BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu pembentukan kata kompleks dapt dilakukan dengan cara pemendekan. Hasil proses pemendekan dapat berupa singkatan dan akronim. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan dari satu atau lebih kata dengan pelafalan huruf per huruf atau pelafalan seperti bentuk lengkapnya. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf dengan huruf, huruf dengan suku kata, maupun suku kata dengan suku kata yang diperlakukan dan dilafalkan sebagai kata. Dengan berakronim, sederet kata yang panjang disingkat menjadi satu kata yang wajar dalam pelafalannya. Bentuk singkatan, misalnya : SMU (Sekolah Menengah Umum) dilafalkan [es-em-u], bukan [smu] Yth. (Yang terhormat) dilafalkan [yaɳ t∂rhormat], bukan [ye-te-ha] Bentuk akronim, misalnya : Jampidsus (Jaksa Agung Muda Pidana Khusus) dilafalkan [jampitsus], bukan [je-a-em-pe-i-de-es-u-es] Granat (Gerakan Anti Narkotik) dilafalkan [granat], bukan [ge-er-a-en-a-te] Akronim, sebagai suatu fenomena kebahasaan,sebenarnya bukan barang baru karena di dalam bahasa daerah tertentu sudah dikenal bentukan-bentukan akronim. Dalam bahasa Sunda ada jenis kue misro (amis ‘manis’ dan jero ‘di dalam’), sedangkan dalam bahasa Jawa dikenal akronim tongpes (kantong kempes). Dalam bahasa Indonesia (BI), pengakroniman mulai berkembang pesat pada sekitar tahun 60-an, terutama pada jajaran Dephankam. Jajaran militer memang memiliki daftar akronim tersendiri yang lebih dikenal dengan istilah sandi. Sandi digunakan untuk kepentingan keamanan dan hanya dapat dipahami oleh aparat yang bersangkutan saja. Dalam hal ini, yang diharapkan untuk dipahami oleh masyarakat umum adalah akronim yang terdapat pada berbagai bidang, seperti bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, ideology, agama, dsb. nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
2
Masalah akronim dalam BI sebenarnya telah banyak dibahas oleh para ahli bahasa dan pemerhati bahasa, seperti Harimurti, Patriantoro, dan Moeliono. Harimurti Kridalaksana berbicara tentang cara pembentukan akronim atau cara penciptaan akronim BI. Patriantoro dalam “Pola-Pola Fonotaktik Akronim Bahasa Indonesia” lebih
memfokuskan
pada
berbagai
bentukan
akronim
berdasarkan
kaidah
persukukataan BI. Moeliono dalam “Membuat Akronim seperti Makan Jengkol di Bulan Puasa” membahas pembentukan akronim dan kebebasan pembentukannya dalam tubuh BI. Meskipun masalah akronim telah banyak dibahas oleh para ahli bahasa atau pemerhati bahasa, tetapi masalah itu tetap menarik untuk terus dikaji lebih lanjut dari berbagai aspek. Hal ini dilatarbelakangi adanya kenyataan bahwa akronim merupakan fenomena kebahasaan yang sering muncul terutama di media cetak maupun elektronik. Munculnya beragam bentukan akronim dipengaruhi oleh faktor situasi yang sedang menghangat, baik situasi di bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, agama, pendidikan, dsb. Situasi hangat pada berbagai bidang yang banyak dibicarakan berbagai kalangan itu mampu memunculkan beragam bentuk akronim. Bentukan-bentukan akronim berperan sebagai upaya memperkaya leksikon suatu bahasa termasuk BI. Hingga saat ini hampir setiap orang suka sekali mengakronimkan apa saja yang bisa diakronimkan; dan bermain dengan “mainan” yang tidak dapat lagi dikatakan sebagai “mainan baru” dalam kebahasaan. Kecenderungan penciptaan akronim oleh pemakai bahasa pada akhir-akhir ini adalah dengan mengambil sebuah kata yang secara leksikal sebenarnya sudah memiliki makna utuh menjadi akronim dengan makna leksikal sesuai dengan kepanjangannya. Dampak penciptaan akronim seperti itu menimbulkan banyak bentukan kata yang berhomonim, yaitu satu bentukan kata yang sama secara bentuk dan lafal, tetapi memiliki makna yang berbeda. Bentukan-bentukan akronim seperti itu banyak dijumpai di media cetak maupun elektonik, termasuk di harian terbitan daerah Jawa Tengah, misalnya :
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
3
(01)
secara leksikal „sejenis senjata api‟
granat
secara akronim „gerakan anti narkotik‟ (02)
secara leksikal „laut atau hal-hal yang berhubungan
bahari
dengan laut‟ secara akronim „bersih,aman,sehat,rapi,dan beriman‟ (03)
secara leksikal „nama diri, diri bernama Eko‟
Pak Eko
secara akronim „paket ekonomis‟ Surat kabar sebagai sarana komunikasi yang bermedia bahasa tulis berperan sebagai tolak ukur penggunaan BI yang baik dan benar (Alwi, 1995). Surat kabar sebagai media pers memuat ulasan atau pun menyediakan ruang pembinaan BI sebagai upaya untuk menyebarluaskan pembakuan bahasa yang telah disepakati oleh para ahli (Harmoko, 1996:63) Surat kabar menjadi pendukung penyebarluasan upaya penyempurnaan BI. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa surat kabar sebagai media cetak memiliki jenis pembaca yang heterogen, baik dari tingkat sosial, ekonomi, maupun usia; baik dari kaum elit maupun kawula alit aakan dihadapkan pada berbagai berita dan segala informasi lainnya yang disuguhkan melalui surat kabar. Surat kabar harian, yang nota bene terbit setiap hari, dengan tampilan berita-berita aktualnya yang disampaikan lewat bahasa akan menjadi daya magnet bagi masyarakat untuk membacanya.
4
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
Berdasarkan kenyataan-kenyataan itu, permasalahan-permasalahan akronim di media cetak, khususnya surat kabar, perlu dikaji secara lebih mendalam guna mendukung upaya penyempurnaan penguasaan BI bagi para pembacanya. Dalam hal ini, kajian akronim ditekankan pada aspek cara pembentukan akronim dan aspek pola kanoniknya untuk sampai pada karakteristik pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah; dan permasalahan-permasalahan yang muncul berkaitan dengan maraknya bentukan akronim di surat kabar harian, khususnya harian terbitan Jawa Tengah. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah karakteristik pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah berdasarkan aspek cara pembentukannya? 2. Bagaimana karakteristik pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dari pola kanoniknya? 3. Bagaimanakah dampak positif maupun dampak negatif pembentukan akronim dalam upaya pembinaan dan pengembangan BI bagi masyarakat pembacanya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan-rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian di sini sebagai berikut. 1. mendeskripsikan dan mengetahui karakteristik pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah berdasarkan aspek cara pembentukannya.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
5
2. mendeskripsikan dan mengetahui karakteristik pembentukan akronim dari pola kanoniknya di harian terbitan Jawa Tengah 3. mendeskripsikan dampak positif dan dampak negatif akibat maraknya penciptaan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dalam upaya pembinaan dan pengembangan BI bagi masyarakat pembacanya D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. memberikan dan menambah informasi alternatif tentang teori pembentukan akronim dan permasalahannya di harian terbitan Jawa Tengah b. memberikan dan menambah informasi alternatif tentang peran surat kabar harian dalam upaya pembinaan dan pengembangan BI bagi masyarakat pembacanya. 2. Manfaat Praktis a. memperkaya kajian di bidang pembentukan kata, khususnya akronim b. menjadi referensi alternatif dalam masalah akronim c. merangsang masyarakat pembaca untuk mengkaji akronim secara lebih mendalam. E. Sistematika Penulisan Laporan penelitian ini disusun atas lima bab yang terdiri atas sub-subbab sebagai berikut.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
6
Bab pertama, yaitu pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua, yaitu kerangka teoretis . Bab ini memuat teori-teori tentang batasan akronim dan cara penulisannya, batasan singkatan dan cara penulisannya, pembentukan akronim dalam bahasa Indonesia, permasalahan-permasalahan berkaitan dengan bentukan-bentukan akronim, dan kerangka berpikir. Bab ketiga, yaitu metode penelitian. Bab ini yang meliputi objek penelitian dan sumber data penelitian, data penelitian, teknik penyediaan data, dan teknik analisis data. Baba keempat, yaitu hasil penelitian dan pembahasan yang mendeskripsikan jawaban permasalahan penelitian. Bab ini terdiri atas subbab karakteristik pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dari pola kanoniknya, dan dampak pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah. Bab kelima, yaitu penutup yang berisi simpulan dan saran.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Batasan Akronim dan Cara Penulisannya Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar (Kridalaksana, 1998:4). Akronim merupakan suatu leksikon baru yang dibentuk melalui proses pemendekan atau penyingkatan sederet kata menjadi satu kata. Dilihat dari segi semantisnya, semantik akronim
itu sama dengan semantik kata-kata yang
diakronimkan. Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (1995) disebutkan bahwa akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata, misalnya radar (radio detecting and ranging), tilang (bukti pelanggaran). Ahmad Rakhman dalam Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI (1995:93) mendefinisikan akronim sebagai istilah yang berupa gabungan huruf dari kelompok kata yang dimaksudkan; gabungan silabe-silabe tak menentu, yakni gabungan silabe dan bunyi atau gabungan bunyi dan bunyi. Jika tekanan diletakkan pada kemerduan bunyi, biasanya silabe diabaikan saja. Jenis akronim yang berupa gabungan huruf awal disebut dengan istilah akronim bersistem kata huruf (letter word), misalnya ABRI, UKI, LAN, dsb.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
8 Penulisan akronim diperlakukan seperti kata biasa karena bentuk lengkap suatu akronim dapat berupa nama diri dan nama jenis. Ketentuan penulisan akronim dalam BI sebagai berikut. 1. Jika bentuk lengkap suatu akronim berupa nama diri, huruf pertama akronim itu ditulis dengan huruf kapital, misalnya, Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional), Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi), Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). 2. Jika akronim berupa gabungan huruf awal suatu kata, semua huruf awal itu ditulis dengan huruf kapital, seperti SIM (surat izin mengemudi), EMKU (ekspedisi muatan kapal udara), KONI ( Komite Olah Raga Nasional Indonesia). 3. Jika akronim itu tidak berupa nama diri atau gabungan huruf awal, akronim itu ditulis dengan huruf kecil, misalnya, aspri (asisten pribadi), munas (musyawarah nasional), siskamling (sistem keamanan lingkungan) B. Batasan Singkatan dan Cara Penulisannya Singkatan ialah bentuk istilah tulisan yang tulisannya dipendekkan menurut tiga cara sebagai berikut. 1. Istilah yang tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih dan dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya, misalnya, cm dilafalkan [sentim∂r], bukan [ce-em]; / dilafalkan [lit∂r], bukan [el], tg dilafalkan [taɳ∂n], bukan [te-ge]. Singkatan yang dilafalkan secara utuh seperti bentuk lengkapnya meliputi (1) singkatan-singkatan umum yang sudah lama dikenal, seperti dll. (dan lain-lain), dkk. (dan kawankawan), dsb. (dan sebagainya), dst. (dan seterusnya), Yth. (Yang terhormat); (2) singkatan untuk sapaan, gelar atas dasar keningratan, gelar akademik, singkatan
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
9 bagi kedudukan nabi, singkatan yang berasal dari doa, salawat, dan frasa-frasa bermakna sakral, seperti dr. (dokter), Dr. (doktor), Krg (Karaeng), Nabi Muhammad SAW (Sallallahu‟alaihi wassalam). 2. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu atau lebih huruf yang lazim dilisankan huruf demi huruf, misalnya, SMU (Sekolah Menengah Umum) dilafalkan [es-em-u]; TNI (Tentara Nasional Indonesia) dilafalkan [te-en-i]. 3. Istilah yang dibentuk dengan menanggalkan sebagian unsurnya; sebagi hasil pencangkokan sebagai kelompok kata yang dimaksudkan dan hasil cangkokan itu ditonjolkan, dan dilafalkan sebagai bentuk yang mewakili pengertian kelompok seutuhnya, misalnya: Pusat Bahasa mewakili pengertian (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), Pesawat Garuda mewakili (Garuda Indonesia Airways), Harian mewakili (Surat Kabar Harian). Penulisan singkatan memiliki beberapa ketentuan sebagai berikut . 1. Singkatan yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, baik nama resmi lembaga pemerintah atau kenegaraan, badan atau organisasi, nama dokumen resmi maupun nama lain, ditulis dengan menggunakan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Misalnya, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), IMB (izin mendirikan bangunan), KTP (kartu tanda penduduk)
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
10 2. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf kecil, penulisannya harus diikuti tanda titik pada masing-masing huruf itu, misalnya, u.p. (untuk perhatian), a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat), u.b. (untuk beliau). 3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga atau lebih huruf harus diikuti dengan tanda titik pada akhir singkatan, misalnya, tgl. (tanggal), dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya), hlm. (halaman), tsb. (tersebut). 4. Singkatan nama gelar, termasuk singkatan nama orang, sapaan, dan jabatan atau pangkat, diikuti dengan tanda titik, misalnya, S.H. (Sarjana Hukum), S.S. (Sarjana Sastra), Drs. (doktorandus), M.Hum. (Magister Humaniora), Kol. (Kolonel), Prof. (Profesor), M.Pd. (Magister Pendidikan). Apabila singkatan gelar ditulis di belakang nama orang,penulisannya harus diikuti tanda koma (,) sebelum penulisan gelar akademik. Misalnya, Edi Suripto, M.M. (Magister Manajemen). Jika singkatan di belakang nama orang itu bukan singkatan akademik, penulisannya tanpa diikuti tanda koma setelah nama orang itu. Misalnya Edi Suripto M.M. (Mustofa Machmud), bukan Edi Suripto (Magister Manajemen). 5. Singkatan yang terdiri atas satu atau lebih huruf yang melambangkan konsep dasar ilmiah (singkatan lambang), penulisannya disesuaikan dengan peraturan internasional, yaitu tanpa diakhiri tanda titik, misalnya, Cu (kuprum), ca (kalsium), m (meter), kg (kilogram).
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
11 C. Cara-Cara Pembentukan Akronim dalam Bahasa Indonesia Menurut Harimurti Kridalaksana, akronim dapat dibentuk dengan tiga cara, yaitu (1) penyingkatan secara abreviasi (ab); (2) penyingkatan secara akronim itu sendiri (ak); dan (3) penyingkatan abreviakronim (abk). 1. Penyingkatan secara abreviasi (ab) yaitu pembentukan akronim dengan cara mengambil fonem pertama dari suku pertama tiap kata yang diakronimkan, misalnya, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), pria idaman lain (pil). 2. Penyingkatan secara akronim (ak) yaitu pembentukan akronim dengan cara mengambil suku kata dari kata yang diakronimkan atau bagian kata yang menjadi suku kata dari hasil penciptaan kata baru itu, misalnya, sekretaris umum (Sekum), Nusa Tenggara (Nusra), serah terima jabatan (sertijab). 3. Penyingkatan secara abreviakronim (abk) yaitu pembentukan akronim dengan cara penyingkatan campuran antara cara abreviasi dengan cara akronim, misalnya, Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Kasab), Polisi Republik Indonesia (Polri). D. Pola-Pola Kanonik Pembentukan Akronim dalam Bahasa Indonesia Suku kata dalam BI bisa memiliki pola-pola sebagai berikut. A. B. C. D. E. F. G. H.
V VK KV KVK KKV KKVK KVKK KKKV
: a-mal, su-a-tu, tu-a : ar-ti, il-mu, ka-il : pa-sar, sar-ja-na, war-ga : pak-sa, per-lu, pe-san : slo-gan, dra-ma : trak-tor, kon-trak : mo-dern : stra-te-gi, stra-ta
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
12 I. KKKVK J. KKVKK K. KVKKK
: struk-tur, in-struk-si : kom-pleks : korps
Patriantoro dalam “ Pola-Pola Fonotatik Akronim Bahasa Indonesia” menyebutkan beberapa hasil pembentukan atau penciptaan akronim dari aspek jumlah dan pola suku katanya, yaitu: 1. Penciptaan akronim dengan dua kata memiliki beberapa pola suku kata a. pola akronim dua suku kata, seperti asbun (asal bunyi), Asteng (Asia Tenggara), aspri (asisten pribadi), b. pola akronim tiga suku kata, seperti Akapen (Akademi Penerangan), pemilu (pemilihan umum) 2. Penciptaan akronim dengan tiga kata memiliki pola suku kata berikut ini. a. pola akronim dua suku kata, seperti API (Akademi Pelayaran Indonesia), AKA (Akademi Keuangan dan Akuntansi) b. pola akronim tiga suku kata, seperti Nawangi (Pembinaan Pewayangan Indonesia), Pokjada (kelompok kerja daerah) c. pola akronim empat suku kata, seperti sendratari (seni,drama,dan tari) 3. Penciptaan akronim dengan empat kata memiliki pola suku kata sbb. a. pola akronim dua suku kata, seperti ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) b. pola akronim tiga suku kata, seperti Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) c. pola akronim empat suku kata, seperti Kokamtibnas (Komando Keamanan dan Ketertiban Nasional)
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
13 Beberapa hal yang mempengaruhi penciptaan akronim dengan empat kata yaitu (1) perbedaan cara penyingkatan dan (2) si pencipta akronim lebih memperhatikan segi keenakan bunyi (efoni). 4. Penciptaan akronim dengan lima kata memiliki pola suku kata sbb. a. pola akronim dengan sua suku kata, seperti Damri (Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia) b. pola akronim dengan tiga suku kata, seperti ATFIMI (Akademi Teater, Film, dan Musik Indonesia) c. pola akronim lima suku kata, seperti Menkopolkam (Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan) d. pola akronim lima suku kata, seperti Hankamnasrata (Pertahanan Keamanan Nasional Rakyat Semesta) 5. Penciptaan akronim enam kata memiliki pola suku, sebagai berikut. a. pola akronim tiga suku kata, seperti Pebabri (Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) b. pola akronim empat suku kata, seperti Pangkopkamtib (Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban). Pola-pola akronim yang berbeda dari hasil penciptaan akronim tersebut disebabkan kebebasan yang cukup longgar di dalam pengambilan unsur-unsur yang diakronimkan. Pengambilan unsur-unsur yang diakronimkan tidak harus mengambil fonem pertama, suku pertama,
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
14 atau suku terakhir dari kata-kata yang diakronimkan. Kebebasan dalam penciptaan akronim memungkinkan timbulnya permasalahan dalam pembentukan akronim. E. Permasalahan-Permasalahan Berkaitan dengan Bentukan Akronim Fenomena bentukan akronim dalam media cetak, khususnya surat kabar harian memiliki berbagai macam permasalahan, yaitu : 1. Pada beberapa akronim terdapat kata-kata yang tidak terwakili oleh huruf atau suku kata dalam proses pembentukannya, misalnya, Menlu (Menteri Luar Negeri). Di sini, kata negeri tidak terwakili dalam bentukan akronim Menlu. Frasa Menteri Luar Negeri merupakan frasa satu-satunya dalam BI. Oleh karena itu, jika seseorang berbicara tentang Menteri Luar, secara otomatis asosiasinya akan tertuju pada Menteri Luar Negeri. 2. Terdapat unsur bentukan akronim yang sama, tetapi mewakili kata yang berbeda. Misalnya, unsur bentukan As... dapat mewakili kata-kata (1) asal pada akronim asbun (asal bunyi); (2) Asia pada akronim asteng (Asia Tenggara); (3) asisten pada akronim aspri (asisten pribadi). 3. Terdapat unsur bentukan akronim yang berbeda untuk mewakili kata yang sama, misalnya, unsur kata akademi dapat terwakili oleh unsur pembentuk akronim yang berbeda-beda yaitu Aka…pada akronim Akapen (Akademi Penerangan), Ak…pada akronim Akper (Akademi Perawat), A… pada akronim ABA (Akademi Bahasa Asing).
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
15 4. Munculnya bentukan akronim yang tidak sesuai dengan kaidah atau sistem fonemik BI, misalnya, calhaj (calon haji), Bapfida (Badan Pembinaan Perfilman Daerah), Ditfrek (Direktorat Pengendalian Frekuensi). Ketidaksesuaian sistem fonemik pada tiga bentukan akronim tampak pada fonem /j/ yang mengakhiri kata pada akronim calhaj, deret konsonan /pf/ pada Bapfida, dan deret konsonan /tf/ pada Ditfrek. Fonem /j/ dalam BI tidak bisa dipakai untuk mengakhiri kata. Deret konsonan /pf/ dan /tf/ tidak terdapat dalam sistem fonemik BI. 5. Munculnya bentukan akronim yang tidak beraturan pola suku katanya, misalnya Ipoleksosbudhankamnasrata (ideologi, politik, ekonomi, sosial,budaya, pertahanan, keamanan nasional rakyat semesta). 6. Munculnya bentukan akronim dari kata yang secara leksikal sudah bermakna. Artinya, sebuah kata yang sudah memiliki arti leksikal dijadikan bentukan akronim dengan memberikan kepanjangannya, misalnya pil
salah satu bentuk obat pria idaman lain
aspal
salah satu bahan untuk membuat jalan asli tapi palsu
gelora
semangat gelanggang olah raga
Fenomena munculnya bentukan akronim dari kata yang secara leksikal sudah bermakna memunculkan bentukan kata yang berhiponim. Artinya, bentukan kata yang sama lafal dan lambang, tetapi berbeda maknanya.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
16 7. Munculnya penciptaan akronim dari kata yang secara leksikal sudah bermakna menjadi akronim nama diri atau dari satu nama diri dibentuk menjadi akronim dua nama diri, misalnya : Primadona
sri panggung Prima dan Donna (nama dua gadis kembar)
Jamilah
nama diri untuk seorang perempuan, „lembut‟ Akronim dari kata Jamil dan kata Milah
Permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam pembentukan akronim menunjukkan bahwa belum ada sistem pembentukan akronim yang mapan dan konsisten dalam BI. Dalam pembentukan akronim terdapat kebebasan yang longgar untuk mengambil unsur-unsur dari setiap kata yang diakronimkan atau hanya memperhatikan segi keenakan bunyi (eufoni). Penciptaan akronim oleh para pemakai bahasa sudah sangat menjamur. Setiap orang suka mengakronimkan apa saja yang bisa diakronimkan. Oleh karena itu, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menyarankan kepada segenap pemakai bahasa untuk membentuk akronim yang berpegang pada persyaratanpersyaratan tertentu. Persyaratan pembentukan akronim yaitu (1) jumlah suku kata akronim hendaknya tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim dalam BI; (2) akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola suku kata yang lazim dalam BI.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
17 F. Kerangka Berpikir Penelitian Penelitian ini diawali dari pemikiran tentang proses pembentukan kata dalam BI. Proses pembentukan kata dalam BI dapat dilakukan melalui pengimbuhan/afiksasi
yang
menghasilkan
kata
berimbuhan;
pengulangan/reduplikasi yang menghasilkan kata ulang; pemajemukan/komposisi yang
menghasilkan
kata
majemuk/kompositum;
dan
pemendekan
yang
menghasilkan singkatan/akronim. Akronim ini akan dilihat karakteristiknya dari aspek cara pembentukannya dan dari aspek pola kanoniknya. Dari kedua aspek itu dapat diketahui bagaimana dampak pembentukan akronim dalam upaya pembinaan dan pengembangan BI. Untuk lebih jelasnya, silakan amati bagan I di bawah ini.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
18 Bagan I Kerangka Berpikir Penelitian
Proses Pembentukan Kata
Pengimbuhan
Pengulangan
Pemajemukan
Kata Berimbuhan
Kata Ulang
Kata Majemuk
Pemendekan
Akronim
Pola Kanonik
Cara Pembentukan
Abreviasi
Akronim
Abreviakronim
Karakteristik Pembentukan Akronim dalam BI
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
V VK KVK KKVK VKK KKVKK VKK dsb.
Singkatan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian dan Sumber Data Penelitian
Objek penelitian (gegenstand) ini ialah fenomena pembentukan akronim yang muncul di harian terbitan daerah Jawa Tengah. Oleh karena itu, sumber datanya adalah surat kabar harian yang diterbitkan di wilayah Jawa Tengah. Berkaitan dengan masa kebebasan pers saat ini, banyak muncul surat kabar harian di wilayah Jawa Tengah, seperti Semarang Post, Solo Post, Tegal-Tegal, Radar Tegal, Radar Pekalongan, Suara Banyumas, Brebes Post, dsb. Namun, tidak semua surat kabar yang terbit di wilayah Jateng dijadikan sebagai sumber data. Di sini hanya akan diambil empat surat kabar harian yang terbit di wilayah Jateng sebagai sumber datanya. Keempat sumber itu adalah (1) Suara Merdeka (SM), (2) Republika (Rep), (3) Wawasan (Ws), dan (4) Radar Tegal (Rateg). Pilihan pada ketiga sumber data pertama didasarkan pada asumsi bahwa ketiga surat kabar itu sudah memiliki jaringan pemasaran yang luas. Ketiga surat kabar itu tidak hanya dikenal dan dibaca oleh masyarakat Jawa Tengah saja, tetapi sudah dikenal dan dibaca oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Pilihan sumber data yang keempat yaitu Radar Tegal didasarkan pada asumsi bahwa surat kabar harian yang terbit di Tegal-Jateng itu, meskipun tergolong harian baru, sudah mampu berkembang dengan sangat baik, baik dari segi pangsa pasar maupun maupun dari segi kualitas berita yang dimuat.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
20
B. Data Penelitian Data penelitian ini adalah bentukan-bentukan akronim yang muncul di surat kabar harian terbitan daerah Jateng, khususnya SM, Rep, Ws, dan Rateg. Penentuan data penelitian itu didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam penelitian ini bisa ditemukan karakteristik bentukan-bentukan akronim berdasarkan cara pembentukannya. Dari cara pembentukannya, dimungkinkan masing-masing sumber data memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Data penelitian yang primer ini didukung oleh data sekunder berupa informasi lisan dari pemakai bahasa terhadap bentukan-bentukan pemendekan untuk memastikan apakah bentuk pemendekan itu berupa singkatan ataukah akronim. C. Teknik Penyediaan Data Berkaitan dengan teknik penyediaan data, ada beberapa proses yang dilakukan dalam penelitian ini. Ketiga proses penyediaan data itu meliputi (1) pengumpulan data, (2) pemilihan dan pemilahan data, dan (3) pengklasifikasian data. Langkah pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka dengan didukung oleh teknik simak dan catat. Teknik pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sumber-sumber tertulis. Sumber-sumber tertulis yang digunakan didasarkan pada cerminan pemakaian bahasa secara sinkronis. Dalam teknik simak dan catat, penulis berusaha untuk menyimak pelafalan bentukan pemendekan dan mencatatnya untuk dapat diketahui apakah bentuk pemendekan itu merupakan singkatan dan/atau akronim.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
21
Setelah data mentah terkumpul, data dipilah dan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Data-data yang dipilih tentunya data-data yang mendukung tujuan penelitian, sedangkan data yang tidak mendukung penelitian tidak dipilih sebagai data penelitian. Setelah itu, data yang telah dipilih dan dipilah (data matang) diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Pengklasifikasian itu didasarkan pada cara pembentukan akronim (cara abreviasi/ab, cara akronim/ak, dan cara abreviakronim/abk), pola persukukataan/pola kanonik (V, VK, KV, KVK, dsb), dan jumlah suku kata bentukan akronim. D. Teknik Analisis Data Data matang penelitian ini berupa temuan bentukan akronim dari berbagai sumber data yang telah dipilih dan dipilah. Temuan ini diperkuat lagi dengan transkripsi lafal yang didapatkan dari para pemakai bahasa untuk mengetahui pelafalan bentukan pemendekan. Bagaimana pelafalan suatu bentuk pemendekan akan menentukan apakah hasil pemendekan itu berupa singkatan dan/atau akronim. Dengan dukungan transkripsi lafal itu, data akan menjadi valid. Karena bersifat kualitatif, analisis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Artinya, data penelitian dideskripsikan secara kualitatif. Data penelitian ditafsirkan berdasarkan cara pembentukan akronim, pola suku kata, dan jumlah suku kata bentukan akronim. Hasil tafsiran data itu dipergunakan sebagai bahasan hasil penelitian. Dengan lain kata, pembahasan hasil penelitian ini berupa deskripsi temuan-temuan penelitian sesuai dengan permasalahan penelitian.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
22
Sifat penelitian kualitatif dirancang untuk memahami fenomena terkait secara teliti dalam rangka membuat generalisasi atau perampatan. Pencatatan semua fenomena terkait dengan masalah yang diteliti secara cermat itu dilakukan dalam rangka analisis data. Metode analisis yang digunakan di sini adalah metode agih. Artinya, metode analisis yang didasarkan pada struktur internal bahasa itu tanpa melibatkan hal-hal di luar struktur internal bahasa (dalam hal ini adalah akronim). Metode analisis ini dilaksanakan dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) untuk mengetahui unsur langsung pembentuk akronim sehingga bisa diketahui cara pembentukannya, jumlah suku kata, dan pola kanoniknya.
BAB IV nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data dan Klasifikasi Data Hasil penelitian ini berupa bentukan-bentukan akronim yang terdapat dalam surat kabar harian Suara Merdeka, Republika, Wawasan, dan Radar Tegal. Dari keempat sumber data itu ditemukan sejumlah 200 bentukan akronim, baik dari variasi berita, variasi nonberita, maupun variasi editorial (tajuk rencana). Selengkapnya, data penelitian dapat dilihat pada lampiran data. Setelah data terkumpul, data-data itu dipilih dan dipilah, kemudian diklasifikasi sesuai dengan tujuan penelitian. Klasifikasi data dibagi atas dua dasar klasifikasi, yaitu berdasarkan (1) cara pembentukan akronim; dan (2) pola kanoniknya, seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2 di bawah ini. Tabel 1 Klasifikasi Data Bentukan Akronim Berdasarkan Cara Pembentukannya No.
Bentukan Akronim
Cara
No.
Bentukan Akronim
Cara
1 001. 002. 003. 004. 005. 006. 007. 008. 009. 010.
2 Tipikor Keppres NAD PAN Kejagung Pak JAM pidsus Komnas HAM Mabes Polri Dirut Akper
4 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.
Itwilkab JAM Forkompakk Tatib Otda Bawasda Kades Sekda Satlak Perusda
6 Ak Ab Abk Ak Ak Ak Ak Ak Ak ak
011. 012. 013.
Pemkot Kapolres Kasatreskrim
3 ab ab ak ak ab ab-ak-ab ak ak-abk ak akabk ak ak ak
111. 112. 113.
Sembako ASUH Polhut
Ak Ab ak
014.
Iptu Satreskrim
ak
114.
Ketum
Ak
5
24
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
1 015. 016. 017. 018. 019. 020. 021. 022. 023. 024. 025. 026. 027. 028. 029. 030. 031.
2 Diklat Pim Kabid Bahari Perda Wartel APWI Pemkab Dishubpar Sekda Pemprov Persit Rakor UAN Mapensi Kasat Intelkam Kasi Intel Depag
ak ak ak ak ak ab ak ak ak ak ak ak ab ak ak ak ak
3
4 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131.
032. 033. 034.
Kapuspenkum BIN IKOHI
ak ab ak
132. 133. 134.
035. 036. 037. 038. 039. 040. 041. 042. 043. 044. 045. 046. 047. 048. 049. 050. 051. 052. 053. 054. 055. 056. 057.
Kopassus Kedubes Pasmar Brigjen Bareskrim disperindag Kasubdin Puspa Humas pencaker Disduknaker Dulangmas Rapimwil Sisdiknas Ponpes Raskin Mendagri Bawasda Yan gu Kuker Kesbanglinmas Kesos Infokom
ak ak ak ak ak ak ak abk ak ak ak ak ak ak ak ak ak ak ak ak ak ak ak
135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157.
5 IKAHH Dinkes AKA Pepsagi Pasutri SOT sidak Baperjakat balon Porda Percasi Kejurda Seswapres Pilkada Pilpres Wadir Danjen Kopassus Pangdam Paban Biddagri Sintel TNI Paspampres LARI GAM panmus panan Kejati Kasubdit Kadin Muscab PASI GEMA Silatnas Upal Miras Kabid Penum Koperma Depkeu Bapekki PEMP Nopol Jubir Sespim Aspol
6 Ab Ak Ab Ak Ak Ab Ak Ak Ak Abk Abk Ak Ak Ak Ak Ak Ak Ak Ak Ak Ak Ab Ab Ak Ak Ak Abk Abk Ak Ab Ak Ak Abk Ak Ak Ak Ak Abk Ab Ak Ak Ak Ak
25
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
1 058. 059.
2 Menlu Pasukan Taifib
ak ak
4 158. 159.
060. 061. 062. 063. 064. 065.
Cawapres Menneg SARA API PUAB Gappri
ak ak ab ab ab abk
160. 161. 162. 163. 164. 165.
066. 067. 068. 069. 070. 071. 072. 073. 074. 075. 076. 077. 078. 079. 080. 081. 082. 083. 084. 085. 086. 087. 088. 089. 090.
BEM SEMA Pansus Gabpeknas Ikapi Madin ABMI Pungli Kesbanglinmas Depsos Dirjen Dikdasmen Dephan Bappeda Calhaj Kapedal Amdal Dipenda IPAL Yankesos Kejari KONI PAM Lakhar Posko Kanit
ab ak ak ak abk ak ab ak ab ak ak ak ak ak ak abk ak ab ak ak ab ab ak ak ak
166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190.
091. 092. 093.
AIPDA Reskrim Kaur Bin Ops Reskrim Polres Iptu Briptu Kasat Ditjenbud Men-PAN
ak ak ak
191. 192. 193.
5 DAK Tim Mantap KB API Kacapem Ekbang IDI Jalingkut CabupCawabup musda STAIN Persekat Kapolwiltabes warteg PAH Pemdes Koramil Sekkot GOR PAD timnas KUHAP Dankor Kanhub Restra Kalakhar La Pakem silatnas SIT Dansatgas Buser Botasupal Menakertrans Menhum dan HAM Mentamben Aspek indo Koarmatim
ak ak ak ak ak
194. 195. 196. 197. 198.
KOMPAK Ancu Inpub patwal Permen Otda
094. 095. 096. 097. 098.
3
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
6 Ab Ak Ab Ak Ak Ab Ak Ak Ak Ab Abk Ak Ak Ab Ak Ak Ak Ab Ab Ak Ab Ak Ak Ak Ak Abk Ak Ab Ak Ak Ak Ak ak ab Ak Ak Ak Abk Abk Ak Ak Ak
26 1 099. 100. Ket :
2 Suspimpemdagri AMPI
3 ak ab
4 199. 200.
5
6
Labfor Pangkotama
Ak Ak
ab = cara abreviasi ak = cara akronim abk = cara abreviakronim Tabel 2 Klasifikasi Data Bentukan Akronim Berdasarkan Pola Kanoniknya
No. 1 001.
Bentukan Akronim 2 Tipikor
Jml SK 3 3
002.
Keppres
2
003.
NAD
1
004. 005.
PAN Kejagung
1 3
006.
Pak JAM Pidsus
4
007.
Komnas HAM
2-1
008.
Mabes Polri
2-2
009. 010.
Dirut Akper
011.
Pola Kanonik 4 KV-KVKVK KVKKKVK KVK
No. 5 101.
Bentukan Akronim 6 Itwilkab
Jml SK 7 3
Pola Kanoniknya 8 VK-KVKKVK KVK
102.
JAM
1
103.
Forkompakk
3
104. 105.
Tatib Otda
2 2
106.
Bawasda
3
107.
Kades
2
KV-KVKKV KV-KVK
108.
Sekda
2
KVK-KV
2 2
KVK KV-KVKVK KVK-KVK KVK-KVK KVK-KVK KVK KVK-KVK KVK-KV KV-KVK KV-KVK
109. 110.
Satlak Perusda
2 3
Pemkot
2
KVK-KVK
111.
Sembako
3
012.
Kapolres
3
112.
ASUH
2
013.
Kasatreskrim
4
113.
Polhut
2
KVK-KVK
014.
Satreskrim
3
114.
Ketum
2
KV-KVK
015.
Diklat Pim
2-1
115.
IKAHH
2
V-KVKK
016. 017.
Kabid Bahari
2 3
116. 117.
Dinkes AKA
2 2
KVK-KVK V-KV
018.
Perda
2
KV-KVKKVK KV-KVKKVKKKVK KVK-KVKKKVK KVK-KVKKVK KV-KVK KV-KVKV KVK-KV
KVK-KVK KV-KVKKV KVK-KVKV V-KVK
118.
Pepsagi
3
KVK-KVKV
KVK-KVKKVKK KV-KVK VK-KV
27
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
1 019.
2 Wartel
3 2
4 KVK-KVK
5 119.
6 Pasutri
7
8 KV-KVKKV KVK KV-KVK KV-KVKKV-KVK KV-KVK
3
020. 021. 022.
APWI Pemkab Dishubpar
2 2 3
120. 121. 122.
SOT sidak Baperjakat
1 2 4
023. 024.
Sekda Pemprov
2 2
123.
balon
2
025. 026.
Persit Rakor
2 2
VK-KV KVK-KVK KVKKVK-KVK KVK-KV KVKKKVK KVK-KVK KV-KVK
125. 126.
Porda Kejurda
2 3
027.
UAN
2
V-VK
127.
Seswapres
3
028.
Mapensi
3
128.
Pilkada
3
029.
Kasat Intelkam
2-3
129.
Pilpres
2
030.
Kasi Intel
2-2
130.
Wadir
2
KV-KVK
031. 032.
Depag Kapuspenkum
2 4
131. 132.
Danjen Pangdam
2 2
KVK-KVK KVK-KVK
033. 034.
BIN IKOHI
1 3
KV-KVKKV KV-KVK VK-KVKKVK KV-KV VK-KVK KV-KVK KV-KVK KVK-KVK KVK V-KV-KV
133. 134.
Paban Biddagri Sintel
2 3-2
035.
Kopassus
3
135.
Paspampres
3
036.
Kedubes
3
136.
LARI
2
037. 038.
Pasmar Brigjen
2 2
137. 138
GAM Panmus
1 2
KVK KVK-KVK
039.
Bareskrim
3
139.
panan
2
KV-KVK
040.
Disperindag
4
140.
Kejati
3
KV-KV-KV
041.
Kasubdin
3
141.
Kasubdit
3
042. 043.
Puspa Humas
2 2
KV-KVKKVK KV-KVKVK KVK-KVK KKVKKVK KV-KVKKKVK KVK-KVKVK-KVK KV-KVKKVK KVK-KV KV-KVK
KV-KVK KVK-KVKKV KVK-KVK KVK-KVKKKVK KV-KV
142. 143.
Kadin Muscab
2 2
KV-KVKKVK KV-KVK KVK-KVK
KVK-KV KV-KVKKV KVK-KVKKVK KVK-KVKV KVKKKVK
28 nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
1 044.
2 pencaker
3 3
5 144.
PASI
2
8 KV-KV
145.
GEMA
2
KV-KV
146.
Silatnas
3
147.
Upal
2
KV-KVKKVK V-KVK
148.
Miras
2
KV-KVK
2
4 KVK-KVKVK KVKKVK-KVKVK KVKKVK-KVK KV-KVKKVK KVKKVK-KVK KVK-KVK
045.
Disduknaker
4
046.
Dulangmas
3
047.
Rapimwil
3
048.
Sisdiknas
3
049.
Ponpes
050.
6
7
149.
Kabid Penum
2-2
Raskin
2
KVK-KVK
150.
Koperma
3
051.
Mendagri
3
151.
Depkeu
3
052.
Bawasda
3
152.
Bapekki
3
053. 054. 055.
Yan gu kuker Kesbanglinmas
2 2 4
153. 154. 155.
PEMP nopol Jubir
1 2 2
KV-KVKKV KVKK KV-KVK KV-KVK
056. 057.
Kessos Infokam
2 3
156. 157.
Sespim Aspol
2 2
KVK-KVK VK-KVK
058. 059.
Menlu Taifib
2 2
KVK-KVKKV KV-KVKKV KVK-KV KV-KVK KVKKVKKVK-KVK KVK-KVK VK-KVKVK KVK-KV KVV-KVK
KV-KVK KV-KVK KV-KVKKV KVK-KV-V
158. 159.
DAK Tim Mantap KB
1 12-1
060.
Cawapres
3
160.
API
2
061. 062. 063. 064.
Menneg SARA API PUAB
2 2 2
KV-KVKKVK KVK-KVK KV-KV V-KV KV-VK
KVK KVK KVK-KVKKK V-KV
161. 162. 163. 164.
Kacapem Ekbang IDI Jalingkut
3 2 2 3
065.
Gappri
2
KVK-KKV
165.
2-3
066. 067. 068.
BEM SEMA Pansus
1 2 2
KVK KV-KV KVK-KVK
166. 167. 168.
Cabup Cawabup Musda STAIN Persekat
2 2 3
KV-KV-KVK VK-KVK V-KV KV-KVKKVK KV-KVK KV-KV-KVK KVK-KV KKV-VK KVK-KVKVK
29 nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
1 069.
2 Gabpeknas
3 3
4 KVKKVK-KVK
5 169.
6 Kapolwiltabes
7 5
070. 071. 072. 073.
Ikapi Madin ABMI Pungli
3 2 2 2
V-KV-KV KV-KVK VK-KV KVK-KV
170. 171. 172. 173.
warteg PAH Pemdes koramil
2 1 2 3
074.
Depkeu
3
174.
sekkot
2
075. 076. 077. 078.
Depsos Dirjen Dephan Bappeda
2 2 2 3
175. 176. 177. 178.
GOR PAD timnas KUHAP
1 1 2 2
KVK KVK KVK-KVK KV-KVK
079. 080.
Calhaj Kapedal
2 3
179. 180.
Dankor Kanhub
2 2
KVK-KVK KVK-KVK
081. 082.
Amdal Dipenda
2 3
181. 182.
Restra Kalakhar
2 3
083.
IPAL
2
KVK-KVV KVK-KVK KVK-KVK KVK-KVK KVK-KVKV KVK-KVK KV-KVKVK VK-KVK KV-KVKKV V-KVK
8 KV-KVKKVK-KVKVK KVK-KVK KVK KVK-KVK KV-KVKVK KVK-KVK
183.
La Pakem
1-2
084.
Yankesos
3
184.
silatnas
3
085.
Kejari
3
185.
SIT
1
086.
KONI
2
KVK-KVKVK KV-KVKV KV-KV
KV-KKVK KV-KVKKVK KV KV-KVK KV-KVKKVK KVK
186.
Dansatgas
3
087. 088.
PAM Lakhar
1 2
KVK KVK-KVK
187. 188.
buser Botasupal
2 4
089.
Posko
2
KVK-KV
189.
Menakertrans
4
090.
Kanit
2
KV-KVK
190.
2-1
091.
AIPDA
2
VVK-KV
191.
Menhum dan HAM Mentamben
092.
Reskrim
2
192.
Aspekindo
4
093.
Kaur Bin Ops
193.
Koarmatim
4
094.
IPTU
21-1 2
KVKKKVK KV-VKKVK-VKK VK-KV
194
KOMPAKK
2
3
KVK-KVKKVK KV-KVK KV-KV-KVKVK KV-KVKVKKKVKK KVK-KVK KVK KVK-KVKKVK VK-KVKVK-KV KV-VK-KVKVK KVK-KVKK
30
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
1 095. 096. 097.
2 Briptu Kasat Ditjenbud
3 2 2 3
098.
Men-PAN
2
099.
Suspimpemdagri
5
100.
AMPI
2
Ket
4 KKVK-KV KV-KVK KVKKVK-KVK KVK-KVK
5 195. 196. 197.
6 Ancu Inpub Patwal
7 2 2 2
8 VK-KV VK-KVK KVK-KVK
198.
Permen Otda
2-2
KVKKVKKVK-KVKKV VK-KV
199.
Labfor
2
KVK-KVK VK-KV KVK-KVK
200.
Pangkotama
4
KVK-KVKV-KV
: SK = suku kata
B. Karakteristik Pembentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah Berdasarkan Cara Pembentukannya Karakteristik pembentukan akronim dari cara pembentukanya dapat dilihat pada tabel 1 di atas tentang klasifikasi akronim dari cara pembentukannya. Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa terdapat berbagai cara pembentukan akronim, yaitu cara abreviasi (ab), cara akronim (ak), maupun cara abreviakronim (abk). Dari berbagai jenis cara pembentukan akronim tersebut, cara akronim (ak) ternyata mendominasi pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah. Hal ini bisa dilihat pada tabel 3 tentang persentase cara pembentukan akronim di bawah ini. Tabel 3 Persentase Cara Pembentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah No. 1 1 2 3
Cara Pembentukan 2 ABREVIASI (ab) AKRONIM (ak) ABREVIAKRONIM (abk) Jumlah
Jumlah 3 35 150 15 200
Persentase 4 17,5% 75% 7,5% 100%
Hasil penelitian, seperti tampak pada tabel 3, menunjukkan bahwa cara pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah didominasi oleh cara akronim (ak) yaitu sebanyak 75%.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
31
Cara observasi (ab) menempati posisi kedua yaitu sebanyak 17,5%, sedangkan cara abreviakronim (abk) menempati posisi ketiga, yaitu sebanyak 7,5%. Pembentukan akronim dengan cara akronim, yaitu pembentukan akronim dengan cara mengambil suku kata dari kata yang diakronimkan atau bagian kata yang menjadi suku kata dari hasil penciptaan kata baru itu. Dengan demikian, pembentukan akronim dengan cara akronim (ak) merupakan karakteristik pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dari aspek cara pembentukannya. Contoh pembentukan akronim dengan berbagai cara tersebut dapat dilihat pada contoh (01) s.d. (06) di bawah ini. (01) AJI
[aji]
(Asosiasi Jurnalis Indonesia)
ab
(02) API
[api]
(Asosiasi Pertekstilan Indonesia)
ab
(03) Akpol
[akpol]
(Akademi Kepolisian)
ak
(04) Babinsa
[babinsa]
(Badan Bimbingan Masyarakat)
ak
(05) Dandim
[dandim]
(Komandan Distrik Militer)
abk
(06) Denpom
[d∑npom]
(Detasemen Polisi Militer)
abk
Cara pembentukan akronim di dalam harian terbitan Jawa Tengah, secara lebih jelas lagi, dapat dilihat pada tabel 3 di atas. C. Karakteristik Pembentukan Akronim di harian Terbitan Jawa Tengah Berdasarkan Pola Kanoniknya Berdasarkan tabel 2 di atas tentang klasifikasi pembentukan akronim dari pola kanoniknya dapat diketahui bahwa jumlah suku kata bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah didominasi oleh akronim bersuku dua dengan pola favorit KVK-KVK sebanyak 18,5%. Hal ini bisa dilihat pada tabel 4 dan tabel 5 di bawah ini tentang karakteristik bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dari jumlah suku kata dan pola kanoniknya.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
32 Tabel 4 Persentase Bentukan Akronim Berdasarkan Jumlah Suku Kata No.
Jml SK 1 2 1. 1 SK 2. 2 SK 3. 3 SK 4. 4 SK 5. 5 SK Jumlah SK : suku kata
Jml Data 3 16 114 56 12 2 200
Persentase Jml SK 4 8% 57% 28% 6% 1% 100%
Tabel 5 Persentase Bentukan Akronim Berdasarkan Pola Kanoniknya No.
1.
Jml SK 2 1 SK
2.
2 SK
1
Pola Kanonik
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
3 KVK KVKK KV VKK KVK-KKVK KV-KVK VK-KVK KVK-KVK KVK-KV V-KVK V-KVKK V-KV VK-KV V-VK KV-KV KKVK-KVK KVV-KVK KVK-KKV KKV-VK KV-KKVK VVK-KV KV-VK KVK-KVKK KKVK-KV
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
Jml
Persentase 4
13 1 1 1 4 28 5 37 10 3 1 3 5 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 6,5% 0,5% 0,5% 0,5% 2% 14% 2,5% 18,5% 5% 1,5% 0,5% 1,5% 2,5% 0,5% 4% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
33 1 3.
2 3 SK
4.
4 SK
5.
5 SK
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 1. 2.
3 KV-KV-KVK VK-KVK-KVK KVK-KVK-KVKK KV-KVK-KV KVK-KV-KV KV-KVK-KV KVK-KVK-KKVK KV-KV-KV KV-KV-KKV KVK-KVK-KVK KVK-KV-KKVK V-KV-KV KVK-KV-KKV KV-KVK-KKVK KVK-KV-KVK KVK-KV-V VK-KV-KVK KV-KV-KKVK KV-KV-KVK KVK-KVK-KVK-KVK KV-KVK-KVK-KKVK KV-KVK-KV-KVK KV-KVK-KVK-KVK KVK-KV-KVK-KVK KVK-KVK-KV-KVK KV-KV-KV-KVK KV-KV-KVK-KKVKK VK-KV-KVK-KV KV-VK-KV-KVK KVK-KV-KV-KV KV-KVK-KVK-KV-KVK KVK-KVK-KVK-KV-KKV
Jumlah
4 6 1 2 8 5 10 1 3 1 7 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 200
5 3% 0,5% 1% 4% 2,5% 5% 0,5% 1,5% 0,5% 3,5% 0,5% 1% 1% 0,5% 0,5% 1% 0,5% 0,5% 0,5% 1% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 100%
Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5 ditemukan beberapa hal berkaitan dengan karakteristik bentukan akronim berdasarkan jumlah dan pola kanonik. Hal-hal tersebut sebagai berikut. 1.
Akronim bersuku satu sebanyak 8 % dengan pola favorit KVK sebanyak 6,5%
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
34 2. Akronim bersuku dua sebanyak 57% dengan pola favorit KVK-KVK sebanyak 18% 3. Akronim bersuku tiga sebanyak 28% dengan pola favorit KV-KVK-KVK sebanyak 5% 4. Akronim bersuku empat sebanyak 6% dan dan akronim bersuku lima sebanyak 1% 5. Pola kanonik akronim bersuku empat dan lima tidak menampakkan kefavoritan pola kanonik tertentu karena akronim bersuku empat dan lima jarang sekali ditemukan; dan pola kanonik akronim tersebut penyebarannya bersifat merata (antara 0,5% s.d. 1%) Berdasarkan kelima pokok
temuan tersebut dapat diketahui bahwa (1) akronim
bersuku dua mendominasi bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dengan persentase sebanyak 57%; (2) pola kanonik berstruktur KVK-KVK merupakan pola favorit bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dengan persentase sebanyak 18,5%. Jadi, bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah berdasarkan jumlah suku kata dan pola kanoniknya berkarakteristik bentukan akronim bersuku dua dengan pola favorit KVK-KVK. Untuk lebih jelasnya, silakan perhatikan beberapa contoh bentukan akronim berdasarkan jumlah suku dan pola kanoniknya di bawah ini.
a. Bentukan akronim bersuku satu memiliki empat pola suku kata, yaitu : 1) 2) 3) 4)
KVK VKK KVKK KV
= GAM(Gerakan Aceh Merdeka), HAM = Ops (Operasi) = PEMB (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) = La (Lembaga)
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
35 pola KVK merupakan pola favorit bentukan akronim bersuku satu, yaitu sebanyak 6,5% sebagaimana pada umumnya kata bersuku satu, seperti tik, cat, pot, dsb. b. Bentukan akronim bersuku dua memiliki dua puluh pola suku kata, yaitu : 1) V-VK 2) V-KV 3) V-KVK 4) V-KVKK 5) VK-KV 6) VK-KVK 7) KV-VK 8) KV-KV 9) KV-KVK 10) KV-KKVK 11) KKV-VK 12) KVK-KV 13) KVK-KVK 14) KVK-KKV 15) KVK-KKVK 16) KKVK-KV 17) KKVK-KVK 18) KVV-KVK 19) VVK-KV 20) KVK-KVKK
= U-AN (Ujian Akhir Nasional) = A-PI (Asosiasi Perindustrian Indonesia) = I-PAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) = I-KAHH (Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan) = an-cu (andalan cabang urusan) = Ak-per (Akademi Keperawatan) = SA-RA (suku, agama, ras, dan antargolongan) = SA-RA (suku, agama, ras, dan antargolongan) = Di-rut (Direktur Utama) = Re-stra (rencana strategis) = STA-IN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) = Per-da (Peraturan Daerah) = Pem-kot (Pemerintahan Kota) = Gap-ri (Gabungan Pengusaha) = Pem-prov (Pemerintahan Provinsi) = Brip-tu (Brigadir satu) = Brig-jen (Brigadir Jenderal) = Taifib (Intai dan amfibi) = AIPDA (Ajudan Inspektorat Daerah) = KOMPAKK ( Komite Masyarakat Pemalang anti Korupsi)
Pola favorit bentukan akronim bersuku dua yaitu pola KVK-KVK sebanyak 18,5%, kemudian disusul pola KV-KVK sebanyak 14%. c. Bentukan akronim bersuku tiga memiliki sembilan belas pola suku kata sebagai berikut. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
V-KV-KV VK-KV-KVK VK-KVK-KVK KV-KV-KV KV-KV-KVK KV-KV-KKVK KV-KVK-KV KV-KVK-KVK
= I-KO-HI (Ikatan Orang Hilang) = In-fo-kom (informasi dan komunikasi) = It-wil-kab (Inteljen Wilayah Kabupaten) = Ba-ha-ri (bersih, aman, sehat, rapi, beriman) = ti-pi-kor (tindak pidana korupsi) = ca-wa-pres (calon wakil presiden) = Ma-pen-si = Ka-pol-res (Kepala Kepolisian Resort)
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
36
9) KVK-KV-V 10) KVK-KV-KV 11) KVK-KV-KVK 12) KVK-KV-KKV 13) KVK-KV-KKVK 14) KVK-KVK-KVK 15) KVK-KVK-KVKK
= Dep-ke-u (Departemen Keuangan) = Bap-pe-da (Badan Pengkajian Pembangunan Daerah) = pen-ca-ker (pencari tenaga kerja) = Men-da-gri (Menteri Dalam Negeri) = Ses-wa-pres = Dis-hub-par (Dinas Perhubungan dan Pariwisata) = For-kom-pakk (Forum Komunikasi Paguyuban Kepala Desa dan Kecamatan) 16) KVK-KVK-KKVK = Sat-res-krim (Satuan Reserse dan Kriminal) 17) KV-KV-KKV = Pasutri (pasangan suami istri) 18) KV-KVK-KKVK = Bareskrim (Barikade Reserse dan Kriminal) 19) KV-KV-KVK = Kapedal (Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan) Dari kesembilan belas pola tersebut, pola KV-KVK-KVK merupakan pola favorit bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dengan persentase sebanyak 5%. d. Bentukan akronim bersuku empat memiliki sebelas pola sebagai berikut. 1) VK-KV-KVK-KV 2) KV-VK-KV-KVK 3) KV-KV-KV-KVK 4) KV-KV-KVK-KKVKK 5) 6) KV-KVK-KVK-KVK 7) KV-KVK-KVK-KKVK 8) KVK-KV-KV-KV 9) KVK-KV-KVK-KVK 10) KVK-KVK-KV-KVK 11) KVK-KVK-KVK-KVK
= As-pe-kin-do (Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia) = Ko-ar-ma-tim (Komando Armada Maritim Wilayah Timur) = Bo-ta-su-pal (BadanKoordinasi Pemberantasan Uang Palsu) = Me-na-ker-trans (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi) KV-KVK-KV-KVK = Ba-per-ja-kat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) = Ka-pus-pen-kum (Kantor Pusat Penerangan dan Hukum) = Ka-sat-res-krim (Kepala Satuan Reserse dan Kriminal) = Pang-ko-ta-ma (Panglima Komando Utama) = Dis-pe-rin-dag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) = Dis-duk-na-ker (Dinas Kependudukan dan Tenaga Kerja) = Kes-bang-lin-mas (Kesejahteraan Kebangsaan dan Perlindungan Masyarakat)
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
37 pola favorit bentukan akronim bersuku empat di harian terbitan Jawa Tengah, yaitu pola KVK-KVK-KVK-KVK sebanyak 1%; sedangkan pola-pola yang lain bersifat menyebar. Artinya, tidak ada pola suku kata yang mendominasi. e. Bentukan akronim bersuku lima memiliki dua pola suku kata sebagai berikut. 1) KV-KVK-KVK-KV-KVK
= Ka-pol-wil-ta-bes (Kepala Wilayah Kota Besar) 2) KVK-KVK-KVK-KV-KVK = Sus-pim-pem-da-gri (Kursus Pemerintahan Dalam Negeri)
Kepolisian Pimpinan
Berdasarkan paparan tentang jumlah suku kata dengan pola kanoniknya, dapat diketahui bahwa karakteristik bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dari aspek jumlah suku kata dan pola kanoniknya didominasi akronim bersuku dua dengan pola favorit KVK-KVK. D. Karakteristik Bentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah Berdasarkan Pola Gugus Konsonan (Kluster) dan Deret Konsonan (Diagraf) Gugus konsonan (kluster), yaitu konsonan rangkap yang terdapat dalam satu suku kata. Jika dua konsonan terdapat dalam suku kata yang sama, konsonan yang pertama lazimnya berupa konsonan /p, b, t, k, g, f, s, d/, sedangkan konsonan yang kedua berupa konsonan /l, r, w, s, m, n, k/ di dalam beberapa kata tertentu. Urutan konsonan yang berupa kluster, yaitu /pl, bl, kl, gl, fl, sl, pr, br, tr, dr, kr, gr, fr, sr, ps, ks, dw, sw, kw, sp, sm, sn, sk, str, spr, skr, sk/ seperti dalam kata pleonasme, blangko, klinik, global, flamboyan, slogan, pribadi, brahma, tragedy, drama, krupuk, gram, fragmen, Sragen, psikologi, eksponen, dwifungsi, swalayan, spora.
38
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
Urutan konsonan yang terdapat pada dua suku kata disebut deret konsonan, bukan gugus konsonan/kluster. Deret konsonan yang lazim dalam BI adalah /mp, mb, nt, nd, ns, nc, nj, nk, ng, rb, rd, rg, rj, rm, rn, rl, rt, rk, rs, rc,st, sl, kt, ks, kd, kn, kl, kr, ky, kw, pt, ht, hk, hs, hb, hl, hy, hw, sh, mr, ml, lm, gn, np, rh, sb, sp, sm, km, ls, lj, lt, pd, gm, hd/ Berdasarkan data yang telah terkumpul dapat diketahui bahwa gugus konsonan (kluster) yang muncul pada bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah berbentuk /tr, ns, st, mp, pr, gr, nh, kk, br, kr, ps/, misalnya dalam contoh (07) s.d. (11) di bawah ini. (07) (08) (09) (10) (11)
/tr/ /br/ /gr/ /pr/ /ps/
sat-res-krim (satuan reserse dan kriminal) brig-jen (brigadier Jenderal) dep-da-gri (Departemen Dalam Negeri) ca-wa-pres (Calon Wakil Presiden) Ops (operasi)
Kluster yang terdapat pada contoh no. (07) s.d. (11) menunjukkan adanya kluster yang lazim dalam BI, sedangkan kluster seperti contoh no. (12) s.d. (16) di bawah ini menunjukkan kluster yang tidak lazim dalam BI. (12) /kk/ (13) /hh/ (14) /mp/ (15) /st/ (16) /ns/
FOR-KOM-PAKK (Forum Komunikasi Paguyuban Kepala Desa dan Kelurahan) I-KAHH (Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan) PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) STA-IN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Me-na-ker-trans (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi)
Dengan ditemukannya fenomena seperti contoh no. (12) s.d. (16), dapat dikatakan bahwa dari segi pola suku kata, khususnya gugus konsonan (kluster), pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah memiliki keunikan atau karakteristik wujud kluster berupa /kk, hh, mp, st, dan ns/. Kluster-kluster tersebut merupakan kluster yang tidak lazim dalam pola kluster BI.
39
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
Jadi, karakteristik pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dari pola gugus konsonan (kluster) yaitu munculnya pola kluster yang tidak lazim. Pola deret konsonan biasa dalam bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah tampat pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Persentase Tingkat Kelaziman Pola Rangkap Konsonan pada Bentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah
No.
1 01.
Lazim-tdknya Pola deret Konsonan 2 Lazim
02.
Tidak Lazim
Jenis deret konsonan dlm bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah
Jml
Persentase
3 rc, rd, rk, rm, rs, rt, kl, nd, mb, mp, sb, sm, ɳk, nt m-pr, p-pr, r-tr, s-kr, gr, lr, pr, tr, nl, ɳl, tl, lh, lk, lw, lw, bd, dd, kd, md, nd, pd, sd, td, ɳd, ds, kb, mb, nb, sb, bf, bm, bp, nc, sc, tg, gj, kh, nh, ph, sh, nj, rj, tj, kk, mk, nk, pk, sk, ɳk, kn, kp, nm, sm, ɳm, mn, mp, mw, nn, tn, nf, np, pp, sp, pt, pw, ss, sw, tw,
4 14
5 18%
65
82%
79
100
Jumlah
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa ada beberapa hal berkaitan dengan pola deret konsonan yang menjadi karakteristik bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah yaitu : (1) fenomena pola deret konsonan bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah memiliki pola yang tidak lazim dalam BI yaitu sebanyak 82%, sedangkan yang lazim atau mengikuti pola baku dalam BI hanya 14%;
40
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
(2) muncul pola paduan antara fonem dengan gugus konsonan menjadi pola deret konsonan bentukan akronim, seperti /m-pr/ /p-pr/ /s-kr/ /r-tr/
Pas-pam-pres (Pasukan Pengamanan Presiden) Kep-pres (Keputusan Presiden), Gap-pri Res-krim (Reserse dan Kriminal) Me-na-ker-trans (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi)
(3) muncul pola konsonan sejenis yang rangkap sebagai pola deret konsonan. Seperti : /ss/ /nn/ /dd/ /kk/
Ko-pa-sus (Komando Pasukan Khusus) Men-neg (Menteri Negara) Bid-da-gri (Bidang Dalam Negeri) Sek-kot (Sekretaris Kota), Ba-pek-ki (Badan pengkajian Ekonomi dan Kerja sama Internasional
E. Dampak Pembentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah Pembentukan akronim yang sangat subur di dalam BI, termasuk di harian terbitan Jawa Tengah, tentu saja membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah dapat memperkaya kosa kata dalam BI. Dampak positif ini justru akan menjadi dampak negatif jika pemakai BI selalu membentuk akronim tanpa memenuhi persyaratan pembentukan akronim dalam BI. Dampak negatif pembentukan akronim yang sangat subur di media cetak tampak dengan munculnya permasalahan-permasalahan berkaitan dengan pembentukan akronim itu sendiri. Permasalahan-permasalahan pembentukan akronim yang ditemukan dalam harian terbitan Jawa Tengah adalah sebagai berikut. 1. Pada
beberapa
misalnya (1)
bentukan
konjungsi dan
akronim pada
terdapat akronim
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
kata
yang tidak
Reskrim (Reserse
terwakili, dan
41
Kriminal),
Mentamben
(Menteri
Pertambangan
dan
Energi),
Menakertrans (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi). Konjungsi dan pada sebagian besar bentukan akronim, bahkan semua bentukan akronim, selalu dihilangkan atau tidak terwakili dalam bentukan akronim; (2) kata Negeri pada Menlu (Menteri Luar Negeri). Frasa Menteri Luar merupakan satu-satunya frasa dalam bentukan akronim, sehingga jika seseorang berbicara tentang Menlu, secara otomatis menunjuk pada Menteri Luar Negeri; (3) kata dan dan sama pada akronim Bapekki (Badan Pengkajian Ekonomi dan kerja sama Internasional), dll. 2. Munculnya unsur yang sama pada beberapa bentukan akronim, tetapi mewakili kata-kata yang berbeda, misalnya unsur as… bisa mewakili kata asal pada akronim asbun (asal bunyi), mewakili kata Asia pada akronim kata Asteng (Asia Tenggara), mewakili kata asisten pada akronim Aspri (Asisten Pribadi), dan sebagainya. 3. Munculnya unsur yang berbeda pada beberapa akronim, tetapi mewakili kata-kata yang sama pada beberapa akronim, misalnya kata Akademi bisa diwakili oleh unsur Aka… pada akronim Akapen (Akademi Penerangan), diwakili oleh unsur Ak… akronim Akper (Akademi Keperawatan), diwakili oleh unsur A… pada akronim ABA (Akademi Bahasa Asing), dsb. 4. Munculnya
bentukan akronim yang tidak sesuai dengan kaidah atau
fonemik bahasa Indonesia, misalnya akronim Budaya), Itwilkab, muscab (musyawarah cabang),
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
Ditjenbud
sistem
(Direktorat Jenderal
42 tatib (tata tertib), calhaj (calon haji), Pemprov (Pemerintah Provinsi), dsb. Dalam sistem fonemik BI, fonem /d/, /b/, /j/, /v/ tidak pernah menempati posisi akhir kata. Kalaupun fonem /d/ dan/b/ menempati posisi akhir kata, fonem /d/ dilafalkan /t/ dan fonem /b/ dilafalkan /p/. Di samping itu, banyak konsonan rangkap yang muncul pada bentukan akronim tidak sesuai dengan system konsonan BI seperti terdapat pada tabel 5 di atas. 5. Munculnya bentukan akronim yang tidak beraturan pola suku katanya (jumlah suku katanya melebihi jumlah suku kata yang umum dan wajar dalam BI), misalnya Ipoleksosbudhankamnasrata (Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan nasional rakyat semesta). Masalah ini jarang muncul dalam bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah. 6. Munculnya akronim yang dibentuk dari kata yang sudah bermakna leksikal. Permasalahan ini memunculkan fenomena kata yang berhomonim yaitu kata yang ejaan dan lafalnya sama,tetapi maknanya berbeda.
JAM
1. alat pengukur waktu (makna leksikal) 2. Jaringan Aspirasi Masyarakat (akronim) 3. Jaksa Agung Muda (akronim)
Kompak
1. Bersatu padu (makna leksikal) 2. Komite Masyarakat Pemalang Anti Korupsi (akronim)
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
43 Gema
1. Bunyi atau suara yang memantul (makna leksikal) 2.Gerakan Mahasiswa Pembebasan (akronim)
Akronim seperti itu banyak ditemukan di harian terbitan Jawa Tengah, seperti balon (bakal calon), asuh (asli, sehat, utuh, dan halal), lari (Lembaga advokasi Reformasi Indonesia), puspa (pusat pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak), simak (Solidaritas Masyarakat Jepara antikorupsi), bahari (bersih, aman, sehat, rapi, dan beriman), api (Arsitektur Perbankan Indonesia), dsb. 7. Munculnya satu bentukan akronim yang penulisannya menjadi dua suku kata terpisah, misalnya yan gu (pelayanan gangguan), tidak ditulis yangu untuk menghindari kesalahan baca menjadi [yaɳu] ; La Pakem (Lembaga Pengembangan dan Kemitraan Masyarakat), tidak ditulis Lapakem; JAM Pidsus (Jaksa Agung Muda Pidana Khusus); tidak ditulis Jampidsus; Men PAN (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara), tidak ditulis Menpan; Permen Otda (Peraturan Menteri Otonomi Daerah), tidak ditulis Permenotda untuk menghindari
kesalahan
pengucapan;
Diklat
Pim
(Pendidikan
dan
Latihan
Kepemimpinan), tidak ditulis Diklatpim; Menhum dan HAM (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia), tidak ditulis Menhumham; dsb. Bentukan akronim seperti di atas banyak ditemukan di harian terbitan Jawa Tengah sehingga hal ini bisa dikatakan sebagai karakteristik bentukan akronim di harian tersebut. 8. Munculnya bentukan akronim yang diakhiri dengan dua jenis konsonan yang sama (kembar), seperti Forkompakk, IKAHH, dsb.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
44
9. Muncul bentukan akronim yang bermakna peyoratif dari kata atau akronim yang sebenarnya bermakna amelioratif, seperti cerdas (mengincar dada dan selangkangan) yang sebenarnya bermakna pandai; sekwilda (sekitar wilayah dada) yang sebenarnya bermakna sekretaris wilayah daerah; Iwapi (Ikatan Wanita Penyebar Isu) yang sebenarnya bermakna Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia; dsb. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada bentukan-bentukan akronim tersebut menunjukkan bahwa belum ada system pembentukan akronim yang mapan dan konsisten dalam BI. Dalam pembentukan akronim, terdapat kebebasan yang longgar untuk mengambil unsur-unsur dari setiap kata yang diakronimkan; atau hanya memperhatikan segi keenakan bunyi (efoni) dalam pembentukan akronim. Akronim sudah sangat menjamur di dalam BI, termasuk di harian terbitan Jawa Tengah. Hal ini dikhawatirkan akan merusak proses pembinaan dan perkembangan BI yang sampai detik ini masih terus digalakkan oleh pemerintah melalui pusat bahasa. Oleh karena itu, pusat bahasa menyarankan kepada para pemakai BI supaya tidak membentuk akronim yang baru, atau kalaupun membentuk akronim yang baru harus disesuaikan dengan bentukan akronim yang sudah ada. Namun, semua itu harus dilakukan sesuai dengan syarat-syarat sebagai berikut. 1. Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim dalam BI.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
45
2. Harus mengindahkan keserasian vokal dan konsonan sehingga sesuai dengan pola suku kata yang lazim dalam BI. 3. Harus bernuansa posistif atau bermakna amelioratif.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Karakteristik Pembentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah Berdasarkan Cara Pembentukannya Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dibentuk dengan cara akronim (ak) sebanyak 72,5%; cara abreviasi (ab) sebanyak 18,5%; dan cara abreviakronim (abk) sebanyak 9%. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah dari aspek cara pembentukannya yaitu didominasi oleh cara akronim. Karakteristik ini merupakan karakteristik umum karena hampir sebagian besar bentukan akronim di dalam BI didominasi oleh cara akronim. 2. Karakteristik Pembentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah dari Jumlah Suku Kata dan Pola Kanonik Dari hasil analisis diketahui bahwa sebagian besar akronim di harian terbitan Jawa Tengah yaitu akronim bersuku dua sebanyak 57% dengan pola favorit KVK-KVK sebanyak 18%. 3. Karakteristik Pembentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah dari Aspek Gugus Konsonan (Kluster) Bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah didominasi oleh deret konsonan yang tidak lazim dalam BI yaitu sebanyak 82%, sedangkan yang lazim hanya 18%.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
47 Gugus konsonan atau kluster yang terdapat dalam bentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah memiliki karakteristik yaitu ditemukannya kluster dari dua konsonan yang sejenis, seperti IKAHH, Forkompakk, dsb. 4. Dampak Pembentukan Akronim di Harian Terbitan Jawa Tengah Pembentukan akronim di harian terbitan Jawa Tengah memiliki dampak positif yaitu bisa memperkaya kosa kata dalam BI. Namun, dampak positif itu bisa menjadi dampak negatif jika pemakai BI tidak memperhatikan persyaratan pembentukan akronim dalam membuat akronim-akronim baru. Dampak negatif pembentukan akronim terlihat pada munculnya fenomena peyorasi (penegativan kata atau istilah).
B. Saran-Saran Pembentukan akronim dalam BI, termasuk di harian Radar Tegal sudah sangat menjamur. Oleh karena itu, supaya bentukan akronim yang muncul memiliki dampak positif dalam memperkaya kosa kata, upaya pembentukan akronim yang baru harus didasarkan pada bentukan akronim sebelumnya dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pusat bahasa. Persyaratan yang harus menjadi pegangan para pemakai BI dalam membentuk akronim yaitu (1) jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim dalam BI; (2) harus mengindahkan keserasian vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata yang lazim dalam BI; dan (3) tidak menggambarkan nuansa negatif atau bermakna peyoratif.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan 1995. “Peran Media Massa: Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Melalui Pembinaan Bahasa” dalam Ragam Bahasa Jurnalistik dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater. Depdikbud (Depdiknas). 1990. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Debdikbud (Depdiknas). 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kridalaksana, Harimurti. 1997. Pembentukan
Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Moeliono, Anton. 1977. “Membuat Akronim Seperti Makan Jengkol di Bulan dalam Horison, edisi XXXI/2/1997. Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Patriantoro. 1987. “Pola-Pola Fonotatik Akronim Bahasa Rahman, Ahmad. 1987. Pembinaan Bahasa Indonesia di Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metoda Penelitian
Puasa”
Bandung; Remadja Karya. Indonesia”.
UNS Surakarta.
TVRI. Ende-Flores. Nusa Indah.
Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.
Suwarno. 1995. “Peran Media Cetak dalam Pengembangan Bahasa Indonesia” dalam Ragam Bahasa Jurnalistik dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater.
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
LAMPIRAN DATA No.
1 001. 002. 003.
Bentukan Akronim
Kepanjangan
2
3 Tindak pidana korupsi Keputusan Presiden Nangroe Aceh Darussalam Partai Amanat Nasional Kejaksaan Agung Bapak Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Direktur Utama Akademi Perawat Pemerintah Kota Kepala Polisi Resort
Tipikor Keppres NAD
004. 005. 006.
PAN Kejagung Pak JAM pidsus
007.
Komnas HAM
008.
Mabes Polri
009. 010. 011. 012.
Dirut Akper Pemkot Kapolres
013.
Kasatreskrim
014.
Iptu Satreskrim Mapolres
015.
Diklat Pim
016. 017.
Kabid Bahari
018. 019. 020.
Perda Wartel APWI
021. 022.
Pemkab Dishubpar
023. 024.
Sekda Pemprov
Cara
4 ak ak ab
Jml dan Pola Kanoniknya 5 KV-KV-KVK KVK-KKVK KVK
Makna Leksikal 6 -
ab ak abak akab akabk ak ak ak ak
ak abk
KVK KV-KV-KVK KVKKVK-KVK KVK-KVK KVK KV-KVK KVK-KV KV-KVK VK-KVK KVK-KVK KV-KVKKVK KV-KVKKVK-KKVK VK-KV KVK-KVKKKVK KV-KVKKVK KVK-KVK KVK KV-KVK KV-KV-KV
ak ak ab
KVK-KV KVK-KVK VK-KV
-
ak ak
KVK-KVK KVK-KVKKVK KVK-KV KVK-KKVK
-
Kepala satuan resort kriminal Inspektur satu Satuan Resort Kriminal Markas Kepolisian Resort
ak
Pendidikan dan Latihan Pimpinan Kepala Bidang Bersih, aman, sehat, rapi, dan beriman Peraturan daerah Warung Telekomunikasi Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia Pemerintah Kabupaten Dinas Perhubungan dan Pariwisata Sekretaris Daerah Pemerintahan Provinsi
ak
ak
ak ak
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
-
-
+
-
-
50 1 025. 026. 027. 028.
2 Persit Rakor UAN Mapensi
029.
Kasat Intelkam
3 Persatuan istri Prajurit Rapat koordinasi Ujian Akhir Nasional Masyarakat Penegak Konstitusi Kepala Satuan Inteljen dan Keamanan
4 ak ak ab ak ak
030.
Kasi Intel
Kepala Staf Intelejen
ak
031. 032.
Depag Kapuspenkum
ak ak
033. 034.
BIN IKOHI
035.
Kopassus
036. 037. 038. 039.
Kedubes Pasmar Brigjen Bareskrim
Departemen Agama Kantor Pusat Pelayanan Hukum Badan Intelejen Negara Ikatan Keluarga Orang Hilang Komando Pasukan Khusus Kedutaan Besar Pasukan Marinir Brigadir Jenderal
040.
disperindag
041.
Kasubdin
042.
Puspa
043. 044.
Humas Pencaker
045.
Disduknaker
046.
Dulangmas
047.
Rapimwil
048.
Sisdiknas
049. 050. 051.
Ponpes Raskin Mendagri
ab abk ak ak ak ak ak
Dinas perindustrian dan perdagangan Kepala Subdinas
ak
Pusat Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Hubungan masyarakat Pencari Kerja
abk
Dinas kependudukan dan Tenaga kerja Kedu, Magelang, dan Banyumas Rapat pimpinan wilayah
ak
Sistem Pendidikan Nasional Pondok Pesantren Beras rakyat miskin Menteri Dalam Negeri
ak
ak
5 KVK-KVK KV-KVK V-VK KV-KVK-KV KV-KVK VK-KVKKVK KV-KV VK-KVK KV-KVK KV-KVKKVK-KVK KVK V-KV-KV KV-KVKKVK KV-KV-KVK KVK-KVK KKVK-KVK KV-KVKKKVK KVK-KVKVK-KVK KV-KVKKVK KVK-KV
6 + +
ak ak
ak ak
ak ak ak
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
KV-KVK KVK-KVKVK KVK-KVKKV-KVK KV-KVKKVK KV-KVKKVK KVK-KVKKVK KVK-KVK KVK-KVK KVK-KV- KKV
-
-
51 1 052. 053.
2 Bawasda Yan gu
3 Badan Pengawas Daerah Pelayanan gangguan
054. 055.
kuker Kesbanglinmas
Kunjungan Kerja Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kesejahteraan Sosial Informasi dan Komunikasi Menteri Luar Negeri Pasukan Intai dan Amfibi Calon Wakil Presiden
ak ak
Menteri Negara Suku, agama, ras, dan antargolongan Arsitektur Perbankan Indonesia Pasar Uang Antar Bank Gabungan Pengusaha Pabrik Rokok Indonesia Badan Eksekutif Mahasiswa Senat Mahasiswa Panitia Khusus Gabungan Pengusaha Kontraktor Nasional Ikatan Penerbit Indonesia Madrasah Diniyah Asosiasi Bawang Merah Indonesia Pungutan liar Kesejahteraan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat Departemen Sosial Direktorat Jendelal Pendidikan Dasar Menengah Departemen Pertahanan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
056. 057.
Kesos Infokom
058. 059.
Menlu Pasukan Taifib
060.
Cawapres
061. 062.
Menneg SARA
063.
API
064. 065.
PUAB Gappri
066.
BEM
067. 068. 069.
SEMA Pansus Gabpeknas
070.
Ikapi
071. 072.
Madin ABMI
073. 074.
pungli Kesbanglinmas
075. 076.
077. 078.
Depsos Dirjen Dikdasmen Dephan Bappeda
4
5 KV-KVK-KV KVK KV KV-KVK KVK-KVKKVK-KVK
6 -
ak ak
KV-KVK VK-KV-KVK
-
ak ak
KVK-KV KV-KVK
-
ak ak ab
KV-KVKKVK KVK-KVK KV-KV
ab
V-KV
ab abk
KV-VK KVK-KKV
ab
KVK
ak ak abk
-
abk
KV-KV KVK-KVK KVK-KVKKVK V-KV-KV
ak ab
KV-KVK VK-KV
-
ak ak
KVK-KV KVK-KVKKVK-KVK
-
KVK-KVK KVK-KVK KVK-KVKKVK KVK-KVK KVK-KV-KV
-
ak ak
ak ak
ak abk
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
-
-
+ -
-
-
-
-
52 1 079. 080.
2 Calhaj Kapedal
081.
Amdal
082.
Dipenda
083.
IPAL
084.
Yankesos
085. 086.
Kejari KONI
087.
PAM
088. 089.
Lakhar Posko
090. 091. 092. 093.
Kanit AIPDA Reskrim Kaur Bin Ops Reskrim Polres
094. 095. 096. 097.
IPTU Briptu Kasat Ditjenbud
098.
Men-PAN
099.
Suspimpemdagri
100.
AMPI
101.
Itwilkab
102.
JAM
103.
Forkompakk
3 Calon Jemaah Haji Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Analisis Dampak Lingkungan Dinas Pendapatan Daerah Instalasi Pembuangan Air Limbah Pelayanan kesejahteraan Sosial Kejaksaan Negeri Komite Olah Raga Nasional Indonesia Perhimpunan Amanat Muhammadiyah Pelaksana Harian Pos Komando Kepala Unit Ajudan Inspektur Dua Reserse dan Kriminal Kepala Urusan Badan Intelejen dan Operasi Reserse dan Kriminal Kepolisian Resort Inspektur Satu Brigadir Inspektur Satu Kepala Satuan Direktorat Jenderal Budaya Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Kursus Pimpinan Pemerintahan Dalam Negeri Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia Intelejen wilayah Kabupaten Jaring Aspirasi Masyarakat Forum Komunikasi Paguyuban Kepala Desa dan Kelurahan
4 ak abk
5 KVK-KVK KV-KV-KVK
abk
VK-KVK
ak
KV-KVK-KV
ab
V-KVK
ak ak ab
KVK-KVKVK KV-KV-KV KV-KV
ab
KVK
ak kaak ak ak ak abk
KVK-KVK KVK-KV
-
KV-KVK VVK-KV KVK-KKVK KV-VK, KVK, VKK, KVK-KKVK, KVK-KVK VK-KV KKVK-KV KV-KVK KVK-KVKKVK KVK KVK KVK-KVK KVK-KVKKV VK-KV
-
ak ak ak akab ak
ab ak ab abk
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
VK-KVKKVK KVK KVK-KVKKVKK
6 -
-
+ -
53 1 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112.
2 Tatib Otda Bawasda Kades Sekda Satlak Perusda Sembako ASUH
113. 114. 115.
Polhut Ketum IKAHH
116. 117. 118.
Dinkes AKA Pepsagi
119. 120.
Pasutri SOT
121. 122.
sidak Baperjakat
123. 124. 125.
balon porda Percasi
126. 127.
Kejurda Seswapres
128.
Pilkada
129. 130. 131.
Pilpres Wadir Danjen Kopassus
132. 133. 134.
Pangdam Panan Biddagri
135.
Paspampres
3 Tata tetib Otonomi daerah Badan pengawas Daerah Kepala Desa Sekretaris Daerah Satuan pelaksana Perusahaan Daerah Sembilan bahan pokok Asli,Sehat, Utuh, dan Halal Polisi Hutan Ketua Umum Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Dinas Kesehatan Angka Kematian Anak Pengurus Pedagang Pasar Pagi Pasangan suami istri Susunan Organisasi Tatakerja Inspeksi Mendadak Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Bakal calon Pekan Olah Raga Daerah Persatuan catur seluruh Indonesia Kejuaraan Daerah
Pemilihan Kepala Daerah Pemilihan Presiden Wakil Direktur Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Panglima Kodam Panitia Anggaran Bidang Pemerintah Dalam Negeri Pasukan Pengawal Presiden
ak ak ak ak ak ak ak ak ab
4
5 KV-KVK VK-KV KV-KVK-KV KV-KVK KVK-KV KVK-KVK KV-KVK-KV KVK-KV-KV V-KVK
ak ak ab
KVK-KVK KV-KVK V-KVKK
-
ak ab ak
KVK-KVK V-KV KVK-KV-KV
-
ak ab
KV-KV-KKV KVK
-
ak ak
KV-KVK KV-KVK-KVKVK
-
ak ak abk
KV-KVK KVK-KV KVK-KV-KV
+ -
ak
KV-KVK-KV KVK-KVKKVK KVK-KV-KV
-
KVK-KKVK KV-KVK KVK-KVK KV-KVKKVK KVK-KVK KV-KVK KVK-KVKKV KVK-KVK-KKVK
-
ak ak ak ak
ak ak ak ak
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
6 +
-
-
-
-
-
-
-
54 1 136.
2 LARI
137. 138. 139. 140. 141.
GAM panmus panan Kejati Kasubdit
142.
Kadin
143. 144.
Muscab PASI
145.
GEMA
146.
Silatnas
147. 148. 149.
Upal Miras Kabid Penum
150. 151. 152.
Koperma Depkeu Bapekki
153.
PEMP
154. 155. 156. 157. 158. 159.
Nopol Jubir Sespim Aspol DAK Tim Mantap KB
160. 161.
API Kacapem
162.
Ekbang
163. 164.
IDI Jalingkut
165.
Cabup-Cawabup
3 Lembaga Advokasi Reformasi Indonesia Gerakan Aceh Merdeka Panitia Musyawarah Panitia anggaran Kejaksaan Tinggi Kepala Sub Detasemen
4
5
6
ab
KV-KV
+
ab ak ak ak
-
Kamar Dagang Indonesia Musyawarah cabang Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Gerakan Mahasiswa Pembebasan Silaturahmi nasional
abk
KVK KVK-KVK KV-KVK KV-KV-KV KV-KVKKVK KV-KVK
ak ab
KVK-KVK KV-KV
+/-
ak
KV-KV
+
ak
-
Uang palsu Minuman keras Kepala Bidang Penerangan Umum Koperasi mahasiswa Departemen Keuangan Badan Pengkajian Keuangan, Ekonomi, dan Kerja sama Internasional Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Nomor polisi Juru bicara Sekolah Pimpinan Polri asrama polisi Dana Alokasi Khusus Tim Majlis Pemantapan DPC PKB Audisi Pelawak TPI Kantor Cabang Pembantu Ekonomi dan Pembangunan Ikatan Dokter Indonesia Jalan lingkar utara
abk ak ak ak ak abk
KV-KVKKVK V-KVK KV-KVK KV-KVK KV-KVK KV-KVK-KV KVK-KV-V KV-KVK-KV
ab
KVKK
-
ab ab ab ab ab ab
KV-KVK KV-KVK KVK-KVK VK-KVK KVK KVK-KVK
+ +/-
ab ab
V-KV KV-KV-KVK
+ -
ab
VK-KVK
-
ab ak
-
Calon Bupati- Calon Wakil Bupati
ak
V-KV KV-KVKKVK KV-KVK-KV-KVKVK
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
-
-
-
55 1 166. 167.
2 Musda STAIN
168.
Persekat
169.
Kapolwiltabes
170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178.
Warteg PAH Pemdes Koramil Sekkot GOR PAD timnas KUHAP
179. 180. 181. 182.
Dankor Kanhub Restra Kalakhar
183.
La Pakem
184.
3 Musyawarah daerah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Persatuan Sepak Bola Kabupaten Tegal Kepala Polisi Wilayah Kota Besar
4 ak ab abk ak
Warung tegal Panitia Ad Hoc Pemerintah Desa Komando Rayon Militer Sekretaris Kota Gedung Olah raga Pendapatan Asli Daerah Tim nasional Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata Komandan Korps Kantor Perhubungan rencana strategis Kepala Pelaksana Harian
ak ab ak ak ak ab ab ak ab
ak
silatnas
Lembaga Pengembangan dan Kemitraan Masyarakat Silaturahmi nasional
185. 186.
SIT Dansatgas
Surat izin terbang Komandan Satuan Tugas
ab ak
187. 188.
Buser Botasupal
ak abk
189.
Menakertrans
190. 191.
Menhum dan HAM Mentamben
192.
Aspekindo
193.
Koarmatim
Buru sergap Badan Koordinasi Pemberantasan uang Palsu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Menteri Pertambangan dan Energi Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia Komando RI kawasan Timur
ak ak ak ak
ak
ak ak ak ak ak
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
5 KVK-KV KKV-VK
6 -
KVK-KVKVK KV-KVKKVK-KVKVK KVK-KVK KVK KVK-KVK KV-KV-KVK KVK-KVK KVK KVK KVK-KVK KV-KVK
-
KVK-KVK KVK-KVK KV-KKVK KV-KVKKVK KV KV-KVK
-
KV-KVKKVK KVK KVK-KVKKVK KV-KVK KV-KV-KVKVK
-
KV-KV-KVKKKVKK KVK-KVK
-
KVK-KVKKVK VK-KV-KVKKV KV-VK-KV-KVK
-
-
-
+
-
-
-
56
1 194.
2 KOMPAKK
195. 196. 197. 198.
Ancu Inpub patwal Permen Otda
199. 200.
labfor Pangkotama
201.
Simak
Keterangan:
3 Komite Masyarakat Pemalang Anti Korupsi Andalan Cabang Urusan Instruksi Bupati Patroli dan pengawalan Peraturan Menteri Otonomi Daerah Laboratorium forensik Panglima Komando Utama Solidaritas masyarakat Jepara antikorupsi
4 abk
5 KVK-KVK
abk ak ak ak
VK-KV VK-KVK KVK-KVK KVK-KVK VKKVK-KVK KVK-KV-KVKV KV-KVK
ak ak ak
K = Konsonan V = Vokal + = secara leksikal sudah bermakna - = secara leksikal tidak bermakna
nkshakhlksajsjalksjlkqajiiiiiiiib
6 + +/+