah untuk mengkomunikasikan dan mengkoordinasikannya dengan seluruh anggota keluarga. Kondisi seperti inilah yang sering diasumsikan dalam sebuah organisasi kecil yang lebih besar dari keluarga, sehingga organisasi kecil ini membuat pelaporan keuangan dengan cara tradisional seperti yang dilakukan dalam sebuah keluarga. Proses akuntansi yang dilakukan biasanya adalah pencatatan pemasukan dan pengeluaran, serta pelaporan saldo. Pelaporan sering kali dilakukan dengan lisan dan tidak kontinyu. Pencatatan dan pelaporan ini juga kadang dilakukan tidak secara konsisten dalam hal format, waktu, dan pengarsipan sehingga kadang laporan yang diberikan kurang akurat. Contoh laporan yang kurang akurat, misalnya ada tansaksi yang tidak tercatat, sehingga nilainya diperkirakan saja. Contoh lain, bunga bank yang tidak diperhitungkan sebagai milik organisasi, ada biaya yang seharusnya ditanggung oleh organisasi, tetapi ditanggung oleh bendahara.
Dalam kehidupan gereja, banyak gereja yang sudah mengupayakan pengelolaan keuangannya dengan memanfaatkan akuntansi. Akan tetapi, tidak sedikit juga
gereja yang mengelola
keuangannya dengan melakukan pencatatan dan pelaporan tradisional. Secara tradisonal, gereja melakukan penghitungan uang persembahan, pencatatan, penyimpanan dan kemudian bila ada kebutuhan dilakukan pengeluaran dan pencatatan saldonya. Bila saldo tidak mencukupi pengeluaran maka barulah dicari upaya penggalangan dana lain selain persembahan. Kemudian sebagai pertanggungjawaban saldo diumumkan dalam bentuk lisan kepada jemaat atau dengan bentuk laporan tertulis yang sederhana. Gereja yang mengelola keuangan dengan menerapkan akuntansi telah menerapkan adanya anggaran, pelaporan keuangan secara periodik, evaluasi dan bahkan audit intern.
Walaupun ada upaya-upaya pengelolaan keuangan gereja baik yang memanfaatkan pencatatan dan pelaporan tradisonal maupun dengan akuntansi, tetapi seringkali kita masih mendengar adanya ketegangan gereja yang disebabkan oleh pengelolaan keuangan. Permasalahan dapat timbul karena tidak adanya sistem manajemen keuangan dan sistem akuntansi keuangan dalam gereja. Sekiranya gereja sudah menerapkan keduanya, mungkin kondisi salah satu atau keduanya kurang baik. Dalam tulisan ini, yang akan dibicarakan lebih lanjut adalah masalah akuntansi keuangan gereja.
3
Dalam akuntansi permasalahan keuangan bisa timbul disebabkan oleh dua hal yaitu sistem dan manusia. Pertama, karena tidak adanya sistem atau kalau pun ada sistem tetapi tidak dilaksanakan dengan baik. Kondisi ini akan menjadi masalah, misalnya pada saat bendahara tidak memberikan serah terima laporan fisik keuangan sampai dengan alih tugas jabatan yang disebabkan karena tidak ada sistem yang mengatur hal itu dengan jelas ataupun kalau ada tidak dilaksanakan seperti yang telah ditetapkan Ada juga permasalahan yang terjadi antara donatur dan majelis gereja karena ternyata sumbangan yang ia berikan tidak diterima oleh bendahara gereja, ini pun bisa disebabkan oleh tidak ada atau kurang jelasnya sistem mengenai penerimaan kas.
Kedua, yang disebabkan oleh manusia karena kelemahan dan keterbatasannya ia tidak mempunyai pemahaman teologis yang benar maupun prilaku yang baik dalam pengelolaan keuangan gereja. Contohnya, adanya penyalahgunaan uang gereja untuk kepentingan pribadi oleh salah satu anggota panitia pengumpul dana, yang baru diketahui kemudian ketika akhir masa kepanitian. Di samping itu juga ada kasus pendeta yang diberhentikan karena terkait dengan penyalahgunaan keuangan gereja. Bahkan ada pendeta dan pengurus gereja lainnya yang melakukan penjualan aset milik gereja untuk kepentingan diri sendiri. Demikianlah, permasalahan-permasalahan ini timbul dalam lingkungan kepengurusan gereja yang bisa melibatkan pendeta, pejabat gereja maupun anggota jemaat yang mempunyai kewenangan terhadap keuangan (seperti panitia, tim, komisi, dan karyawan) dan terkait dengan ada tidaknya sistem dan bagaimana pelaksanaan sistem itu sendiri.
Permasalahan-permasalahan tersebut di atas biasanya tidak diketahui oleh jemaat secara terbuka dan ditangani secara serius oleh para pejabat gereja, bahkan ada kesan ditutup-tutupi. Beritanya menyebar di kalangan jemaat lewat desas-desus yang kemudian menjadi rahasia umum di lingkungan gereja tersebut. Alasan yang sering dikemukan karena gereja dianggap tidak layak untuk mempermasalahkan kasus keuangan ini. Alasan lain, karena gereja ingin menyelesaikan permasalahan tersebut dengan kasih. Ada juga yang mengatakan bahwa masalah keuangan adalah masalah yang sensitif karena itu harus hati-hati dalam menangani kasus ini untuk menghindari dari hal-hal yang akan merusak keutuhan dan kewibawaan gereja .
4 B. PERUMUSAN MASALAH
Dari fenomena-fenomena tersebut di atas terlihat bahwa seperti pada organisasi sekuler, gereja tidak lepas dari masalah pengelolaan keuangan bahkan ada penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan. Hal ini mungkin disebabkan oleh dua hal. Pertama sistem akuntansi yang diterapkan gereja tidak sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia. Kedua, gereja tidak mempertimbangkan landasan teologis dalam penerapan sistem akuntansi. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan masalah penerapan sistem akuntansi dan landasan teologis yang ada di gereja maka penulis memuncul pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Apakah pengelolaan keuangan gereja dilengkapi dengan sistem akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia? 2. Bagaimana peran Majelis Jemaat dalam penerapan sistem akuntansi dalam gereja? 3. Mengapa sistem akuntansi perlu diterapkan dalam penatalayanan keuangan gereja?
C. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Gereja Kristen Pasundan sejak HUT yang ke 65 sudah mencanangkan ”Kemandirian Gereja”. Ada tiga bidang yang diupayakan dalam kemandirian gereja yaitu teologi, daya dan dana. Konsepsi dan strategi pengembangan ”Tri Kemandirian” ini juga disosialisasikan kepada jemaat-jemaat di seluruh wilayah GKP baik jemaat kategori besar, sedang maupun kecil.
Dalam pengelolaan keuangannya GKP telah memiliki pedoman administrasi keuangan. Administrasi keuangan ini mencakup bidang manajemen dan akuntansi keuangan gereja. Mengingat begitu luasnya cakupan administrasi maka penulis akan memfokuskan skripsi ini pada salah satu bidang saja yaitu akuntansi. Pada bidang ini, penulis tertarik melihat sejauh mana penerapan praktek sistem akuntansi di Gereja khususnya GKP Klasis Priangan.
5 Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka skripsi ini diberi judul: PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI DALAM PENATALAYANAN KEUANGAN GEREJA (Sebuah Analisis Etis-Teologis Terhadap Penerapan Sistem Akuntasi di GKP Klasis Priangan) Penatalayanan6 keuangan adalah segala hal yang berkaitan pengelolaan keuangan termasuk di dalamnya wewenang, tangung jawab dan kewajiban. Sistem akuntansi adalah organisasi fomulirformulir, catatan-catatan, prosedur dan alat-alat yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk mengolah data yang berhubungan dengan aktivitas organisasi dengan tujuan untuk menghasilkan informasi keuangan dan non keuangan yang dibutuhkan oleh pihak internal dan eksternal organisasi.7
D. BATASAN MASALAH
Dengan memperhatikan latarbelakang masalah di atas dan mengingat luasnya wilayah GKP, maka penulis membatasi permasalahan di wilayah klasis Priangan. Ada dua alasan penulis memilih Klasis Priangan sebagai tempat penelitian. Pertama, karena Klasis Priangan merupakan salah satu klasis terbesar dan relatif kompleks dalam variasi etnis, pekerjaan, tempat tinggal dan budaya (desa, kota kecil, kota besar), status sosial, dan tingkat pendidikan. Kedua, penulis ingin mengenal dan meneliti gereja-gereja di luar Klasis Purwakarta yang merupakan gereja asal penulis dan termasuk juga salah satu klasis terbesar. Klasis Priangan terdiri dari terdiri dari 12 Jemaat, 2 Bajem (Bakal Jemaat) dan 12 Pos Kebaktian serta 1 Pos Pelayanan dengan berbagai kategori jemaat besar, sedang dan kecil. Oleh karena itu penulis membatasi pada Empat jemaat yang mewakili ketiga kategori tersebut yaitu (GKP Bandung, GKP Cimahi, GKP Lembang dan GKP Pangalengan).
6
Penatalayanan secara umum dapat diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan termasuk wewenang, tanggung jawab dan kewajiban. Lihat Darmaputera, P.Eka., Etika Sederhana untuk Semua: Bisnis Ekonomi dan Penatalayanan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1990, p. 54 7 Bandingkan dengan definisi dari Howard F. Settler yang dikutip Zaki Baridwan dalam Sistem Akuntansi: Penyusunan Metode dan Prosedur, Edisi 2, Cet Ke-6 Bagian Penerbitan Akademi Akuntansi YKPN, Yogyakarta, 1981, pp. 1-2 dan definisi dari Wirawan E.D.R, ”Sistem Akuntansi Gereja” dalam Pelatihan Akuntansi Gereja 12-14 Agustus 2002, Pusat Pengkajian Ekonomi Masyarakat (P2EM) FE UKDW, Yogyakarta, 2002
6 Di atas telah disebutkan bahwa dana adalah salah satu bidang yang hendak dicapai dalam Tri Kemandirian GKP. Berbicara mengenai dana tentunya berkaitan dengan pengelolaan keuangan gereja yang merupakan tugas dan tanggung jawab Majelis Jemaat. Majelis Jemaat dalam lingkup GKP adalah orang-orang yang dipilih untuk menjadi pemimpin dari dan oleh anggota sidi jemaat dengan menggunakan tata cara pemilihan Majelis Jemaat dan gembala jemaat yang dipanggil untuk melayani jemaat yang bersangkutan.8 Untuk mengelola keuangan gereja yang baik Majelis Jemaat memerlukan sarana dan alat yaitu dengan penerapan ilmu akuntansi. Pada skripsi ini penulis akan memfokuskan pada peranan praktek sistem akuntansi dan informasi yang dihasilkannya di dalam penatalayanan keuangan gereja.
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Membuat analisis dengan komparasi dan evaluasi atas penerapan sistem akuntansi serta laporannya berdasarkan sistem yang berlaku di Indonesia dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 mengenai Laporan Keuangan Nirlaba sehingga memperoleh landasan praktek akuntansi yang tepat dan berdaya guna bagi gereja khususnya Majelis Jemaat dalam mengelola keuangan gereja. 2. Menggali pandangan Alkitab dan teori akuntansi serta praktek sistem akuntansi dalam gereja mengenai penatalayanan keuangan gereja sehingga memperoleh landasan teologis bagi gereja khususnya Majelis Jemaat dalam mengelola keuangan gereja di masa depan dengan penerapan sistem akuntansi serta informasi yang dihasilkannya .
F. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode penulisan yang dilakukan adalah deskriptif analisis, yaitu memaparkan data-data yang didapat kemudian menganalisanya. a. Deskriptif
8
Majelis Pekerja Sinode GKP, Tata Gereja dan Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja Kristen Pasundan, Majelis Pekerja Sinode GKP, Bandung, 2003, p. 6
7 Pada bagian ini, penulis akan mendeskripsikan atau memaparkan secara menyeluruh dan mendalam tentang (1) pandangan etis-teologis Mejalis Jemaat mengenai akuntansi keuangan gereja, (2) Prinsip-prinsip akuntansi sebagai standar yang digunakan dalam pelaporan keuangan, dan (3) pertimbangan etis-teologis mengenai keuangan baik secara Alkitabiah maupun ilmu akuntansi dan kondisi faktual di gereja.
b.
Analisis Pada bagian ini, penulis akan menganalisa data yang telah dideskripsikan di atas dengan mengunakan prinsip-prinsip akuntansi keuangan dan pandangan Alkitab, tradisi dan pengalaman iman kristiani mengenai pengelolaan keuangan.
2. Metode pengumpulan data a. Metode Penelitian Literarur Penulis akan mendapatkan data-data melalui sumber-sumber sekunder yaitu melalui tulisan-tulisan, baik itu buku, jurnal, internet, majalah ataupun diktat-diktat yang dapat menjadi referensi pendukung.
b. Metode Penelitian Lapangan Penulis akan mendapatkan data-data mengenai pandangan etis teologis Majelis Jemaat dan akuntansi keuangan gereja yang ada di lapangan dengan cara: 1) Wawancara Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam kepada Majelis Jemaat. Informan dipilih dengan mempertimbangkan konteks jemaat setempat, misalnya ada/tidaknya pegawai gereja dalam proses akuntansi, jumlah bendahara. Dalam hal ini wawancara akan dilakukan dengan informal. Selain itu wawancara pun dilakukan secara tidak terstruktur, hal ini dapat membuat peneliti dan informan lebih leluasa untuk
mengungkapkan
pandangannya
mengenai
pemahaman
teologis
dan
pelaksanaan pengeloan keuangan gereja. 2) Observasi Partisipatif Dalam hal ini penulis akan melakukan pengamatan berperan serta terhadap sikap dan prilaku Majelis Jemaat dan data-data mengenai akuntansi keuangan gereja. Dalam
8 observasi ini sejauh diijinkan oleh Majelis Jemaat penulis juga akan mengamati laporan keuangan yang dibuat gereja.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini akan berbicara tentang latar belakang dari penyusunan skripsi dan rumusan permasalahan yang ada. Dalam hal ini akan dikemukakan bahwa peranan sistem akuntansi dalam penatalayanan keaungan gereja merupakan hal yang patut menjadi obyek penelitian dalam mengupayakan pengelolaan keuangan gereja yang baik dan bertanggung jawab. Selanjutnya juga akan dibahas alasan mengapa penulis memilih judul ini, tujuan penelitian dan metode penelitian serta penulisan yang akan penulis gunakan. Di akhir bab penulis akan menuliskan sistematika penulisan
BAB II. KERANGKA TEORITIS AKUNTANSI
Bab ini akan berisi mengenai kerangka teoritis akuntansi yang menjadi dasar pertimbangan penyusunan dan pelaksanaan akuntansi keuangan gereja. Pertama, peran akuntansi di dalam gereja. Kedua, Penulis akan memaparkan mengenai sistem akuntansi gereja yang terdiri dari pengertian sistem, fungsi dan tugas sistem, sistem akuntansi dalam gereja, dan sistem pengendalian intern. Ketiga teori mengenai sistem pelaporan yang terdiri dari laporan keuangan eksternal sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45, dan Laporan keuangan internal.
BAB III. ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI DI GKP KLASIS PRIANGAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan kejelasan faktual di gereja. Pertama, tentang keadaan GKP dan GKP Klasis Priangan secara umum. Penulis juga akan mendeskripsikan secara singkat GKP Bandung, GKP Cimahi, GKP Lembang dan GKP Pangalengan sebagai sampel obyek
9 penelitian. Kedua, akan dipaparkan pedoman akuntansi keuangan gereja yang digunakan serta analisinya. Ketiga, pelaksanaan Akuntansi di gereja dan analisisnya.
BAB IV. REFLEKSI TEOLOGIS
Pada bab ini penulis akan memaparkan pertimbangan etis-teologis Alkitab berkaitan dengan pengelolaan keuangan gereja. Penulis akan menggali tema penatalayanan dan nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam penatalayanan keuangan gereja. Selain itu,
penulis juga akan
menggali pemahaman teologis yang terdapat dalam akuntansi dan kondisi faktual pemahaman teologis dan pelaksanaan akuntansi di gereja Dari dasar pemahaman Alkitab tersebut dan dari kerangka teori akuntansi yang diuraikan pada Bab 2 serta kondisi faktual gereja pada Bab 3 menjadi bahan untuk menganalisis, dan merefleksikan pemahaman teologis yang mendasari penerapan sistem akuntansi dalam gereja
BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Pada bagian ini penulis akan memberikan kesimpulan penerapan sistem akuntansi di gereja khususnya GKP Klasis Priangan serta landasan teologis yang mendasarinya. Penulis juga akan memberikan saran-saran berdasarkan analisis dan refleksi teologis terhadap akuntansi keuangan gereja yang mempengaruhi perancangan dan pelaksanaannya. Saran-saran ini berkaitan dengan pemahaman teologis pengelolaan keuangan gereja sebagai dasar penerapan akuntansi gereja. Selain itu, penulis akan mengusulkan pengembangan sistem akuntansi gereja dan pelaporan keuangan bagi GKP Klasis Priangan dan GKP secara sinodal serta pembinaan Majelis Jemaat dan Jemaat mengenai pengelolaan keuangan gereja.