BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan serangkaian kegiatan atau proses belajar mengajar yang diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Komunikasi tersebut tentunya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat beberapa keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Menurut Tarigan (2008: 1) Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu: a) keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), b) keterampilan berbicara (speaking skills), c) keterampilan membaca (reading skills), d) keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut sangat berhubungan erat dengan kehidupan siswa dalam berkomunikasi. Salah satu keterampilan yang paling banyak digunakan siswa dalam berkomunikasi yaitu keterampilan berbicara. Berbicara
pada
dasarnya
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mengeluarkan ide, gagasan, ataupun pikirannya kepada orang lain melalui media bahasa lisan (Abidin, 2013: 125). Berbicara ini tidak sekadar menyampaikan pesan tetapi proses melahirkan pesan itu sendiri. Berbicara digunakan manusia untuk berkomunikasi yaitu untuk saling menyampaikan pesan yang berisikan ide, gagasan, ataupun pikirannya. Keterampilan
berbicara
adalah
keterampilan
seseorang
dalam
menyampaikan suatu pesan melalui bahasa lisan. Keterampilan ini sangat dibutuhkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari yaitu untuk berkomunikasi. Keterampilan berbicara juga berperan sangat penting dalam proses pembelajaran yaitu digunakan guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran dan juga digunakan siswa dalam menyampaikan ide, gagasan, atau pikirannya seperti bertanya, menjawab, menanggapi, ataupun bercerita. Dalam proses pembelajaran, keterampilan berbicara ini bukan hanya berperan dalam pembelajaran bahasa saja 1
2 tetapi juga berperan dalam pembelajaran yang lain. Keterampilan berbicara sangat penting untuk dikuasai siswa agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara kepada guru kelas III SD Negeri Tirtoyoso No. 111 Surakarta yang dilaksanakan pada tanggal 23 November 2015, diperoleh informasi bahwa guru dalam mengajar masih cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu seperti ceramah, mencatat, dan penugasan. Guru juga belum menggunakan media pembelajaran yang menarik terutama media yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa, sehingga keterampilan berbicara siswa kelas III SD Negeri Tirtoyoso No. 111 Surakarta masih belum optimal atau masih rendah. Menurut informasi dari guru, siswa masih sangat lemah pada keterampilan berbicara khususnya dalam mendongeng. Siswa belum dapat mendongeng dengan baik. Siswa cenderung merasa malu, takut, dan kebingungan ketika disuruh mendongeng di depan kelas. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ketika pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SD Negeri Tirtoyoso No. 111 Surakarta, penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum inovatif. Guru juga belum menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Selain itu, guru hanya fokus mengajarkan teori kebahasaan dan kurang memperhatikan keterampilan berbicara, sehingga keterampilan berbicara siswa masih belum optimal. Hal ini juga berdampak bagi siswa yaitu siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dan merasa kesulitan untuk mengkomunikasikan pikirannya dalam bahasa lisan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilaksanakan peneliti, dapat diketahui bahwa siswa kelas III SD Negeri Tirtoyoso No. 111 Surakarta memiliki suatu permasalahan yaitu pada keterampilan berbicara mendongeng masih terbilang rendah. Permasalahan tersebut terbukti dan diperkuat oleh data hasil nilai pre test siswa yang dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2015 yang menunjukkan bahwa keterampilan berbicara mendongeng siswa masih sangat rendah. Terbukti dengan banyaknya siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65. Dari 29 siswa kelas III hanya 31,03% siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu sejumlah 9
3 siswa. Sedangkan 68,97% lainnya atau sejumlah 20 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata keterampilan berbicara mendongeng secara klasikal yaitu 59,17. Berdasarkan hasil observasi, wawancara terhadap guru dan siswa, serta hasil pre test maka perlu diadakan perbaikan yaitu pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan berbicara mendongeng di kelas III SDN Tirtoyoso No. 111 Surakarta. Setelah melihat permasalahan tersebut peneliti mempunyai sebuah solusi yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang menarik dapat membuat siswa menjadi tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran juga dapat membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa senang dan dapat menerima pelajaran dari guru dengan baik. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara mendongeng, siswa dapat menggunakan suatu media pembelajaran yang menarik yaitu media Wayang Kartun. Penggunaan media Wayang Kartun pada keterampilan berbicara mendongeng diharapkan dapat memudahkan siswa dalam menyampaikan cerita dongeng. Selain itu, media Wayang Kartun juga dapat membuat siswa lebih tertarik dan antusias untuk mengikuti pembelajaran. Media Wayang Kartun ini mempunyai banyak kelebihan yaitu mudah dibuat, termasuk media yang efektif, dapat membantu siswa dalam mengingat kembali isi dongeng yang telah dipahami, dapat membantu siswa dalam menyampaikan isi dongeng, dapat membantu siswa menemukan ide pesan yang akan disampaikan, dapat meningkatkan rasa percaya diri dan keaktifan siswa, dan dapat membuat aktivitas siswa lebih menyenangkan. Media Wayang Kartun ini bentuknya hampir sama dengan wayang kulit yang ada di Jawa, tetapi bedanya kalau wayang kulit tokoh-tokonya adalah ksatria-ksatria dalam cerita Ramayana dan Mahabharata sedangkan Wayang Kartun menggunakan tokoh-tokoh kartun sesuai dengan dongeng. Media Wayang Kartun ini dapat digunakan siswa untuk mendongeng seperti halnya seorang
4 dalang yang sedang menyampaikan isi cerita dalam pertunjukan wayang kulit. Penggunaan media Wayang Kartun diharapkan dapat membantu siswa dalam menyampaikan isi dongeng (mendongeng). Siswa dapat lebih mudah dalam menyampaikan isi dongeng dan juga berani ketika mendongeng di depan kelas. Penelitian yang dilakukan Wulandari (2015) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Wayang Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas II B SD Negeri Kasongan Bantul Yogyakarta” menyimpulkan bahwa media Wayang berpengaruh terhadap keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas II B SD Negeri Kasongan Bantul Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu 76,87 dan 87. Data tersebut membuktikan bahwa kelompok eksperimen yang dikenai perilaku memiliki nilai akhir yang lebih baik daripada kelompok kontrol yang tidak diberi perilaku. Selain itu, penggunaan media Wayang dalam pembelajaran menyimak cerita juga dapat membuat siswa tertarik dan antusias, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan serta konsentrasi siswa menjadi lebih tinggi dalam pembelajaran. Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti berasumsi bahwa penggunaan media Wayang dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa, sehingga dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba memberikan tindakan di kelas III SDN Tirtoyoso No. 111 Surakarta karena memiliki permasalahan yang serupa. Data di atas, diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2014) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Melalui Media Wayang Kartun Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Tohudan Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014” menyimpulkan bahwa penggunaan media Wayang Kartun dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita pada siswa kelas V SD Negeri 03 Tohudan, Colomadu, Karanganyar tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata menyimak cerita siswa pada tiap siklusnya yaitu sebelum tindakan (prasiklus) sebesar 65,31 siklus I naik menjadi 75,00 dan pada siklus II naik menjadi 80,00.
5 Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengangkat permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penggunaan Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Mendongeng pada Siswa Kelas III SDN Tirtoyoso No. 111 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: Apakah penggunaan media Wayang Kartun dapat meningkatkan keterampilan berbicara mendongeng pada siswa kelas III SD Negeri Tirtoyoso No. 111 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara mendongeng pada siswa kelas III SD Negeri Tirtoyoso No. 111 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Mengembangkan pengetahuan tentang penggunaan media Wayang Kartun dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara mendongeng. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penerapan media yang lebih inovatif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatnya keterampilan berbicara mendongeng siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. 2) Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
6 3) Siswa memiliki minat yang lebih dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga siswa merasa senang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. b. Bagi Guru 1) Hasil
penelitian
ini
dapat
menjadi
sarana
bagi
guru
untuk
mengembangkan media pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara mendongeng. 2) Hasil penelitian ini dapat membantu guru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana perbaikan kualitas pembelajaran di kelas khusunya pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif dan nantinya dapat meningkatkan mutu sekolah.