FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN AKUNTANSI KONSERVATIF PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Einde Evana Dosen FEB Universitas Lampung
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor seperti good corporate governance, pertumbuhan perusahaan, dan kontrak hutang mempengaruhi pemilihan akuntansi konservatif pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan terpilih sebanyak 111 perusahaan. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur konservatisme akuntansi adalah dengan net assets measures yaitu dengan menghitung nilai market book to ratios perusahaan. Periode pengamatan adalah empat tahun yakni mulai tahun 2007 – 2010. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi linier berganda, dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%. Melalui pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) banyaknya jumlah anggota dewan komisaris mempengaruhi pemilhan akuntansi konservatif, (2) pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi pemilihan akuntansi konservatif, dan (3) kontrak hutang mempengaruhi pemilihan akuntansi konservatif. Kata kunci: akuntansi konservatif, market book to ratios, good corporate governance, kontrak hutang, dan pertumbuhan perusahaan.
I.
PENDAHULUAN Meningkatnya penerapan akuntansi konservatif pada laporan keuangan perusahaan, seperti yang diutarakan oleh Wolk & Tearny (2000); Givoly & Hayn (2002) dalam Spica (2007) yang mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan penerapan konservatisme secara global. Sedangkan Lo (2005) dalam Yana (2007) mendefenisikan konservatisme akuntansi sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi. Ia berpendapat bahwa akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi laba atau rugi dengan memilih prinsip atau kebijakan yang memperlambat pengakuan pendapatan, mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian aktiva dan mennggikan penilaian utang. Sesungguhnya laporan yang konservatif tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya, dimana adanya pengakuan biaya dan rugi lebih cepat, pengakuaan pendapatan dan untung yang lebih lama, penilaian aktiva dengan nilai terendah, dan penilaiaan kewajiban/ utang dengan nilai tertinggi (Lasdi, 2008). Selanjutnya Dahlia Sari (2004) dalam Suaryana (2005) yang menyatakan akuntansi konservatif berperan positif dalam mengurangi konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi pada saat pengumuman deviden. Watts (2003) dalam Lasdi (2008) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi yang muncul akibat insentif yang berkaitan dengan biaya kontrak, litigasi, pajak, dan politik bermanfaat bagi perusahaan untuk mengurangi biaya keagenan dan mengurangi pembayaran yang berlebihan kepada pihak-pihak seperti manajer, pemegang saham, pengadilan, dan pemerintah. Di Indonesia, praktik akuntansi konservatif dapat terjadi karena adanya kebebasan oleh manajer untuk memilih prosedur metode tertentu dari beberapa metode yang diperbolehkan. Akibat adanya perbedaaan metode yang dipilih oleh masing-masing manajer dari setiap perusahaan, menyebabkan adanya perbedaan angka-angka dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan yang
cenderung konservatif akan melaporkan laba perusahaannya dengan lebih rendah. Hal ini bisa terjadi karena alasan tertentu, seperti dengan adanya biaya politis. Perusahaan yang sensitif terhadap biaya politis,misalnya saja perusahaan besar akan melaporkan labanya lebih rendah dengan maksud untuk menghindari pajak yang besar. Penelitian ini akan mencoba untuk melihat apa-apa saja faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk menggunakan akuntansi konservatif. Ada indikasi bahwa motif pemilihan akuntansi konservatif pada suatu perusahaan berhubungan dengan pengontrakan dan sistem tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Dalam kaitannya dengan pengontrakan misalnya saja kontrak hutang, akuntansi konservatif dapat mempengaruhi manajer perusahaan untuk melakukan tindakan yang meningkatkan laba untuk menghindari biaya kesalahan teknis dan mengendurkan batasan kredit (Watss dan Zimmerman, 1990 dalam Ghozali, 2007). Dalam kaitannya dengan sistem tata kelola perusahaan, diduga bahwa semakin baik sistem tata kelola perusahaan (good corporate governance) perusahaan maka semakin konservatif perusahaan. Hal ini dikarenakan sistem perusahaan yang baik akan mempersempit tindakan manajer dalam melakukan tindakan yang dapat menguntungkan diri sendiri, sehingga kinerja manajer akan terarah dan meningkat. Kinerja manajer yang baik tersebut akan membuat profitabitss perusahaan membaik juga dan dapat memberikan pandangan yang positif bagi investor, sehingga perusahaan akan lebih bersifat konservatif agar tidak kehilangan point lebih dari pihak luar. Penelitian ini mengacu pada penelitian Widya (2005). Perbedaaan penelitian ini adalah pada variabel yang digunakan dan alat analisis. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Akuntansi Konservatif Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Rumusan masalah yang dapat penulis rumuskan adalah apakah faktor-faktor seperti good corporate governance, pertumbuhan perusahaan (growth), dan kontrak hutang berpengaruh terhadap pemilihan akuntansi konservatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Agar penelitian ini mempunyai ruang lingkup yang jelas dan terarah, maka penulis melakukan pembatasan masalah adalah perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan adalah tahun 2007-2010 dan variabel yang digunakan dalam good corporate governance adalah dewan komisaris. Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah faktor-faktor seperti good corporate governance, pertumbuhan perusahaan (growth), dan kontrak hutang berpengaruh terhadap pemilihan akuntansi konservatif pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pada umunya laporan keuangan dibuat untuk memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan dalam memperoleh informasi mnegenai suatu perusahaan atau entitas.informasi tersebut sangat penting untuk membuat keputusan ekonomi, seperti keputusan untuk membeli, menahan atau menjual investasi. Dengan demikian, laporan keuangan harus cukup informatif untuk mempengaruhi pertimbangan dan keputusan pengguna laporan. Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah: 1. Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi. 2. Menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. 3. Pengguna Laporan Keuangan Defenisi dan Ukuran Konservatisme Konservatisme merupakan prinsip yang penting dan mempengaruhi penilaian akuntansi terutama untuk pelaporan keuangan. The Financial Accounting Standards Board (FASB) menggambarkan konservatisme sebagai reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian untuk menjamin bahwa
ketidakpastian dan risiko yang melekat dalam situasi bisnis tersebut dikendalikan dengan baik. Ada 3 ukuran yang dapat digunakan untuk ukuran konservatisme akuntansi seperti yang dikemukakan oleh Watts (2003) dalam Suaryana (2005) yang juga dijadikannya sebagai ukuran konservatisme terdiri dari 1. earning/stock returns relation measures dengan cara meregresi laba dan return, 2. earning/accrual measures dengan menghitung tingkat konservatisme dari laba bersih sebelum extraordinary item dikurangi arus kas operasional, dan 3. net assets measures yakni dengan menghitung nilai market book to ratios.. Dan dalam penelitian ini, hanya akan digunakan ukuran konsrevatisme net assets measures dengan menggunakan proksi rasio market to book ratios (market value of common equity/ book value of common equity). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Widya (2005) yang membandingkan ketiga ukuran konservatisme tersebut dan ternyata bahwa ukuran konservatisme net assets measures lebih dapat menjelaskan konservatisme akuntansi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Good Corporate Governance (GCG) Selama beberapa tahun terakhir ini, istilah Good Corporate Governance kian populer dan mendapat perhatian yang lebih. Hal ini dapat dikarenakan oleh 2 hal yang diyakini tentang kebenaran Good Corporate Governance. Pertama adalah bahwa corporate governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia yang terjadi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan Good Corporate Governance. Diantaranya sistem regulasi yang payah, standar akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktik perbankan yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham minoritas. Istilah Corporate Governance itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance (I Nyoman Tjager dalam Heryani, 2008) sebagai : Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya. Organization for Economic Cooperation and Development (OCED) mendefinisikan Corporate Governance (Suryana, 2006) sebagai : Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan, dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien. Peranan Dewan Komisaris Struktur pengelolaan perusahaan di Indonesia sebagian besar berada ditangan dewan komisaris. dewan komisaris merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku manajer dalam pengelolaan perusahaan termasuk dalam penerapan kebijakan konservatisma akuntansi (Yana, 2005). Menurut Egon Zehnder, dewan komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Berikut ini merupakan tugas utama dari Dewan Komisaris menurut FCGI, yakni: 1. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkan sasaran kerja; mengawasi
2. 3.
4. 5.
pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan asset. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. Memonitor pelaksanaan Governance, dan mengadakan perubahan dimana perlu, dan Memantau proses keterbukaan dan efektifitas.
Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Pertumbuhan perusahaan merupakan cerminan dari nilai suatu perusahaan, dimana berhubungan dengan kelangsungan hidup perusahaan (siklus hidup). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun pihak eksternal suatu perusahaan karena dapat memberikan suatu aspek yang positif bagi mereka. Dari pihak internal perusahaan, seperti pemilik perusahaan ini mendakan bahwa kinerja manajer perusahaan tersebut optimal. Dari pihak eksternal seperti para investor, akan memunculkan keinginan untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut. Ini karena perusahaan yang mengalami pertumbuhan tersebut memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi dimasa mendatang. Dengan demikian, ada tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan dan mereka mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi mereka akan memberikan hasil yang lebih baik. Hal tersebut diatas sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Mayangsari & Wilopo (2001), yang mengatakan bahwa perusahaan yang menggunakan prinsip konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang bertumbuh. Perusahaan yang mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah lebih baik menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan. Kontrak Hutang Hutang merupakan elemen laporan keuangan yang berkaitan dengan pihak diluar perusahaan yaitu kreditor dan merupakan salah satu sumber pembentuk elemen struktur modal. FASB dalam SFAC No.6, mendefinisikan hutang sebagai berikut: Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Hutang dapat terjadi karena beberapa faktor, yakni adanya kontrak/ kewajiban legal, kewajiban konstruktif, dan kewajiban equitabel. Kontrak/ kewajiban legal timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang kepada entitas tertentu(contohnya hutang dagang dan hutang bank). Kewajiban konstruktif timbul karena sengaja diciptakan untuk tujuan/ kondisi tertentu meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah kas dimasa mendatang (contohnya rencana bonus). Sedangkan kewajiban equitable timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh perusahaan dengan alasan moral/ etika dan perlakuannya diterima secara umum (contohnnya hutang garansi). Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Ghozali dan Anis, 2007 menyatakan bahwa motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari teori akuntansi positif, slah satunya debt covenant hypothesis. Debt covenant hypothesis memprediksi bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aktiva untuk mengurangi biaya renegoisasi kontrak hutang ketika perusahaan memutuskan perjanjian hutangnya. Oleh karenanya, manajer akan berusaha memilih suatu metode yang cenderung tidak konservatif untuk merendahkan batasan kredit dan mengurangi biaya kesalahan teknis.
Dewan Komisaris
Akuntansi Konservatif
Pertumbuhan Perusahaan
Kontrak Hutang Hipotesis Berdasarkan teori yang telah dipaparkan dan hasil-hasil penelitian tersbut di atas, maka diturunkan hipotesis sebagai berikut : 1. Fungsi service dan kontrol dewan komisaris sebagai salah satu mekanisme corporate governance ini dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola dengan sebagaimana mestinya (sinyal positif). Investor diharapkan akan menerima sinyal ini dan bersedia membayar premium yang lebih tinggi untuk perusahaan yang well-governed di Indonesia. H1: Semakin besar jumlah dewan komisaris, maka perusahaan cenderung memilih akuntansi konservatif. 2. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan nilai perusahaan, dimana pertumbuhan itu memperlihatkan upaya perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja ataupun ukuran suatu perusahaan. Mayangsari dan Wilopo (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh identik dengan perusahaan yang konservatif. Hal ini dikarenakan pada perusahaan yang bertumbuh terdapat cadangan dana yang digunakan untuk investasi dan pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor, sehingga nilai pasar perusahaan yang konservatif lebih besar dari nilai bukunya akan menciptakan goodwill. Respon positif pasar tersebut diharapkan perusahaan akan meningkatkan arus kas masa depan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah: H2: Perusahaan yang bertumbuh cenderung memilih akuntansi yang konservatif. 3. Salah satu teori akuntansi positif yakni debt covenant hypotheses memprediksi bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aktiva untuk mengurangi biaya renegosiasi kontrak hutang ketika perusahaan memutuskan perjanjian hutangnya. Hal ini terjadi ketika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang sangat besar yaitu tingginya rasio hutang/ekuitas perusahaan membuat perusahaan semakin dekat dengan batas perjanjian hutang/peraturan kredit. Keadaan tersebut dapat membuat penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya, sehingga dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi dengan memilih suatu metode yang cenderung tidak konservatif. H3: Perusahaan yang mempunyai tingkat kesulitan keuangan yang tinggi cenderung memilih akuntansi yang tidak konservatif.
III. METODE PENELITIAN Data yang dipergunakan adalah sebagai berikut: a) Data laporan keuangan yang meliputi total aktiva, laba bersih, total ekuitas, total hutang, jumlah anggotan dewan komisaris, dan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar. b) Data harga penutupan saham (closing price) per 31 Desember. Perusahaan manufaktur dijadikan sampel penelitian karena karakteriktik perusahaan non manufaktur memiliki ketentuan tertentu dalam penyajian laporan keuangannya. Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive judgment sampling.
Tabel 1. Proses Pemilihan Sampel Penelitian No. 1 2 3 4 5
Kriteria Pemilihan Sampel Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072010. Perusahaan tidak melaporkan laporan keuangan auditan secara lengkap dan berturut-turut selama periode tersebut Periode laporan keuangan tidak berakhir 31 Desember. Tidak menggunakan mata uang rupiah dalam pelaporan keuangan perusahaan Tidak memiliki nilai buku ekuitas yang positif Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel.
Jumlah 148 (10) (1) (6) (20) 111
Operasionalisasi Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dimana dalam penelitian ini variabel dependennya adalah akuntasni konservatif yang dapat diukur dengan net assets measures. Suatu perusahaan dikatakan menerapkan akuntansi konservatif, apabila nilai rasio market book to ratio lebih besar dari 1. Ini karena sifat konservatisme yang cenderung melaporkan nilai aktiva perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.
Market book to ratios
Nilai Pasar Saham Nilai Buku Perusahaan
2. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya, dimana dalam penelitian ini variabel independennya adalah sebagai berikut: Good corporate governance, dimana struktur pengelolaan dengan proksi jumlah anggota dewan komisaris. Pertumbuhan perusahaan (growth) dengan proksi kenaikan/ penurunan Earning per Shares (ΔEPS), dimana EPS = Laba bersih pemegang saham biasa untuk suatu periode waktu / Rata-rata jumlah saham biasa yang beredar dalam periode waktu.
EPS
EPS tahun ini - EPS tahun lalu EPS tahun lalu
Kontrak hutang dengan proksi Debt to Equity Ratio (DER).
DER
Total Hutang Total Ekuitas
Alat Analisis Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Rasio Rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi dari variabel yang diuji, yakni Market Book to Ratio (MBR), Return on Assets (ROA), Earning Per Shares (EPS), Debt Equity Ratio (DER). Perhitungan data dibantu dengan Microsoft Excel 2007. 2. Deskriptif Analisis ini dilakukan untuk menghitung nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi dari masing-masing variabel independen dalam penelitian ini.
3. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria ekonometrik dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dalam asumsi-asumsi yang diperlukan. Pengujian yang dilakukan adalah uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji heterokesdastisitas, dan uji autokolerasi. 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan adalah dengan analisis regresi linear berganda. Perhitungan data dibantu dengan Microsoft Excel dan pengolahan data dibantu dengan Software SPSS for Windows Release 16 (Statistical Product and Service Solution). Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan 5%. Model penelitian yang digunakan adalah : CONit =α + α1DK + α2 Growth + α3KH + €it Dimana : CON = Konservatisme akuntansi. Growth = Pertumbuhan perusahaan α – α3 = Konstanta. KH = Kontrak hutang DK = Jumlah anggota dewan komisaris. .€ = error term Dasar pengambilan keputusan pengujian hipotesis adalah: Jika Sig. < 0,05 maka Ha diterima, dan Jika Sig. > 0,05 maka Ha ditolak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Statistik deskritif dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Analisis ini dapat memberikan gambaran awal terhadap variabel independen. Tabel 3. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N DK EPS DER MBR Valid N (listwise)
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
444
2
12
4.04
1.701
444 444 444
-271.993 .000 .001
120.354 445.876 57.594
-.69053 3.27724 1.27161
15.734577 22.043081 4.255432
444
Sumber: Lampiran 3 (Data Diolah)
Berdasarkan tabel 3 dapat diperoleh informasi bahwa : Variabel dewan komisaris (DK) mempunyai nilai tertinggi sebesar 12, nilai terendah sebesar 2, nilai rata-rata sebesar 4, dan standar deviasi sebesar 1.701. Ini berarti selama periode pengamatan, jumlah terbanyak anggota dewan komisaris yang dimiliki suatu perusahaan adalah sebanyak 12 orang yaitu pada PT Astra Internasional Tbk dan terendah sebanyak 2 orang pada PT Arwana Citra Mulia Tbk, PT Betonjaya Tbk, PT Daeyu Orchid Tbk, dan PT Intikeramik Almasari Tbk.
Variabel pertumbuhan perusahaan (growth) dengan perubahan Earning per Shares (ΔEPS) mempunyai nilai tertinggi sebesar 120.354, nilai terendah sebesar -271.993, nilai rata-rata sebesar -0.690, dan standar deviasi sebesar 15.734. Ini berarti bahwa selama periode pengamatan, tingkat pertumbuhan perusahaan tertinggi yang dimiliki suatu perusahaan adalah sebesar 120.354 yaitu pada PT Astra International Tbk dan terendah sebesar 271.993 pada PT Asiaplast Industries Tbk. Variabel kontrak hutang dengan debt equity to ratio sebagai proksinya (DER) mempunnyai nilai tertinggi sebesar 445.876 dan nilai terendah sebesar 0.000 dengan nilai rata-rata sebesar 3.277 dan standar deviasi sebesar 22.043. Ini berarti bahwa selama periode pengamatan, tingkat pengembalian hutang atas modal tertinggi yang dimiliki suatu perusahaan adalah sebesar 445.876x yakni pada PT Sarasa Nugraha Tbk dan terendah adalah sebesar 0 pada PT Fortune Mate Indonesia Tbk.
Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2004: 212). Ada 2 cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis Grafik Analisis grafik menggunakan normal probality plot. Normal probality plot membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat penyebaran data (titik) sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan: a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Gambar 2. Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot
Sumber: Lampiran 4 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat titik-titik penyebaran disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji statistik One- Sample Kolmogorov Smirnov Pengujian normalitas data dengan uji statistik One- Sample Kolmogorov Smirnov adalah dengan melihat Sig. dari residual model. Dasar pengambilan keputusan: a) Jika Sig. > 0.05, maka data berdistribusi normal b) Jika Sig. < 0.05, maka data tidak berdsitribusi normal Tabel 4 . Hasil Uji Normalitas Data One Sample Kolmogorov- Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
444 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.0000000 .54661259 .090 .067 -.090 1.899 .058
Sumber: Lampiran 4 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, dapat diketahui bahwa nilai Asmyp.Sig. yang dihasilkan dari Unstandarised Residual tersebut mempunyai nilai yang lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.058. Jadi dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi secara normal. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas data dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model, maka dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah: a) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 b) Mempunyai angka tolerance mendekati 1 Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model 1
DK_LG EPS_LG DER_LG
Sumber: Lampiran 4 (Data Diolah)
Collinearity Statistics Tolerance VIF .942 1.061 .982 1.018 .931 1.074
Berdasarkan hasil output SPSS di atas dapat diketahui bahwa nilai dari tolerance dan VIF keempat variabel independen tersebut telah memuhi pedoman uji multikolinearitas. Nilai tolerance mendekati angka 1 yakni DK sebesar 0.942, EPS sebesar 0.982, dan DER sebesar 0.931. Sedangkan nilai VIF di sekitar angka 1 yakni DK sebesar 1.061, EPS sebesar 1.018, dan DER sebesar 1.074. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa dalam model tidak terjadi masalah multikolinearitas. Uji Heteroskesdastisitas Uji heterokesdasitas data dilakukan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi homoskedastisitas. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan Uji Glejser karena jumlah sampel lebih dari 100. Pengujian ini mengusulkan untuk meregresi nilai absolute residul terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2007). Cara untuk mendeteksi adanya heteroskesdastisitas adalah: a) Jika variabel independen signifikan secara statistik terhadap variabel dependen atau Sig < 0.05, maka telah terjadi heteroskesdastisitas,dan b) Jika variabel independen tidak mempengaruhi secara statistik terhadap variabel dependen atau Sig > 0.05, maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskesdastisitas. Tabel 6. Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Uji Glejser Coefficientsa
Model 1
(Constant) DK_LG EPS_LG DER_LG
Unstandardized Coefficients B Std. Error .296 .072 .159 .121 .023 .036 .025 .034
Standardized Coefficients Beta .064 .030 .036
t
Sig.
4.099 1.313 .635 .724
.000 .190 .526 .470
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan hasil output di atas dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi variabel dependen terhadap variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt) lebih besar 0.05 yaitu DK sebesar 0.190, EPS sebesar 0.526, dan DER sebesar 0.470 . Jadi dapat disimpulkan bahwa model tidak mengandung adanya heteroskesdastisitas. Uji Autokolerasi Uji autokolerasi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokolerasi yaitu adanya hubungan yang terjadi antara residual satu pengamatan dengan pengamatan lain terhadap model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya autokolerasi. Motode pengujian yang digunakan adalah dengan Durbin- Watson test (DW-test). Tabel 7 . Hasil Uji Autokolerasi Durbin-Watson test Model Summaryb Model
R
R Square
1
.352a
.124
Sumber: Lampiran 4
Adjusted R Square .118
Std. Error of the Estimate .54847
DurbinWatson 1.831
Berdasarkan hasil ouput di atas diketahui nilai DW adalah 1.958, maka nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel DW. Nilai tabel DW dengan jumlah variabel independen 4 (k=4), jumlah sampel 444 (N= 444) diperoleh dL= 1.829 dan du= 1.857. Tabel 8. Kesimpulan Hasil Uji Autokolerasi Durbin-Witson test Nilai dw 0 < dw < 1.829 1.829 < dw < 1.857 2.171 < dw < 4 2.143 < dw < 2.171 1.857 < dw < 2.143
Keterangan Ada autokolerasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokolerasi Ada autokolerasi Tanpa kolerasi
Sumber: Tabel DW (Ghozali, 2007: 97)
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa nilai dw berada pada keterangan tanpa kesimpulan (1.829 < dw < 1.857) yang dapat dianggap dalam model tidak terjadi autokolerasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa model bebas dari autokolerasi. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji atau memberikan bukti yang meyakinkan terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis yang ada dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan SPSS for Windows Release 16.0 (Statistical Produce and Service Solution). Dasar pengambilan keputusan: a) Jika Sig. < 0.05, maka Ha diterima, dan b) Jika Sig. > 0.05, maka Ha ditolak Tabel 9. Hasil Uji Regresi Berganda Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.352a
.124
.118
.54847
a. Predictors: (Constant), DER_LG, EPS_LG, DK_LG b. Dependent Variable: MBR_LG ANOVAb
1
Model
Sum of Squares
df
Regression Residual Total
18.685 132.362 151.047
3 440 443
Mean Square
a. Predictors: (Constant), DER_LG, EPS_LG, DK_LG b. Dependent Variable: MBR_LG
6.228 .301
F 20.705
Sig. .000a
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model 1
(Constant) DK_LG EPS_LG DER_LG
B .553 .365 -.040 -.365
Std. Error .101 .169 .050 .048
Standardized Coefficients
t
Sig.
5.489 2.163 -.802 -7.661
.000 .031 .423 .000
Beta .099 -.036 -.354
Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah) Menilai Goodness of Fit Suatu Model Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goddness of fitnya. Secara statistic ini dapat diukur dari koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independenmemberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Akan tetapi koefisien determinasi memiliki kelemahan jika digunakan untuk memjelaskan kemampuan tersebut. Ini karena koefisien determinasi tersebut akan bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Apabila ada pemambahan setiap satu variabel independen, maka R2 akan meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karenanya peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 (Ghozali 2007: 83). Berdasarkan hasil output SPSS Model Summary besarnya adjusted R2 adalah sebesar 0.118. Nilai 0.118 ini artinya bahwa 11.8% variasi akuntansi konservatif dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen DK, EPS, dan DER. Sedangkan 88.2% lagi dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai F hitung sebesar 20.705 dengan probabilitas 0.000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi akuntansi konservatif atau dapat dikatakan bahwa DK, EPS, dan DER secara bersamasama berpengaruh terhadap akuntansi konservatif. Uji Signifikansi Parameter Individu (Uji Statistik t) Berdasarkan tabel Coeffisient, setelah ke empat variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi variabel EPS tidak signifikan karena nilai dari probabilitas signifikansinya lebih besar dari 0.05. Sedangkan variabel ROA dan DER signifikan pada 0.05 karena nilainya lebih kecil yakni sebesar 0.00. Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Variabel DK EPS DER
Sig. 0.031 0.423 0.000
Keputusan H1 diterima H2 ditolak H3 diterima
Dari hasil tersebut diatas dapat dibuat sebuah persamaan sistematis sebagai berikut: CONS = 0.553 + 0.365DK - 0.040 EPS - 0.365DER
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN H1: Semakin besar jumlah dewan komisaris, maka perusahaan cenderung memilih akuntansi konservatif. Pada tabel 9, variabel struktur pengelolaan perusahaan dengan proksi jumlah dewan komisaris (DK) menunjukkan nilai koefisien positif sebesar 0.365 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.031, lebih kecil dari 0.05. Ini artinya dengan tingkat kepercayaan 95%, variabel jumlah dewan komisaris mempunyai pengaruh dalam pemilihan akuntansi konservatif pada laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 berhasil didukung atau H1 diterima. Fungsi service and control yang baik dari dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme corporate governance. Perusahaan yang memiliki jumlah dewan komisaris yang banyak dan berkompeten diindikasikan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah dewan komisaris yang berkompeten maka akan semakin banyak nasihat dan arahan yang akan diterima perusahaan, dan setiap elemen pengelola perusahaan akan bekerja dengan semestinya kerena terus dipantau oleh dewan komisaris, sehingga kinerja perusahaan semakin meningkat. Kinerja perusahaan yang meningkat ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan telah dikelola dengan baik. Fungsi service and control yang diberikan dewan komisaris mampu memberikan sinyal positif bagi para investor untuk bersedia membayar premium yang lebih tinggi bagi perusahaan yang telah dikelola dengan semestinya sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan . H2: Perusahaan yang bertumbuh cenderung memilih akuntansi konservatif. Pada tabel 9, variabel pertumbuhan perusahaan dengan proksi Δ EPS (perubahan eraning per shares) menunjukkan nilai koefisien negatif sebesar -0.040 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.423, lebih besar dari 0.05. Ini artinya bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% variabel pertumbuhan perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap pemilihan akuntansi konservatif dalam laporan keuangan perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa H2 tidak berhasil didukung atau H2 ditolak. Hasil temuan ini tidak berhasil mendukung temuan Widya (2005) dan Mayangsari dan Wilopo (2001) yang menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh cenderung memilih akuntansi konservatif. Menurut temuan mereka perusahaan yang konservatif memiliki cadangan yang tersembunyi yang dapat digunakan untuk investasi dimasa mendatang serta persistensi yang berupa kontinuitas perusahaan melakukan investasi pada asset operasi. Penolakan hipotesis ini mungkin dikarena pertumbuhan perusahaan yang terjadi tersebut merupakan akibat dari adanya praktik pemerataan laba Praktik perataan laba ini mengakibatkan laba perusahaan meningkat sehingga memperlihatkan adanya pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan ini dapat dilihat dari jumlah earning per shares (EPS). Pertumbuhan perusahaan yang terjadi tiap tahunnya mampu memberikan respon positif bagi para investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan sehingga membuat nilai perusahaan semakin besar. Akibat adanya peningkatan nilai perusahaan tiap tahunnya tersebut dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan memiliki cadangan untuk melakukan kegiatan investasi baik dalam saham ataupun asset perusahaan. H3: Perusahaan yang mempunyai tingkat kesulitan keuangan yang tinggi cenderung memilih akuntansi yang tidak konservatif. Pada tabel 9, variabel kontrak hutang dengan proksinya debt to equity ratio (DER) menunjukkan nilai koefisien negatif sebesar -0.365 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000, lebih kecil dari 0.05. Ini artinya bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% , variabel kontrak hutang mempunyai pengaruh terhadap pemilihan akuntansi konservatif dalam laporan keuangan perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa H3 berhasil didukung atau H3 diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai tingkat kesulitan keuangan yang tinggi cenderung memilih akuntansi yang tidak konservatif. Hal ini sesuai dengan teori akuntansi positif yakni Debt Covenant Hypothesis. Perusahaan yang mengalami tingkat kesulitan keuangan yang tinggi memiliki tingkat rasio hutang/ ekuitas yang tinggi. Kondisi keuangan yang bermasalah tersebut diakibatkan oleh kualitas manajer yang buruk, dan manajer perusahaan sebagai agen dapat dianggap tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya. Keadaan tersebut dapat memicu pemegang saham untuk melakukan pergantian manajer, yang kemudian dapat menurunkan nilai pasar manajer di pasar tenaga kerja. Ancaman tersebutlah yang dapat mendorong manajer perusahaan untuk memilih metode akuntansi yang cenderung tidak konservatif dengan tujuan meningkatkan laba perusahaan. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Lasdi (2008) bahwa perusahaan yang melanggar perjanjian hutang cenderung memilih akuntansi yang kurang konservatif, dimana kriteria perusahaan yang melanggar perjanjian hutang adalah perusahaan yang mendekati batas kredit atau tingkat rasio hutang/ ekuitas yang tinggi.
V. SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara emperis apakah faktor-faktor seperti good corporate governance, pertumbuhan perusahaan dan kontrak hutang dapat mempengaruhi pemilihan akuntansi konservatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah melakukan perhitungan rasio menggunakan Microsoft Excel dan melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS versi 16 maka diperoleh hasil bahwa: Variabel struktur pengelolaan dengan proksi jumlah dewan komisaris mempengaruhi pemilihan akuntansi konservatif pada suatu perusahaan. Hal ini dapat dikarenakan fungsi service and control yang diberikan oleh jumlah dewan komisaris yang banyak dan berkompeten mampu meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga dapat memberi sinyal positif bagi para investor untuk member bayaran premi yang lebih sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan . Variabel pertumbuhan perusahaan dengan proksi perubahan Earning per Shares (ΔEPS) tidak mempengaruhi pemilihan penggunaan akuntansi konservatif pada suatu perusahaan. Hal ini dapat dikarenakan pertumbuhan perusahaan yang terjadi merupakan akibat dari adanya praktik pemerataan laba, dimana seolah-olah akibat adanya pemerataan laba tersebut, laba perusahaan tiap tahunnya meningkat dan memberikan respon positif bagi investor untuk melakukan investasi, sehingga perusahaan memiliki cadangan tersembunyi untuk berinvestasi Variabel kontrak hutang dengan proksi Debt Equity to Ratio (DER) mempengaruhi pemilihan penggunaan akuntansi konservatif. Hal ini sesuai dengan teori akuntansi positif yakni debt covenant hypothesis, dimana perusahaan yang mengalami tingkat kesulitan yang tinggi cenderung meningkatkan labanya dengan memilih akuntasni yang cenderung tidak konservatif agar kinerjanya tidak dianggap buruk dimata para pemegang saham. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yakni periode pengamatan yang relatif pendek untuk menaksir parameter model penelitian yakni hanya menggunakan 4 tahun pengamatan saja. Pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak tetapi dengan metode purposive sampeling yang hanya dibatasi pada perusahaan manufaktur, sehingga tidak dapat digeneralisasi untuk semua jenis industri. Penggunaan akuntansi konservatif yang tidak dikelompokkan menjadi konservatif negatif konservatif positif sehinga tidak dapat menunjukkan perbedaan kualitas akuntansi konservatif pada tiap-tiap perusahaan. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan perluasan penelitian ini adalah penelitian mendatang dapat menambah variabel-variabel lain untuk memperkuat temuan empiris atau mengganti dengan proksi lainnya yang dapat lebih mewakili variabel yang digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan konservatisma akuntansi tersebut. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan sampel yang lebih representatif dan diseleksi secara acak serta dapat menambah tahun perioda pengamatan untuk memperoleh model prediksi yang lebih baik dan efisien. Penelitian selanjutnya dapat mengelompokkan perhitungan akuntansi konservatif dan membedakannya dalam pengujian hipotesis.
DAFTAR PUSTAKA Edy, Supriyanto & Kiryanto. 2006. Pengaruh Moderasi Size Terhadap Hubungan Laba Konservatisme Dengan Neraca Konservatisme. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Faisal. Moch. Salam. 2001. Pertumbuhan Hukum Bisnis di Indonesia. Pustaka. Bandung. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2000. Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Jilid II; Peranan Dewan Komisaris Dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Citra Graha. Jakarta. Ghozali, H. Imam.2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. ISBN. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Ghozali, Imam& Anis Chairi. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hendriksen, Eldon dan Nugroho W. 1996. Teori Akuntansi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Heryani, Yunita. 2008. Pengaruh Implementasi Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Informasi. Skripsi. Universitas Islam Indonesia;Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan: Per 1 Oktober 2004. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen; Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Mayangsari, Sekar & Wilopo. 2001. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham- Ohlson (1996). Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung. Munawir. S. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. Riahi, Ahmed- Belkaoui. 2007. Accounting Theory. Salemba Empat. Jakarta. Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media Kompetindo. Gramedia Jakarta. Spica, Luciana Almilia. Maret 2007. Pengujian Size Hypothesis Dan Debt/ Equity Hypothesis Yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisme Laporan Keuangan Perusahaan Dengan Teknik Analisis Multinomial Logit. http://spicaalmilia.files.wordpress.com/2007/03/artikelkonservatisma.pdf. S, Stanislaus Udayanto. 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Suaryana, Agung. 2005. Pengaruh Konservatisme Laba terhadap Koefisien Respon Laba. 16 Februari 2009. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok_konservatif&erc1.pdf. Suryana, Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-Hak Istemewa Demi Kelangsungan Usaha. Kencana Predana Media Group. Jakarta. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perkayasaan Pelaporan Keuangan; Edisi Ketiga. BPFE Yogyakarta. Lasdi, Lodovicus. September 2008. Determinan Konservatisma Akuntansi. 16 Februari 2009. http://lpks1.wima.ac.id/pphks/accurate/makalah/AKT10.pdf. Widodo, Eko Lo. 2005. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi. Simposium Nasional VIII. Solo.
Widya. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.8, No.3 (Mei):138-157. Yana, Dwi Amalia S. Fala. 2007. Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaiaan Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Coorporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. -----. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. -----. www.google.co.id -----. www.idx.co.id -----. www.duniainvestasi.com -----. www. pdf-search engine.com