2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan. Hak dalam pendidikan diatur sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran”. Pemerintah juga telah mencanangkan tentang sistem pendidikan nasional yaitu Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 mengamanatkan bahwa warga yang mengalami kelainan fisik dan mental berhak memperoleh pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka semua anak yang berkelainan fisik maupun mental
berhak
memperoleh
pendidikan.
Pendidikan
bertujuan
untuk
mengembangkan sikap, kemampuan, wawasan dan keterampilan sesuai dengan batas-batas kemampuan yang dimiliki termasuk anak tunagrahita sedang dalam mengembangkan keterampilan dalam mengurus diri sendiri. Kauffman & Hallahan mengemukakan bahwa ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah ratarata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesesuaian dan semua berlangsung (termanifestasi) pada masa perkembangan (Astati, 2010: 14). Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif. Anak tunagrahita memiliki kebutuhan yang sama dengan anak pada umumnya. Kebutuhan anak tunagrahita dalam perkembangan manusia adalah tercapainya tahap-tahap perkembangan kepribadian dan sosial. Namun karena keterlambatan dalam perkembangan kecerdasannya, anak tunagrahita mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Anak tunagrahita secara umum mengalami hambatan dalam kemampuan kognitif, koordinasi motorik dan sosialisasi, tetapi mereka dapat diarahkan kepada pendidikan yang bersifat keterampilan atau kerajinan tangan. Berdasarkan laporan
1
2
World Health Organization (WHO), jumlah orang yang masih dalam ketergantungan terhadap orang lain mencapai 4-5% dari seluruh populasi di dunia (Ramawati, Allenidekania & Besral, 2012). Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terdapat pada kelompok anak (orang yang sangat muda), sangat tua, orang yang sakit atau orang yang cacat (Ramawati, dkk. 2012). Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita sedang yang merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus memiliki keterbatasan dalam kemampuan bina diri. Kebergantungan
perawatan
diri
dijelaskan
oleh
WHO
sebagai
ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan harian seperti mempertahankan kebersihan diri, makan dan kesadaran akan bahaya sebagai salah satu masalah terbesar dalam kesehatan di dunia (Ramawati, dkk. 2012). Kegiatan sehari- hari dalam kemampuan mengurus diri juga merupakan suatu kebutuhan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehingga dalam penelitian akan dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan mengurus diri. Bina diri merupakan “suatu proses pendidikan yang diberikan pada anak tunagrahita mampu latih agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, seperti mengurus diri sendiri, membersihkan diri, makan, minum, menggunakan toilet sendiri, dan lain-lain, mengatasi berbagai masalah dalam menggunakan pakaian, memilih pakaian yang cocok, dapat mengancing pakaian sendiri, sesama anak tunagrahita, dan juga anak normal pada umumnya” (Maria. J Wantah,2007). Menurut Astati (2010:15) bina diri adalah “suatu usaha dalam membangun diri individu baik sebagai individu maupun makluk sosial melalui pendidikan keluarga, disekolah maupun di masyarakat, sehingga terwujud kemandirian dan ketelibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai”. Kesimpulan dari pendapat para ahli maka yang dimaksud dengan bina diri adalah suatu pembelajaran yang diberikan kepada anak tunagrahita sedang. Pembelajaran bina diri bertujuan supaya anak dapat melakukan kegiatan seharihari tanpa harus meminta bantuan kepada orang lain sehingga anak dapat mandiri seperti membersihkan diri, berpakaian, makan, minum menggunakan toilet sendiri dan lain-lain.
3
Permasalahan dalam bina diri terjadi pada sekolah yang diobservasi yaitu SLB Negeri Surakarta kelas IV. Siswa
kelas IV menunjukkan karakteristik
tunagrahita sedang yaitu memiliki kemampuan bina diri yang rendah. Belum bisa mengurus diri sendiri terutama dalam merawat pakaian. Hal tersebut berdasarkan tanya jawab yang dilakukan dengan orang tua siswa. Siswa belum mampu dalam merawat pakaian sendiri terutama dalam mencuci pakaian. Mereka masih bergantung pada bantuan orang tua dalam hal merawat pakaian. Sehingga, dibutuhkan pembelajaran yang sesuai supaya dapat meningkatkan kemampuan anak tunagrahita sedang dalam mengurus diri. Pembelajaran
yang
diberikan
kepada
anak
tunagrahita
harus
memperhatikan karakteristik anak tunagrahita supaya anak tunagrahita dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, karena karakteristik anak yang satu dengan yang lain belum tentu sama. Seorang pengajar harus memilih metode yang tepat saat mengajarkan bina diri pada anak tunagrahita karena anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam hal-hal yang sulit dan berbelit-belit. Hasil observasi yang telah dilakukan di SLB N Surakarta kelas IV menunjukkan bahwa siswa kelas IV belum mampu mengurus diri yang meliputi memakai pakaian luar, memakai pakaian dalam, memakai sepatu, merawat pakaian, merias wajah dan memelihara rambut. Penelitian ini akan mengkaji program khusus bina diri mengurus diri siswa kelas IV yang berhubungan dengan kemampuan merawat pakaian keterampilan mencuci pakaian. Siswa kelas tersebut menunjukkan kurang mampu dalam mencuci pakaian, sehingga dibutuhkan suatu metode pembelajaran khusus bagi anak tunagrahita sedang. Metode pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan bina diri untuk anak tunagrahita dalam mencuci pakaian adalah dengan memenggal suatu topik atau suatu keterampilan menjadi bagian- bagian prasyarat keterampilan yang dapat diaplikasikan pada saat mengajarakan keterampilan mengurus diri anak tunagrahita sedang. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memenggal suatu topik atau suatu keterampilan ini adalah melalui penggunaan teknik task analysis (analisis tugas). Wechman dkk (1981) menyatakan bahwa analisis tugas adalah
4
upaya mengadakan rincian dari satu keterampilan khusus menjadi langkahlangkah atau tugas kecil yang memungkinkan anak mudah untuk mempelajari (Astati, 2010 : 43). Task analysis atau analisis tugas adalah proses memecah keterampilan menjadi lebih kecil, langkah-langkah lebih mudah dikelola untuk mengajarkan keterampilan. Penelitian Rudiyati (2006) menemukan bahwa pendekatan yang bisa digunakan dalam pembelajaran anak berkelainan adalah pendekatan fungsionalindividual yang dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan task analysis. Penelitian yang dilakukan oleh Rudiyati (2006) subyek penelitian yang diambil belum spesifik
pada salah satu anak berkebutuhan khusus. Singgih (2014)
berhasil meningkatkan kemampuan bina diri dalam keterampilan makan menggunakan Task Analysis. Subjek dalam penelitian tersebut adalah anak tunagrahita sedang. Serta penelitian Rochmalina (2014) terhadap anak tunagrahita ringan memperoleh hasil bahwa Task Analysis bisa meningkatkan kemandirian anak tunagrahita ringan. Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya, Task Analysis bisa digunakan saat pembelajaran bina diri untuk meningkatkan kemampuan bina diri anak, namun Task Analysis belum digunakan dalam pembelajaran bina diri pada aspek mengurus diri mencuci pakaian. Sehubungan hal tersebut, maka akan dilakukan penelitian pembelajaran bina diri menggunakan Task Analysis pada aspek mengurus diri keterampilan mencuci pakaian. Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan maka akan dilakukan penelitian dengan judul penelitian “Efektivitas Penggunaan Task Analysis Terhadap Peningkatan Kemampuan Mengurus Diri pada Program Khusus Bina Diri bagi Siswa Tunagrahita Sedang Kelas IV Semester II di SLB N Surakarta Tahun Pelajaran 2015/ 2016 “
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka masalahmasalah yang terkait dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
5
1.
Anak tunagrahita memiliki hambatan dalam berbagai aspek, seperti aspek sosial, aspek kecerdasan, kemandirian dan berbagai aspek yang lain.
2.
Anak tunagrahita kategori sedang memiliki kemampuan bina diri yang rendah
3.
Kemampuan bina diri anak tunagrahita yang rendah menjadikan anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri sendiri secara mandiri.
4.
Anak tungrahita sedang memiliki kemampuan yang rendah dalam mengurus diri keterampilan mencuci pakaian.
5.
Pelaksanaan pembelajaran program khusus bina diri belum disesuaikan dengan karakteristik anak, padahal program khusus bina diri membekali siswa supaya bisa mengurus diri secara mandiri.
C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita sedang cukup banyak, maka peneliti membatasi permasalahan pada kemampuan mengurus diri keterampilan mencuci pakaian anak tunagrahita sedang kelas IV semester II di SLB N Surakarta tahun pelajaran 2015/ 2016. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian adalah apakah penggunaan task analysis efektif terhadap peningkatan kemampuan mengurus diri keterampilan mencuci pakaian pada program khusus bina diri bagi siswa tunagrahita sedang kelas IV semester II di SLB N Surakarta tahun pelajaran 2015/ 2016?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan task
analysis terhadap peningkatan kemampuan mengurus diri keterampilan
mencuci pakaian pada program khusus bina diri bagi siswa tunagrahita sedang kelas IV semester II di SLB N Surakarta tahun pelajaran 2015/ 2016.
F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan diharapkan memberikan manfaat. Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
6
1. Manfaat Teoritis Memperluas pengetahuan serta wawasan baru mengenai penggunaan task analysis yang dikaitkan dengan kemampuan mengurus diri keterampilan mencuci pakaian pada anak tunagrahita sedang.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Memberikan pengalaman belajar bagi siswa tunagrahita sedang kelas IV terutama dalam kemampuan mengurus diri keterampilan mencuci pakaian dengan menggunakan task analysis. b. Bagi Guru Memberikan pengalaman peneliti kepada guru mengenai task analysis untuk siswa tunagrahita sedang kelas IV dalam kemampuan mengurus diri keterampilan mencuci pakaian. c. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman untuk melakukan penelitian dengan penggunaan task analysis berkaitan dengan kemampuan mengurus diri keterampilan mencuci pakaian bagi anak tunagrahita sedang kelas IV.