BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konstitusi World Health Organizatin (WHO) dan amandemen UUD 1945 pasal 28 menegaskan bahwa kesehatan adalah hak azasi manusia yang fundamental bagi setiap individu. Kesehatan juga investasi yang sangat strategis dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Saat ini dalam kondisi perkembangan pembangunan ke arah industrialisasi dimana persaingan pasar bebas semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan dibidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang termasuk masyarakat pekerja. Kemajuan pembangunan melalui tehnik modernisasi dan industrialisasi serta globalisasi selain memberi dampak positif berupa tersedianya lapangan pekerjaan dan kemudahan dan memperoleh kesempatan bekerja, juga memberikan dampak negatif khususnya terhadap kesehatan pekerja. Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan : Pasal 23 ayat (1) : Kesehatan kerja di selenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal dan sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. Pasal 23 ayat (2) : Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Pasal 23 ayat (3) : Setiap tempat kerja wajib melaksanakan kesehatan kerja. Conant dan Stent (cit. Felton, 1990) mengatakan rumah sakit umum yang besar sebagai sebuah komplek industri yang telah gagal menyediakan layanan 1
kesehatan yang memadai bagi pekerjanya. Banyak bahaya potensial yang ada dalam lingkungan kerja rumah sakit yang dapat menimbulkan kecelakaan maupun penyakit akibat kerja di rumah sakit, antara lain : radiasi, bahan kimia beracun, bahaya biologis. Rumah Sakit sebagai tempat kerja yang unik dan kompleks bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit semakin kompleks pula peralatan dan fasilitasnya apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yang potensial, terutama bagi tenaga medis rumah sakit. Selain itu juga terdapat bahaya yang dapat mengancam orang yang berada di tempat itu yaitu pasien yang sedang dalam perawatan, keluarga pasien atau pengunjung bahkan juga karyawan serta penduduk yang bermukim di sekelilingnya. (PerMenKes RI No. 986/MENKES/PER.XI/1992). Menurut Ramsey 1978 perilaku kerja yang aman atau terjadinya perilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu pengamatan (perception), kognitif (cognitif), pengambilan keputusan (decision making) dan kemampuan (ability). (Aviation Civil 2002) Dalam era globalisasi, kerentanan terhadap penyakit infeksi global pula munculnya penyakit baru seperti SARS, HIV, EBOLA, Hepatitis B dan Hepatitis C. Menurut Menteri Kesehatan RI tentang penanggulangan HIV/AIDS bahwa epidemi HIV/AIDS di Indonesia dengan faktor-faktor mempermudah epidemi maupun melihat dari perkiraan ODHA saat ini yaitu antara 80.000-120.000, maka Indonesia sangat terancam bencana HIV/AIDS pada tahun 2010, sehingga makin besar pula kemungkinan terjadinya penularan penyakit infeksi tersebut. Bila upaya pengendalian infeksi tidak dikelola dengan baik, maka kemungkinan terpapar oleh penyebab penyakit infeksi semakin besar. Hal ini tidak hanya terjadi pada pasien, tetapi juga pada petugas kesehatan di sarana kesehatan masyarakat baik tenaga medis maupun tenaga non medis. Pada Desember 1996, CDC melaporkan bahwa 52 orang pekerja kesehatan di Amerika Serikat dari hasil pemeriksaan serologi diketahui terpapar HIV, diantaranya 2
19 pekerja laboratorium, 21 perawat, 6 dokter dan 6 pekerja lain. Setidaknya 45 orang dari 52 orang pekerja kesehatan tersebut terpapar melalui jaringan kulit, 5 orang terpapar melalui selaput lendir, 1 orang terpapar dari keduanya dan 1 orang tidak diketahui keterpaparannya. (CDC, 1996). Dari hasil penelitian Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada tahun 1994 tentang pengetahuan, sikap dan perilaku petugas tenaga medis Puskesmas mengenai universal precaution, diperoleh gambaran bahwa pengetahuan petugas tentang prinsip universal precaution secara benar hanya 50%. Penggunaan sarung tangan cukup baik (66,7%) sedangkan sikap penggunaannya hanya 18,2% demikian pula dengan perilaku penggunaan sarung tangan hanya 21,2%. Pengetahuan mengenai cuci tangan cukup baik, namun dalam sikap perilaku hanya 27,3% yang menyatakan keharusan mencuci tangan setiap selesai memeriksa satu pasien. Dan sebanyak 87,6% responden menyatakan menutup kembali jarum suntik bekas pakai kedalam tutupnya (Kusriastuti, 1994). Dari hasil survey tentang pencegahan infeksi di sarana kesehatan (Bachrun, tahun 2000) menunjukkan bahwa petugas kesehatan potensial meningkatkan penularan kepada diri sendiri dan kepada pasien dikarenakan petugas mencuci tangan yang kurang baik, penggunaan alat pelindung diri terutama sarung tangan yang kurang tepat, menutup kembali jarum suntik bekas pakai secara tidak aman, teknik dekontaminasi dan sterilisasi kurang tepat, serta praktek kebersihan ruangan yang belum memadai. Keadaan tersebut meruakan faktor-faktor resiko untuk terjadinya penularan penyakit infeksi dan resiko kecelakaan kerja di pelayanan kesehatan. Seperti resiko tertular HIV setelah terusuk jarum HIV dari klien HIV positif kurang dari 0,5% dan resiko tertular HBV setelah tertusuk jarum dari klien HBV positif 2030% (Evans, 1989) RS Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura adalah cabang dari RS Islam Jakarta Pusat seperti RS Islam Jakarta Timur dan RS Islam Bunga Rampai yang merupakan salah satu amal usaha Yayasan Muhammadiyah di bidang kesehatan. RSIJ Sukapura terletak di wilayah Jakarta Utara di Jl. Tipar Cakung No.5 Sukapura, didirikan pada tahun 1992, tepatnya pada tanggal 4 Mei 1992. RSIJ Sukapura diresmikan oleh 3
Menteri Agama Republik Indonesia saat itu yaitu Bapak H. Munawir Syazali,MA. RSIJ merupakan salah satu cabang RSI Jakarta yang melayani berbagai macam jenis pasien dan jenis penyakit, peralatan yang dimiliki canggih dan modern, bila tidak dikelola dengan baik menjadi potensial bahaya bagi tenaga medis.
B. Perumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang di atas, tindakan pencegahan risiko klinis sangatlah penting dalam sarana kesehatan, namun sampai saat ini belum diperoleh informasi mengenai bagaimana pengetahuan tenaga medis mengenai risiko klinis kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura.
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum Diketahuinya sejauh mana persepsi tenaga medis terhadap risiko klinis di Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura.
Tujuan khusus 1. Diketahuinya gambaran persepsi terhadap risiko klinis pada tenaga medis di Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura 2. Diketahuinya hubungan pengetahuan terhadap persepsi risiko klinis pada tenaga medis Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura 3. Diketahuinya hubungan sikap terhadap persepsi risiko klinis pada tenaga medis Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura 4. Diketahuinya hubungan pengalaman kerja terhadap persepsi risiko klinis pada tenaga medis Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura 5. Diketahuinya hubungan masa kerja terhadap persepsi risiko klinis pada tenaga medis Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura
4
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a. Bagi rumah sakit adalah diketahui tingkat pengetahuan mengenai risiko infeksi pada tenaga medis Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura maka diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan pelaksanaan program pengendalian pencegahan penularan penyakit infeksi bagi tenaga medis maupun masyarakat pada umumnya di Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura b. Peneliti memperoleh informasi mengenai tingkat pengetahuan mengenai tindakan pencegahan dan penularan infeksi yang dapat dialami oleh tenaga medis Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura
E. Keaslian Penelitian Bahri (2005) dalam penelitiannya ”Hubungan Persepsi Perawat Terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri di Bidang Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”. Penelitian terfokus hanya pada persepsi perawat dan pada pemakaian Alat Pelindung Diri.
5