BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. (Ihsan, 2003 : 3) Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (http://www.sisdiknas.go.id, 3 Januari 2008) “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.” Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Dengan pendidikan suatu bangsa bisa maju. Seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin cepat maka pendidikan juga harus dapat mengimbangi pertambahan penduduk tersebut. Menurut Ihsan, (2003:7) pendidikan adalah akttivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan). Pendidikan juga berarti lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan 1
2
masyarakat. Pendidikan berarti pula hasil atau potensi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha-usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Menurut Ihsan,( 2003: 5) pendidikan dapat diartikan sebagai : 1. Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan. 2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya. 3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat. 4. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan. Sumberdaya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. Dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (http://www.sisdiknas.go.id, 3 Januari 2008) bab IV tentang hak dan kewajiban warga negara pasal 5 sebagai berikut: “(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.” Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan bermasyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Sekolah Dasar atau SD merupakan sarana pendidikan yang penting karena Sekolah Dasar merupakan sekolah pertama yang dimasuki anak-anak usia 7-12 tahun setelah anak-anak tersebut melewati masa bermain dan belajar di playgroup atau taman kanak-kanak (TK). Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu
3
sekolah yang diwajibkan oleh pemerintah untuk anak usia 7-12 tahun dan dilanjutkan dengan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) sebagai wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah dalam rangka memerangi kebodohan. Seperti dicantumkan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (http://www.sisdiknas.go.id, 3 Januari 2008) bab IV pasal 6 sebagai berikut : “(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. (2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.” Kecamatan Colomadu merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Luas wilayah Kecamatan Colomadu adalah 1.564,2 Ha yang terdiri dari 11 desa yaitu Desa Ngasem, Desa Bolon, Desa Malangjiwan, Desa Paulan, Desa Gajahan, Desa Blulukan, Desa Gawanan, Desa Gedongan, Desa Tohudan, Desa Baturan, Desa Klodran. Kecamatan Colomadu dipilih sebagai daerah penelitian karena letak Kecamatan Colomadu yang berbatasan dengan tiga Kabupaten yaitu: Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali menjadikan Kecamatan Colomadu sebagai tempat yang strategis mobilitas orang, nilai, dan barang. Karena tempat yang strategis tersebut terjadilah interaksi dengan kota maupun kabupaten disekitarnya sehingga terjadi perubahan-perubahan diberbagai bidang baik sosial maupun budaya termasuk pendidikan. Secara singkat, perubahan adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi, diakses 1 Desember 2009) Sekolah mengalami banyak perubahan mulai dari penambahan sarana dan prasarana, fasilitas dan penambahan jumlah tenaga pengajar atau guru serta para karyawannya. Selain itu juga mengalami penurunan seperti adanya kerusakan-kerusakan pada bangunan yang sudah lama termakan usia, sarana dan prasarana yang rusak maupun tidak dapat dipakai, buku-buku pelajaran maupun perpustakaan yang mengalami banyak kerusakan dan perlu perbaikan. Berdasarkan data dari Badan Statistik Kabupaten Karanganyar, pada tahun 1998 jumlah Sekolah Dasar Negeri sebanyak 25 SD, Sekolah Dasar Swasta 3 SD dan MI 3 MI sedangkan pada tahun 2007 jumlah Sekolah Dasar Negeri
4
sebanyak 23 SD, Sekolah Dasar Swasta 3 SD dan MI 3 MI. Selama 10 tahun terjadi pengurangan dua buah Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu. Dengan demikian penelitian tentang perubahan Sekolah Dasar perlu dilakukan untuk melihat perubahan jumlah Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Colomadu. Jumlah siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu berdasarkan data dari Badan Statistik Kabupaten Karanganyar mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan jumlah siswa terjadi karena berbagai faktor, salah satu faktor tersebut adalah keberhasilan keluarga berencana yang mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah anak usia Sekolah Dasar. Selain jumlah siswa Sekolah Dasar, jumlah guru Sekolah Dasar dari tahun ke tahun terlihat kurang stabil, terjadi penambahan dan pengurangan di tiap tahunnya. Dengan demikian penelitian tentang perubahan jumlah siswa dan jumlah guru Sekolah Dasar perlu dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun. Perubahan memerlukan waktu, untuk dapat melihat perkembangan tersebut diperlukan pengamatan dari waktu ke waktu. Seperti sensus atau survey penduduk yang dilaksanakan 5 atau 10 tahun untuk melihat pertumbuhan penduduk dalam waktu 5 atau 10 tahun, maka dalam penelitian perubahan Sekolah Dasar peneliti menggunakan data 10 tahun yaitu mulai dari tahun 1998 hingga tahun 2007. Data sekolah dasar biasanya disajikan dalam bentuk data statistik atau angka. Dari data statistik sudah diketahui mengenai jumlah dan persebaran Sekolah Dasar di tiap desa. Namun, lokasi di mana sekolah dasar itu berada masih belum diketahui oleh karena itu distribusi spasial dari sekolah dasar tersebut perlu diperlihatkan. Salah satu cara untuk memperlihatkan distribusi spasial adalah melalui peta. Menurut Bintarto dan Surastopo (1978:55), apabila akan menyajikan data yang menunjukkan distribusi keruangan atau lokasi dan mengenai sifat-sifat penting maka hendaknya informasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk peta. Dengan demikian, pemetaan Sekolah Dasar perlu dilakukan sehingga distribusi spasial Sekolah Dasar mudah untuk dipahami. Berdasarkan distribusi spasial Sekolah Dasar akan diperoleh pola persebaran Sekolah Dasar. Ada berbagai cara untuk mengetahui pola persebaran Sekolah Dasar salah satunya dengan
5
menggunakan analisis tetangga terdekat. Setiap Sekolah Dasar pastinya memiliki sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana di setiap sekolah akan berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Dalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2007 dicantumkan tentang standar sarana dan prasarana yang mengatur tentang sarana dan prasarana minimal yang harus ada di Sekolah Dasar. Setiap Sekolah Dasar harus memiliki sarana dan prasarana minimal yang tercantum dalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2007. Dengan demikian penelitian tentang sarana dan prasarana diperlukan untuk melihat apakah sarana dan prasarana Sekolah Dasar/MI di Kecamatan Colomadu sudah sesuai dengan sarana dan prasarana minimal yang tercantum dalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2007. Daya tampung merupakan suatu kemampuan untuk menampung sejumlah kapasitas maksimalnya. Daya tampung Sekolah Dasar adalah kemampuan Sekolah Dasar untuk menampung siswa sejumlah ketersediaan kursi atau ruang yang dimiliki sekolah. Sekolah memiliki daya tampung yang berbeda satu dengan yang lainnya. Daya tampung Sekolah Dasar diketahui dengan membandingkan jumlah anak usia 7-12 tahun dengan kapasitas maksimal sekolah. Dikatakan tertampung apabila jumlah anak usia 7-12 tahun sama atau kurang dari kapasitas maksimal sekolah. Dikatakan tidak tertampung apabila anak usia 7-12 tahun lebih besar dari kapasitas maksimal sekolah. Daya tampung satu sekolah adalah 240 siswa. Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu memiliki daya tampung yang bervariasi setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, pada tahun 2007 jumlah penduduk usia 712 tahun sebanyak 5395 anak. Apabila dilihat dari jumlah SD yang ada, daya tampung seluruh Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu sebanyak 6960 anak. Berdasarkan daya tampung tersebut seharusnya seluruh penduduk usia 7-12 tahun dapat tertampung. Namun jumlah siswa Sekolah Dasar (7-12 tahun) yang bersekolah di Kecamatan Colomadu sebanyak 3880 anak. Hal itu berarti daya
6
tampung Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu belum maksimal, karena sebagian penduduk usia 7-12 tahun bersekolah di daerah lain. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian mengenai daya tampung sehingga dapat diketahui bagaimana daya tampung Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana distribusi spasial Sekolah Dasar, pola persebaran Sekolah Dasar, perubahan guru, siswa dan sarana prasarana serta daya tampung Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan konteks permasalahan tersebut, penulis perlu mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul: “PEMETAAN PERUBAHAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1998-2007.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka bisa diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Data sekolah biasanya disajikan dalam bentuk tabel atau grafik sementara distribusi spasial sekolah belum ditampilkan, oleh sebab itu diperlukan penyajian data dengan menggunakan peta agar distribusi spasial sekolah dapat ditampilkan. 2. Sarana dan prasarana Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu masih perlu banyak perbaikan. 3. Pertambahan dan pengurangan jumlah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu masih belum stabil. 4. Daya tampung Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu masih belum maksimal menampung anak usia Sekolah Dasar. C. Pembatasan Masalah Penelitian yang telah dilaksanakan memerlukan adanya pembatasan masalah antara lain: 1. Ruang lingkup yang telah diteliti adalah Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yang meliputi gedung sekolah, siswa, guru, sarana dan prasarananya.
7
2. Persebaran gedung Sekolah Dasar dan bagaimana pola persebarannnya yang digambarkan dan dianalisis dengan menggunakan peta. 3. Bagaimana daya tampung Sekolah Dasar terhadap penduduk usia Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Colomadu? 4. Bagaimana perubahan jumlah siswa, guru, ruang kelas dan sarana prasarana Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu? D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1
Bagaimana distribusi spasial dan pola persebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu?
2
Bagaimana perubahan jumlah siswa, guru dan ruang kelas serta sarana dan prasarana Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu?
3
Bagaimana daya tampung Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1
Mengetahui distribusi spasial dan pola persebaran Sekolah Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu.
2
Mengetahui perubahan jumlah siswa, guru dan ruang kelas serta sarana dan prasarana Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu.
3
Mengetahui daya tampung Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain:
1
Manfaat Teoritis a. Penelitian ini sebagai langkah dalam penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah berupa teori-teori dengan kenyataan yang sesungguhnya di lapangan. b. Sebagai masukan bagi penulis untuk lebih mengembangkan wawasan penulis dalam kaitannya dengan pengetahuan yang diteliti.
8
2
Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi yang berupa data-data tentang informasi Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yang terkait dengan perkembangan Sekolah Dasar, pola persebaran Sekolah Dasar, persebaran jumlah murid, guru dan ruang kelas, sarana dan prasarananya yang menunjang proses pendidikan di Sekolah Dasar serta daya tampung sekolah terhadap jumlah keseluruhann anak usia sekolah. Sehingga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan di bidang pendidikan. b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pembuatan media pembelajaran di kelas, antara lain : 1) Untuk kelas X pada kompetensi dasar kemampuan menafsirkan pola dan ciri kenampakan alam dan budaya pada berbagai peta dan media citra dengan materi pokok peta tematik dan citra penginderaan jauh yang memiliki indikator sebagai berikut: Ø Membuat peta berdasarkan hasil pengukuran jarak dan arah dengan menggunakan alat bantu meteran dan kompas. Ø Melakukan klasifikasi data, tabulasi dan membuat grafik. Ø Membuat peta tematik dengan menggunakan simbol (titik, garis, dan luasan). Ø Membedakan peta dengan media citra (foto udara dan citra satelit). Ø Menafsirkan pola dan cirri kenampakan alam dari hasil pemetaan dan interpretasi citra. 2) Untuk kelas XI, pada kompetensi dasar kemampuan menyimpulkan informasi tentang persebaran, pola, dan hubungan antar obyek geografi melalui peta dan citra penginderaan jauh dengan materi pokok sebaran, pola, dan obyek geografi yang memiliki indikator sebagai berikut : Ø Mengidentifikasikan persebaran obyek geografi (fisik, sosial) melalui peta dan citra penginderaan jauh.
9
Ø Mengidentifikasi pola dan hubungan spasial obyek geografi (fisik, sosial). Ø Mengidentifikasi bentang alam dan bentang budaya melalui peta dan citra penginderaan jauh. Ø Menghitung luas bentang budaya (pemukiman, perkebunan, dan hutan). Ø Menganalisis pola dan hubungan spasial antar obyek geografi. 3) Untuk kelas XII, pada kompetensi dasar kemampuan menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kajian geografi dengan meteri pokok Sistem Informasi Geografi (SIG) yang memiliki indikator sebagai berikut : Ø Menguraikan konsep dasar dan tahapan kerja SIG. Ø Menguraikan pengoperasian SIG secara konvensional. Ø Member contoh penerapan Sistem Informasi Geografi dalam kajian geografi. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pemetaan Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui suatu proyeksi. (Sinaga, 1999: 1). Menurut International Cartographic Asociation (ICA) dalam Sinaga (1999: 5) mengemukakan peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. (www.wikimedia/pemetaan, diakses 22
10
Juni 2009) Pemetaan merupakan suatu rangkaian pekerjaan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti geodesi, pemotretan udara, fotogrametri, kartografi, serta teknik pencetakan peta. (Subagio, 2003: 7) Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan data-data secara kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur-unsur yang spesifik. Peta tematik dapat membantu secara umum perencanaan suatu daerah, administrasi, manajemen, perusahaanperusahaan swasta, pendidikan, perencanaan militer dan lain-lain. (Aziz, 1997: 1) Penyajian data-data dalam peta tematik ini digambarkan dengan memakai pernyataan-pernyataan dan simbol-simbol tertentu. Pernyataan dan simbol tersebut mewakili dan menerangkan data-data yang diperlukan. Simbol yang digunakan itu adalah simbol titik, simbol garis dan simbol luas/daerah, sedangkan pernyataan-pernyataan yang mewakili data-data yang bersangkutan (di atas peta tematik) pada dasarnya berhubungan dengan lokasinya, posisinya dan luasnya. (Aziz, 1997: 2) Simbol adalah salah satu alat untuk mengadakan komunikasi. Simbol ini mempunyai arti dan bentuk. Dengan mengetahui arti dan bentuk simbol-simbol tersebut, maka pemilihan simbol harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari peta tematik. Pada hakekatnya dengan memetakan simbol-simbol tersebut, tema dari suatu peta dapat terbaca dengan mudah. Simbol-simbol ini digambarkan secara jelas dan menonjol, serta biasanya diberi warna. (Aziz, 1997: 25) Tugas kartografer adalah mendesain peta. Tahapan mendesain peta meliputi: 1. Desain letak peta/komposisi peta. Desain tata letak/komposisi peta adalah merancang susunan dan pengaturan masing-masing informasi tepi peta, agar peta menarik dan efisien. Komposisi peta meliputi judul peta, skala peta baik grafis maupun numeric, orientasi, inset, legenda, indeks peta, sumber data, sumber peta, nama penyusun peta, garis tepi peta, garis lintang dan bujur, serta daerah yang dicakup. Penempatan unsur-unsur tersebut ke dalam peta dipengaruhi oleh bentuk daerah penelitian, efisiensi kertas dan skala peta, oleh karena itu letak
11
dan ukuran huruf atau angka yang ditempatkan pada peta harus nampak serasi dan harmonis sehingga memberi kesan yang menarik bagi pengguna peta. 2. Desain peta dasar. Dalam membuat peta tematik diperlukan peta dasar yang berfungsi sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografi dari tema yang akan dibuat. Pemilihan skala peta berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: 1) Sesuai dengan tujuan pemetaan. 2) Tidak banyak data yang dihilangkan. 3) Datanya dapat digambarkan dengan jelas. 4) Unit penggambaran terkecil masih nampak tergambar dengan jelas. 3. Desain isi peta. Desain isi peta adalah merancang informasi ke dalam bentuk simbol yang akan ditampilkan pada peta. Simbol harus memiliki arti unsur yang diwakilinya. Informasi yang akan disampaikan melalui simbol seperti simbol titik, garis dan area akan menentukan ukuran atau nilai. Desain isi peta pada hakekatnya mendesain simbol dalam proses pemetaan suatu data. Simbol merupakan penyajian dalam bentuk gambar yang menarik dan mudah dipahami oleh pengguna peta atau sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi suatu tema pada peta tematik. Menurut Sinaga (1999: 9) sifat (character) data dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori dasar: a. Positional data (data titik) : a non dimentional location (tanpa dimensi). b. Linear data (data garis) : course and length are predominant aspects of linear data (ketinggian dan jarak adalah aspek yang mendominasi data garis). c. Areal data (data luas ) : two dimentional data (data dua dimensi). d. Volumetric data (data volume) : three dimentional data (third-dimentional is the quantity) atau data tiga dimensi (tiga dimensi merupakan suatu ruang) Dalam simbolisasi suatu peta untuk membedakan bermacam-macam
12
data, harus dibuat bermacam-macam kenampakan agar mudah dimengerti oleh si pemakai peta. Kenampakan yang berbeda-beda bisa diperoleh dari warna, value, ukuran, bentuk, spasi, orientasi dan lokasi. (Prihandito, 1989: 14) Visual variables disebut juga kenampakan yang berbeda-beda. Variabel visual (Sinaga, 1999: 7) ada 6 yaitu: 1. Form (bentuk) 2. Size (ukuran) 3. Orientation (arah) 4. Value (nilai terang gelapnya simbol) 5. Density (ukuran yang berbeda dari value yang sama) 6. Colour (warna) Hubungan antara simbol, variabel visual dan persepsi sangat erat. Simbol yang dibuat dengan kenampakan yang berbeda-beda (visual variables) akan menimbulkan persepsi. Persepsi/kesan (Sinaga, 1999: 11) yaitu bila seseorang melihat peta, segera akan timbul dalam pikirannya, bahwa peta tersebut membawa suatu misi dan si pembaca akan mendapatkan kesan (perseption) dari peta yang diamatinya. Bertin dalam Sinaga (1999: 11) membagi empat tingkatan kesan yang dapat diamati bila seseorang membaca peta yaitu: a. Persepsi asosiatif (Assosiative perseption) yaitu semua simbol yang ada dalam peta tersebut mempunyai kesan yang sama tingkatannya (pentingnya), derajadnya, jadi tidak ada satu simbol pun yang lebih menonjol dibandingkan dengan simbol lain. Contoh variabel visual dalam persepsi asosiatif adalah variabel visual bentuk (form), orientasi (orientation), warna (colour), dan density. b. Persepsi selektif (selective perseption) adalah semua simbol memberi kesan berbeda antara satu dengan lainnya, akan tetapi dalam bentuk group. Mata akan dapat membedakan group satu dengan lainnya tetapi tidak dapat membedakan mana group yang lebih penting. Jadi group yang satu dengan yang lainnya sama kedudukannya. Contoh variabel visual dalam persepsi selektif adalah variabel visual nilai
13
(value), ukuran (size), dan warna (colour). c. Persepsi bertingkat (ordered perseption) adalah bila mata melihat group simbol akan mendapatkan kesan bahwa group simbol yang satu akan lebih penting dari group yang lainnya (ada tingkatannya). Contoh variabel visual dalam persepsi bertingkat adalah nilai (value), ukuran (size), dan density d. Persepsi kuantitatif (quantitative perseption) adalah simbol-simbol akan memberi kesan bahwa simbol yang satu lebih besar dari simbol yang lain atau dengan kata lain simbol satu dengan yang lain dapat dibandingkan. Contoh variabel visual dalam persepsi kuantitatif adalah ukuran (size). Hubungan antara tingkat persepsi dengan variabel visual dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Hubungan Antara Tingkatan Persepsi Dengan Variabel Visual. Variabel visual
Bentuk (Form)
persepsi
Orientasi (orientation)
warna (colour)
Density
Nilai
Ukuran
(value)
(size) ·
Kuantitatif ·
·
·
·
·
·
·
·
·
Bertingkat Selektif ·
Assosiatif
·
Sumber : Pemetaan data statistik
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi hubungan antara tingkat persepsi dengan variabel visual. Persepsi kuantitatif dapat ditunjukkan dengan penggunaan variabel visual ukuran (size), karena dengan menggunakan variabel visual ukuran (size) dapat memberikan kesan besar kecil sehingga mudah membandingkannya. 2. Fungsi dan Jenis Peta a. Fungsi Peta Semua peta mempunyai suatu hal yang sifatnya umum yaitu
14
menambah pengetahuan dan pemahaman geogramatikal bagi si pengguna peta dan hampir semua perencanaan pembangunan memerlukan peta sebelum perencanaan tersebut dimulai. Hal ini sesuai dengan fungsi peta dalam perencanaan regional dan kegiatan penelitian seperti yang dikemukakan Sinaga (1999: 7) sebagai berikut: 1. Fungsi peta untuk perencanaan regional, sebagai berikut: a) Untuk memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu daerah. b) Sebagai suatu alat menganalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. c) Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan. d) Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. 2.
Fungsi peta dalam kegiatan penelitian. Dalam suatu kegiatan penelitian, peta berfungsi sebagai:
a) Alat bantu sebelum melakukan survei untuk mendapatkan gambaran tentang daerah yang akan diteliti. b) Sebagai
alat
yang
digunakan
selama
penelitian,
misalnya
memasukkan data yang ditemukan di lapangan. c) Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian. Menurut Sinaga (1999: 7) ada 4 fungsi peta yaitu: 1. Memperlihatkan posisi atau lokasi relatif; 2. Memperlihatkan ukuran; 3. Memperlihatkan bentuk; 4. Menghimpun data dan menseleksi. b. Jenis Peta Ditinjau dari isinya, peta dikelompokkan menjadi peta umum dan peta khusus. Peta umum berisi gambaran umum tentang permukaan bumi, seperti gunung, bukit, sungai, pemukiman dan lain-lain. Peta tematik adalah peta yang menggambarkan data kualitatif dan kuantitatif tentang kenampakan suatu unsur-unsur yang ada hubungannya dengan detail topografi. (Bos, E. S,
15
1997 dalam Kurniawan, 2007) Banyak faktor yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan petapeta. Menurut Bos, E.S dalam Sinaga (1999: 7) dasar pengklasifikasian secara umum adalah tergantung pada: 1. Skala (scale) >1:10.000
: skala sangat besar (aplikasi teknik)
<1:100.000 – 10.000
: skala besar (large scale)
1:100.000 – 1:1.000.000
: skala sedang (medium scale)
>1:1.000.000
: skala kecil (small scale)
2. Maksud/tujuan (Purpose), dibedakan menjadi: Ø
Peta Pendidikan (education)
Ø
Peta Ilmu pengetahuan (Science)
Ø
Peta Informasi umum (general information)
Ø
Peta Turis (turism)
Ø
Peta Navigasi (navigation)
Ø
Peta Aplikasi (technicalapplication)
Ø
Peta Perencanaan (planning)
3. Isi (Content), dibedakan menjadi: Ø
Peta-peta topografis (topographic maps)
Ø
Peta-peta tematik (thematic maps)
Ø
Peta-peta navigasi (charts) 3.
Perubahan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia perubahan adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi, diakses 1 Desember 2009) 4.
Sekolah Dasar
Sekolah sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan. Sekolah merupakan tempat untuk menjaga kelestarian nilai-nilai yang positif yang ada dalam masyarakat, agar pewarisan nilai-nilai masyarakat itu berlangsung
16
dengan baik. Sekolah adalah sebuah wadah atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum pendidikan. Sekolah merupakan tempat mereka menimba ilmu dan disekolah juga anak-anak belajar berbagai mata pelajaran serta pengetahuan dan keterampilannya. Sekolah Dasar adalah awal dari sebuah pendidikan formal yang dimulai dari usia dini 7-12 tahun dan merupakan jenjang pendidikan yang tergolong lama, kurang lebih sekitar enam tahun. Sekolah Dasar merupakan langkah awal atau syarat utama untuk pendidikan menengah selanjutnya. Sekolah Dasar sebenarnya tidak hanya bersifat pendidikan formal tetapi juga sebagai sebuah wadah atau komunitas dengan berbagai macam karakter anak-anak yang memiliki tujuan yang berbeda-beda pula, ditampung dalam suatu wadah sebagai salah satu proses pembelajaran. Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sekolah Dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar . Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri atas program pendidikan enam tahun di Sekolah Dasar dan program pendidikan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Dengan demikian Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar yang wajib dilaksanakan. Sekolah Dasar didirikan di tengah-tengah permukiman penduduk. Berdasarkan Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah dalam pedoman perencanaan lingkungan Kota (1983: 29) pendirian Sekolah Dasar memiliki persyaratan antara lain: ·
Sekolah Dasar untuk anak-anak usia 6-12 tahun terdiri dari 6 kelas masingmasing untuk 40 murid.
·
Minimum penduduk yang mendukung sarana ini adalah 1.600 penduduk.
·
Lokasinya sebaiknya tidak menyeberang jalan lingkungan dan masih tetap di tengah-tengah kelompok keluarga.
·
Radius pencapaian dari area yang dilayani maksimum 1000 m2
17
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan Menurut
kebijakan
pembangunan
pendidikan
dalam
50
tahun
pembangunan pendidikan nasional 1945-1995, sarana dan prasaran pendidikan termasuk gedung peralatan, perpustakaan, fasilitas kerja dan kodisi kehidupan yang layak bagi seluruh tenaga pendidikan dan pengajaran makin disempurnakan dan ditingkatkan. (Tilaar, 1995: 163) Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (http://www.sisdiknas.go.id, 3 Januari 2008) bab XII Sarana dan Prasarana Pendidikan Pasal 45 yaitu: “(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. (2) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana di maksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.” Dalam lampiran peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2007, tentang standar sarana dan prasarana tercantum standar sarana dan prasarana Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) yang meliputi: 1) Satuan Pendidikan Ø Satu SD/MI memiliki minimum 6 rombongan belajar dan maksimum 24 rombongan belajar. Ø Satu SD/MI dengan enam rombongan belajar melayani maksimum 2000 jiwa. Ø Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar lebih dari 24 dilakukan pembangunan SD/MI baru. Ø Satu desa/kelurahan dilayani oleh minimum satu SD/MI. Ø Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SD/MI dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 3 km melalui lintasan yang tidak membahayakan.
18
2)
Ketentuan Prasarana dan Sarana Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: Ø Ruang kelas, Ø Ruang perpustakaan, Ø Laboratorium IPA, Ø Ruang pimpinan, Ø Ruang guru, Ø Tempat beribadah, Ø Ruang UKS, Ø Jamban, Ø Gudang, Ø Ruang sirkulasi, Ø Tempat bermain/berolahraga. Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang ada di
dalamnya diatur dalam standar sebagai berikut: a) Ruang Kelas Ø Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan. Ø Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar. Ø Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik. Ø Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m. Ø Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan. Ø Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan. b) Ruang Perpustakaan
19
Ø Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru. Ø Memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan. Ø Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m. Ø Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahaya-an yang memadai untuk membaca buku.Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai. c) Laboratorium IPA Ø Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas. Ø Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung kegiatandalam bentuk percobaan.
d) Ruang Pimpinan Ø Ruang
pimpinan
berfungsi
sebagai
tempat
melakukan
kegiatan
pengelolaan Ø Sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya. Ø Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m. Ø Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci dengan baik. e) Ruang Guru Ø Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya. Ø Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 32 m2. Ø Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan. f) Tempat Beribadah
20
Ø Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah. Ø Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan, dengan luas minimum 12 m2. g) Ruang UKS Ø Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah. Ø Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling. Ø Luas minimum ruang UKS 12 m2. h) Jamban Ø Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil. Ø Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Ø Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit. Ø Luas minimum 1 unit jamban 2 m2. Ø Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan. Ø Tersedia air bersih di setiap unit jamban. i) Gudang Ø Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi di satuan pendidikan, dan tempat menyimpan arsip sekolah yang telah berusia lebih dari 5 tahun. Ø Luas minimum gudang 18 m2. Ø Gudang dapat dikunci. j) Ruang Sirkulasi Ø Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di halaman sekolah.
21
Ø Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruangruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum 2,5 m. Ø Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup. Ø Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm. Ø Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga. Ø Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m. Ø Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm. Ø Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga. Ø Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup. k) Tempat Bermain/Berolahraga Ø Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler. Ø Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m2/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 167, luas minimum tempat bermain/berolahraga 500 m2. Di dalam luasan tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m x 15 m. Ø Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami pohon penghijauan. Ø Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas.
22
Ø Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir. Ø Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga. 6. Daya Tampung Sekolah Daya tampung merupakan suatu kemampuan untuk menampung sejumlah kapasitas maksimalnya. Daya tampung Sekolah Dasar adalah kemampuan Sekolah Dasar untuk menampung siswa sejumlah ketersediaan kursi atau ruang yang dimiliki sekolah. Daya tampung satu ruang kelas adalah 40 siswa. Daya tampung Sekolah Dasar diketahui dengan membandingkan jumlah anak usia 7-12 tahun dengan kapasitas maksimal sekolah. Dikatakan tertampung apabila jumlah anak usia 7-12 tahun sama atau kurang dari kapasitas maksimal sekolah. Dikatakan tidak tertampung apabila anak usia 7-12 tahun lebih besar dari kapasitas maksimal sekolah.
7. Distribusi Spasial Beberapa ahli mengemukakan tentang distribusi spasial antara lain: De Mers (1997) menyebutkan bahwa analisis spasial mengarah pada banyak macam operasi dan konsep termasuk perhitungan sederhana, klasifikasi, penataan, tumpangsusun geometris, dan pemodelan kartografis. Sementara Johnston (1994) secara sederhana mengatakan bahwa analisis spasial merupakan prosedur kuantitatif yang dilakukan pada analisis lokasi. Fotheringham (2005) memilah spasial analisis dalam dua bentuk yaitu analsis spasial berbasis sistem informasi geografis sederhana (Simple GIS-based spatial analysis) dan analsis spasial berbasis sistem informasi geografis lanjut (Advanced GIS-based spatial analysis). (http://infomygis.blogspot.com, diakses 22 Juni 2009) Analisis keruangan menurut Bintarto dan Hadisumarno (1978: 12) mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat
23
dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari: data titik (point data) dan data bidang (areal data). Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan kepada tiga unsur geografi yaitu: jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1978: 74) B. Penelitian yang Relevan Sakinah Fathrunnadi Shalihati (2007) melakukan penelitian berjudul Analisis Kerusakan dan Penentuan Lokasi Rekonstruksi Anggunan Sekolah Dasar untuk Layanan Pendidikn Dasar Pasca Gempa 27 Mei 2006 di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Penelitian tersebut bertujuan untuk (1) mengetahui persebaran tingkat kerusakan bangunan sekolah dasar di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten pasca gempa 27 Mei 2006, (2) Mengetahui layanan pendidikan dasar di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten pasca gempa 27 mei 2006, (3) Mengetahui cara optimalisasi layanan pendidikan dasar di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten pasca gempa 27 Mei 2006, (4) Mengetahui lokasi-lokasi yang tepat untuk rekonstruksi bangunan sekolah berdasarkan daerah bahaya gempa di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten pasca gempa 27 Mei 2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan persebaran tingkat kerusakan Sekolah Dasar di Kecamatan Wedi pasca gempa 27 Mei 2006 dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu sekolah roboh, tidak dapat dipakai, rusak berat dan rusak ringan. Layanan pendidikan dasar dari segi (a) variabel pelayanan: diperlukan penambahan Sekolah Dasar, dan penambahan kelas, (b) pemerataan pendidikan: kurang merata. (c) Analisis buffer pada pencapaian 1000 meter pelayanan Sekolah Dasar terlihat Sekolah-Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Wedi saling overlap, tidak ada ruang kosong yang dapat dijadikan lokasi untuk mendirikan sekolah baru. (d) Optimalisasi layanan pendidikan dasar dengan cara penambahan fasilitas pendidikan di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten, dan ada beberapa sekolah yang perlu dimarger, berdasarkan peta analisis lokasi rekonstruksi bangunan Sekolah Dasar pasca gempa 26 Mei 2006 Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten, lokasi rekonstruksi Sekolah Dasar dapat ditempatkan di seluruh wilayah Kecamatan Wedi. Siti Sulaeha (2004) melakukan penelitian berjudul Analisis Pertumbuhan
24
Penduduk dan Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Tahun 2003-2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia SLTP di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang pada tahun 2003-2013 dan mengetahui penyediaan fasilitas pendidikan SLTP di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang pada tahun 2003-2013. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk usia 13-15 tahun di Kecamatan Menes periode 1993-2003 sebesar 1,13. Persebaran gedung SLTP di Kecamatan Menes ini belum merata. Hasil dari analisis perhitungan kebutuhan penambahan jumlah guru tiap mata pelajaran SLTP dan MTs di Kecamatan Menes, bahwa di Kecamatan Menes kekurangan tenaga guru sebanyak 44 orang. Untuk tahun 2013 yang akan datang diperkirakan jumlah kelas yang dibutuhkan yaitu 13 kelas untuk menampung 428 anak usia 13-15 tahun yang ada di Kecamatan Menes. Tabel 2. Penelitian yang Relevan Peneliti
Judul
Sakinah
Analisis Kerusakan
Fathrunnadi
dan Penentuan Lokasi
Shalihati
Rekonstruksi Angunan
(2007)
Sekolah Dasar untuk Layanan Pendidikn Dasar Pasca Gempa 27 Mei 2006 di
Tujuan · mengetahui persebaran tingkat kerusakan bangunan. · Mengetahui layanan pendidikan dasar. · Mengetahui cara optimalisasi
Metode penelitian
Hasil
Deskriptif
Hasil persebaran tingkat kerusakan
kualitatif
sekolah dasar dibagi menjadi empat
Analisis
kategori yaitu sekolah roboh, tidak
kuantitatif dan
dapat dipakai, rusak berat dan rusak
aplikasi SIG
ringan. Layanan pendidikan dasar segi (a) variabel pelayanan : diperlukan
layanan pendidikan dasar. · Mengetahui lokasi-lokasi yang
penambahan sekolah dasar, dan
Kecamatan Wedi
tepat untuk rekonstruksi bangunan
penambahan kelas, (b) pemerataan
Kabupaten Klaten.
sekolah berdasarkan daerah
pendidikan: kurang merata .
bahaya gempa di Kecamatan Wedi
Optimalisasi layanan pendidikan dasar
Kabupaten Klaten pasca gempa 27
dengan penambahan fasilitas
Mei 2006.
pendidikan dan beberapa sekolah perlu di margger, berdasarkan peta analisis lokasi rekonstruksi bangunan sekolah dasar pasca gempa 26 Mei 2006 kecamatan Wedi Kabupaten Klaten, lokasi rekonstruksi sekolah dasar dapat ditempatkan di seluruh wilayah Kecamatan Wedi.
Siti
Sulaeha
(2004)
Analisis Pertumbuhan
· Mengetahui pertumbuhan
Metode deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan tingkat
kualitatif.
pertumbuhan penduduk usia 13-15
Penduduk Dan
penduduk dan persebaran
Penyediaan Fasilitas
penduduk usia SLTP di
tahun di Kecamatan Menes periode
Pendidikan Sekolah
Kecamatan Menes Kabupaten
1993-2003 sebesar 1,13. Persebaran
Lanjutan Tingkat
Pandeglang pada tahun 2003-2013
gedung SLTP di Kecamatan Menes ini
25
Pertama Di Kecamatan
· Mmengetahui penyediaan fasilitas
belum merata. Hasil dri analisis
Menes Kabupaten
pendidikan SLTP di Kecamatan
perhitungan kebutuhan penambahan
Pandeglang Tahun
Menes Kabupaten Pandeglang
jumlah guru tiap mata pelajaran SLTP
2003-2013
pada tahun 2003-2013
dan MTs di Kecamatan Menes, bahwa di kecamatan Menes kekurangan tenaga guru sebanyak 44 orang. Untuk tahun 2013 yang akan datang diperkirakan jumlah kelas yang dibutuhkan yaitu 13 kelas untuk menampung 428 anak usia 13-15 tahun yang ada di Kecamatan Menes.
Eka Styorini
Pemetaan
(2008)
Perkembangan Sekolah Dasar Di Kecamatan Colomadu Kabupaten
· Mengetahui distribusi spatial
analisis tetangga
___________
terdekat, analisis
Sekolah Dasar. · Mengetahui pola persebaran
peta, Analisis data sekunder
Sekolah Dasar. · Mengetahui bagaimana
Karanganyar Tahun
perkembangan jumlah murid,
1998-2007.
guru, sarana dan prasarana yang
(tabulasi)
ada di Sekolah Dasar . · Daya tampung Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
C. Kerangka Berfikir Sekolah Dasar adalah awal dari sebuah pendidikan formal yang dimulai dari usia dini 6 -12 tahun dan merupakan jenjang pendidikan yang tergolong lama, kurang lebih sekitar enam tahun. Sekolah Dasar merupakan langkah awal atau syarat utama untuk menempuh pendidikan menengah selanjutnya (SLTP). Data statistik Sekolah Dasar dapat disajikan dalam bentuk deskriptif, tabel, grafik atau diagram. Dari data statistik akan dapat diketahui lokasi Sekolah Dasar namun belum dapat menggambarkan distribusi spasialnya. Untuk menggambarkan distribusi spasial cara yang tepat dengan melalui peta. Dari distribusi spasial dapat digunakan untuk mengetahui pola persebaran dari Sekolah Dasar tersebut. Pola persebaran dapat dihitung dengan menggunakan analisis tetangga terdekat. Sekolah Dasar dalam perkembangannya mengalami banyak perubahan terutama perubahan jumlah murid dan guru. Perubahan tersebut biasanya disajikan dalam bentuk grafik, tabel ataupun diagram. Penyajian dalam bentuk grafik, tabel dan diagram belum bisa menjawab secara keruangan sekolah mana saja
yang
mengalami
perubahan
tersebut.
Karenanya
perlu
dianalisis
26
menggunakan analisis peta sehingga data statistik yang ada akan tersaji dalam bentuk peta. Selain perubahan jumlah guru dan murid setiap sekolah memiliki sarana dan prasarana yang berbeda untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana Sekolah Dasar dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu memadai, cukup memadai dan kurang memadai. Metode ketersediaan pelayanan digunakan untuk menilai ada atau tidaknya fasilitas pelayanan, jika pelayanan tersedia diberi nilai 1 dan jika tidak ada diberi nilai 0 (nol). Dari hasil penilaian kemudian diklasifikasikan menjadi memadai, cukup memadai dan kurang memadai. Setelah diketahui sekolah mana saja yang memadai, cukup memadai dan kurang memadai masih kurang lengkap jika belum mengetahui dimana saja persebaran sekolah-sekolah tersebut. Oleh karena itu hasil analisis yang sudah diperoleh perlu disajikan dalam bentuk peta. Daya
tampung
sekolah
merupakan
kemampuan
sekolah
untuk
menampung murid-muridnya. Setiap sekolah memiliki daya tampung yang berbeda-beda. Daya tampung diketahui dengan cara membandingkan jumlah pendaftar dengan jumlah kursi yang ada di tiap sekolah. Daya tampung tiap sekolah dibedakan menjadi dua yaitu sekolah yang dapat menampung dan tidak dapat menampung pendaftar atau calon murid. sehingga diketahui sekolah mana saja yang dapat menampung dan tidak dapat menampung.
Sekolah Dasar
Ruang kelas/ jumlah kursi
Jumlah anak
Jumlah guru
usia 7-12 tahun
Sarana dan prasarana
Lokasi sekolah
Persebaran Sekolah Dasar/ distribusi spasial
Daya tampung sekolah : - Tertampung - Tidak tertampung
Analisis data sekunder (Tabulasi)
Analisis tetangga terdekat
27
Pola persebaran Sekolah Dasar
Perubahan jumlah murid, jumlah guru, ruang kelas dan sarana prasarana
Gambar 1. Diagram alir Kerangka Pemikiran
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian 1.
Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan di Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar yang terdiri dari 11 kelurahan/desa yaitu : Baturan, Blulukan, Bolon, Gajahan, Gawanan, Gedongan, Klodran, Malangjiwan, Ngasem, Paulan, Tohudan. Kecamatan Colomadu dipilih sebagai daerah penelitian karena letak Kecamatan Colomadu yang berbatasan dengan tiga Kabupaten yaitu: Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali menjadikan Kecamatan Colomadu sebagai tempat yang strategis mobilitas orang, nilai, dan barang. Karena tempat yang strategis tersebut terjadilah interaksi dengan kota maupun kabupaten di sekitarnya sehingga terjadi perubahan-perubahan diberbagai bidang baik sosial maupun budaya termasuk pendidikan. 2.
Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dimulai pada Bulan Februari tahun 2008 sampai Bulan Oktober 2009. Tahap pelaksanaannya sebagai berikut: Tabel 3. Perencanaan Penelitian Tahap Feb-Apr’08
Apr – Juni’08
Juli’08
Bulan Okt – Des’08
Jan – Feb’09
Maret –Okt’09
28
Persiapan Penyusunan Proposal Penyusunan Instrument Penelitian Pengumpulan Data Analisis data Tahap Penyusunan Laporan
P P P P P P
B. Metode Penelitian Tika (1997: 2) menyatakan bahwa metode penelitian geografi dapat diartikan sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan pengetahuan yang menyangkut permukaan bumi dan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Metode ilmiah merupakan langkah-langkah yang dipakai untuk melakukan penelitian dn membuat pemecahan masalah. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif geografis dengan analisis peta, dan tetangga terdekat. Metode deskriftif geografis yaitu merupakan suatu metode penelitian dengan cara memecahkan suatu masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan berdasarkan fakta yang menghasilkan data deskriftif secara spasial tentang data yang diamati. Deskriftif geografis dalam penelitian ini adalah uraian tentang persebaran Sekolah Dasar, uraian tentang pola persebaran Sekolah Dasar, uraian tentang perubahan Sekolah Dasar, uraian tentang perubahan jumlah murid Sekolah Dasar, uraian tentang kebutuhan guru Sekolah Dasar, uraian tentang kebutuhan kelas Sekolah Dasar, uraian tentang sarana dan prasarana Sekolah Dasar dan uraian tentang daya tampung Sekolah Dasar. C. Sumber Data 1
Data primer
Tika (1997:67) mengemukakan bahwa data primer adalah data yang
29
diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer diperoleh berdasarkan observasi lapangan yaitu berupa data lokasi sekolah yang diperoleh melalui pengukuran di lapangan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). 2
Data Sekunder
Tika (1997:67) mengemukakan bahwa data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi dari instansi terkait. Data sekunder penelitian ini adalah:
a. Jumlah siswa, jumlah guru, sarana dan prasarana yang diperoleh dari Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu. b. Data penduduk diperoleh dari Kecamatan Colomadu Dalam Angka tahun 1998 - 2007/2008 yang diperoleh dari Kantor Badan Statistik Kabupaten Karanganyar. c. Data jumlah anak usia 7-12 tahun dan jumlah siswa usia 7-12 tahun diperoleh dari Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Colomadu.
D. Teknik Sampling Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Populasi dibedakan menjadi populasi sasaran (target population) dan populasi sampel. Populasi sasaran adalah keseluruhan individu dalam area/wilayah/lokasi/kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi sampel adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai sampel penelitian sesuai dengan kerangka sampelnya (sampling frame). Adapun yang dimaksud dengan kerangka sampel adalah seluruh daftar individu yang menjadi menjadi satuan analisis yang ada dalam populasi dan akan diambil sampelnya. (Sugiarto,dkk; 2003 : 2-3) Penelitian ini menggunakan populasi sehingga tidak menggunakan
30
sampel. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan populasi yang meliputi seluruh Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Colomadu. Di Kecamatan Colomadu terdapat 31 buah Sekolah Dasar pada tahun 1998 dan 29 buah Sekolah Dasar pada tahun 2007. Data yang diambil adalah data sekolah dasar yang meliputi jumlah Sekolah Dasar, lokasi Sekolah Dasar, jumlah guru Sekolah Dasar, jumlah murid Sekolah Dasar, dan sarana prasarana Sekolah Dasar. E. Teknik Pengumpulan Data 1
Observasi
Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan karena tidak semua data bisa diperoleh dari data sekunder. Hal ini bertujuan untuk melihat keadaan Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu secara langsung. Persebaran Sekolah Dasar diperoleh dari pengambilan titik koordinat lokasinya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS), lalu dilakukan pengeplotan pada Peta Rupabumi Lembar Surakarta dan Lembar Kartasura skala 1:25.000. 2
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini sumber tertulis berdasarkan data yang ada terdapat di Sekolah Dasar Kecamatan Colomadu, Kantor Badan Statistik Kabupaten Karanganyar, Bakosurtanal. F.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan asumsi bahwa anak usia Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu bersekolah di masing-masing desa. Hal ini berartinya anak usia Sekolah Dasar di Desa Malangjiwan bersekolah di Desa Malangjiwan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data sekunder dan teknik analisis peta. Analisis data sekunder dilakukan dengan cara mentabulasi ke dalam perhitungan-perhitungan sesuai dengan sifat datanya.
31
1. Distribusi Spasial dan Pola Persebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis peta. Analisis peta digunakan untuk mengetahui distribusi spasial dari Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta persebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu, sebagai berikut: a.
Mempersiapkan peta dasar. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang akan dibuat. Pada pemetaan sebaran Sekolah Dasar menggunakan peta rupa bumi skala 1 : 25.000.
b.
Membangun tipologi ke dalam peta dasar. Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta Sekolah Dasar berupa: 1) Grid/UTM. Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta. 2) Pola Aliran. Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang disebabkan oleh alam). 3) Bentuk Perhubungan. Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas. 4) Nama-nama Geografi. Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi, kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan
32
dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik. c.
Labeling (data atribut). Dalam pemetaan Sekolah Dasar menggunakan simbol kualitatif. Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam peta sebaran Sekolah Dasar berupa Sekolah Dasar. Desain simbol peta persebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu dapat dilihat pada Tabel 4:
Tabel 4. Desain Simbol Peta Persebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu Jenis Kenampakan (Komponen) Persebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu Tahun 1998 dan Tahun 2007
d.
Sifat Data Nominal
Variabel Visual Form (bentuk)
Persepsi
Simbol
Assosiative perception
Titik (dot)
Contoh Simbol ·
Layout peta. Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentukbentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk memperoleh informasi peta.
Dari data jumlah Sekolah Dasar di kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar akan dicari pola persebarannya dengan menggunakan analisis tetangga terdekat (T) dalam Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1978 : 75-76) dengan formula sebagai berikut : T
T
=
ju jh
= indeks penyebaran tetangga terdekat
33
ju
= jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangga-nya yang terdekat
jh
= jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random. =
1 2 p
p
= kepadatan titik dalam tiap kilimeter persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A), sehingga menjadi
N A
Parameter tetangga terdekat T (nearest neighbor statistic T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan (continuum) untuk mempermudah perbandingan antar pola titik. T=0
T = 1,0
T = 2,15
Mengelompok
Random
Seragam
Mengelompok
Random
Seragam
T=0
T = 1,0
T = 2,15
34
Gambar 2. Continuum nilai nearest neighbor statistic T Menurut Dahroni (1998: 17) analisis tetangga terdekat (R) dengan model matematika secara empiris nilai R itu diperoleh dari 0 sampai 2, 1491. Nilai R dari 0 sampai 0,7 berpola bergerombol (cluster pattern), dari 0,7 sampai 1,4 berpola tersebar tidak merata (random pattern), dan dari 1,4 sampai 2, 1491 berpola tersebar merata (dispersed pattern).
2. Perubahan Jumlah Murid, Guru dan Ruang Kelas Serta Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu Teknik yang digunakan dengan analisis data sekunder (tabulasi). Data jumlah murid, guru, ruang kelas dan sarana prasarana dianalisis dengan cara tabulasi, kemudian diperoleh perubahan jumlah murid, guru, ruang kelas serta sarana dan prasarana.
3. Daya Tampung Sekolah Dasar di Kecamatan Colomadu Daya tampung Sekolah Dasar diketahui dengan membandingkan jumlah anak usia 7-12 tahun dengan kapasitas maksimal sekolah. Dikatakan tertampung apabila jumlah anak usia 7-12 tahun sama atau kurang dari kapasitas maksimal sekolah. Dikatakan tidak tertampung apabila anak usia 7-12 tahun lebih besar dari kapasitas maksimal sekolah. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional R.I tentang pedoman penyusunan standar pendidikan dasar dan menengah tahun 2002 jumlah siswa dalam satu kelas/rombongan belajar maksimal 40 siswa. Satu Sekolah Dasar memiliki 6 kelas jadi daya tampung satu sekolah 6 x 40 siswa yaitu 240 siswa.
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh oleh peneliti dari pemilihan permasalahan penelitian sampai dengan penulisan hasil penelitian.
35
Langkah – langkah prosedur penelitian adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan Kegiatan pada tahap ini meliputi: a. Studi
literatur,
yaitu
mempelajari
literatur,
hasil-hasil
penelitian
sebelumnya, laporan-laporan, majalah ilmiah dan tulisan yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. b. Orientasi lapangan, yaitu mengetahui jenis dan kelengkapan data lainnya yang diperlukan dalam penelitian, dengan jalan menghubungi atau mendatangi kantor atau instansi yang berkaitan dengan penelitian. 2. Penyusunan proposal Penyusunan proposal merupakan semua rencana penelitian yang akan dilakukan meliputi pendahuluan, landasan teori serta metode penelitian. 3. Penyusunan instrumen penelitian Penyusunan instrument penelitian yaitu membuat rancangan tabulasi tentang data perkembangan sekolah agar lebih memudahkan dalam melakukan pencatatan/penyalinan data yang diperlukan.
4. Tahap pengumpulan data Tahap pengumpulan data yaitu mengumpulkan data di lapangan yang berasal dari kantor atau instansi pemerintah yang ada kaitannya dengan penelitian, dengan cara mengutip, mencatat dan memfotocopy arsip yang diperlukan. Data yang diperlukan meliputi: a. Data pokok ·
Lokasi Sekolah Dasar
·
Data anak usia 7-12 tahun pada tahun 1998 dan tahun 2007.
36
·
Data jumlah murid Sekolah Dasar tahun 1998-2007.
·
Data jumlah guru Sekolah Dasar tahun 1998-2007.
·
Data jumlah gedung sekolah.
·
Data sarana dan prasarana Sekolah Dasar tahun 2007.
b. Data bantu ·
Data luas wilayah Kecamatan Colomadu.
·
Data jumlah penduduk
·
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
5. Tahap pengolahan data dan analisis data a. Pengklasifikasian data Meliputi pemilahan data yang diperlukan dan dikelompokkan sesuai dengan kegunaan data tersebut. b. Penggambaran peta Meliputi kegiatan desain tata letak, desain peta dasar, dan desain isi peta berdasarkan kaidah-kaidah kartografi. c. Analisis peta Analisis peta dilakukan secara deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan, menguraikan serta mencari kemampakan-kenampakan yang terdapat dalam peta. 6. Penulisan laporan Penulisan laporan merupakan tahap akhir setelah tahap-tahap terdahulu selesai dilakukan kemudian disusun dalam sebuah skripsi.
37
Data perubahan sekolah dasar tahun 1998-2007
Data statistik : Data pokok :
· · · · ·
Data anak usia 7-12 tahun pada tahun 1998 dan tahun 2007.
Peta Rupabumi
Lokasi
Skala 1 : 25.000
Sekolah Dasar
Data jumlah murid sekolah dasar tahun 1998-2007.
Plotting
Data jumlah guru sekolah dasar tahun 1998-2007. Data jumlah gedung sekolah. Data sarana dan prasarana sekolah dasar tahun 2007.
Data bantu :
Peta dasar
Pengolahan data
Komposisi
Desain peta
Simbol
Peta Persebaran sekolah
Analisis tetangga terdekat
Peta tematik
Pola persebaran Sekolah Dasar
Hasil/Peta tematik -
Peta perubahan jumlah murid, jumlah guru, jumlah ruang kelas, dan sarana prasarana
-
Peta daya tampung sekolah dasar di kecamatan Colomadu
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
38