BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap bangsa karena melalui pendidikan warga negara akan siap dalam menghadapi setiap perubahan dan perkembangan zaman yang semakin pesat sehingga kelangsungan hidup bangsa akan lebih terjamin. Pendidikan dianggap sebagai suatu bidang yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan juga dapat meningkatkan sumber daya manusia. Oleh karenanya, kualitas pendidikan harus ditingkatkan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melakukan pembeharuan kurikulum dan proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran dan sarana belajar lainnya, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan menejemen pendidikan dan usaha-usaha lain yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan (Sudjana, 2010:1) Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan dikarenakan pendidikan nasional harus dapat menyesuaikan terhadap tuntutan perubahan zaman, hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penyesuaian pendidikan nasional sesuai dengan perubahan tuntutan zaman yaitu dengan perubahan penerapan kurikulum baru yang semula sistem pendidikan nasional menggunakan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Penyempurnaan kurikulum yang pada awalnya menerapkan kurikulum 2006 (KTSP) beralih menjadi kurikulum 2013. Salah satu alasan terjadinya perubahan kurikulum selain tuntutan perubahan zaman juga dikarenakan menyesuaikan pendidikan dasar dan menengah dengan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU PT). Tidak hanya itu, kegagalan sekolah dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga dianggap menjadi alasan hadirnya kurikulum baru ini, (Husamah 2013:2). Dalam penerapannya, Kurikulum 2013 menekankan pada kompetennsi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Disini peserta didik dituntut dapat berperan aktif, kreatif, serta mandiri dalam membangun pengetahuannya sedangkan pembelajaran
1
2
terpusat pada peserta didik yang menekankan pada kemampuan, minat, serta kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sementara guru yang memiliki peran sebagai fasilitator dituntut memiliki kecakapan dalam strategi mengajar agar tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan, efisien, aktif, dan efektif didalam kelas. Potensi dan ketrampilan seorang guru bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan peserta didik. Perlu adanya interaksi antara guru dan peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran antara lain, keaktifan peserta didik, partisipasi peserta didik dalam pemecahan suatu masalah, dan adanya motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Keberhasilan peserta didik dipengaruhi beberapa faktor antara lain kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Keberhasilan suatu pembelajaran tak lepas dari intensitas keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Peran guru sangatlah penting dalam mengembangkan keaktifan peserta didik dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan yang banyak melibatkan peran peserta didik didalamnya. Model pembelajaran yang digunakan guru hendaknya dipertimbangkan sebagai aspek pendorong keberhasilan peserta didik. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan keaktifan peserta didik yang akan berimlikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan pada kelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu pada hari Rabu, 11 Februari 2015, diketahui bahwa hasil belajar peserta didik masih banyak yang berada dibawah batas tuntas yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 atau dalam konversi 2,80. Diketahui dari hasil ulangan pada materi Litosfer dengan sub bab materi ulangan yaitu tenaga pembentuk muka bumi dan pedosfer, terdapat 13 dari 33 peserta didik kelas X IIS 2 yang mendapatkan hasil ulangan diatas batas tuntas. Hal tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya pemahaman peserta didik akan materi tersebut. Pengamatan diperkuat dengan dilakukannya pre-test terhadap peserta didik kelas X IIS 2. Hasil pre-test menunjukan 17 peserta didik mendapatkan nilai diatas batas tuntas, 16 peserta didik mendapatkan nilai dibawah batas tuntas. Hasil pre-test
3
dapat dilihat secara lebih rinci pada lampiran 35 dan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1. Nilai Pre-test Materi Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam Peserta Didik Kelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu Tahun 2015 Keterangan Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah Peserta Didik 17 16
Persentase 51,5% 48,5%
Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran, dalam prosesnya masih berpusat pada guru. Peserta didik cenderung diam, tidak mau bertanya, meskipun ada pelajaran yang kurang dipahami, kesulitan untuk menjawab pertanyaan guru, tidak adanya timbal balik antara guru dan peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Pada saat guru memberikan waktu tanya jawab peserta didik hanya berdiam diri tanpa adanya keberanian untuk mengungkapkan pertanyaan ataupun pernyataan kepada guru. Peserta didik cenderung hanya menghafalkan apa yang telah diajarkan guru tanpa memahami inti dari pembelajaran dan tidak belajar bagaimana penyelesaian dari masalah-masalah yang terkait. Dalam pengamatan pembelajaran juga disebarkan angket terbuka mengenai suasana pembelajaran yang bertujuan mengetahui tanggapan peserta didik mengenai pembelajaran yang berlangsung. Dilihat dari opini 31 peserta didik yang hadir dikelas, bahwa dalam pembelajaran yang berlangsung, guru sudah menerapkan pembelajaran secara diskusi kelompok, tanya jawab ataupun presentasi di depan kelas untuk memberikan kesempatan pada peserta didik dalam mengemukakan gagasan atau pemikiran dari masing-masing peserta didik. Namun dalam proses pembelajaran yang berlangsung, metode ceramah masih sangatlah dominan. Dilihat dari hasil angket dan wawancara, 14 peserta didik mengatakan belum terbiasa bahkan belum pernah melakukan presentasi, 17 peserta didik lainnya mengaku pernah melakukan presentasi namun hanya beberapa kali sehingga peserta didik masih sulit untuk mengemukakan gagasan atau pemikiran peserta didik sendiri. Peserta didik juga mengaku menginginkan cara belajar yang berbeda karena selama ini cara belajar yang diterapkan guru tidak bervariasi, pembelajaran berlangsung
4
secara konvensional dengan metode ceramah. Media pembelajaran sangatlah minim, dalam modul yang disediakan sekolah hanya terdapat beberapa gambar sebagai penunjang pembelajaran, sedangkan pada mata pelajaran geografi tidak terlepas dengan adanya gambar maupun peta sebagai media pembelajarannya. Dari data diatas, dalam mengatasi masalah yang terjadi dikelas, peneliti akan mencoba Metode Think Pair Share Menggunakan Proyek. Metode think pair share dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik serta cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dan dapat memberikan peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi peserta didik, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap peserta didik untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat teman sekelasnya serta memberikan kesempatan peserta didik untuk mengutarakan pemikiran atau gagasan - gagasan kreatif peserta didik dalam mengatasi suatu permasalahan, sehingga peserta didik dapat lebih aktif dalam pembelajaran. Peserta didik dapat dikatakan memahami materi pembelajara jika ia dapat memberikan umpan balik ataupun pemikiran tersendiri terhadap materi tersebut. Dengan adanya kesempatan peserta didik untuk saling berbagi pendapat satu sama lain akan lebih memberikan pendalaman materi kepada siswa. Penggunaan metode think pair share diharapkan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik karena peserta didik diajak untuk berfikir secara aktif, mendorong dan menyimak ide dari masing-masing individu yang didiskusikan dalam kelompok, meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah secara kelompok. Pembelajaran secara kelompok dapat meningkatkan ketrampilan sosial peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar menghargai pendapat teman. Selain itu dalam think pair share, peserta didik juga dapat belajar berbicara atau mengungkapkan pendapat di depan kelas (presentasi). Dengan adanya bantuan proyek peserta didik akan lebih aktif dalam pengerjaan proyek tersebut sehingga mendorong peserta didik untuk bersikap aktif. Proyek yang dicanangkan dalam pembelajaran adalah proyek kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Tidak lepas dengan bantuan peta, proyek ini akan
5
mendorong peserta didik untuk lebih memahami materi dan dapat membantu siswa dalam menumbuhkan ide ataupun gagasan peserta didik. Hasil dari pembelajaran menggunakan proyek juga dapat digunakan peserta didik sebagai media pembelajaran. Dalam tahap proyek, peserta didik dituntut saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah dan menuangkan pemikiran kelompok dalam bentuk media pembelajaran guna mendukung atau memperjelas maksud dari hasil diskusi kelompok. Artinya, think pair share menggunakan proyek bertujuan membuat suasana pembelajaran lebih menarik sehingga dapat menjadikan peserta didik lebih aktif sehingga dapat meningkatkan pemahaman materi, dan hasil belajar peserta didik. Materi pembelajaran yang sesuai dengan metode think pair share menggunakan proyek adalah materi pokok mitigasi dan adaptasi bencana alam. Karakteristik metode think pair share ialah mengoptimalkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Berkaitan dengan materi mitigasi dan adaptasi bencana alam yang memerlukan pemahaman bukan hanya hafalan belaka, dengan adanya metode think pair share peserta didik dapat bertukar pendapat mengenai berbagai macam bencana yang ada dan mendiskusikan secara terbuka bagaimana mitigasi dan adaptasi bencana yang terjadi. Materi mitigasi dan adaptasi bencana alam memiliki kesinambungan terhadap materi awal yang digunakan sebagai nilai dasar pemilihan kelas sebagai kelas penelitian. Dalam materi Litosfer dengan sub bab materi ulangan yaitu tenaga pembentuk muka bumi dan pedosfer terdapat materi mengenai bencana yang ditimbulkan. Adanya keterkaitan dari materi awal mengenai bencana yang ditimbulkan akibat adanya tenaga pembentuk muka bumi dan pedosfer dengan mitigasi dan adaptasi bencana alam. Peserta didik tidak hanya paham akan terbentuknya muka bumi yang didalamnya juga berakibat timbulnya suatu bencana, namun ditambahkan dengan bagaimana cara mitigasi dan adaptasi bencana tersebut. Materi mitigasi dan adatasi bencana alam merupakan materi yang penting bagi kehidupan peserta didik. Posisi SMA Negeri Colomadu berada pada daerah perbatasan antara Karanganyar dengan Surakarta juga merupakan wilayah yang tidak terlepas dari adanya suatu bencana. Telah diketahui bahwa Karanganyar bagian timur merupakan daerah rawan bencana longsor, dan wilayah Surakarta merupakan daerah rawan banjir, sehingga materi mitigasi dan adaptasi bencana alam ini dapat
6
menambah
pengetahuan
peserta
didik
terhadap
wilayah
sekitarnya
dan
menumbuhkan kepedulian peserta didik terhadap wilayah sekitarnya. Dalam kehidupan nyata jika peserta didik dihadapkan dalam situasi bencana, maka peserta didik dapat menjadi orang yang dapat menempatkan diri dan bertindak sesuai apa yang telah ia pahami sehingga dapat membantu masyarakat lainnya dan menjadikan peserta didik akan lebih berguna dimasyarakat. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitan dengan judul “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE MENGGUNAKAN PROYEK UNTUK
MENINGKATKAN
KEAKTIFAN
DAN
HASIL
BELAJAR
GEOGRAFI (MATERI POKOK MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM PADA SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015)”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan, maka dapat diidentifikasikan masalahmasalah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran dikelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu kurang bervariasi karena menggunakan metode ceramah sehingga cenderung teacher center. 2. Kurangnya keaktifan dan partisipasi peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu dalam proses pembelajaran. 3. Penggunaan media pembelajaran yang kurang bervariasi dalam proses pembelajaran yang berlangsung dikelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu. 4. Hasil belajar peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu yang rendah bila dibandingkan dengan kelas lain.
7
C. Beradasarkan
latar
Rumusan Masalah
belakang
penulisan,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut : 1. Apakah penerapan metode think pair share menggunakan proyek dapat meningkatkan keaktifan dalam materi pokok mitigasi dan adaptasi bencana alam pada peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu tahun ajaran 2014/2015? 2. Apakah penerapan metode think pair share menggunakan proyek dapat meningkatkan hasil belajar dalam dalam materi pokok mitigasi dan adaptasi bencana alam pada peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu tahun ajaran 2014/2015?
D.
Tujuan Penelitian
Dilihat dari berbagai masalah dalam pembelajaran, diperlukan usaha guna meningkatkan kreativitas dan hasil belajar geografi pada peserta didik kelas X SMA Negeri Colomadu, sehingga dapat ditentukan tujuan dalam penelitian : 1. Mengetahui peningkatan keaktifan peserta didik dengan penerapan metode think pair share menggunakan proyek dalam materi pokok mitigasi dan adaptasi bencana alam pada peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu tahun ajaran 2014/2015. 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan penerapan metode think pair share menggunakan proyek dalam materi pokok mitigasi dan adaptasi bencana alam pada peserta didik kelas X IIS 2 SMA Negeri Colomadu tahun ajaran 2014/2015.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi instansi terkait, sekolah, guru, peserta didik dan peneliti sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah substansi pelajaran geografi.
8
b. Memberikan
sumbangan
pengetahuan
dalam
penggunaan
metode
pembelajaran yang lebih baik dalam mata pelajaran Geografi. c. Memberi kontribusi yang berarti dibidang pendidikan dalam penggunaan metode think pair share menggunakan proyek dalam materi mitigasi dan adaptasi bencana alam. d. Menjadi
acuan
dalam
pembelajaran
inovatif
guna
mempermudah
penyampaian materi. e. Sebagai acuan peneliti selanjutnya dalam penggunaan metode think pair share ataupun dalam penelitian yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik 1) Memberikan
inovasi
baru
dalam
pembelajaran
sehingga
dapat
meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. 2) Mempermudah peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. b. Bagi Guru 1) Memberikan
alternatif
metode
pembelajaran
bagi
guru
guna
mempermudah menyampaikan materi pada peserta didik. 2) Menjadikan suasana pembelajaran lebih kondusif dan aktif sehingga mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran. c. Bagi Sekolah 1) Memberi masukan positif dalam meningkatkan kualitas peserta didik melalui peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. 2) Sebagai masukan dalam meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran d. Bagi Peneliti 1) Menambah wawasan tentang inovasi metode pembelajaran yang ada. 2) Mengetahui keefektifan penerapan metode think pair share untuk dijadikan bekal dalam menjadi guru geografi.