FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2011-2014) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna menyelesaikan studi akhir dan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank Semarang
Disusun Oleh : Nama
: RATNA MEYLANI
NIM
: 12.05.52.0163
Program Studi
: S.1 Akuntansi
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG 2016
i
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya : Nama : Ratna Meylani NIM : 12.05.52.0163 Program studi : S1 Akuntansi Menyatakan bahwa SKRIPSI yang saya susun dengan judul : FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan, pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya aku sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja ataupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya itu. Bila kemudian hari terbukti saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran sendiri, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan skripsi dan hasil ujian skripsi.
Semarang, 24 Februari 2016 Yang menyatakan
Ratna Meylani
iv
MOTTO
Allah SWT. tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya atau kemampuannya. (Q.S. Al Baqarah; 286) Jangan pernah menyerah, karena kita tidak akan tahu hari esok jika menyerah pada hari ini. Waktu memang tidak terbatas, tetapi waktu untuk kita terbatas. Janganlah memboroskan waktu. Janganlah menggunakan waktu seolah-olah waktu kita tidak ada batasnya.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada : Ayah dan Ibu tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan baik materi maupun spiritual sehingga segala hambatan dapat dilalui dengan lancar dan memotivasi penulis. Adikku Cahyo Dwi Laksono, terimakasih untuk doanya. Sahabatku Elsa, Dita, Nita, Wisnu, dan Ulil, terimakasih atas bantuan, dukungan dan doanya. Teman-teman angkatan Akuntansi 2012 Universitas Stikubank Semarang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Teman SMAku Eka Putri YS, terimakasih atas bantuan dan doanya. Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
(Ratna Meylani)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan analisis perusahaan manufaktur. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan periode dari tahun 2011 sampai dengan 2014. Hubungan dan atau antar variabel dijelaskan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan pada variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang dan struktur aktiva berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Pada variabel pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Hutang
vii
ABSTRACT
This study examined of the factors affecting the debt policy in manufacturing companies. This research was conducted at the Indonesian Stock Exchange by using analysis of manufacturing companies. The sampling method using purposive sampling with the period from 2011 through 2014. The relationship between variables and or described by using multiple regression analysis. The results showed that managerial ownership , dividend policy, profitability and no significant negative effect on the debt policy. While the institutional ownership variable has a significant negative effect on debt policy and asset structure and no significant positive effect on debt policy. The variable size of the company 's growth and positive and significant impact on the debt policy. Keywords : Manajerial Ownership, Institutional Ownership, Dividend Policy, Asset Structure, Profitability, Growth Company, Company Size and Debt Policy
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul : “Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Kebijakan
Hutang
pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank Semarang.
Dalam proses penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. H. Hasan Abdul Rozak, SH, CN, MM selaku Rektor Universitas Stikubank Semarang. 2. Bapak Dr. Bambang Sudiyatno, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank yang telah memberikan kesempatan penulisan skripsi ini. 3. Bapak G. Anggana Lisiantara, S.pd, M.M
selaku dosen
pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk
membimbing
serta
memberikan
saran
dalam
menyelesaikan laporan skripsi ini. 4. Bapak Achmad Badjuri, SE., M.Si, A.kt selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Stikubank Semarang 5. Bapak Dr. Sunarto, M.M selaku Dosen Penguji 1 (satu) yang sudah banyak membantu memberikan kritik dan saran terhadap skripsi saya.
ix
6.
Bapak Maryono S.E., A.Kp., M.M., Ak selaku Dosen Penguji 2 (dua) yang sudah banyak membantu memberikan kritik dan saran terhadap skripsi saya.
Semarang, 24 Februari 2016 Penyusun
Ratna Meylani
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vi ABSTRAKSI ........................................................................................... vii KATA PENGANTAR………………………………………................. ix DAFTAR ISI…………………………………………………………… xi BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….... 1 1.1 Latar Belakang…………………………………….................. ......... 1 1.2 Perumusan Masalah………………………………................. .......... 7 1.3 Pembatasan Masalah………………………………………… .......... 9 1.4 Tujuan Penelitian……...…………………………………… ............ 9 1.5 Manfaat Penelitian……………………………………….. ............... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Telaah Pustaka…………………………………………………... .... 11 2.1.1 Teori Agency…………………………………………………. ....... 11 2.1.2 Teori Pecking Order………………………………………… ........ 12 2.1.3 Kebijakan Hutang………………………………………….. .......... 13 2.1.4 Kepemilikan Manajerial……………………………….……. ........ 14 2.1.5 Kepemilikan Institusional………………………………… ............ 15
xi
2.1.6 Kebijakan Dividen………………………………………….. ......... 16 2.1.7 Struktur Aktiva……………………………………………… ........ 17 2.1.8 Profitabilitas……………………………………………….... ......... 17 2.1.9 Pertumbuhan Perusahaan…………………………………… ......... 18 2.1.10 Ukuran Perusahaan……………………………………….. .......... 19 2.2 Deskripsi Pengaruh antar Variabel Independen dan Dependen…...... 19 2.2.1 Kepemilikan Manajerial dengan Kebijakan Hutang……….... ........ 19 2.2.2 Kepemilikan Institusional dengan Kebijakan Hutang………. ........ 20 2.2.3 Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Hutang…………... ............. 20 2.2.4 Struktur Aktiva dengan Kebijakan Hutang………………….......... 21 2.2.5 Profitabilitas dengan Kebijakan Hutang…………………… .......... 22 2.2.6 Pertumbuhan Perusahaan dengan Kebijakan Hutang………. ......... 22 2.2.7 Ukuran Perusahaan dengan Kebijakan Hutang……………. .......... 23 2.3 Penelitian Terdahulu ………………………………………… .......... 23 2.4 Pengembangan Hipotesis………………………………………. ....... 33 2.5 Model Empirik Penelitian……………………………………… ....... 40 BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN………………… .. 42 3.1 Objek Penelitian……………………………………………….......... 42 3.2 Jenis dan Sumber Data………………………………………............ 42 3.3 Populasi dan Sampel………………………………………….. ......... 42 3.4 Definisi Konsep Variabel Penelitian…………………………. ......... 43 3.4.1 Kebijakan Hutang……………………………………… ................ 43 3.4.2 Kepemilikan Manajerial ………………………………… ............. 44
xii
3.4.3 Kepemilikan Institusional………………………………... ............. 45 3.4.4 Kebijakan Dividen………………………………………. .............. 45 3.4.5 Struktur Aktiva………………………………………..... ............... 46 3.4.6 Profitabilitas…………………………………………….. ............... 46 3.4.7 Pertumbuhan Perusahaan………………………………. ................ 47 3.4.8 Ukuran Perusahaan…………………………………... ................... 47 3.5 Definisi Konsep Varibel dan Pengukuran Variabel………. ............... 48 3.6 Teknik Analisis……………………………………………. .............. 51 3.7 Uji Data…………………………………………………… ............... 51 3.7.1 Uji Normalitas Data……………………………………… ............. 51 3.7.2 Uji Asumsi Klasik…………………………………….................... 53 3.7.2.1 Uji Multikolinearitas…………………………………. ................ 53 3.7.2.2 Uji Autokorelasi………………………………………................ 53 3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas……………………………….. ............... 54 3.7.3 Uji Model……………………………………………….... ............. 55 3.7.3.1 Analisis Regresi Berganda………………………........ ................ 55 3.7.4 Uji Hipotesis…………………………………………...... .............. 56 3.7.4.1 Uji F…………………………………………………. ................. 56 3.7.4.2 Uji t-statistik……………………………………….. ................... 57 3.7.4.3 Koefisien Determinasi ( r2 )………………………. ..................... 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 58 4.1 Data Penelitian …………………………………………... ................ 58 4.2 Teknik Analisis…………………………………………... ................ 59
xiii
4.3 Uji Data………………………………………………….. ................. 61 4.3.1 Uji Normalitas Data………………………………….. ................... 61 4.3.2 Uji Asumsi Klasik…………………………………........................ 64 4.3.2.1 Uji Multikolinearitas……………………………… ..................... 64 4.3.2.2 Uji Autokorelasi…………………………………........................ 65 4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas…………………………... ...................... 67 4.3.3 Uji Hipotesis………………………………………... ..................... 70 4.3.3.1 Uji F……………………………………………… ...................... 70 4.3.3.2 Uji t-statistik…………………………………….. ....................... 71 4.3.3.3 Koefisien Determinasi ( r2 )………....................... ....................... 74 4.3.3.4 Analisis Regresi…………………………………. ....................... 75 4.4 Pembahasan…………………………………………….. .................. 76 BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI.. .......... 83 5.1 Simpulan ………………………………………………... ................. 83 5.2 Keterbatasan Penelitian…………………………………. ................. 84 5.3 Implikasi Manajerial …………………………………….. ................ 84 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………............. 86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu……………………………
29
Tabel 4.1
Deskripsi Sampel……………………………….
59
Tabel 4.2
Statistik Deskripif……………………………...
60
Tabel 4.3
Uji Normalitas data……………………….....
61
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas………………………….
65
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi……………………………….
66
Tabel 4.6
Run Test……………………………………….
67
Tabel 4.7
Uji Heterokedastisitas……… ………………..
68
Tabel 4.8
Uji F………………………………………….
70
Tabel 4.9
Uji t…………………………………………….
71
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi ( r2 )……………………
75
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Sampel Penelitian…………………………..
90
Lampiran 2
Hasil Tabulasi Data………………………………
94
Lampiran 3
Output Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik, Uji Model, Uji Hipotesis………………………..
xvi
97
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Model Empirik Penelitian……………………….
40
Gambar 4.1
Grafik Histogram………………………………...
62
Gambar 4.2
Grafik P-P plot…………………………………… 63
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot ………………………………..
xvii
69
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam suatu perusahaan seorang manajer diberikan peranan penting oleh pemegang saham dalam hal mengelola dan menjalankan perusahaan agar tujuan perusahaan dapat dicapai bersama. Kegiatan mengelola dan menjalalankan perusahaan tersebut salah satunya dengan pengambilan keputusan kegiatan penting dalam hal pencarian dana dan cara memanfaatkan dana tersebut. Keputusan yang dibuat tersebut harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan dengan meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Keputusan yang diambil manajer cenderung untuk melindungi dan memenuhi
kepentingan
mereka
terlebih
dahulu
daripada
memenuhi
kepentingan pemilik seperti melakukan ekspansi untuk meningkatkan status gaji. Salah satu alternatif manajer untuk memperoleh dana dalam rangka ekspansi adalah dengan menaikkan hutang (Susanti dan Mayangsari, 2014). Akan tetapi, kebijakan hutang rentan terhadap konflik kepentingan antara pemegang saham (stockholder), manajer (manager), dan kreditor (creditor) yang biasa disebut dengan konflik keagenan (agency conflict).
1
Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dalam keputusan pendanaan terjadi disebabkan pemegang saham hanya peduli dengan risiko sistematik dari saham perusahaan, karena mereka berinvestasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Sebaliknya manajer peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan, karena menyangkut reputasinya. Konflik ini dapat terjadi karena seringkali kepentingan itu saling bertentangan. Cara meminimumkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajer ini dapat dilakukan dengan cara diadakannya mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait (Sheisarvian, dkk 2015). Kebijakan hutang atau debt policy merupakan keputusan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak ketiga untuk melakukan investasi. Keputusan dan aktivitas manajer yang memiliki saham perusahaan tentu akan berbeda dengan manajer yang murni sebagai manajer. Manajer yang memiliki saham perusahaan berarti manajer tersebut sekaligus adalah pemegang saham. Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunya akan menyelaraskan kepentingannnya dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Sementara manajer yang tidak memiliki saham perusahaan ada kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham perusahaan oleh manajer disebut dengan kepemilikan manajerial (Hardiningsih, 2012). Kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti Bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya disebut juga kepemilikan institusional, yang memiliki arti penting dalam memonitor
2
manajemen yang akan mendorong pengawasan yang lebih optimal (Sukirni, 2012). Monitoring dilakukan oleh pihak institusional agar keputusan yang dilakukan oleh manajer dapat dikontrol. Suatu bagian dari monitoring perusahaan dengan adanya kebijakan dividen. Kebijakan dividen juga berpengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah dividen yang tetap tersebut ( Indahningrum dan Handayani, 2009). Perusahaan juga dapat menggunakan struktur asset atau kekayaan yang dapat dijadikan jaminan. Struktur asset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih untuk menggunakan penggunaan hutangnya lebih banyak. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman (Mamduh, 2004). Profitabilitas juga dapat mempengaruhi kebijakan hutang. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan dapat menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu. Apabila kebutuhan dana belum tercukupi, perusahaan dapat menggunakan hutang (Narita, 2012).
3
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar, untuk memenuhi kebutuhan dana, perusahaan diharapkan mempertimbangkan sumber dana yang lebih murah. Dalam rangka hal itu mungkin manajemen akan mengambil keputusan untuk menggunakan dana internal yaitu laba ditahan untuk melakukan investasi, namun di pihak pemilik modal mungkin menginginkan agar laba ditahan dibagikan dalam bentuk dividen dengan harapan jika perusahaan membagikan dividen, nilai perusahaan akan meningkat dari sudut pandang investor, sehingga nilai sahamnya akan mengalami kenaikan (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). Ukuran perusahaan menjadi variabel lain yang memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap struktur hutang dalam menentukan level hutang perusahaan. Kemudahan yang dimiliki oleh perusahaan besar dalam mendapatkan pinjaman dari pihak ketiga, dikarenakan oleh kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai besar dibandingkan perusahaan kecil (Silaban, 2013). Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menggambarkan keunggulan karena memiliki aktiva yang relatif besar yang dapat meningkatkan nilai opsi investasinya sehingga lebih mudah berkompetisi dan menguasai pangsa pasar. Faktor-faktor tersebut di atas telah banyak diteliti agar dapat diketahui lebih jelas tentang pengaruhnya terhadap kebijakan hutang. Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani (2012), Esa Setiana dan Reffina Sibagariang (2013), Pasaman
4
Silaban (2013), menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, namun penelitian Yulius Kurnia Susanto (2011) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang dan penelitian Andhika Inova Murtiningtyas (2012), menemukan hasil yang berbeda, yaitu kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, berbeda pula dengan penelitian Wihananto (2009) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Selain kepemilikan manajerial, Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Rona Mersi Narita (2012), juga menemukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan penelitian Andhika Inova Murtiningtyas (2012) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang dan pada penelitian Yulius Kurnia Susanto (2011), menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, namun pada penelitian Denny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012), menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Yulius Kurnia Susanto (2011), menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif tidak signifikan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang, sedangkan penelitian
5
Andhika Inova Murtiningtyas (2012) menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Selain kebijakan dividen, Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Yulius Kurnia Susanto (2011), juga menemukan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, namun pada penelitian Christine Dwi Karya Susilawati, Lidya Agustina, Se Tin (2012), menemukan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Rona Mersi Narita (2012) menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan Pancawati
Hardiningsih
dan
Rachmawati Meita Oktaviani (2012), menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Selain profitabilitas, faktor lain pada penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari
(2014),
menyimpulkan
bahwa
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, namun pada penelitian Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani (2012), menemukan hasil berbeda bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, dan penelitian Yulius Kurnia Susanto (2011), Denny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012), menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan.
6
Penelitian Rona Mersi Narita (2012), menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, namun penelitian Yulius Kurnia Susanto (2011), menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, dan penelitian Pasaman Silaban (2013), menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan hutang yaitu, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur asset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Penelitian-penelitian sebelumnya banyak menunjukkan ketidak-konsistenan hasil antar penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diuji lagi faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Hutang yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan. Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka judul penelitian yang diajukan adalah “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur
7
modal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan (Mamduh, 2004). Pentingnya Kebijakan Hutang, menyebabkan banyak penelitian-penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Hutang yaitu : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur asset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Pada uaraian diatas, permasalahan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan?
2.
Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan?
3.
Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan?
4.
Apakah struktur asset berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan?
5.
Apakah
profitabilitas
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan? 6.
Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan?
8
7.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan?
1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi permasalahan sehingga penelitian ini tidak terlalu luas cakupannya. Fokus penelitian ini adalah faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan rentang waktu 2011-2014.
1.4 Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan
hutang perusahaan. 2. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan
hutang perusahaan. 3. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang
perusahaan. 4. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset terhadap kebijakan hutang
perusahaan. 5. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang
perusahaan. 6. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan
hutang perusahaan.
9
7.
Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang perusahaan.
1.5 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan dalam hal penambahan modal dari pihak luar atau menambah kepemilikan modal bagi pihak manajerial serta sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mencari dana dengan menggunakan hutang. 2. Bagi Investor Sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam membuat keputusan investasi, khususnya dalam memilih perusahaan yang dapat memberikan return yang tinggi atas investasi yang dilakukan setelah mengetahui perilaku manajemen dalam perusahaan tersebut. 3. Bagi Kreditor Sebagai bahan pertimbangan bagi kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan terutama untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai tambahan pengetahuan dan bahan referensi yang dapat digunakan untuk meneliti masalah kebijakan hutang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
10
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Agency theory Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976), bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengolahan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik kepentingan karena merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi tersebut. Perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemilik modal akan memunculkan adanya permasalahan antar kepentingan (conflict of interest). Sebagai agent dari pemilik, manajemen seharusnya bertindak untuk kemakmuran pemilik, namun karena risiko yang kemungkinan akan diterima oleh manajemen, maka mereka dalam pengambilan keputusan juga mempertimbangkan kepentingannya (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). Perbedaan kepentingan ini akan memunculkan masalah-masalah keagenan (agency problem). Dalam manajemen keuangan membahas adanya hubungan agency (Jensen dan Meckling, 1986), yaitu hubungan mengenai adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan yang dilakukan oleh manajer. Manajemen pihak yang diberikan kewenangan oleh pemilik perusahaan untuk mengelola perusahaan, namun dalam kenyataannya jika perusahaan tidak memperoleh
11
hasil yang menggembirakan seharusnya pemilik modal bisa memutuskan untuk mengganti manajemen yang tidak meningkatkan kemakmuran. Menurut Brigham dan Houston (2006), manajer memiliki tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dan hal ini menciptakan konflik potensial atas kepentingan yang disebut teori keagenan (agency theory). Masalah keagenan muncul dalam dua bentuk, yaitu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent) dan hubungan antara pemegang saham dengan pemilik obligasi (pemberi kredit), masalah keagenan (agency problem) yang potensial ini muncul ketika manajer perusahaan memiliki kurang dari 100 % saham perusahaan. Masalah keagenan (agency problem) yaitu konflik kepentingan yang potensial terjadi antara agen (manajer) dan pemegang saham pihak luar atau pemberi hutang (kreditur). Konflik kepentingan (agency conflict), adalah konflik terjadi karena pemilik modal berusaha menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko sekecil mungkin, sedangkan manajer (agent) cenderung mengambil keputusan pengelolaan dana untuk memaksimalkan keuntungan yang sering bertentangan dan cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri. 2.1.2 Pecking Order Theory Pecking Order Theory menurut Myers dan Majluf (1984), menjelaskan suatu perusahaan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini mendasarkan pada adanya informasi asimetri, yaitu suatu situasi 12
dimana pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan daripada para pemilik modal. Informasi asimetri ini akan mempengaruhi pilihan antara penggunaan dana internal atau dana eksternal dan antara pilihan penambahan hutang baru atau dengan melakukan penerbitan equitas baru. Asumsi Pecking Order Theory menurut Brealey dan Myers (1996), adalah (1) perusahaan lebih menyukai pendanaan internal, (2) perusahaan berusaha menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar, (3) pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang berlebih ataupun kurang untuk berinvestasi (4) apabila pendanaan eksternal diperlukan perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu dimulai penerbitan obligasi, obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, akhirnya menerbitkan saham baru. 2.1.3 Kebijakan Hutang Kebijakan hutang perusahaan merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Hal ini berkaitan erat dengan struktur modal yang dipilih perusahaan, yaitu perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri (Setiana, 2013). Pemilik perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang pada tingkat
13
tertentu agar harapan pemilik perusahaan dapat tercapai. Disamping itu perilaku manajer dan komisaris perusahaan juga dapat dikendalikan. Menurut Mamduh (2004), kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan (Narita, 2012). Tambahan dana hutang menyebabkan pemegang saham terpaksa menerima proyek yang lebih beresiko. Alasannya jika proyek berhasil, kepentingan kreditur (debtholders) atas bunga dan pokok pinjaman akan terlindungi dan investor ekternal bisa menikmati sisa keuntungan. Namun jika proyek gagal, kreditur akan menanggung biaya resiko yang meningkat, karena pemegang saham memiliki kewajiban terbatas. Kreditur mengantisipasi resiko ini dengan memindahkan resiko kepada pemegang saham melaui peningkatan biaya hutang (Setiana, 2013). 2.1.4 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan
manajerial
menurut
Jensen
and
Meckling
(1976),
menyatakan bahwa pemegang saham yang besar lebih termotivasi dan mempunyai kekuatan yang lebih besar untuk menjamin maksimalisasi nilai para pemegang saham dengan mensejajarkan kepentingan para pemegang 14
saham dengan kepentingan para manajer sehingga akan mengurangi biaya keagenan. Cara untuk mengurangi agency cost, yaitu dengan mengajak para manajer untuk ikut menjadi pemilik modal perusahaan, sehingga keputusan keuangan yang diambil oleh para manajer yang sekaligus merupakan pemegang saham akan berakibat pula kepada mereka para manajer. Kepemilikan modal oleh para manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan tersendiri terhadap kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan termasuk kebijakan dalam penggunaan hutang (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). 2.1.5 Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal (Sukirni, 2012). Murni dan Andriana (2007), menyatakan bahwa kepemilikan intitusional umumnya bertindak sebagai pihak yang didukung oleh usaha mereka untuk meningkatkan tanggung jawab manajemen. Aktivitas pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menempatkan para komite penasehat (advisory committees) yang bekerja untuk melindungi kepentingan investor.
15
Adanya kepemilikan saham institusional oleh pihak eksternal akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal dari pihak luar terhadap manajer. Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini disebabkan karena timbulnya suatu pengawasan oleh lembaga institusi lain seperti bank dan asuransi terhadap kinerja perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar untuk mendanai proyek yang beresiko tinggi mempunyai kemungkinan kegagalan, maka pemegang saham institusional tersebut dapat langsung menjual saham yang dimiliknya (Narita, 2012). 2.1.6 Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil oleh perusahaan apakah laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan (Sheisarvian dkk, 2015). Bagi para investor atau pemegang saham, deviden merupakan salah satu keuntungan yang akan diperolehnya selain keuntungan lain yang berupa keuntungan yang akan diperolehnya selain keuntungan lain yang berupa capital gain. Dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham.
Kebijakan dividen ini akan memiliki
pengaruh terhadap tingkat penggunaan utang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk
16
menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah dividen yang ditetapkan tersebut (Murni dan Adriana, 2007). 2.1.7 Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih untuk menggunakan penggunaan hutangnya lebih banyak. Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman (Mamduh, 2004). Manan (2004), menyatakan bahwa struktur aset berhubungan dengan jumlah kekayaan (aset) yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel. 2.1.8 Profitabilitas Profitabilitas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan drai pengguana asset total badan usaha dalam aktivitas produksi. Profitabilitas ikut mempengaruhi kebijakan hutang karena dalam kondisi profitabilitas tinggi perusahaan akan cenderung mengandalkan sumber dana internal dan sebaliknya pada kondisi profitabilitas rendah perusahaan akan mengandalkan sumber external (Rahayuningsih, 2012).
17
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi.
Profitabilitas
menunjukkan
kemampuan
dari
modal
yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi
investor
(Susilawati
dkk,
2012).
Perusahaan
dengan
tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. 2.1.9 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan keuntungan/laba. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan
pertumbuhan
yang
baik.
Perusahaan
dengan
tingkat
pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar. Untuk memenuhi kebutuhan dana dari luar, perusahaan dihadapkan pada pertimbangan sumber dana yang lebih murah (Susanto, 2011). Dalam hal ini, penerbitan surat
18
hutang lebih disukai dibandingkan dengan mengeluarkan saham baru karena biaya emisi saham baru lebih besar dari pada biaya hutang. 2.1.10 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan dalam besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain dengan total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan. Perusahaanperusahaan besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa asset yang bernilai besar dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal. Karena kemudahan tersebut maka berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana (Silaban, 2013). 2.2 Deskripsi pengaruh antar variabel independen dan dependen 2.2.1 Kepemilikan Manajerial dengan Kebijakan Hutang Kepemilikan saham oleh manajemen dapat mempengaruhi keputusan dalam pencarian dana apakah melalui hutang ataukah penerbitan saham baru. Jika pendanaan diperoleh melalui hutang, berarti rasio hutang terhadap modal menjadi meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan resiko perusahaan. Kepemilikan saham oleh manajemen dapat menjadi insentif bagi manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga manajer akan menggunakan hutang secara optimal dan pada akhirnya akan meminimalkan biaya keagenan (Wihananto, 2009). Semakin tinggi kepemilikan manajerial 19
maka semakin tinggi hutang. Hal ini terjadi karena kontrol yang besar dari pihak manajerial menyebabkan mereka mampu melakukan investasi dengan lebih baik sehingga memerlukan tambahan dana melalui hutang untuk pendanaannya. 2.2.2 Kepemilikan Institusional dengan Kebijakan Hutang Meningkatnya kepemilikan saham oleh institutional ownership dapat mengimbangi kebutuhan terhadap penggunaan hutang. Ini berarti institutional ownership dapat menggantikan peran hutang dalam memonitor manajer dalam perusahaan dan mengurangi masalah keagenan dalam perusahaan (Manan, 2004). Dengan demikian, semakin besar persentase saham yang dimiliki institutional ownership dapat menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif. Hal ini menunjukkan institutional investor memiliki wewenang lebih besar jika dibandingkan dengan pemegang saham lainnya, untuk memilih proyek yang lebih berisiko untuk memperoleh keuntungan yang tinggi (Susilawati, 2012). 2.2.3 Kebijakan dividen dengan Kebijakan Hutang Bagi para investor atau pemegang saham, dividen merupakan salah satu keuntungan yang akan diperolehnya selain keuntungan lain yang berupa capital gain. Secara umum, dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Kebijakan dividen ini akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan utang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan
20
bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah dividen yang ditetapkan tersebut (Murni dan Adriana, 2007). Wahidahwati (2002), menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah bagian dari monitoring aktivitas perusahaan oleh principal terhadap pihak manajemen sebagai agent. Perusahaan akan cenderung untuk membayar dividen yang lebih besar jika manajemen memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Pihak manajemen akan menahan pembayaran dividen jika saham yang dimiliki oleh pihak manajemen semakin banyak. 2.2.4 Struktur Aktiva dengan Kebijakan Hutang Sebagian besar aktiva yang dimiliki perusahaan bentuknya nyata dalam bentuk aktiva tetap dan memiliki nilai likuiditas yang dapat dijual. Perusahaan dengan jumlah aktiva tetap yang lebih besar dapat memperoleh pinjaman yang lebih besar, karena aktiva digunakan sebagai jaminan yang lebih fleksibel daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Kreditur akan selalu memberikan pinjaman apabila ada jaminannya. Aktiva tetap yang digunakan sebagai jaminan dapat mengurangi risiko kreditur, apabila perusahaan tidak mampu melunasi kewajibannya maka aktiva akan diambil alih dan dijual oleh kreditur sebagi bentuk pelunasan. Nilai aktiva tetap yang semakin besar dapat memberikan sinyal kepada kreditur untuk yakin memberikan pinjaman, karena kreditur akan terhindar dari risiko tidak terbayarkan pokok pinjaman maupun bunga apabila perusahaan dinyatakan bangkrut (Susanto, 2011).
21
2.2.5 Profitabilitas dengan Kebijakan Hutang Profitabilitas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan drai penggunaan asset total badan usaha dalam aktivitas produksi. Profitabilitas ikut mempengaruhi kebijakan hutang, karena dalam kondisi profitabilitas tinggi perusahaan akan cenderung mengandalkan sumber dana internal dan sebaliknya pada kondisi profitabilitas rendah perusahaan akan mengandalkan sumber external (Rahayuningsih, 2012). Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan, maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan dapat menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu. Apabila kebutuhan dana belum tercukupi, perusahaan dapat menggunakan hutang (Narita, 2012). 2.2.6 Pertumbuhan Perusahaan dengan Kebijakan Hutang Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka penggunaan hutang untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan akan semakin besar. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Oleh karena itu, pertumbuhan aktiva akan
22
menuntut perusahaan untuk menyediakan dana yang memadai (Susanti, 2014). Pertumbuhan perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang melakukan perluasan usaha sehingga dapat dipastikan perusahaan tersebut membutuhkan dana untuk
mendukung perluasan usahanya tersebut
(Rahayuningsih, 2012). 2.2.7 Ukuran Perusahaan dengan Kebijakan Hutang Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal, berarti perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana. Semakin besar perusahaan tersesbut maka semakin banyak dana yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan. Salah satu sumber pendanaannya adalah dengan hutang (Susanto, 2011). Ukuran perusahaan menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat hutang perusahaan. 2.3 Penelitian Terdahulu Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” yang menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan risiko bisnis terhadap kebijakan utang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, struktur aktiva, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
23
kebijakan utang tetapi kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani (2012) melakukan penelitian tentang “Determinan Kebijakan Hutang (Dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory)” dalam penelitian ini menganalisis pengaruh variabel free cash flow, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva Perusahaan, Retained Earning dan Kepemilikan Manajerial pada Hutang”. Hasil analisis menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap hutang, pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap utang, struktur aktiva perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap hutang, saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan terhadap hutang, sementara
free cash flow dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang. Esa Setiana dan Reffina Sibagariang (2013) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dalam penelitian ini menguji pengaruh free cash flow dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kesimpulan penelitian adalah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang dan Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
24
Rona Mersi Narita (2012) melakukan penelitian tentang “Analisis Kebijakan Hutang” dalam penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, kepemilikan institusional, profitabilitas dan free cash flow terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial variabel ukuran perusahaan, kepemilikan Institusional dan free cash flow tidak mempengaruhi kebijakan hutang. Likuiditas dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Andhika Ivona Martiningtyas (2012) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Deviden, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Resiko Bisnis terhadap Kebijakan Hutang” dalam penelitian ini mengetahui bagaimana pengaruh kebijakan deviden, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan resiko bisnis terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini yaitu secara simultan ada pengaruh antara kebijakan deviden, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas dan resiko bisnis terhadap kebijakan hutang. Sedangkan secara parsial hanya profitabilitas dan resiko bisnis yang berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Kebijakan deviden, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Yulius Kurnia Susanto (2011) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepemilikan Saham, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang”. Hasil penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kebijakan dividen kas, profitabilitas, ukuran
25
perusahaan, set peluang investasi yang ditanamkan mengatur dan struktur aktiva mempengaruhi kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan risiko sistematis tidak mempengaruhi kebijakan hutang. Revi Maretta Sheisarvian, Nengah Sudjana, Muhammad Saifi (2015) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Denny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012) melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, faktor tersebut adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis, ukuran dan set kesempatan investasi terhadap kebijakan utang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas, ukuran dan Investasi yang ditanamkan set kesempatan memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Di sisi ketertiban, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Pasaman Silaban (2013), dengan penelitiannya tentang “Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Studi di Perusahaan
26
Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Faktor tersebut adalah untuk menganalisis pengaruh arus kas bebas, investasi yang ditanamkan set kesempatan, ownnership manajerial, dan ukuran perusahaan untuk utang terhadap ekuitas Perseroan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel aliran kas bebas, manajerial ownnership, dan perusahaan ukuran memiliki signifikan berpengaruh terhadap hutang, sedangkan variabel investasi yang ditanamkan set kesempatan memiliki pengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap utang. Sedangkan Wihananto (2009) melakukan penelitian tentang “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Publik”. Faktor penelitian ini adalah free cash flow ( FCF ) , rasio aktiva tetap ( FAR ) , dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan Hutang. Hasil penelitian menunjukkan arus kas bebas, memiliki berpengaruh signifikan kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di BEJ . Sementara rasio aset tetap dan kepemilikan manajerial tidak memiliki dampak signifikan terhadap kebijakan hutang pada manufaktur perusahaan di BEJ. Pada penelitian Christine Dwi Karya Susilawati, Lidya Agustina, dan Se Tin (2012) tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan arus kas bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan
27
dividen dan aset struktur tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Ahadiyah Muslida Dewi Yuniarti (2013) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Dividen, Profitabilitas, Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang”. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang sementara kepemilikan manajerial, dividen dan struktur aset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Muis Fauzi Rambe (2013) dengan penelitiannya tentang “Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Indonesia”. Hasil uji serempak (Uji F) dalam penelitian ini adalah Struktur Modal dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Hasil uji signifikan individual (uji statistik t) juga menunjukkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh secara langsung terhadap kebijakan hutang dan begitu juga dengan nilai ROA tehadap Kebijakan hutang.
28
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO Nama dan Judul penelitian
Variabel
1
Bebas : - Kepemilikan Manajerial (X1) - Kepemilikan Institusional(X2) -Kebijakan Dividen(X3) -Struktur Aktiva (X4) -Profitabilitas (X5) -Pertumbuhan Perusahaan (X6) -Risiko Bisnis (X7)
2
Sampel dan periode penelitian Apit Susanti dan 45 Sekar Mayangsari perusahaan (2014) 2009-2011 “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
Pancawati 135 Hardiningsih dan perusahaan Rachmawati Meita 2007-2011 Oktaviani (2012) “Determinan Kebijakan Hutang (Dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory)” dalam penelitian ini menganalisis
Terikat : Kebijakan Hutang Bebas : -free cash flow (X1) -Profitabilitas (X2) -Pertumbuhan Perusahaan (X3) -Struktur Aktiva Perusahaan (X4) -Retained Earning (X5) -Kepemilikan Manajerial (X6)
Hasil
1. kepemilikan institusional,struktur aktiva, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan utang 2. Kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang.
1. Profitabilitas dan struktur aktiva perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap hutang 2. pertumbuhan perusahaan dan saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan terhadap utang, 29
3
4
5
pengaruh variabel free cash flow, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva Perusahaan, Retained Earning dan Kepemilikan Manajerial pada Hutang”. Esa Setiana dan Reffina Sibagariang (2013) “Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Rona Mersi Narita (2012) “Analisis Kebijakan Hutang”
Terikat : Kebijakan Hutang
3. free cash flow kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang.
55 perusahaan 2011
-free cash flow (X1) -kepemilikan manajerial (X2)
82 perusahaan 2009-2011
Bebas : -Ukuran perusahaan (X1) -Likuiditas (X2) -Kepemilikan institusional (X3) -Profitabilitas (X4) -Free cash flow (X5) Terikat : Kebijakan Hutang
1. Variabel ukuran perusahaan, kepemilikan Institusional dan free cash flow tidak mempengaruhi kebijakan hutang. 2. Likuiditas dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Bebas : -Deviden (X1) -Kepemilikan Manajerial (X2) -Kepemilikan Institusional (X3) -Profitabilitas (X4) -Resiko Bisnis (X5)
1. Profitabilitas dan resiko bisnis yang berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. 2. Kebijakan deviden, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional tidak
Andhika Ivona 40 Martiningtyas perusahaan (2012) 2008-2010 “Pengaruh Deviden, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas,
Terikat :
1. free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang 2. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang
30
Resiko terhadap Kebijakan Hutang” 6
7
8
Bisnis
Kebijakan Hutang
Yulius Kurnia 38 Susanto (2011) perusahaan “Pengaruh 2005-2008 Kepemilikan Saham, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang”
Revi Maretta Sheisarvian, Nengah Sudjana, dan Muhammad Saifi (2015) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang” Denny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012) “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
13 perusahaan 2010-2012
Bebas : -Kepemilikan Saham (X1) -Kepemilikan Institusional (X2) -Kebijakan Deviden (X3) -Pertumbuhan perusahaan (X4) -Profitabilitas (X5) -Ukuran perusahaan (X6) -Risiko Sistematik (X7) -Set Peluang Investasi (X8) -Struktur aktiva (X9) Terikat : Kebijakan Hutang Bebas : -Kepemilikan Manajerial (X1) -Kebijakan Dividen (X2) -Profitabilitas (X3)
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. 1. Kepemilikan manajerial, kebijakan dividen kas, profitabilitas, ukuran perusahaan, peluang Investasi yang ditanamkan mengatur dan struktur aktiva mempengaruhi kebijakan hutang. 2. Kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan risiko sistematis tidak mempengaruhi kebijakan utang.
Kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan
Terikat : Kebijakan Hutang
46 perusahaan 2009-2011
Bebas : -kepemilikan manajerial (X1) -kepemilikan institusional (X2) -kebijakan dividen (X3)
1. Struktur aktiva, profitabilitas, ukuran dan Investasi yang ditanamkan set kesempatan memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang.
31
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
-struktur aktiva (X4) -profitabilitas (X5) -pertumbuhan perusahaan (X5) -risiko bisnis (X6) -ukuran (X7) -set kesempatan investasi (X8) Terikat : Kebijakan Hutang Bebas : -Free cash Flow (X1) -Set Kesempatan Investasi (X2) -Kepemilikan Manajerial (X3) -Ukuran Perusahaan (X4)
2. kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang.
9
Pasaman Silaban 56 (2013) perusahaan “Analisis Faktor- 2002-2004 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Studi di Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”
10
Wihananto (2009) 42 “Beberapa Faktor perusahaan yang 2003-2005 Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Publik”
Bebas : -Free cash Flow (X1) -Kepemilikan Manajerial (X2) -Rasio Aktiva Tetap (X3)
Christine Dwi 105 Karya Susilawati, perusahaan Lidya Agustina, 2006-2010 dan Se Tin (2012) “Faktor-Faktor yang
Bebas : 1. Ukuran perusahaan, -Struktur Aset (X1) profitabilitas dan arus -Ukuran Perusahaan kas bebas memiliki (X2) pengaruh yang -Deviden (X3) signifikan terhadap -Profitabilitas (X4) kebijakan hutang
11
Terikat : Kebijakan hutang
1. aliran kas bebas, manajerial ownnership , dan perusahaan ukuran memiliki signifikan berpengaruh terhadap utang 2. Investasi yang ditanamkan set kesempatan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap utang 1. Arus kas bebas, memiliki berpengaruh signifikan kebijakan utang pada perusahaan manufaktur di BEJ . 2. Rasio aset tetap dan kepemilikan manajerial tidak memiliki dampak signifikan terhadap kebijakan hutang pada manufaktur perusahaan di BEJ.
32
Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
12
13
Ahadiyah Muslida Dewi Yuniarti (2013) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Dividen, Profitabilitas, Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang”. Muis Fauzi Rambe (2013) “Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Indonesia”.
-Kepemilikan 2. kepemilikan manajerial, Manajerial (X5) kepemilikan -Kepemilikan institusional, kebijakan Institusional (X6) dividen dan aset struktur -Free Cash Flow (X7) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang . 35 perusahaan 2009-2011
Bebas : -Kepemilikan Manajerial (X1) -Dividen (X2) -Profitabilitas (X3) -Struktur Aset (X4) Terikat : Kebijakan Hutang
Semua perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI 2007-2010
Bebas : -Struktur Modal (X1) -Profitabilitas (X2) Terikat : Kebijakan Hutang
1. Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang 2. Sementara kepemilikan manajerial, dividen dan struktur aset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. 1. Struktur Modal dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang
2.4 Pengembangan Hipotesis 2.4.1 Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang Teori agency yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa peningkatan kepemilikan saham manajerial dapat menurunkan agency cost karena dapat mensejajarkan kepentingan dari pemilik dengan kepentingan para manajer. Peningkatan dari kepemilikan
33
saham oleh pihak manajerial akan membuat manajer lebih berhati-hati dalam menggunakan hutang dan meminimalisir risiko yang akan ditimbulkan karena pihak manajer merasa memiliki perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena manajer akan merasakan manfaat langsung dari setiap keputusan yang diambil dan kerugian jika keputusan yang diambil salah. Dengan demikian menurut teori agensi semakin tinggi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajer maka hutang yang akan digunakan suatu perusahaan akan semakin rendah. Hal ini dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani (2012), Esa Setiana dan Reffina Sibagariang (2013), Yulius Kurnia Susanto (2011), Revi Maretta,dkk (2015), Pasman Silaban (2013), Christine Dwi.K (2012), Ahadiyah Muslida (2013), bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesa penelitian yang diajukan adalah: H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Hutang 2.4.2
Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang
Adanya saham besar seperti kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitoring manajemen dengan pengawasan yang lebih
34
optimal. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka keberadaan investor institusional untuk memonitor perilaku manajemen akan semakin efektif (Susanti, 2014). Adanya monitoring yang efektif oleh investor institusional menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring agency cost sudah diambil ahli oleh investor institusional. Penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Rona Mersi Narita (2012), Deny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012), Christine Dwi.K (2012), menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesa penelitian yang diajukan adalah: H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Hutang 2.4.3 Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dividen yang tetap tersebut. Rozzeff (1982) menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah suatu bagian dari monitoring perusahaan. Dalam kondisi demikian, perusahaan cenderung untuk membayar dividen lebih besar jika insider memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Pembayaran dividen pada pemegang saham akan
35
mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, sehingga mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran dividen mirip dengan monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan memperoleh modal baru. Menurut Faisal (2002), perusahaan yang mempunyai dividen payout ratio tinggi akan menyukai perusahaan dengan modal sendiri. Disamping itu, pembayaran dividen dapat dilakukan setelah kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut, akan membuat manajer semakin hati-hati dan efisien dalam penggunaan hutang. Hasil penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Yulius Kurnia Susanto (2011), Deny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012), Christine Dwi.K (2012), Ahadiyah Muslida (2013) terdapat pengaruh negatif antara pembayaran dividen terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesa penelitian yang diajukan adalah: H3 : Kebijakan Dividen berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Hutang 2.4.4 Struktur Aktiva terhadap Kebijakan Hutang Aset yang dimiliki oleh perusahaan akan mempunyai pengaruh perusahaan terhadap hubungannya dengan pihak lain. Aktiva merupakan salah satu jaminan yang bisa menyakinkan pihak lain untuk bisa memberikan pinjaman kepada perusahaan, sehingga perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel
36
akan lebih mudah memperoleh pinjaman. Perusahaan yang aktiva-nya sesuai dengan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena kreditor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan (Brigham dan Houston 2001: 30-41). Jensen dan Meckling (1976) yang membahas mengenai konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor menggambarkan bahwa permasalahan overinvestment adalah lebih sedikit tingkat keseriusannya jika ada lebih banyak aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Yulius Kurnia Susanto (2011), Deny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012), Christine Dwi.K (2012), Ahadiyah Muslida (2013) menyimpulkan struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesa penelitian yang diajukan adalah: H4 : Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang 2.4.5 Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin kecil hutang yang digunakan dalam kegiatan pendanaan. Perusahaan dengan rate of return yang tinggi cenderung menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil, hal ini disebabkan return yang tinggi akan menyediakan sejumlah dana internal yang relatif besar yang diakumulasikan sebagai laba ditahan. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa pendanaan internal lebih disukai oleh perusahaan. Semakin tinggi porsi dana yang 37
tersedia untuk membiayai operasional perusahaan dan kesempatan investasi yang berasal dari laba ditahan, maka tingkat leverage akan semakin kecil. Hasil penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Rona Mersi Narita (2012), Andhika Inova Murtiningtyas (2012), Yulius Kurnia Susanto (2011), Deny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012), Christine Dwi.K (2012), Ahadiyah Muslida (2013) yang didapat hasil bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesa penelitian yang diajukan adalah: H5 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Hutang 2.4.6 Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan yang sedang tumbuh akan membutuhkan banyak dana. Salah satu cara untuk memenuhi dana tersebut adalah melalui hutang. Perusahaan dengan
tingkat
pertumbuhan
yang
tinggi
cenderung
lebih
banyak
menggunakan hutang. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka penggunaan hutang untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan akan semakin besar. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Oleh karena itu, pertumbuhan aktiva akan menuntut perusahaan untuk menyediakan dana yang memadai. Dalam pecking order theory, dinyatakan bahwa perusahaan akan cenderung mengutamakan penggunaan dana internal, tapi jika tidak mencukupi, dana eksternal yang menjadi alternatif pertama adalah hutang. Oleh karena itu, jika diasumsikan bahwa aktiva perusahaan mengalami
38
pertumbuhan sedangkan faktor lain dianggap tetap (cateris paribus), maka peningkatan aktiva akan memicu peningkatan leverage perusahaan. Hasil
penelitian
Apit
Susanti
dan
Sekar
Mayangsari
(2014),
menyimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesa penelitian yang diajukan adalah: H6 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang 2.4.7 Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Besar kecilnya perusahaan sangat berpengaruh terhadap struktur modal, terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman. Perusahaan besar yang telah terdiverivikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersial untuk hutanghutang yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga yang lebih rendah pada hutangnya. Salah satu alasan adalah perusahaan lebih mudah menerima pinjaman karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar serta tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi (Surya dan Rahayuningsih 2012). Besarnya ukuran perusahaan juga dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun internal.
39
Hasil penelitian Rona Mersi Narita (2012), Yulius Kurnia Susanto (2011), Denny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012), menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesa penelitian yang diajukan adalah: H7 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang
2.5 Model Empirik Penelitian Berdasarkan penjelasan teoritis diatas, maka variabel independen penelitian adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Struktur Asset, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan dengan variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang. Hubungan antara berbagai variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Model Empirik Penelitian
INSD INST DPR
( -) (-)
( -) 40
(+)
AST
DEBT (-)
PROF (+)
GROWTH (+)
SIZE
Keterangan :
INSD
: Kepemilikan Manajerial
INST
: Kepemilikan Institusional
DPR
: Kebijakan Dividen
AST
: Struktur Aset
PROF
: Profitabilitas
GROWTH
: Pertumbuhan Perusahaan
SIZE
: Ukuran Perusahaan
DEBT
: Debt Policy/Kebijakan Hutang
41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan dijadikan penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama empat tahun (2011-2014). Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar, 2001). Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama empat tahun (2011-2014) kecuali keuangan, asuransi dan industri keuangan lainnya. Sumber data laporan keuangan tersebut diperoleh dari website www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Data-data yang digunakan merupakan suatu panel data dari beberapa perusahaan manufaktur yang runtut waktu (time series) dari tahun 2011 sampai tahun 2014. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2014. Sampel dipilih
42
dengan menggunakan nonprobability sampling dengan metode purposive sampling. Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan 2014. 2. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah. 3. Perusahaan yang memiliki operating income dan earning after tax positif selama tahun 2011–2014. 4. Perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional dari tahun 2011– 2014. 5. Perusahaan yang membayarkan dividen minimal satu kali untuk setiap tahun penelitian (2011-2014). 6. Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dari tahun 2011-2014. 3.4 Definisi Konsep Variabel Penelitian Variabel-variabel
penelitian
ini
diklasifikasikan
menjadi
variabel
dependen, variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah Kebijakan Hutang, sedangkan variabel independennya yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. 3.4.1 Kebijakan Hutang
43
Kebijakan hutang perusahaan merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan (dana) dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Hal ini berkaitan erat dengan struktur modal yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pemilik perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang pada tingkat tertentu agar harapan pemilik perusahaan dapat tercapai. Disamping itu perilaku manajer dan komisaris perusahaan juga dapat dikendalikan. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan. 3.4.2 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan
Manajerial
(managerial
ownership)
adalah
tingkat
kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, seperti direktur dan komisaris. Kepemilikan manajerial dapat diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan, maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri (Trisyanti, 2009).
44
Kepemilikan saham oleh manajemen dapat dirasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil, jika terjadi kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manjemen dengan pemegang saham. Dengan demikian maka kepemilikan saham oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan menggunakan hutang secara optimal sehingga akan meminimumkan biaya keagenan (Jesen dan Meckling, 1976). 3.4.3 Kepemilikan Institusional Meningkatnya kepemilikan saham oleh institutional ownership dapat mengimbangi kebutuhan terhadap penggunaan hutang. Ini berarti institutional ownership dapat menggantikan peran hutang dalam memonitor manajer dalam perusahaan dan mengurangi masalah keagenan dalam perusahaan (Manan, 2004). Dengan demikian semakin besar persentase saham yang dimiliki institutional ownership dapat menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka keberadaan investor institusional untuk memonitor perilaku manajemen akan semakin efektif. Adanya monitoring yang efektif oleh investor institusional menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring agency cost sudah diambil ahli oleh investor institusional. 3.4.4 Kebijakan Dividen
45
Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dividen yang tetap tersebut. Pembayaran dividen adalah suatu bagian dari monitoring perusahaan. Dalam kondisi demikian, perusaan cenderung untuk membayar dividen lebih besar jika insider memiliki proporsi saham yang lebih rendah (Indahningrum, 2009). 3.4.5 Struktur Aktiva Struktur asset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih
untuk
menggunakan
penggunaan
hutangnya
lebih
banyak.
Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman (Mamduh, 2004). 3.4.6 Profitabilitas Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yang merupakan penentu yang penting dari tingkat hutang perusahaan (Yulius, 2009). Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin kecil hutang yang digunakan dalam kegiatan pendanaan. Perusahaan dengan rate of return yang tinggi cenderung menggunakan proporsi hutang yang relatif kecil, hal ini disebabkan return yang tinggi akan
46
menyediakan sejumlah dana internal yang relatif besar yang diakumulasikan sebagai laba ditahan. 3.4.7 Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan yang sedang tumbuh akan membutuhkan banyak dana. Salah satu cara untuk memenuhi dana tersebut adalah melalui hutang. Perusahaan dengan
tingkat
pertumbuhan
yang
tinggi
cenderung
lebih
banyak
menggunakan hutang. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka penggunaan hutang untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan akan semakin besar. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Oleh karena itu, pertumbuhan aktiva akan menuntut perusahaan untuk menyediakan dana yang memadai. Dalam pecking order theory, dinyatakan bahwa perusahaan akan cenderung mengutamakan penggunaan dana internal, tapi jika tidak mencukupi, dana eksternal yang menjadi alternatif pertama adalah hutang. Diasumsikan bahwa aktiva perusahaan mengalami pertumbuhan sedangkan faktor lain dianggap tetap (cateris paribus), maka peningkatan aktiva akan memicu peningkatan leverage perusahaan. 3.4.8 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menjadi variabel lain yang memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap struktur hutang dalam menentukan level hutang perusahaan. Kemudahan yang dimiliki oleh perusahaan besar dalam mendapatkan pinjaman dari pihak ketiga, dikarenakan oleh kemampuan
47
mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai besar dibandingkan perusahaan kecil (Silaban, 2013). Besar kecilnya perusahaan sangat berpengaruh terhadap struktur modal, terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman. Perusahaan besar yang telah terdiverivikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersial untuk hutang-hutang yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga yang lebih rendah pada hutangnya. 3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Kebijakan Hutang Kebijakan hutang perusahaan digambarkan dengan debt ratio. Kebijakan hutang yang diberi simbol DEBT dan diukur dengan skala rasio. Perhitungan DEBT dapat dilakukan sebagai berikut : DEBT = Total Hutang / Total modal
3.5.2 Kepemilikan Manjerial Kepemilikan manajerial merupakan besarnya kepemilikan manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Kepemilikan manajerial diberi simbol INSD. Variabel Kepemilikan Manajerial dihitung dengan jumlah presentase saham yang dimiliki manajer pada akhir tahun. Pengukuran presentase ini
48
untuk mengetahui besarnya manajerial memiliki saham perusahaan. Secara sistematis kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan :
INSD = (Jumlah kepemilikan saham manajerial / Jumlah saham yang beredar) X 100%
3.5.3 Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun yang diukur dengan persentase dalam skala rasio. Kepemilikan institusional diberi simbol INST. Variabel Kepemilikan institusional diukur dengan jumlah presentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun. Secara sistematik kepemilikan institusional dapat dihitung sebagai berikut : INST
= (Jumlah saham yang dimiliki institusional / Jumlah saham yang beredar) X 100%
3.5.4 Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menggambarkan jumlah dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham yang dicerminkan dalam dividen payout ratio. Kebijakan dividen diberi simbol DPR dan diukur dengan skala rasio. Variabel Kebijakan deviden dapat diproksikan dengan deviden payout rati. DPR dapat diformulasikan sebagai berikut (Destriana, 2010): DPR = Deviden per lmbr saham / Laba per lmbr saham
49
3.5.5 Struktur Aktiva Struktur aktiva menggambarkan jumlah kekayaan (aset) yang dapat dijadikan jaminan oleh perusahaan untuk dapat memperoleh pinjaman. Struktur aset diberi simbol AST dan diukur dengan skala rasio dapat dihitung dengan membagi aktiva tetap dengan total aktiva. AST = Aktiva Tetap / Total Aktiva
3.5.6 Profitabilitas Profitabilitas menggambarkan earning untuk pendanaan investasi. Profitabilitas diberi simbol PROF. Menurut Masdupi (2005), profitabilitas dapat didefinisikan dengan ratio of operating income to total asset yaitu dengan membagi operating income dengan total asset. Variabel ini diukur dengan skala rasio. PROF = Operating Income / Total Asset
3.5.7 Pertumbuhan Perusahan Pertumbuhan perusahaan adalah tingkat pertumbuhan total aset. Tingkat pertumbuhan yang tinggi akan menandakan keberhasilan perusahaan dalam menggalang lebih banyak sumber-sumber daya bagi perusahaan. Variabel ini diberi simbol GROWTH dan diukur dengan menggunakan persentase perubahan dalam total aset. Variabel ini diukur dengan skala rasio. GROWTH = (Total Aktiva t – Total Aktiva t-1) / Total Aktiva t-1
50
3.5.8 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan dalam besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain dengan total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan (Silaban 2013). Ukuran perusahaan (Size) mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang diukur dengan skala rasio dan dengan rumus log total aktiva. Size = Log Total Aktiva
3.6 Teknik Analisis Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), deviasi standar, maksimum, minimum, sum, range kurtosis dan skewness (Ghozali 2011:19). Pengujian ini dilakukan dengan mengunakan SPSS for Windows versi 19. 3.7 Uji Data 3.7.1 Uji Normalitas Data Tujuan dari uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah data mendekati distribusi normal atau tidak. Salah satu alat statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas adalah dengan uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual (Ghozali, 2011:163). Nilai Z statistik untuk skewness dapat dihitung dengan rumus : Zskewness = Skewness : (√6/N)
51
Sedangkan nilai Z kurtosis dapat dihitung dengan rumus : Zkurtosis = Kurtosis : (√24/N) Dimana N adalah jumlah sampel, jika nilai Z hitung > Z table, maka disribusi tidak normal. Misalkan nilai Z hitung > 2.58 menunjukan penolakan asumsi normalitas pada tingkat signifikan 0.01 dan pada tingkat signifikan 0.05 nilai Z table = 1.96. Uji normalitas dapat ditentukan dengan
cara
mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik. Analisis grafik merupakan cara termudah untuk melihat normalitas residual dengan membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Untuk mendapatkan hasil yang lebih handal
digunakan
analisis
grafik
normal
probability
plot
yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas juga dapat ditentukan dengan melihat kurva histogram, jika kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang, baik kiri maupun kanan atau tidak condong kekiri maupun kekanan, melainkan ketengah dengan bentuk seperti lonceng, maka pola ditribusi data adalah normal.
52
3.7.2 Uji Asumsi Klasik 3.7.2.1 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. (Ghozali, 2011:105). Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur varibilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali 2011:106). 3.7.2.2 Uji Autokorelasi Untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat menggunakan Durbin Watson Test. Durbin Watson Test hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen (Ghozali 2011 : 111). 53
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji DurbinWatson. Data dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika du < dw < 4-du. Tabel Pengambilan Keputusan ada tidaknya Autokorelasi Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif
Keputusan Jika Tolak
0 < d < dl
No Decision Tolak No Decision
dl ≤ d ≤ du
4 – dl < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 Tidak ada korelasi negatif – dl Tidak ada autokorelasi, du < d < 4 – Tdk ditolak positif atau negatif du Sumber : Ghozali (2011) Keterangan : d = Durbin Watson hitung dl = Durbin Watson – Lower du = Durbin Watson – Upper 3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas Untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi
yang
baik
adalah
tidak
terjadi
heteroskedastisitas
(homoskedastisitas). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot dengan dasar pengambilan keputusan. Melihat grafik Plot antara nilai prediksi variable terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
54
dapat dilakukan melihat ada tidaknya pola tertentu dengan grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED (Ghozali 2011 : 139). Dasar analisisnya yaitu : 1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur, maka mengindikasi telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.7.3 Uji Model 3.7.3.1 Analisis Regresi Berganda Dengan menggunakan uji regresi berganda (multiple regression) dengan tingkat α = 5%. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Model penelitian dengan persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut: DEBT = a + b1 (INSD) + b2 (INST) + b3 (DPR) + b4 (AST) + b5 (PROF) + b6 (GROWTH) + b7 (SIZE) + e Keterangan: Y
= kebijakan hutang
a
= konstanta
INSD
= kepemilikan manajerial
INST
= kepemilikan institusional
55
DPR
= kebijakan dividen
AST
= struktur aset
PROF
= profitabilitas
GROWTH
= pertumbuhan perusahaan
SIZE
= ukuran perusahaan
E
= error term
3.7.4 Uji Hipotesis Untuk menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji F (Uji Kelayakan Model), Uji Statistik t (Uji Parsial) dan koefisien determinasi (Adjust R2). 3.7.4.1 Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali 2011 : 98). Analisis regresi tersebut menunjukan dimana : Apabila tingkat signifikansi F < dari α = 0,05 (Sign F < α ), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti pengaruh variabel bebas (X) secara keseluruhan terhadap variabel terikat (Y) adalah signifikan. Jika tingkat signifikansi F > dari α = 0,05 (Sign F > α), maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti pengaruh variabel bebas (X) secara keseluruhan terhadap variabel terikat (Y) adalah tidak signifikan. 3.7.4.2 Uji t-statistik
56
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali 2011 : 98-99). Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut : 1. Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen berpengaruh signifikan secara individual terhadap variabel dependen, sehingga Ha diterima. 2. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap variabel dependen dan Ha ditolak. 3.7.4.3 Koefisien Determinasi (r2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali 2011 : 97). Penilaian adjusted R-square adalah sebagai berikut : 1. Apabila nilai Adjusted R-Square kecil, berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat kecil. 2. Apabila nilai Adjusted R-Square mendekati 1, berarti variabel-variabel independen dapat memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Perusahaan-perusahaan tersebut telah memenuhi kriteria pemilihan sampel, seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dari jumlah total 620 perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2011 sampai dengan 2014, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 81 perusahaan. Metode purposive sampling yaitu populasi yang telah memenuhi kriteria pemilihan sampel tertentu. Hasil perolehan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini:
58
TABEL 4.1 Kriteria Sampel Penelitian NO
Keterangan 2011 Populasi Kriteria Perusahaan Manufaktur yang terdaftar dari 155 tahun 2011-2014 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan (0) keuangan dalam mata uang rupiah.
2012
2013 2014
Total
155
155
155
620
(0)
(0)
(0)
(0)
3
Perusahaan yang tidak memiliki operating (0) income dan earning after tax positif selama tahun 2011–2014.
(0)
(0)
(0)
(0)
4
Perusahaan yang tidak memiliki (0) (0) kepemilikan institusional dari tahun 2011– 2014. Perusahaan yang tidak membayarkan (104) (82) dividen minimal satu kali untuk setiap tahun penelitian (2011-2014).
(0)
(0)
(0)
(82)
(121) (389)
(49)
(45)
(21)
(150)
24
28
13
81
1 2
5
6
Perusahaan yang tidak memiliki (35) kepemilikan manajerial dari tahun 20112014 Sampel yang dapat digunakan dalam 16 penelitian dari tahun 2011-2014 Sumber : ICMD tahun 2011-2014 4.2 Teknik Analisis
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), deviasi standar, maksimum, minimum, sum, range kurtosis dan skewness (Ghozali 2011:19). Untuk
59
mengetahui karakteristik sampel yang digunakan, dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini: Tabel 4.2
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
INSD
81
.0002
.7393
.071778
.1368703
INST
81
.0386
.9609
.629389
.2014856
DPR
81
.0026
1.1127
.305919
.1881119
AST
81
.0176
1.0000
.300371
.1728853
PROF
81
.0045
.3517
.105957
.0642291
GROWTH
81
-.3366
1.2863
.219202
.1872284
SIZE
81
4.9913
8.3304
6.430245
.7663034
DEBT
81
.1082
5.9638
1.116119
.9305092
Valid N (listwise)
81
Sumber : lampiran 3 (halaman 97) Data diatas jumlah data sebelum dioutlier.
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
INSD
44
.0002
.7000
.075439
.1437336
INST
44
.2207
.9565
.650893
.2070807
DPR
44
.0325
.6495
.321461
.1558786
AST
44
.0458
.8464
.300432
.1689246
PROF
44
.0081
.3517
.122613
.0731459
GROWTH
44
.0180
.4903
.201904
.1197830
SIZE
44
4.9913
8.3304
6.518081
.8756244
DEBT
44
.1082
1.1929
.502080
.2794194
Valid N (listwise)
44
Sumber : lampiran 3 (halaman 97)
60
Data diatas jumlah data setelah di outlier, jumlah data yang dihilangkan berjumlah 37. Dari jumlah awal 81 sampel menjadi 44 sampel yang diolah. 4.3 Uji Data 4.3.1 Uji Normalitas Data Salah satu alat statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas adalah dengan uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual dan uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram maupun grafik P‐P plot. Pengujian dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
TABEL 4.3
Descriptive Statistics N
Skewness
Statistic Unstandardized Residual
44
Valid N (listwise)
44
Statistic .454
Kurtosis
Std. Error .357
Statistic -.205
Std. Error .702
Sumber : lampiran 3 (halaman 98) Pada asumsi normalitas tingkat signifikan 0.05 nilai Z table = 1.96. Dapat dilihat pada Z table nilai kurtosis dan skewness dengan rumus : Zskewness
= 0.454 / √6/44= 0.153 / √0.055 = 1.935
61
Zkurtosis
= (-0.205) / √24/44= (-0.205) / √0.0111 = (-0.615)
Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa nilai tersebut < 1.96. Dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal. Pengujian
melalui
grafik
histogram
dilakukan
dengan
melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Pengujian normalitas melalui grafik histogram untuk variabel dependen DEBT dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut : Gambar 4.1 Uji Normalitas Data dengan Grafik Histogram
Sumber : lampiran 3 (halaman 98) Berdasarkan grafik histogram pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa sebaran data untuk variabel dependen DEBT mendekati garis normal. Hal
62
ini menunjukkan bahwa data penelitian untuk variabel dependen DEBT terdistribusi secara normal. Deteksi yang lain dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik melalui grafik normal P – P plot. Berdasarkan grafik normal P‐ P plot untuk variabel dependen DEBT terlihat titik-titik pada grafik masih menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal. Grafik P‐P plot untuk variabel dependen DEBT dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini : Gambar 4.2 Uji Normalitas Data untuk DEBT sebagai Variabel Dependen dengan Grafik P – P Plot
Sumber : lampiran 3 (halaman 99)
63
Uji Normalitas melalui grafik P‐P Plot untuk variabel DEBT juga menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal karena titiktitik pada grafik masih menyebar disekitar garis diagonal. 4.3.2 Uji Asumsi Klasik 4.3.2.1 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. (Ghozali, 2011:105). Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
64
Tabel 4.4
Coefficients
a
Collinearity Statistics Toleranc Model 1
e
VIF
(Constan t) INSD
.350
2.861
INST
.393
2.546
DPR
.626
1.597
AST
.751
1.332
PROF
.729
1.372
GROWT
.760
1.315
.637
1.571
H SIZE
a. Dependent Variable: DEBT
Sumber: lampiran 3 (halaman 99) Berdasarkan hasil pada Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa nilai VIF (variance inflation factor) dibawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 4.3.2.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model 65
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat menggunakan Durbin Watson Test. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada table 4.5 berikut : Tabel 4.5 UJI AUTOKORELASI
b
Model Summary
Model
R
R Square
1
.836
a
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.699
.641
.1674272
2.340
a. Predictors: (Constant), SIZE, AST, GROWTH, PROF, INST, DPR, INSD b. Dependent Variable: DEBT
Sumber : lampiran 3 (halaman 100) no decision
0
dl 1.189
du 2.015
DW
4-du 1.985
4-dl
4
2.811
Tabel DW, menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2.340 yang berada diantara du = 2.01537 dan 4 - du = 1.98463. Pada gambar diatas, posisi DW diantara 4-du ≤ d ≤ 4-dl yaitu no decision atau belum diputuskan, maka dilakukan run test pada tabel 4.6 berikut:
66
Tabel 4.6
Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
-.01498
Cases < Test Value
22
Cases >= Test Value
22
Total Cases
44
Number of Runs
26
Z
.763
Asymp. Sig. (2-tailed)
.446
a. Median
Sumber : lampiran 3 (halaman 103) Pada tabel run test diatas, nilai unstandardized residual dengan sig diatas 0.05 yaitu dengan nilai 0.446, maka model tersebut tidak terjadi autokorelasi. 4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas Untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali 2011:139). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas).
67
Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Standardize
Model 1
Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
B (Constan
Std. Error .399
.168
INSD
-.219
.152
INST
-.075
DPR
Beta
t
Sig.
2.374
.023
-.334
-1.441
.158
.100
-.164
-.750
.458
-.155
.105
-.257
-1.481
.147
AST
-.089
.088
-.160
-1.010
.319
PROF
-.198
.207
-.153
-.955
.346
.218
.124
.277
1.760
.087
-.024
.019
-.224
-1.303
.201
t)
GROWT H SIZE
a. Dependent Variable: ABS32
Sumber : lampiran 3 (halaman 100) Hasil tabel 4.7 menghasilkan nilai signifikan semua model satu sampai model sembilan variabel diatas nilai kritisnya, yaitu lebih dari 0,05. Jadi kesimpulannya adalah semua variabel terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot dengan dasar pengambilan keputusan. Grafik untuk pengujian heteroskedastisitas untuk model regresi dengan variabel dependen DEBT dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini : 68
Gambar 4.3 Scatterplot
Sumber : lampiran 3 (halaman 101) Melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) pada Gambar 4.3 diketahui tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil tersebut menunjukkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami heteroskedastisitas. Sehingga model regresi layak untuk dipakai karena telah memenuhi uji heteroskedastisitas.
69
4.3.3 Uji Hipotesis 4.3.3.1 Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui kelayakan model, apakah permodelan yang dibangun memenuhi kriteria atau tidak. Model regresi dikatakan baik apabila tingkat probabilitas F-statistik lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung seperti disajikan pada Tabel 4.8 berikut ini : Tabel 4.8 Uji Satistik F
b
ANOVA Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
Regression
2.348
7
.335
Residual
1.009
36
.028
Total
3.357
43
F 11.966
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), SIZE, AST, GROWTH, PROF, INST, DPR, INSD b. Dependent Variable: DEBT
Sumber : lampiran 3 (halaman 101) Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 11.966 dengan probabilitas 0.000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi DEBT atau dapat dikatakan bahwa INSD, INST, DPR, AST, PROF, GROWTH, dan SIZE secara bersama-sama berpengaruh terhadap DEBT.
70
4.3.3.2 Uji t-statistik Pengujian signifikan individual (uji statistik t) digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel dependen kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan Institusional (INST), kebijakan dividen (DPR), struktur aktiva (AST), profitabilitas (PROF), pertumbuhan perusahaan (GROWTH), dan ukuran perusahaan (SIZE)terhadap variabel terikat kebijakan hutang (DEBT) yang dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini : Tabel 4.9 Uji t
Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.606
.332
INSD
-.089
.300
INST
-.716
DPR AST
Beta
T
Sig.
-1.827
.076
-.046
-.296
.769
.197
-.531
-3.641
.001
-.293
.207
-.164
-1.418
.165
.104
.174
.063
.596
.555
-.273
.409
-.071
-.667
.509
GROWTH
.681
.244
.292
2.784
.009
SIZE
.236
.037
.740
6.465
.000
PROF
a. Dependent Variable: DEBT
Sumber : lampiran 3 (halaman 102)
71
Dapat disimpulkan bahwa : 1) Uji Hipotesis antara Kepemilikan Manajerial (INSD) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) (Hipotesis Kesatu). Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial (INSD) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas (0.769) > (0.05) pada Tabel 4.9. Sehingga dapat dijelaskan bahwa kepemilikan manajerial (INSD) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak. 2) Uji Hipotesis antara Kepemilikan Institusional (INST) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) (Hipotesis Kedua). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional (INST) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas (0.001) < (0.05) pada Tabel 4.9. Sehingga dapat dijelaskan bahwa Kepemilikan Institusional (INST) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H2 diterima. 3) Uji Hipotesis antara Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) (Hipotesis Ketiga). Hasil
pengujian menunjukkan bahwa
Kebijakan
Dividen
(DPR)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Hal ini dapat dibuktikan dengan serta nilai probabilitas (0.165) >
72
(0.05) pada Tabel 4.9. Sehingga dapat dijelaskan bahwa Kebijakan Dividen (DPR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak. 4) Uji Hipotesis antara Struktur Aset (AST) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) (Hipotesis Ke-empat). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Struktur Aset (AST) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas (0.555) > (0.05) pada Tabel 4.9. Sehingga dapat dijelaskan bahwa Struktur Aset (AST) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak. 5) Uji Hipotesis antara Profitabilitas (PROF) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) (Hipotesis Kelima). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Profitabilitas (PROF) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas (0.509) > (0.05) pada Tabel 4.9. Sehingga dapat dijelaskan bahwa Profitabilitas (PROF) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak. 6) Uji Hipotesis antara Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) (Hipotesis Ke-enam).
73
Hasil
pengujian
menunjukkan
bahwa
Pertumbuhan
Perusahaan
(GROWTH) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas (0.009) < (0.05) pada Tabel 4.9. Sehingga dapat dijelaskan bahwa Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H6 diterima. 7) Uji Hipotesis antara Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) (Hipotesis Ketujuh). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas (0.000) < (0.05) pada Tabel 4.9. Sehingga dapat dijelaskan bahwa Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan Hutang (DEBT). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H7 diterima. 4.3.3.3 Koefisien Determinasi (r2) Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien
determinasi
adalah
untuk
mengetahui
seberapa
besar
kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan Institusional (INST), kebijakan dividen (DPR), struktur aktiva (AST), profitabilitas (PROF), pertumbuhan perusahaan (GROWTH), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap variabel terikat kebijakan hutang (DEBT). Berdasarkan hasil 74
perhitungan dengan program SPSS diperoleh nilai koefisien determinasi tersaji pada Tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10
b
Model Summary
Model 1
R .836
R Square a
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.699
.641
.1674272
2.340
a. Predictors: (Constant), SIZE, AST, GROWTH, PROF, INST, DPR, INSD b. Dependent Variable: DEBT
Sumber : lampiran 3 (halaman 102) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.641. Hal ini berarti besar variasi variabel kebijakan hutang (DEBT) yang dapat diterangkan oleh variasi variabel kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan Institusional (INST), kebijakan dividen (DPR), struktur aktiva (AST), profitabilitas (PROF), pertumbuhan perusahaan (GROWTH), dan ukuran perusahaan (SIZE) adalah sebesar 64.1% sedang sisanya 35.9% (100 – 64.1%) dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian. 4.3.3.4 Analisis Regresi Hasil analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), kebijakan dividen (DPR), struktur aktiva (AST), profitabilitas
75
(PROF), pertumbuhan perusahaan (GROWTH), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap variabel terikat kebijakan hutang (DEBT) dapat dilihat pada tabel 4.9 diatas. Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 4.9) diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: DEBT = (-0.046) INSD – 0.531 INST – 0.164 DPR + 0.063 AST – 0.071 PROF + 0.292 GROWTH + 0.740 SIZE Pada koefisien regresi SIZE sebesar 0.740 menyatakan bahwa dengan adanya ukuran perusahaan (SIZE) perusahaan dapat mendapatkan hutang dengan pinjaman, jika perusahaan itu dinilai besar oleh kreditur. Koefisien regresi pertumbuhan perusahaan (GROWTH) sebesar 0.292 menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Sedangkan koefisien regresi kepemilikan institusional (INST) sebesar (-0.531) menyatakan bahwa adanya monitoring yang efektif oleh investor institusional menyebabkan penggunaan hutang menurun. 4.4 Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel Unstandardized Coefficients (Tabel 4.9) diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: DEBT = (- 0.606) – 0.089 INSD – 0.716 INST – 0.293 DPR + 0.104 AST – 0.273 PROF + 0.681 GROWTH + 0.236 SIZE
76
4.4.1 Kepemilikan Manajerial (INSD) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) Hasil pengujian hipotesis 1 (H1) menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial (INSD) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Hutang (DEBT). Hasil pembuktian hipotesis ini diperkuat dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014). Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yulius Kurnia Susanto (2011), Revi Maretta,dkk (2015) yang menyatakan Kepemilikan Manajerial (INSD) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Hutang (DEBT). Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan dari kepemilikan saham oleh pihak manajerial akan membuat manajer lebih berhati-hati dalam menggunakan hutang dan meminimalisir risiko yang akan ditimbulkan karena pihak manajer merasa memiliki perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena manajer akan merasakan manfaat langsung dari setiap keputusan yang diambil dan kerugian jika keputusan yang diambil salah. Dengan demikian menurut teori agency semakin tinggi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajer maka hutang yang akan digunakan suatu perusahaan akan semakin rendah.
77
4.4.2 Kepemilikan Institusional (INST) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) Hasil pengujian hipotesis 2 (H2) menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional (INST) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Hutang (DEBT). Semakin tinggi kepemilikan institusional maka keberadaan investor institusional untuk memonitor perilaku manajemen akan semakin efektif. Adanya monitoring yang efektif oleh investor institusional menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring agency cost sudah diambil ahli oleh investor institusional. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional (INST) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rona Mersi Narita (2012), Deny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012) yang menyatakan kepemilikan institusional (INST) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). 4.4.3 Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) Hasil pengujian hipotesis 3 (H3) menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen (DPR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Hutang (DEBT). Pembayaran dividen pada pemegang saham akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, 78
sehingga mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran dividen mirip dengan monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan memperoleh modal baru. Temuan ini mendukung teori pecking order yang mengemukakan bahwa adanya informasi asimetri, yaitu suatu situasi dimana pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan daripada para pemilik modal. Informasi asimetri ini akan mempengaruhi pilihan antara penggunaan dana internal atau dana eksternal dan antara pilihan penambahan hutang baru atau dengan melakukan penerbitan equitas baru. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Deny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012), Ahadiyah Muslida (2013) menyatakan bahwa kebijakan dividen (DPR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Revi Maretta,dkk (2015) yang menyatakan Kebijakan Dividen (DPR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Hutang (DEBT). 4.4.4 Struktur Aktiva (AST) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) Hasil pengujian hipotesis 4 (H4) menunjukkan bahwa Struktur Aktiva (AST) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Aktiva merupakan salah satu jaminan yang bisa menyakinkan
79
pihak lain untuk bisa memberikan pinjaman kepada perusahaan, sehingga perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan lebih mudah memperoleh pinjaman. Perusahaan yang aktiva-nya sesuai dengan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena kreditor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi.K (2012), Ahadiyah Muslida (2013) yang menyatakan bahwa struktur aktiva (AST) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Deny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012) yang menyatakan struktur aktiva (AST) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). 4.4.5 Profitabilitas (PROF) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) Hasil pengujian hipotesis 5 (H5) menunjukkan bahwa Profitabilitas (PROF) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Hutang (DEBT). Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa pendanaan internal lebih disukai oleh perusahaan. Semakin tinggi porsi dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan dan kesempatan investasi yang berasal dari laba ditahan, maka tingkat leverage akan semakin kecil.
80
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muis Fauzi Rambe (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas (PROF) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Rona Mersi Narita (2012), Christine Dwi.K (2012), Ahadiyah Muslida (2013) yang menyatakan profitabilitas (PROF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). 4.4.6 Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) Hasil pengujian hipotesis 6 (H6) menunjukkan bahwa Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka penggunaan hutang untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan akan semakin besar. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Dalam pecking order theory, dinyatakan bahwa perusahaan akan cenderung mengutamakan penggunaan dana internal, tapi jika tidak mencukupi, dana eksternal yang menjadi alternatif pertama adalah hutang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) yang menyatakan bahwa pertumbuhan 81
perusahaan (GROWTH) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). 4.4.7 Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Kebijakan Hutang (DEBT) Hasil pengujian hipotesis 7 (H7) menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT). Besar kecilnya perusahaan sangat berpengaruh terhadap struktur modal, terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman. Perusahaan besar yang telah terdiverivikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersial untuk hutang-hutang yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga yang lebih rendah pada hutangnya. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa pendanaan internal lebih disukai oleh perusahaan. Besarnya ukuran perusahaan juga dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan baik eksternal maupun internal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulius Kurnia Susanto (2011), Deny Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012). Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rona Mersi Narita (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT).
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Setelah mengumpulkan data – data sekunder dari Indonesian Capital Market Directory serta melakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi
berganda melalui SPSS 19 dengan mengambil sampel
perusahaan manufaktur yang bedasarkan metode purposive random sampling, berjumlah 44 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011-2014, maka dapat diambil kesimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSD), kebijakan dividen (DPR), profitabilitas (PROF) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT), dengan demikian hipotesis yang menunjukkan bahwa variabel INSD, DPR, PROF berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang (DEBT), ditolak. Sedangkan pada variabel kepemilikan institusional (INST) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT), dengan demikian hipotesis yang menunjukkan bahwa variabel INST berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang (DEBT), diterima. Pada variabel struktur aktiva (AST) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (DEBT), dengan demikian hipotesis yang menunjukkan bahwa variabel PROF berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang (DEBT), ditolak. Variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan ukuran perusahaan (SIZE)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
83
kebijakan hutang (DEBT), dengan demikian hipotesis yang menunjukkan bahwa variabel GROWTH dan SIZE berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang (DEBT), diterima. 5.2 Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian yaitu dalam menyusun skripsi ini penulis menghadapi kendala yaitu terbatasnya sampel perusahaan akibat memerlukan data proporsi kepemilikan manjerial. Selain itu sampel yang digunakan hanya pada perusahaan manufaktur dengan rentang waktu 2011-2014 dengan jumlah perusahaan sebanyak 44 perusahaan sehingga kesimpulannya tidak akan berlaku pada perusahaan sektor lainnya. 5.3 Implikasi Manajerial Masalah pendanaan merupakan bagian yang sangat penting bagi dunia usaha, karena berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, seperti kreditur, pemegang saham, serta pihak manajemen perusahaan sendiri. Pendanaan dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Pendanaan internal dapat berupa laba di tahan, sedangkan dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan. Perusahaan umumnya menghadapi permasalahan mendasar menyangkut keputusan penting dalam penggunaan sumber pendanaan yang salah dan tidak berhati-hati akan mengakibatkan tingginya Weighted Average Cost of Capital (WACC) dan nantinya akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu,
84
penting bagi perusahaan untuk memiliki sumber pendanaan yang mampu menghasilkan WACC yang paling minimal sehingga dapat mewujudkan tujuan perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri, sedangkan pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan hutang bagi perusahaan. Keputusan pendanaan yang berhubungan dengan penentuan proporsi hutang menjadi penting karena berkaitan dengan kepentingan pemegang saham (pihak principal), tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Oleh karenanya, baik pihak investor maupun pihak kreditur sebaiknya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah pemilihan sumber pendanaan ini. Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan porsi hutangnya, maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan risiko keuangan perusahaan, sebaliknya perusahaan harus memperhatikan masalah pajak. Untuk itu, sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya dengan modal sendiri, tetapi juga disertai penggunaan hutang karena pertimbangan atas manfaat pengurangan pajak yang ditimbulkannya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Astuti dan Maksi. 2014. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 15 No. 02, Januari 2014, Hal. 149-158. Brigham, E F, dan Houston, J F,. 2011. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku Kedua. Edisi Kesebelas. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Dewi, Sischa. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10 No. 1 April 2008, Hal. 47-58. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hardiningsih, Pancawati dan Oktaviani. 2012. Determinasi Kebijakan Hutang (Dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 1, No. 1 Mei 2012, Hal: 11 – 24. Hidayat, Azhari. 2009. Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Husnan, Suad. 1992. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). BPFE. Yogyakarta. Indahningrum dan Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Deviden, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 3 Desember 2009, Hal. 189-207. Jensen, M.C., & Meckling, W.H. 1976. Theory of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, July 1976, No. 3, pp. 305-360. Khoirunisa. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Pertambangan yang Masuk Dalam Daftar Efek Syariah tahun 2008-2012. Skripsi. Mulianti, Fitri. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan. Tesis. 86
Murtiningtyas, Andhika. 2012. Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusioanal, Profitabilias, Resiko Bisnis terhadap Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal, vol. 1 No.2, 2012, Hal : 1-6. Narita, Rona. 2012. Analisis Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal, vol. 1 No.2, 2012, Hal : 1-6. Pithaloka, Nina D. 2009. Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang : Dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Skripsi. Rambe, Muis. 2013. Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 13, No. 01 April 2013, Hal. 85-97. Setiana, E dan Reffina. 2013. Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaa Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Telaah Akuntansi, Volume : 15 No : 01 Juni 2013, Hal 16-33. Setiawan, Cecep J. 2008. Pengaruh Kepemilikan Mnajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Setyawati, Prihandini. 2014. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividen, Struktur Aset dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Skripsi. Sheisarvian, Sudjana, dan Muhammad. 2015. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 22 No. 1 Mei 2015. Silaban, Pasman. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Jurnal Manajemen, Vol. 2, No. 2, September 2013. Sudiyanto, Bambang. 1997. Manajemen Keuangan 1. Penerbit STIE Stikubank. Semarang. Sukirni, Dwi. 2012. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai Perusahaan. Accounting Analysis Journal, vol. 1 No.2, 2012, Hal : 1-12. Susanti, A dan Mayangsari. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non-keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek
87
Indonesia. e-Journal Magister Akuntasi Trisakti Volume. 1 Nomor. 1 Februari 2014, Hal. 29-50. Susanto, Yulius. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijkan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3 Desember 2011, Hal. 195-210. Surya dan Rahayuningsih. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijkana Hutang Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 3, Desember 2012, Hal. 213-225. Susilawati, Agustina dan Se Tin,. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2 Mei 2012. Hal. 178-187. Wihananto. 2009. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Publik. Kajian Akuntansi, Volume 4, Nomor 1, Juni 2009, Hal. 40-52. Yeniatie dan Destriana, N,. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vl.12 No.1. April 2010, Hal. 1-16. Yuniarti, Ahadiyah. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Dividen, Profitabilitas dan Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal, vol. 2 No.4, 2013, Hal : 447-454. http://www.idx.co.id
88
LAMPIRAN
89
LAMPIRAN 1 DESKRIPSI SAMPEL TAHUN 2011 NO
NAMA PERUSAHAAN
emiten AKRA
3
PT AKR CORPORINDO Tbk PT ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk
4
PT ASTRA OTOPARTS Tbk
AUTO
5
PT INDO KORDSA Tbk PT COLORPAK INDONESIATbk
BRAM
GGRM
8
PT GUDANG GARAM Tbk PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk
9
PT INTRACO PENTA Tbk
INDF INTA
10
PT KABELINDO MURNI Tbk
KBLM
11
PT LION METAL WORKS Tbk
LION
12
PT LIONMESH PRIMA Tbk
LMSH
13
LTLS
15
PT LAUTAN LUAS Tbk PT METRODATA ELECTRONICS Tbk PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk
16
PT Mandom Indonesia Tbk.
1 2
6 7
14
ALMI ASII
CLPI
MTDL TBLA TCID
90
TAHUN 2012 NO
NAMA PERUSAHAAN
emiten
PT AKR CORPORINDO Tbk PT ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk
AKRA
AUTO
5
PT ASTRA OTOPARTS Tbk PT SARANACENTRAL BAJATAMA Tbk
6
PT INDO KORDSA Tbk
BRAM
7
PT BERLINA Tbk PT COLORPAK INDONESIATbk
BRNA
CTBN
10
PT CITRA TUBINDO Tbk PT DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk
11
PT GUDANG GARAM Tbk
GGRM
12
IKBI
13
PT SUMI INDO KABEL Tbk PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk
14
PT INDOSPRING Tbk
15 16
PT KABELINDO MURNI Tbk PT RESOURCE ALAM INDONESIA Tbk
INDS KBLM
17
PT LION METAL WORKS Tbk
LION
18
PT LIONMESH PRIMA Tbk
LMSH
19
LTLS
20
PT LAUTAN LUAS Tbk PT METRODATA ELECTRONICS Tbk
21
PT SAT NUSAPERSADA Tbk
PTSN
22
SKLT
23
PT SEKAR LAUT Tbk PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk
24
PT Mandom Indonesia Tbk.
1 2 3 4
8 9
ALMI ASII
BAJA
CLPI
DPNS
INDF
KKGI
MTDL
TBLA TCID
91
TAHUN 2013 NO
NAMA PERUSAHAAN
emiten
1
PT AKR CORPORINDO Tbk
AKRA
2
ALDO
3
PT ALKINDO NARATAMA Tbk PT ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk
4
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk
ALMI ASII
5
PT ASTRA OTOPARTS Tbk
AUTO
6
PT CITRA TUBINDO Tbk
7
PT DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk
CTBN DPNS
8
PT ETERIDO MAHATAMATbk
ETWA
9
PT GUDANG GARAM Tbk
GGRM GJTL
11
PT GAJAH TUNGGAL Tbk PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMURTbk
12
PT SUMI INDO KABEL Tbk
IKBI
13
PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk
INDF
14
PT INDOSPRING Tbk
15
PT RESOURCE ALAM INDONESIA Tbk
INDS KKGI
16
PT LION METAL WORKS Tbk
LION
17
PT LIONMESH PRIMA Tbk
LMSH
18
PT LAUTAN LUAS Tbk
LTLS
19
PT METRODATA ELECTRONICS Tbk
MTDL
20
PT PELAT TIMAH NUSANTARA Tbk
NIKL
21
PT RODA VIVATEX Tbk
RDTX
22
PT SriRejeki Isman Tbk.
SRIL
23
PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk
24
PT Mandom Indonesia Tbk. PT CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL Tbk
TBLA TCID
10
25
ICBP
TPIA TRST
27
PT Trias Sentosa Tbk. PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk
28
PT WISMILAK INTI MAKMUR Tbk
WIIM
26
ULTJ
92
TAHUN 2014 NO
NAMA PERUSAHAAN
emiten
3
PT AKR CORPORINDO Tbk PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk PT ASTRA OTOPARTS Tbk
4
PT INDO KORDSA Tbk
BRAM
5
BRNA
8
PT BERLINA Tbk PT GUDANG GARAM Tbk PT GAJAH TUNGGAL Tbk PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk
9
PT INDOSPRING Tbk
INDS LTLS
1 2
6 7
10 11 12 13
PT LAUTAN LUAS Tbk PT METRODATA ELECTRONICS Tbk PT Mandom Indonesia Tbk. PT UNITED TRACTORS Tbk
AKRA ASII AUTO
GGRM GJTL INDF
MTDL TCID UNTR
93
LAMPIRAN 2
emiten
NO
1
AKRA
3
ALMI ASII
4
AUTO
5
BRAM
6
CLPI
7
GGRM
2
8 9
INDF INTA
10
KBLM
11
LION
12
LMSH
13
LTLS
14
MTDL
16
TBLA TCID
17
AKRA
15
19
ALMI ASII
20
AUTO
21
BAJA
22
BRAM
23
BRNA
24
CLPI
18
26
CTBN DPNS
27
GGRM
28
IKBI
29
INDF
30 31
INDS KBLM
32
KKGI
33
LION
34
LMSH
35
LTLS
36
MTDL
25
INSD
INST
DPR
AST
PROF
GROWTH
SIZE
DEBT
0.0097 0.016 0.0004 0.0007 0.281 0.0731 0.0083 0.0006 0.0353 0.1534 0.0023 0.2561 0.0364 0.1197 0.001 0.0518 0.0057 0.016 0.0002 0.0007 0.7393 0.2777 0.169 0.0678 0.0003 0.0571 0.0092 0.001 0.0002 0.0041 0.1534 0.0033 0.0023 0.2561 0.0364 0.1541
0.5968 0.8383 0.5011 0.9565 0.6582 0.6581 0.7555 0.5007 0.8221 0.7523 0.577 0.3222 0.6303 0.2607 0.5657 0.7378 0.5922 0.8383 0.5013 0.9565 0.0386 0.6582 0.5142 0.6581 0.8092 0.6666 0.7555 0.9306 0.5007 0.881 0.7523 0.6289 0.57 0.3222 0.6303 0.2513
0.375 0.2811 0.4507 0.523 0.25 0.1888 0.3881 0.4993 0.4043 0.1757 0.297 0.0881 0.2224 0.1222 0.0762 0.5303 0.3312 0.4416 0.2703 0.3116 0.3003 0.3612 0.2912 0.2851 0.7137 0.241 0.3783 0.5336 0.4981 0.2769 0.1401 0.3494 0.2437 0.0349 0.1688 0.0867
0.306693 0.338173 0.186652 0.222255 0.375684 0.162179 0.20952 0.240927 0.097546 0.4389 0.050714 0.206266 0.201278 0.104643 0.328066 0.36815 0.269552 0.363976 0.188321 0.234662 0.286544 0.566972 1 0.168838 0.185945 0.058754 0.250289 0.195688 0.266129 0.454173 0.40086 0.342772 0.070183 0.184655 0.264432 0.134322
0.078271 0.053544 0.115553 0.074602 0.07788 0.119128 0.174952 0.127475 0.062871 0.04973 0.164359 0.165141 0.045752 0.109637 0.144683 0.170723 0.073325 0.053014 0.109012 0.053541 0.074758 0.015879 0.251388 0.123777 0.14004 0.099039 0.144719 0.084702 0.115808 0.128355 0.09241 0.336883 0.222682 0.351713 0.066249 0.104448
0.082146 0.19486 0.361294 0.246762 0.06679 0.357957 0.271521 0.136221 1.286323 0.59465 0.203738 0.25344 0.125074 0.36088 0.162557 0.079855 0.400299 0.009986 0.181151 0.275323 0.217986 0.173812 -0.33656 0.174432 0.168292 0.071017 0.061926 0.195971 0.10562 0.460698 0.124404 0.026775 0.185014 0.31146 0.003583 0.30737
6.925202 6.270205 5.188419 6.842873 6.278066 5.572836 7.592051 7.730103 6.57263 5.808181 5.563263 4.99131 6.606413 6.104332 6.627839 6.053411 7.071423 6.27452 5.260725 6.948493 5.914053 6.347664 5.630664 5.642663 6.414271 5.266074 7.618146 5.888902 7.773709 6.221357 5.859103 6.00163 5.636986 5.109065 6.607967 6.220731
1.292596 2.167992 1.034851 0.474568 0.356583 1.432404 0.592148 0.699607 5.963763 1.631136 0.211067 0.713529 3.235775 1.192897 1.640813 0.108242 1.80006 2.200582 1.029461 0.619231 2.191936 0.357541 1.552377 1.211185 0.882347 0.185874 0.560166 0.303169 0.739572 0.464736 1.730697 0.416141 0.16585 0.318103 2.577067 1.373355
94
37
PTSN
38
SKLT
40
TBLA TCID
41
AKRA
42
ALDO
39
44
ALMI ASII
45
AUTO
43
47
CTBN DPNS
48
ETWA
49
GGRM
50
GJTL
51
ICBP
52
IKBI
53
INDF
54 55
INDS KKGI
56
LION
57
LMSH
58
LTLS
59
MTDL
60
NIKL
61
RDTX
62
SRIL
63 64
TBLA TCID
65
TPIA
66
TRST
67
ULTJ
46
69
WIIM AKRA
70
ASII
71
AUTO
72
BRAM
73
BRNA
74
GGRM
75
GJTL
76
INDF
77
INDS
68
0.7 0.0012 0.001 0.0519 0.005 0.1432 0.016 0.0004 0.0007 0.0003 0.0571 0.0775 0.0092 0.0008 0.0002 0.001 0.0002 0.0041 0.0617 0.0024 0.2561 0.0364 0.1541 0.0003 0.0103 0.0005 0.001 0.0519 0.0054 0.019 0.1797 0.4752 0.0048 0.0004 0.0006 0.0385 0.1214 0.0092 0.0008 0.0002 0.0044
0.2207 0.9609 0.5657 0.7378 0.5922 0.5841 0.8383 0.5013 0.9565 0.8092 0.6666 0.4815 0.7555 0.5981 0.50007 0.9306 0.5007 0.881 0.6289 0.57 0.3222 0.6303 0.2513 0.8053 0.8196 0.5607 0.5657 0.7378 0.9493 0.6036 0.4662 0.2248 0.5923 0.5011 0.8 0.8974 0.5142 0.7555 0.5981 0.5007 0.881
0.1231 0.0026 0.0607 0.4933 0.2572 0.0607 0.2358 0.2595 0.366 0.0325 0.1144 0.1996 0.3556 0.1023 0.4845 0.2934 0.2416 0.1276 0.472 0.3213 0.1335 0.5662 0.1164 0.4925 0.1424 0.1201 1.1127 0.4633 0.4171 0.4259 0.1066 0.2998 0.6509 0.4559 0.5308 0.2623 0.2268 0.2867 0.1291 0.4972 0.2849
0.46099 0.40733 0.336638 0.348876 0.288844 0.348999 0.296704 0.17693 0.252262 0.20141 0.045769 0.017625 0.291291 0.417948 0.227785 0.283422 0.294879 0.483326 0.343018 0.121229 0.164477 0.244339 0.036045 0.192831 0.846432 0.545105 0.373642 0.466905 0.517742 0.61085 0.343565 0.177985 0.296798 0.174767 0.229886 0.592272 0.539222 0.325886 0.474444 0.25613 0.546433
0.008065 0.03952 0.095832 0.166527 0.057224 0.125564 0.032898 0.121264 0.053243 0.172464 0.015052 0.086875 0.130978 0.051411 0.130336 0.021525 0.086026 0.01112 0.232882 0.149378 0.127348 0.061429 0.119593 0.024819 0.149821 0.11946 0.079581 0.15409 0.004493 0.036629 0.150516 0.146623 0.071875 0.115884 0.07705 0.077637 0.10021 0.14733 0.024563 0.083882 0.079935
0.152621 0.165741 0.224504 0.115582 0.241409 0.393845 0.462651 0.174024 0.420647 0.295876 0.389307 0.344192 0.223105 0.192774 0.193468 0.06459 0.314928 0.319405 0.317621 0.150107 0.102296 0.117703 0.381748 0.427217 0.282944 0.306758 0.195247 0.162003 0.434577 0.490278 0.161446 0.018024 0.01085 0.10297 0.139744 0.307247 0.185714 0.146746 0.045089 0.100471 0.03922
5.950325 5.397499 6.715799 6.100912 7.165338 5.479257 6.439661 8.330402 7.100979 6.526835 5.408872 6.111165 7.705609 7.18613 7.327716 5.916084 7.892611 6.341735 6.121421 5.697724 5.151364 6.656293 6.361159 6.183735 6.190241 6.747488 6.793257 6.16612 7.369295 6.51334 6.448957 6.089556 7.170024 5.372965 7.157787 6.583652 6.125184 7.765077 7.205283 7.93419 6.358442
95
0.718353 0.928801 1.954 0.150208 1.728455 1.155223 3.186678 1.015237 0.320013 0.816738 0.147452 1.898423 0.725924 1.681533 0.603143 0.197377 1.03509 0.253101 0.446308 0.199103 0.282697 2.259999 1.469079 1.897801 0.350763 1.410322 2.4552 0.239192 1.230079 0.90733 0.395244 0.572915 1.481373 0.961612 0.418719 0.725703 2.641313 0.752117 1.681283 1.08446 0.248506
78
LTLS
79
MTDL
80
TCID
81
UNTR
0.0364 0.221 0.0522 0.0006
0.5503 0.2513 0.7378 0.595
0.1628 0.0625 0.4499 0.6495
0.245621 0.089449 0.034165 0.128924 0.498562 0.137325 0.225984 0.10983
0.030128 6.669184 1.99745 0.192679 6.437683 1.347116 0.264185 6.26793 0.443887 0.051075 7.78026 0.562912
96
Lampiran 3 1. Teknik Analisis
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
INSD
81
.0002
.7393
.071778
.1368703
INST
81
.0386
.9609
.629389
.2014856
DPR
81
.0026
1.1127
.305919
.1881119
AST
81
.0176
1.0000
.300371
.1728853
PROF
81
.0045
.3517
.105957
.0642291
GROWTH
81
-.3366
1.2863
.219202
.1872284
SIZE
81
4.9913
8.3304
6.430245
.7663034
DEBT
81
.1082
5.9638
1.116119
.9305092
Valid N (listwise)
81
Sebelum outlier Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
INSD
44
.0002
.7000
.075439
.1437336
INST
44
.2207
.9565
.650893
.2070807
DPR
44
.0325
.6495
.321461
.1558786
AST
44
.0458
.8464
.300432
.1689246
PROF
44
.0081
.3517
.122613
.0731459
GROWTH
44
.0180
.4903
.201904
.1197830
SIZE
44
4.9913
8.3304
6.518081
.8756244
DEBT
44
.1082
1.1929
.502080
.2794194
Valid N (listwise)
44
Sesudah outlier
97
2. Uji Data -
Uji Normalitas Data
Descriptive Statistics N
Skewness
Statistic Unstandardized Residual
44
Valid N (listwise)
44
Statistic .454
Kurtosis
Std. Error
Statistic
.357
-.205
Std. Error .702
-
Uji Normalitas Data dengan Grafik Histogram
-
Uji Normalitas Data untuk DEBT sebagai Variabel Dependen dengan Grafik P – P Plot
98
3. Uji Asumsi Klasik -
Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Collinearity Statistics Toleran Model 1
ce
VIF
(Consta nt) INSD
.350
2.861
INST
.393
2.546
DPR
.626
1.597
AST
.751
1.332
PROF
.729
1.372
GROWT
.760
1.315
.637
1.571
H SIZE
a. Dependent Variable: DEBT
99
-
Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model 1
R .836
R Square a
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.699
.641
.1674272
2.340
a. Predictors: (Constant), SIZE, AST, GROWTH, PROF, INST, DPR, INSD b. Dependent Variable: DEBT
-
Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Standardiz ed Unstandardized
Coefficient
Collinearity
Coefficients
s
Statistics Toleran
Model 1
B (Consta
Std. Error
.399
.168
INSD
-.219
.152
INST
-.075
DPR
Beta
t
Sig.
ce
VIF
2.374
.023
-.334
-1.441
.158
.350
2.861
.100
-.164
-.750
.458
.393
2.546
-.155
.105
-.257
-1.481
.147
.626
1.597
AST
-.089
.088
-.160
-1.010
.319
.751
1.332
PROF
-.198
.207
-.153
-.955
.346
.729
1.372
.218
.124
.277
1.760
.087
.760
1.315
-.024
.019
-.224
-1.303
.201
.637
1.571
nt)
GROWT H SIZE
a. Dependent Variable: ABS32
100
Scatterplot
4. Uji Hipotesis -
Uji F
b
ANOVA Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
Regression
2.348
7
.335
Residual
1.009
36
.028
Total
3.357
43
F 11.966
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), SIZE, AST, GROWTH, PROF, INST, DPR, INSD b. Dependent Variable: DEBT
101
-
Uji t-statistik
Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.606
.332
INSD
-.089
.300
INST
-.716
DPR AST
Beta
T
Sig.
-1.827
.076
-.046
-.296
.769
.197
-.531
-3.641
.001
-.293
.207
-.164
-1.418
.165
.104
.174
.063
.596
.555
-.273
.409
-.071
-.667
.509
GROWTH
.681
.244
.292
2.784
.009
SIZE
.236
.037
.740
6.465
.000
PROF
a. Dependent Variable: DEBT
-
Koefisien Determinasi (r2)
b
Model Summary
Model 1
R .836
R Square a
.699
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.641
.1674272
2.340
a. Predictors: (Constant), SIZE, AST, GROWTH, PROF, INST, DPR, INSD b. Dependent Variable: DEBT
102
-
Run Test
Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
-.01498
Cases < Test Value
22
Cases >= Test Value
22
Total Cases
44
Number of Runs
26
Z
.763
Asymp. Sig. (2-tailed)
.446
a. Median
103
104
105