BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki kewajiban untuk melaporkan laporan keuangannya secara berkala sebagai wujud pertanggung jawaban perusahaan kepada pihak internal maupun pihak eksternal. Laporan keuangan akan diperiksa oleh pihak OJK (Otoritas Jasa Keuangan) hal ini dikarenakan banyaknya laporan keuangan yang tidak sinkron dan banyak salah. Laporan keuangan harus dapat dipertanggung jawabkan dan terbebas dari adanya kecurangan yang akan merugikan pihak internal dan eksternal. Menurut Efitasari (2013) pelaku bisnis harus dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan serta terbebas dari adanya kecurangan (fraud) yang akan sangat menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Teori Beneish merupakan suatu teknik analisis laporan keuangan yang dapat diterapkan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan berupa manipulasi laba – earning overstatement (Rahmanti, 2013).
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Messod D.Beneish, melakukan penelitian terhadap perbedaan kuantitatif antara perusahaan publik yang melakukan manipulasi laporan keuangan dan perusahaan yang tidak melakukannya Prosedur pendeteksian kecurangan model Beneish menggunakan data laporan keuangan.
Model Beneish terdapat lima variabel yang signifikan untuk
memprediksi adanya manipulasi dalam laporan keuangan, prosedur pada variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut (Fahmi, 2012): 1. Days Sales in Receivables Index (DSRI) DSRI merupakan rasio jumlah hari penjualan (Sales) dalam piutang (Accounts Receivables) pada tahun pertama terjadinya manipulasi (tahun t) terhadap pengukuran tahun sebelumnya (tahun t-1). 2. Gross Margin Index (GMI) GMI merupakan rasio gross margin dalam tahun sebelumnya (tahun t-1) terhadap gross margin tahun pertama terjadinya manipulasi (tahun t). Rasio Sales terhadap Cost of Sales. 3. Asset Quality Index (AQI) AQI merupakan rasio Non Current Assets terhadap Net Fixed Assets. 4. Sales Growth Index (SGI) SGI merupakan rasio penjualan (Sales) pada tahun pertama terjadinya manipulasi (tahun t) terhadap penjualan tahun sebelumnya (tahun t-1).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
5. Total Accruals to Total Assets (TATA) TATA merupakan rasio total accruals terhadap total assets. Total accruals diperhitungkan sebagai perubahan akun modal kerja selain kas dan piutang pajak dikurangi depresiasi. Indeks Rasio Beneish mampu secara signifikan dalam mendeteksi kemungkinan adanya manipulasi serta mampu membedakan antara perusahaan manipulator dan perusahaan non manipulator. Penggunaan variabel – variabel akuntansi dalam lima variabel yaitu DSRI, GMI, AQI, SGI dan TATA dapat menjadi bahan pertimbangan sinyal prospek yaitu masa mendatang sebagai teknik untuk mendeteksi adanya manipulasi (Yavida, 2001). Kecurangan (fraud) merupakan ketidakjujuran yang disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam International Standards on Auditing (ISA) 240 ”The Auditor’s Responsibilites Relating to Fraud in an Audit of Financial Statement” (Appendix 1) diterjemahkan bahwa faktor resiko kecurangan ada tiga yaitu dorongan, kesempatan, rasionalisasi / sikap (Insentive/pressure, Opportunity, Relationship) dalam kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial reporting). Kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atas penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan
dalam
laporan
keuangan.
Untuk
meminimalkan
resiko
kecurangan, maka diperlukan pendeteksian kecurangan sebagai peringatan bagi investigator kecurangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Menurut Ida (2013) pendeteksian kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menemukan serangkaian indikator-indikator kecurangan yang dapat memberikan peringatan bagi investigator kecurangan, singkatnya adalah pendeteksian kecurangan diperlukan untuk mengidentifikasikan adanya indikasi bahwa fraud telah terjadi. Menurut Albercht (2003) upaya untuk mengurangi tindakan pendeteksian kecurangan dibagi kedalam tiga fase sebagai berikut: a. Fase pencegahan tindakan fraud Budaya organisasi dan gaya kepemimpinan seorang manajer merupakan faktor yang mendasar dalam perusahaan untuk menentukan baik tidaknya pengendalian intern perusahaan. Hal ini akan menentukan sikap karyawan didalam perusahaan, jika perusahaan tidak menanamkan budaya organisasi yang baik, maka tidak dipungkiri kecurangan akan terus terjadi. Faktor prinsip atau komitmen perusahaan (seperti kejujuran, keterbukaan satu sama lain) yang telah ditetapkan dan diterapkan juga merupakan faktor penentu berkembangnya perusahaan serta hal tersebut menjadikan orang-orang didalamnya menjadi individu yang saling terbuka, jujur dan tidak mau mengambil keuntungan sendiri, tetapi mereka justru bekerjasama untuk mewujudkan perusahaan yang maju dan berkembang secara murni tanpa kecurangan. b. Fase pendeteksian tindakan fraud Dilakukan dengan cara pengamatan, melakukan tuntutan hukum, penegakkan etika dan kebijakan atas tindakan fraud (Nelly, 2010). Sedangkan menurut Singleton (2010), hal lain yang dapat mengurangi tindakan fraud adalah memberikan penghargaan kepada karyawan yang telah berkontribusi dalam mendeteksi perilaku kecurangan serta menegakkan budaya anti fraud. c. Fase penginvestigasian fraud Tahap pendeteksian fraud berbeda dengan penginvestigasian fraud. Jika pada tahap pendeteksian hanya mengidentifikasi gejala yang sering terjadi dan mengarah pada tindakan fraud, sedangkan tahap penginvestigasian menentukan siapa pelaku, bagaimana motif mereka melakukan tindakan tersebut, kapan melakukannya, dan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Pada tahap ini detail dan lebih lengkap untuk penelusuran untuk menyelesaikan kecurangan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Tanggung jawab utama untuk pendeteksian kecurangan dalam menghentikan kecurangan dilakukan oleh direktur atau manajemen. Pengendalian internal dalam banyak hal dibentuk dengan objektif dari pendeteksian kecurangan. Seperti manajemen mempunyai tugas untuk melihat operasi yang berlangsung dan keefektifan dari control melalui evaluasi rutin dan terikini (Safitri, 2010). Terjadinya kecurangan yang tidak dapat terdeteksi, dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa banyak kerugian. Konsekuensinya adalah deteksi terhadap kecurangan menjadi isu penting (Kurniawati, 2012). Kemampuan untuk melakukan identifikasi kecurangan secara cepat menjadi suatu kebutuhan. Namun pendeteksian terhadap financial statement fraud tidak selalu mendapatkan titik terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta
banyaknya
metode
untuk
menilai
adanya
kecurangan
tersebut
(Aryawati,2013). Menurut teori Cressey terdapat tiga kondisi yang selalu hadir dalam tindakan fraud yaitu pressure, opportunity, dan razionalization. Ketiga kondisi tersebut merupakan faktor risiko munculnya kecurangan dalam berbagai situasi. Penelitian yang dilakukan Rima dan Gugus (2010) dengan judul “Penerapan Model Beneish (1999) dan Model Altman (2000) dalam Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Beneish (1999) dan model Altman (2000) dapat diterapkan dalam pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Kecurangan laporan keuangan yang terdeteksi melalui model Beneish, peneliti menghubungkan bahwa kondisi kebangkrutan perusahaan akan menujukkan adanya tekanan atau dorongan untuk melakukan kecurangan. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Albercht et al (2006) bahwa kecurangan dapat mengakibatkan kebangkrutan bagi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Yavida dan Indra (2001) dengan judul “Penggunaan Variabel Akuntansi Untuk Mendeteksi Earnings Management”. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deteksi atas manipulasi yang dilakukan oleh manajemen atau disebut earnings management dengan menggunakan model Beneish. Hasil penelitian adalah bahwa tidak semua variabel pada model Beneish memberikan hasil yang signifikan, khususnya untuk variabel AQI (Asset Quality Index) tidak powerful dalam mengestimasikan sinyal prospek dimasa mendatang dalam pendeteksian kecurangan. Berdasarkan dari uraian tersebut, maka penulis mengambil penelitian yang berjudul
”Pendeteksian
Kecurangan
Laporan
Keuangan
(Financial
Statement Fraud) Menggunakan Beneish Ratio Index (Studi Empiris Pada Perusahaan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2014)”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Teori Beneish mampu mendeteksi laporan keuangan yang ada nilai manipulasi? 2. Apakah Teori Beneish mampu mendeteksi laporan keuangan yang tidak ada nilai manipulasi?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk membuktikan secara empiris Teori Beneish terhadap pendeteksian kecurangan dapat mendeteksi laporan keuangan yang ada nilai manipulasi. 2. Untuk membuktikan secara empiris Teori Beneish terhadap pendeteksian kecurangan dapat mendeteksi laporan keuangan yang tidak ada nilai manipulasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian tentang
pendeteksian
kecurangan
dalam
laporan
keuangan
dengan
yang
bermanfaat
dalam
menggunakan Beneish Ratio Index. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Diharapkan
dapat
menjadi
wahana
mengimplementasikan pengetahuan penulis yang telah diperoleh di bangku kuliah. b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai peringatan (warning) agar manajemen tidak melakukan kecurangan (fraud) dalam penyajian laporan keuangannya. c. Bagi Investor dan Kreditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengambilan keputusan ekonomi dan dapat memberikan informasi, manakah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2014 yang tergolong manipulators dan manakah perusahaan yang tergolong non manipulators.
http://digilib.mercubuana.ac.id/