FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2016
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Cindy Cinthia Devi NIM: 1113081000061
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2016
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Cindy Cinthia Devi NIM: 1113081000061
Di Bawah Bimbingan Pembimbing
Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA NIDN. 2004 1070 02
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Selasa 11 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiwa:
Nama
: Cindy Cinthia Devi
NIM
: 1113081000061
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi
: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Selasa 11 April 2017
1. Amalia, SE., MSM. NIP.19740821 200901 2 005
2. Lili Supriyadi, MM NIP. 19600505 198903 1 005
(
) Penguji I
.
(
) Penguji II
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Rabu, 23 Agustus 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa Nama
: Cindy Cinthia Devi
NIM
: 1113081000061
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi
: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Agustus 2017 1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP. 1119731221 200501 2 002
2. Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA NIDN. 2004 1070 02
3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB NIP. 19741127 200112 1 002
4. Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA NIDN. 2004 1070 02
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Cindy Cinthia Devi
NIM
: 1113081000061
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi
: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, Agustus 2017 Yang Menyatakan
(Cindy Cinthia Devi) NIM. 1113081000061
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Cindy Cinthia Devi
2. Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 23 Desember 1995
3. Jenis Kelamin
: Perrempuan
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04 Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514
6. No. Telepon
: 0896 5384 5366
7. Email
:
[email protected]
B. PENDIDIKAN 1. SD (2001-2007)
: SD Negeri 03 Cinere
2. SMP (2007-2010)
: SMP Negeri 37 Jakarta
3. SMA (2010-2013)
: SMK Negeri 20 Jakarta
4. S1 (2013-2017)
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. DATA KELUARGA 1. Nama Ayah Kandung
: Hartono Sukardi
Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 24 Juli 1970
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04 Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514
2. Nama Ibu Kandung
: Sriyanti
Tempat & Tanggal Lahir
: Medan, 25 Agustus 1975
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04 Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514
v
D. ORGANISASI 1. Dewan Eksekutif Mahasiswa
Tahun 2015-2016
(Departemen Kesekretariatan) 2. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen
Tahun 2014-2015
(Departemen Penelitian dan Pengembangan) 3. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (Departemen Penelitian dan Pengembangan)
vi
Tahun 2013-2014
ABSTRACT The study aims to analyze the influence of Institutional Ownership, Profitability, Liquidity, Firm Age, Firm Growth and Free Cash Flow to Debt Policy in LQ45 companies period 2014 until 2016. Data’s study is annual financial report of 15 LQ45 companies in Bursa Efek Indonesia (BEI) period 2014 until 2016. The study is using the method of analysis of the regression panel data with a random effect model by using program Eviews 9.0 and Microsoft Excel 2013. The result show that according parcial Institutional Ownership negative significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0079<0,05. Profitability negative significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0002<0,05. Liquidity negative significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0064<0,05. Firm Growth positive significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0001<0,05. Firm Age not influence to Debt Policy with the sig. 0.1035>0.05. Free Cash Flow not influence to Debt Policy with the sig. 0.3196>0.05. The result show that according simultan Institutional Ownership, Profitability, Liquidity, Firm Age, Firm Growth and Free Cash Flow significant influence to Debt Policy with the sig. 0.000000<0.05. Keyword: Debt Policy, Institutional Ownership, Profitability, Liquidity, Firm Age, Firm Growth and Free Cash Flow
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang pada perusahaan LQ45 tahun 2014-2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan 15 Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Penelitian ini menggunakan metode regresi panel data dengan pendekatan model random effect menggunakan program Eviews 9 dan Microsoft Excel 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0,0079 <0.05. Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0,0002<0,05. Likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0,0064<0,05. Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0,0001<0,05. Umur Perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0.1035>0.05. Free Cash Flow tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0.3196>0.05. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Free Cash Flow berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0.000000<0.05. Kata kunci : Kebijakan Hutang, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Free Cash Flow
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hifayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis dan telah memberikan kemudahan dalam kesulitan. 2. Kedua orangtua terutama ibu serta kak Meily, Jimmy dan Davi selaku keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan dorongan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, membimbing dan terus memberikan arahan dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada penulis. 6. Ibu Titi Dewi Warnida, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengalaman belajar dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan di kampus.
ix
8. Seluruh jajaran Staff Tata Usaha, Karyawan, Office Boy, Cleaning Service, Anak Magang dan tenaga kerja lainnya yang berada di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menolong dan membantu segala kebutuhan penulis selama kuliah di kampus. 9. Faiz Khaldun dan keluarga yang telah banyak membantu dan memberi dukungan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini dan senantiasa ada disaat susah dan senang. 10. Allian.She (Riska, Shaumi, Adel) dan Without Him (Kumi, Gita, Irma) yang mau menjadi teman curhat keluh kesah penulis selama kuliah serta indi, makay dan acong dan juga teman – teman manajemen keuangan 2013 yang tidak dapat disebut satu persatu dan telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Segenap keluarga Manajemen yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan pengalaman bagi penulis selama berada di bangku perkuliahan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai tambahan informasi serta pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Agustus 2017 Penulis
Cindy Cinthia Devi
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v ABSTRACK ........................................................................................................ vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................ 13 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 15 A. Landasan Teori ........................................................................................ 15 1.
Kebijakan Hutang ................................................................................ 15
2.
Kepemilikan Institusional .................................................................... 20
3.
Profitabilitas.......................................................................................... 22
4.
Likuiditas .............................................................................................. 23
5.
Umur Perusahaan................................................................................. 25
6.
Pertumbuhan Perusahaan ................................................................... 26
7.
Free Cash Flow ..................................................................................... 27
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen .......... 28 C. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 33 D. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 45 E. Hipotesis .................................................................................................... 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 47 A. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 47 xi
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 47 1.
Populasi ................................................................................................. 47
2.
Sampel ................................................................................................... 48
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 50 D. Metode Analisis Data ............................................................................... 50 1.
Analisis Deskriptif ................................................................................ 51
2.
Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 51
3.
Model Estimasi Regresi Data Panel .................................................... 55
4.
Uji Hipotesis .......................................................................................... 59
5.
Koefisien Determinasi (R²) .................................................................. 63
6.
Koefisien Persamaan Regresi Data Panel .......................................... 64
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 65 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 70 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 70 1.
Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal ......................................... 70
2.
Gambaran Umum Perusahaan LQ45................................................. 73
B. Pengujian dan Pembahasan .................................................................... 83 1.
Deskriptif Variabel Penelitian ............................................................. 83
2.
Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 98
3.
Estimasi Model Data Panel ................................................................ 100
4.
Uji Hipotesis ........................................................................................ 106
5.
Koefisien Determinasi (R2) ................................................................ 111
6.
Analisis Regresi Data Panel ............................................................... 112
7.
Interpretasi .......................................................................................... 115
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 123 A. Kesimpulan ............................................................................................. 123 B. Saran ....................................................................................................... 124 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 126 LAMPIRAN ....................................................................................................... 132
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Rata-rata Kebijakan Hutang (DER), Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Umur Perusahaan (AGE), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free Cash Flow (FCF) pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 – 2016 ............................5 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .........................................................38 Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel ....................................................................49 Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ..................................................................49 Tabel 4.1 Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan .............85 Tabel 4.2 Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan .................................87 Tabel 4.3 Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan ......................................89 Tabel 4.4 Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan..........................91 Tabel 4.5 Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan..............93 Tabel 4.6 Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan ............................95 Tabel 4.7 Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan .............97 Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................................99 Tabel 4.9 Hasil Uji White ....................................................................................99 Tabel 4.10 Hasil Uji LM Test .............................................................................100 Tabel 4.11 Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM)...........................101 Tabel 4.12 Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM) ................................102 Tabel 4.13 Regresi Data Panel Random Effect Model (REM) ............................103 Tabel 4.14 Hasil Uji Chow ..................................................................................105 Tabel 4.15 Hasil Uji Hausman ............................................................................106 Tabel 4.16 Uji T ..................................................................................................107 Tabel 4.17 Uji F ..................................................................................................110 Tabel 4.18 Koefisien Determinasi R2 .................................................................111 Tabel 4.19 Uji Terpilih (Random Effect Model) .................................................112
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Grafik Kinerja Perusahaan LQ45 tahun 2014-2016 ........................5 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................45 Gambar 4.1 Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan .........84 Gambar 4.2 Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan ..............................86 Gambar 4.3 Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan ..................................88 Gambar 4.4 Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan ......................90 Gambar 4.5 Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan ..........92 Gambar 4.6 Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan ........................94 Gambar 4.7 Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan .........96 Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas........................................................................98
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pendanaan dalam sebuah perusahaan adalah salah satu komponen penting dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Dalam mendanai kegiatan operasional perusahaan, manajer keuangan mempunyai peran penting dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kebijakan pendanaan perusahaan haruslah bertujuan untuk memaksimalkan kemakmuran perusahaan. Dalam hal ini kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dan menganalisis sumbersumber dana yang ekonomis guna membiayai kebutuhan dan investasi bagi perusahaan. Terdapat dua macam sumber pendanaan, yaitu modal sendiri dan hutang. Selain mendapatkan dana dari modal sendiri yaitu dengan menggunakan laba ditahan, perusahaan juga dapat mendapatkan sumber dana dari kreditur dengan menggunakan kebijakan hutang. Keputusan pendanaan harus mampu meminimalkan risiko dan biaya agar tujuan utama perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan harus memiliki struktur modal yang optimal. Struktur modal merupakan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri (I Made Sudana, 2011). Teori-teori struktur modal yang sering dikenal ada beberapa diantaranya adalah pecking order theory, trade off theory, signaling theory, agency theory, dan teori lainnya.
1
Berdasarkan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar dari teori ini sangat sederhana, yaitu perusahaan memerlukan dana external jika dana internal yang dimiliki tidak cukup dan sumber dana yang diutamakan adalah hutang bukan saham (Steven dan Lina, 2011). Hirarki dari sumber pendanaan menurut pecking order theory adalah laba di tahan, kemudian hutang dan yang terakhir penerbitan saham. Sedangkan trade off theory lebih cenderung kepada penggunaan modal eksternal atau dengan penambahan hutang. Hutang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sebuah perusahaan. Hutang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kapasitas pendanaan sebuah perusahaan sehingga mampu untuk mendanai kelanjutan suatu perusahaan tersebut. Tetapi pada umumnya hutang digunakan untuk ekspansi perusahaan, mempunyai jumlah yang besar dan waktu yang lama. (Rifai, 2015). Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan maupun merugikan perusahaan. Penggunaan hutang oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh kepercayaan dari pihak kreditur sebagai pemberi pinjaman dana. (Andina, 2013) Keputusan tentang kebijakan hutang digunakan untuk memaksimalkan kemakmuran perusahaan dan juga untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan. Tetapi apabila perusahaan menetapkan kebijakan untuk menggunakan sumber dana dari hutang, berarti leverage keuangan perusahaan akan meningkat dan perusahaan akan menanggung biaya tetap berupa bunga
2
yang harus dibayarkan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dengan menggunakan hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga. Membuat kebijakan hutang perusahaan sangat tidak mudah karena dalam perusahaan terdapat banyak pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda sehingga pembuatan keputusan tidak akan terlepas dari konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan. Konflik keagenan ini biasanya konflik kepentingan antara pemegang saham (stockholder), manajer (manager), dan kreditor (creditor). (Meylani,2016) Masalah kebijakan hutang merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya kebijakan hutang perusahaan akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansialnya. Hal ini sangat mempengaruhi dimana hutang sangat dibutuhkan dalam membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan, di samping sumber daya, mesin dan material sebagai faktor pendukung. Suatu perusahaan pasti membutuhkan modal untuk melakukan ekspansi. Kebijakan hutang dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (DER). Dalam perhitungannya DER dihitung dengan cara total hutang dibagi dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi daripada modal sendirinya besarnya rasio DER berada diatas satu, sehingga dana yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak dari unsur hutang daripada modal sendiri (equity). Oleh karena itu, investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER yang besarnya kurang dari satu, karena jika
3
DER lebih dari satu menunjukkan jumlah hutang yang lebih besar dan resiko perusahaan semakin meningkat. Kenaikan DER pada tingkat tertentu akan meminimalkan biaya modal, tetapi bila penambahan terlalu berlebihan justru berakibat meningkatnya biaya modal. Perusahaan yang termasuk dalam LQ45 merupakan perusahaan yang terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari perusahaan-perusahaan yang tingkat likuiditasnya tinggi. Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan LQ45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan review (awal bulan Februari dan Agustus). Apabila ada perusahaan yang sudah tidak memenuhi kriteria akan diganti dengan perusahaan lain yang memenuhi syarat. Saham-saham perusahaan LQ45 merupakan saham –saham yang paling banyak diminati investor di pasar modal Indonesia, memiliki tingkat likuiditas tinggi serta dijadikan patokan naik turunnya harga saham di Bursa Efek Indonesia. Sehingga perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bersaing untuk masuk dalam perusahaan LQ45. Selain itu perusahaan yang masuk ke dalam LQ45 memiliki sinyal yang positif bagi investor maupun kreditur untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Fenomena pada tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa kinerja LQ45 cenderung meningkat.
4
Gambar 1.1 Grafik Kinerja Perusahaan LQ45 tahun 2014-2016 220 200 180 160 2014
2015
2016
Kinerja
Sumber : Bisnis.com Terlihat dari gambar 1.1 diatas bahwa peningkatan kinerja yang terjadi yaitu pada tahun 2014 sebesar 117,443 triliun, pada tahun 2015 meningkat menjadi 188,929 triliun dan pada tahun 2016 juga mengalami peningkatan sebesar 205,031 triliun (Bisnis.com). Dengan meningkatnya kinerja perusahaan LQ45 maka minat investor terhadap perusahaan akan semakin meningkat. Sehingga perusahaan harus mengambil keputusan yang tepat dalam hal pendanaan khususnya menggunakan hutang agar perusahaan terus berkembang dan bersaing dengan perusahaan lainnya dan semakin diminati oleh para investor baik investor dalam negeri maupun investor asing. Adanya
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kebijakan
hutang
perusahaan menjadi hal yang penting sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan komposisi hutang perusahaan. Ada banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komposisi hutang perusahaan, tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi beberapa faktor yang akan diteliti yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan hutang diantaranya kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow. 5
Besarnya
rata-rata
keenam
variabel
independen
(kepemilikan
institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow), serta variabel dependen (DER) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2014-2016 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Rata-rata Kebijakan Hutang (DER), Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Umur Perusahaan (AGE), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free Cash Flow (FCF) pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 – 2016 Tahun No Variabel 2014 2015 2016 1 Kebijakan Hutang (DER) (x) 0,883 0,900 0,815 2 Kepemilikan Institusional (INST) (%) 59,781 60,248 60,597 3 Profitabilitas (ROA) (%) 10,232 8,394 8,984 4 Likuiditas (CR) (x) 2,714 2,664 2,198 5 Umur Perusahaan (AGE) (Ln) 3,704 3,732 3,759 6 Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) (%) 0,159 0,086 0,074 7 Free Cash Flow (FCF) (Miliar Rp) -6404 -5777 -5057 Sumber: Data Idx yang Diolah DER merupakan rasio perbandingan antar total hutang dengan modal sendiri. Dapat dilihat dari tabel 1.1 DER mengalami fluktuasi dari tahun 2014 yaitu sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada tahun 2015. Tetapi pada tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 0,085 kali sehingga DER menjadi 0,815 kali. Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan membandingkan jumlah kepemilikan saham institusi dengan total saham yang beredar. Kepemilikan institusional yang tinggi mengakibatkan penggunan hutang lebih rendah, karena investor takut akan risiko gagal bayar dan risiko kebankrutan.
6
Sehingga dapat disimpulkan bahwa INST berpengaruh negatif terhadap DER. Apabila INST mengalami kenaikan, maka DER mengalami penurunan begitu pula sebaliknya. Pada tabel 1.1 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara INST terhadap DER. Terlihat adanya peningkatan INST secara konsisten dari tahun 2014-2016. Pada tahun 2014 INST sebesar 59,781% dan mengalami peningkatan sebesar 0,467% pada tahun 2015 menjadi 60,248%. Lalu pada tahun 2016 meningkat sebesar 0,349% menjadi sebesar 60,597%. Peningkatan INST diikuti pula oleh peningkatan DER pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada tahun 2015. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila INST meningkat maka DER menurun. ROA merupakan rasio profitabilitas yang dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Perusahaan lebih mengutamakan pendanaan secara internal daripada eksternal apabila laba laba yang dihasilkan oleh perusahaan tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap DER. Apabila ROA mengalami kenaikan, maka DER mengalami penurunan begitu pula sebaliknya. Pada tabel 1.1 menunjukkan ROA yang berfluktuasi. Pada tahun 2014 sebesar 10,232% dan mengalami penurunan sebesar 1,838% menjadi 8,394%. Dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 sebesar 0,590% menjadi 8,984%. CR merupakan rasio likuiditas yang dihitung dengan membandingkan total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang besar, maka menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
7
memenuhi kewajiban jangka pendek juga besar. Semakin likuid suatu perusahaan maka perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendek, sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CR memiliki pengaruh negatif terhadap DER. Apabila CR mengalami kenaikan, maka DER mengalami penurunan begitu
pula
sebaliknya.
Pada
tabel
1.1
menunjukkan
adanya
ketidakkonsistenan yang terjadi antara CR terhadap DER. Terlihat penurunan CR yang konsisten yaitu sebesar 2,714 kali pada tahun 2014 dan menurun sebesar 0,050 kali menjadi 2,664 kali pada tahun 2015. Pada tahun 2016 juga mengalami penurunan sebesar 0,466 kali menjadi sebesar 2,198 kali. Penurunan CR diikuti pula oleh penurunan DER pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,900 kali dan pada 2016 terjadi penurunan sebesar 0,085 kali sehingga DER menjadi 0,815 kali. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila CR menurun maka DER meningkat. Umur perusahaan dapat dihitung dengan logaritma natural dari tahun observasi dikurangi dengan tahun berdiri perusahaan. Perusahaan yang sudah lama berdiri akan mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari dalam perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa AGE berpengaruh negatif terhadap DER. Apabila AGE mengalami kenaikan, maka DER mengalami penurunan begitu pula sebaliknya. Pada tabel 1.1 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara AGE terhadap DER. Terlihat adanya peningkatan yang konsisten untuk variabel AGE dari
8
2014-2016 yaitu sebesar 3,704 meningkat menjadi 3,732 dan masih mengalami peningkatan menjadi 3,759. Peningkatan AGE diikuti pula oleh peningkatan DER pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada tahun 2015. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila AGE meningkat maka DER menurun. Pertumbuhan perusahaan dihitung dengan mengurangkan total aktiva tahun berjalan dengan total aktiva tahun sebelumnya lalu dibagi dengan total aktiva tahun sebelumnya. Ketika suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Pendanaan ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa GROWTH memiliki pengaruh positif terhadap DER. Semakin tinggi GROWTH, maka semakin tinggi pula nilai DER. Pada tabel 1.1 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara GROWTH terhadap DER. Terlihat adanya penurunan yang konsisten untuk variabel GROWTH yaitu pada tahun 2014 sebesar 0,159% menurun sebesar 0,073% menjadi 0,086% pada tahun 2015. Lalu pada tahun 2016 masih mengalami penurunan sebesar 0,012% menjadi sebesar 0,074%. Penurunan GROWTH diikuti dengan peningkatan DER pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada tahun 2015. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila GROWTH menurun maka DER menurun juga.
9
Variabel terakhir yaitu free cash flow dapat dihitung dengan mengurangkan aliran kas operasi perusahaan pada tahun ini dengan pengeluaran modal perusahaan pada tahun berjalan dan dengan modal kerja bersih perusahaan pada tahun berjalan. Semakin besar free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka akan didistribusikan untuk para pemegang saham sehingga kebijakan hutang yang diambil akan semakin besar pula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa FCF memiliki pengaruh positif terhadap DER. Semakin tinggi FCF, maka semakin tinggi pula nilai DER. Pada tabel 1.1 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara FCF terhadap DER. Terlihat adanya peningkatan yang konsisten pada tahun 2014-2016. pada tahun 2014 sebesar -Rp 6.404.000.000.000 meningkat sebesar Rp 627.000.000.000 pada tahun 2015 menjadi –Rp 5.777.000.000. pada tahun 2016 masih mengalami peningkatan sebesar Rp 720.000.000.000 menjadi -Rp 5.057.000.000.000. Peningkatan FCF diikuti dengan penurunan DER pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,900 kali dan pada 2016 terjadi penurunan sebesar 0,085 kali sehingga DER menjadi 0,815 kali. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila FCF meningkat maka DER meningkat juga. Berdasarkan fenomena dari rasio-rasio keuangan yang masih fluktuatif maka perlu diuji pengaruh dari ketujuh variabel independen (kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow) dalam mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode tahun 2014-2016. Selain fenomena gap yang terjadi, ditemukan pula ketidakkonsistenan hasil dari
10
beberapa
penelitian
terdahulu
mengenai
kepemilikan
institusional,
profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow yang mempengaruhi kebijakan hutang. Penelitian mengenai kepemilikan institusional (INST) menurut Trisnawati (2016), Purnianti dan Putra (2016), dan juga Riki Sanjaya (2014) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian mengenai profitabilitas (ROA) menurut Trisnawati (2016), Sheisarvian dkk. (2015), Natasia dan Wahidahwati (2015), Margaretha (2014), Vatavu (2013), dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan menurut Riki Sanjaya (2015) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Dan hasil yang berbeda ditemukan oleh Akoto dan Vitor (2014) dan juga Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian mengenai likuiditas (CR) menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Vatavu (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan hal yang bertolak belakang diungkapkan oleh Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
11
Serta Akoto dan Vitor (2014) yang mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian mengenai umur perusahaan (AGE) menurut Purnianti dan Putra (2016) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan hal yang bertolak belakang diungkapkan oleh Riki Sanjaya (2014) dan Romagos (2012) yang mengungkapkan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian mengenai pertumbuhan perusahaan (GROWTH) menurut Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Alkhatib (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penemuan yang bertolak belakang ditemukan oleh Margaretha (2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) yang menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Serta menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Riki Sanjaya menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian mengenai free cash flow (FCF) menurut Natasia dan Wahidahwati (2015), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Riki Sanjaya (2014) menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan menurut Trisnawati (2016) menemukan bahwa free cash flow berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Dari beberapa penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil penelitian (research gap) dan terjadi ketidaksesuaian keadaan yang sebenarnya
12
dengan teori yang sudah dijelaskan (research problem) mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan hutang, maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Berdasarkan fenomena gap dan research gap yang diuraikan di atas, maka
penulis
mengambil
judul
penelitian
“Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow secara individual (parsial) terhadap kebijakan hutang perusahaan? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow secara bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan hutang perusahaan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, 13
pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow secara individual (parsial) terhadap kebijakan hutang perusahaan. b. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow secara bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan hutang perusahaan. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan hutang yang akan diambil. b. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan, sehingga dapat membantu pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya pada perusahaan. c. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan informasi dalam pengembangan penelitian yang lebih baik lagi terutama yang berhubungan dengan manajemen keuangan, khususnya mengenai keputusan pendanaan. d. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang merupakan sebuah keputusan yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Karena kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan. Dimana kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal berasal dari pemilik dan para kreditur, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur merupakan hutang perusahaan dan termasuk ke dalam modal eksternal. Hutang mempunyai dua keuntungan. Pertama, bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang. Kedua, pemegang hutang mendapat pengembalian yang tetap, sehingga pemegang saham tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi yang prima. Namun hutang juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, semakin tinggi rasio hutang semakin tinggi pula risiko perusahaan, sehingga suku bunganya mungkin akan lebih tinggi. Kedua, apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba 15
operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang sahamnya harus menutupi kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut jika mereka tidak sanggup. Terlalu banyak hutang akan menghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membuat pemegang saham berpikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya (Moeljadi, 2006). Menurut Jensen dan Meckeling (1976) menyatakan bahwa dengan hutang maka perusahaan akan melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pokok pinjaman. Kebijakan hutang akan memberikan dampak pada pendisiplinan bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang ada, karena dengan hutang yang cukup besar dapat menimbulkan kesulitan keuangan dan atau risiko kebangkrutan. Hutang merupakan salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan dalam memperoleh dana dari pihak eksternal. Beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan hutang yaitu : a. Trade off theory Trade off theory (teori pertukaran) adalah teori yang menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari penggunaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan dari potensi kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2011). Teori ini juga menjelaskan semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Namun, setelah mencapai titik maksimum, penggunaan hutang oleh perusahaan menjadi tidak menarik, karena perusahaan
16
akan menanggung biaya keagenan, kebangkrutan serta biaya bunga yang menyebabkan nilai saham turun. Dengan kata lain trade off theory menyatakan bahwa peningkatan penggunaan hutang akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan namun dengan asumsi penggunaan hutang telah mencapai struktur modal optimal. b. Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori yang menerangkan bahwa perusahaan mempunyai urutan preferensi dalam penggunaan dana dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan penerbitan saham. Pecking order theory menilai bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar dari teori ini sangat sederhana, yaitu perusahaan memrlukan dana external jika dana internal yang dimiliki tidak cukup dan sumber dana yang diutamakan adalah hutang bukan saham (Steven dan Lina ,2011). Brealey, Myer dan Marcus (2008) menjelaskan teori ini menjadi dua hal yaitu: 1) Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirim sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham.
17
2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menggunakan hutang terlebih dahulu dan menerbitkan ekuitas adalah pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbit hutang tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas. c. Signaling theory Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Penggunaan hutang yang tinggi oleh manajer dapat digunakan sebagai sinyal yang baik bahwa perusahaan yakin dengan prospek di masa mendatang. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan
akan
cenderung
untuk
menjual
sahamnya.
Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru
18
berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. d. Agency theory Agency theory membahas mengenai hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara pemilik perusahaan yang menggunakan jasa orang lain atau agen dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Agency theory menimbulkan masalah antara kedua belah pihak yang mempunyai
tujuan
berbeda. Pemegang saham
menghendaki
bertambahnya kekayaan para pemilik modal, sedangkan para manajer menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Hal inilah yang menyebabkan konflik diantara pemilik perusahaan dengan para manajer (Surya dan Rahayuningsih, 2012). Konflik yang terjadi akan memperbesar biaya keagenen, untuk itu konflik dapat diminimalisir dengan cara para pemilik perusahaan mengadakan pengawasan terhadap kinerja para manajer. Atau dapat pula menyejajarkan kepentingan-kepentingan antara kedua belah pihak dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Hal ini dilakukan agar para manajer berhati-hati dalam membuat keputusan, terutama keputusan pendanaan (Murtiningtyas, 2012). Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori tentang biaya agensi yaitu biaya yang berhubungan dengan manajemen pengawasan untuk memastikan bahwa pihak manajemen berprilaku dalam cara yang konsisten kesepakatan kontraktual perusahaan
19
dengan para kreditor serta pemegang saham. Contohnya pemilik hutang, karena mengantisipasi biaya pengawasan dan membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar kemungkinan biaya prngawasan, semakin tinggi biaya bunga dan semakin rendah nilai perusahaan bagi para pemegang sahamnya. (Van Horne & Wachowicz, 2007) 2. Kepemilikan Institusional Menurut Anggraini (2011), kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Surya dan Rahayuningsih (2012) menyatakan institusi dapat memiliki saham mayoritas, disebabkan institusi mempunyai sumber daya yang lebih besar jika dibandingkan dengan
pemegang
saham
lainnya
yang
umumnya
perorangan.
Kepemilikan institusional yang tinggi akan mengakibatkan pihak manajemen berhati-hati dalam menggunakan hutang karena apabila hutang tersebut digunakan untuk membiayai proyek berisiko tinggi, mungkin akan mengakibatkan pemegang saham menjual saham yang dimilikinya. Crutchley, et. al. (1999) dalam Purnianti dan Putra (2016) menyatakan bahwa kepemilikan institusional juga dapat menurunkan biaya agensi, karena dengan adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional menyebabkan penggunaan utang menurun.
20
Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Ada dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings management. Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari laba sekarang. Investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.
21
3. Profitabilitas Menurut Brigham dan Houston (2009), profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang diambil oleh perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba
menggunakan
sumber-sumber
yang
dimiliki
perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan (I Made Sudana,
2011).
Analisis
profitabilitas
menggambarkan
kinerja
fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. (Harmono, 2014). Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dalam kegiatan operasional perusahaan termasuk investasi. Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dapat dilakukan dengan menggunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. (Kasmir, 2010)
22
Menurut Kasmir (2010), rasio profitabilitas memiliki beberapa manfaat bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, antara lain: a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas juga dapat digunakan sebagai bahan analisis bagi penentuan kebijakan periode selanjutnya, karena setiap perubahan yang terjadi akan berpengaruh terhadap pertimbangan pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. 4. Likuiditas Konsep likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah hutang jangka pendek yang umumnya kurang dari satu tahun (Harmono, 2014). Sedangkan Kasmir (2009), mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutangnya yang telah jatuh tempo. Menurut Moeljadi (2006), rasio likuiditas merupakan komponen penting bagi setiap perusahaan karena di dalam perusahaan haruslah
23
mempunyai cadangan kas yang cukup untuk menunjang operasional perusahaan. Likuiditas sendiri merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek atau jangka panjang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menghubungkan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Menurut Harmono (2014), pada prinsipnya tingginya tingkat likuiditas suatu perusahaan maka menunjukkan semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Perhitungan likuiditas perusahaan memberikan manfaat pada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemilik dan manajemen perusahaan untuk menilai kemampuan mereka sendiri. sedangkan dari pihak luar yang juga memiliki kepentingan yaitu kreditur (penyedia dana), pengukuran likuiditas merupakan jaminan untuk memberikan pinjaman selanjutnya (Kasmir, 2009). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, namun jika sebaliknya maka perusahaan tergolong unlikuid. Menurut Brealey, Myer dan Marcus (2008), likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk menjual suatu aset guna mendapatkan kas pada waktu singkat. Ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan adalah current ratio atau rasio lancar. Menurut Brigham dan Houston (2011), rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan
24
sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat. 5. Umur Perusahaan Menurut Purnianti dan Putra (2016), umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama perusahaan beroperasi maka perusahaan akan terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga kepercayaan kreditur pada perusahaan bertambah. Perusahaan akan memanfaatkan pendanaan melalui hutang saat kepercayaan yang tinggi dimiliki perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak eksternal. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama perusahaan beroperasi maka perusahaan akan terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga kepercayaan kreditur pada perusahaan bertambah. Romagos dkk. (2012) mengungkapkan bahwa umur perusahaan didefinisikan jumlah tahun sejak perusahaan didirikan, ini akan dihitung untuk reputasi dari perusahaan publik yang mana berkaitan dengan tingkat dari asimetri informasi yang diasosiasikan perusahaan. Semakin lama berdirinya suatu perusahaan, semakin mampu untuk mengakumulasi dana dan semakin sedikit melakukan pinjaman baik jangka panjang maupun jangka pendek. Selain itu perusahaan yang sudah lama berdiri akan mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari dalam perusahaan. Di sisi lain perusahaan yang sudah lama berdiripun
25
masih membutuhkan hutang jangka panjang untuk pengeluaran yang cukup besar (Riki Sanjaya, 2014). 6. Pertumbuhan Perusahaan Brigham dan Gapenski (1996) dalam Natasia dan Wahidahwati (2015) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung membutuhkan dana dari luar perusahaan yang lebih besar. Pendanaan ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang karena lebih murah dibandingkan harus dengan mengeluarkan saham baru dengan biaya emisi saham baru yang lebih besar daripada biaya hutang. Menurut Rodoni dan Ali (2014) menyatakan pertumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah. Hardiningsih dan Oktaviani (2012) Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan keuntungan/ laba. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian, ketika suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka
26
mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Kenyataan tersebut mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan hutang untuk memenuhi pendanaan tersebut. 7. Free Cash Flow Free cash flow adalah kelebihan kas yang diperlukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif setelah membagi dividen (Jensen, 1976). Menurut Brigham dan Houston (2011), free cash flow menggambarkan seberapa besar kas tersedia untuk dibagikan kepada investor. Perusahaan dengan tingkat free cash flow besar yang memiliki level hutang yang tinggi akan menurunkan agency cost free cash flow. Penurunan tersebut menurunkan sumber-sumber discreationary, khususnya aliran kas dibawah kendali manajemen. Di sisi lain, perusahaan dengan tingkat free cash flow rendah akan mempunyai level hutang yang rendah, sebab perusahaan tidak harus mengandalkan hutang sebagai mekanisme untuk menurunkan agency cost free cash flow. Menurut Ross dkk. (2000) free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Free cash flow menggambarkan kepada investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Sementara bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah masih
27
mempunyai kemampuan dimasa depan dan yang tidak. Pasar akan bereaksi jika terlihat ada free cash flow yang dapat meningkatkan harapan mereka untuk mendapatkan dividen dimasa depan. Jensen mengemukakan bahwa arus kas bebas yang besar dan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk, yang bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Dengan kata lain, manajer memiliki insentif untuk memegang arus kas bebas. Pada suatu perusahaan konflik kepentingan ini terjadi manajemen dan pemegang saham atau stockholder. Konflik kepentingan tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas. Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering digunakan untuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Konflik tersebut dapat disebabkan perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara manajemen lebih memeilih investasi dengan risiko lebih rendah untuk melindungi posisinya (Arthur J Keown dkk, 2000). B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 1. Pengaruh kepemilikan institusi terhadap kebijakan hutang Kepemilikan
institusional
merupakan
kepemilikan
saham
perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Institusi dapat mempunyai saham mayoritas
28
karena institusi memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham perorangan. Kepemilikan institusional yang tinggi mengakibatkan penggunaan hutang dalam perusahaan rendah. Para pemegang saham institusi takut akan risiko gagal bayar hingga risiko kebankrutan, apabila perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Trisnawati (2016), Purnianti dan Putra (2016), dan juga Riki Sanjaya (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. 2. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang Profitabilitas menghasilkan perusahaan,
laba seperti
merupakan menggunakan aktiva,
kemampuan
perusahaan
sumber-sumber
modal,
atau
yang
penjualan
untuk dimiliki
perusahaan.
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dalam kegiatan operasional perusahaan termasuk investasi. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham
29
sebagai pilihan terakhir. Semakin tinggi profit yang diperoleh, maka semakin kecil penggunaan hutang oleh perusahaan. Apabila kebutuhan dana perusahaan belum terpenuhi, perusahaan dapat menggunakan hutang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Trisnawati (2016), Sheisarvian dkk. (2015), Natasia dan Wahidahwati (2015), Margaretha (2014), Vatavu (2013), dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. 3. Pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek. Jadi suatu perusahaan dikatakan likuid jika dapat melunasi seluruh kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo. Likuiditas diproksikan ke dalam rasio lancar (current ratio) yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Perusahaan yang menjalankan operasinya membutuhkan dana yang sangat besar. Kebutuhan dana tersebut tidak dapat sepenuhnya didapat dari modal sendiri. Oleh karena itu, perusahaan melakukan pinjaman dana ke pihak lain. Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang besar, maka menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga besar. Semakin likuid suatu perusahaan maka perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendek,
30
sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Vatavu (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. 4. Pengaruh umur perusahaan terhadap kebijakan hutang Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama perusahaan beroperasi maka perusahaan akan terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga kepercayaan kreditur pada perusahaan bertambah. Perusahaan akan memanfaatkan pendanaan melalui hutang saat kepercayaan yang tinggi dimiliki perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak eksternal. Perusahaan yang sudah lama berdiripun masih membutuhkan hutang jangka panjang untuk pengeluaran yang cukup besar. Tetapi perusahaan yang sudah lama berdiri juga akan mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari dalam perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Purnianti dan Putra (2016) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. 5. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang Pertumbuhan
perusahaan
merupakan
gambaran
bagaimana
perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Ketika suatu perusahaan memiliki tingkat
31
pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Pendanaan ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang karena lebih murah dibandingkan harus dengan mengeluarkan saham baru dengan biaya emisi saham baru yang lebih besar daripada biaya hutang. Kenyataan tersebut mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan hutang untuk memenuhi pendanaan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Alkhatib (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan Margaretha (2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. 6. Pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Semakin besar free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka akan didistribusikan untuk para pemegang saham sehingga kebijakan hutang yang diambil akan semakin besar pula. Perusahaan dengan free cash flow yang semakin besar yang memiliki tingkat hutang yang tinggi dapat menurunkan agency cost of free cash flow dan penurunan tersebut akan menurunkan sumber-sumber discretionary khususnya aliran kas dibawah kendali manajemen. Hal ini
32
sesuai dengan hasil penelitian oleh Natasia dan Wahidahwati (2015), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Riki Sanjaya (2014) menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. C. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Ita Trisnawati (2016) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan pada tahun 2009-2011 dengan sampel 53 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kebijakan dividen, free cash flow, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Purnianti dan I Wayan Putra (2016) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Non Keuangan. Penelitian dilakukan pada tahun 2011-2013 dengan sampel 126 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan institusional dan umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
33
kebijakan hutang. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Revi Maretta Sheisarvian, Nengah Sudjana, dan Muhammad Saifi (2015) dengan judul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Periode 2010-2012). Penelitian dilakukan pada tahun 2010-2012 dengan sampel sebanyak 13 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kebijakan dividen dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Weka Natasia dan Wahidahwati (2015) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada tahun 2009-2013 dengan sampel sebanyak 83 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah free cash flow dan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial, profitabilitas, laba ditahan dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan
34
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Richard Kofi Akoto dan Dadson Awunyo-Vitor (2014) dengan judul What Determines the Debt Policy of Listed Manufacturing Firms in Ghana? Penelitian dilakukan pada tahun 2000-2009 dengan sampel seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Ghana Stock Exchange. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan, likuiditas, struktur aktiva dan kesempatan bertumbuh berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan profitabilitas dan struktur aset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Farah Margaretha (2014) dengan judul Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company. Penelitian dilakukan pada tahun 2007-2011 dengan sampel seluruh perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan dan pajak berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Non Debt Tax Shield berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
35
Penelitian yang dilakukan oleh Mudrika Alamsyah Hasan (2014) dengan judul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow dan Ukuran perusahaan terhadap Kebijakan Utang (Studi pada Perusahaan-Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI). Penelitian dilakukan pada tahun 2009-2011 dengan sampel sebanyak 37 perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) dengan judul Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Penelitian dilakukan pada tahun 2012 ddengan sampel penelitian sebanyak 55 perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan institusional dan aset tetap berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, umur perusahaan dan kredit karbon berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool (2013) dengan judul Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms
36
Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory. Penelitian dilakukan pada tahun 2005-2010 dengan sampel penelitian sebanyak 22 perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Karachi Stock Exchange Pakistan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage, struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap leverage. Sedangkan profitabilitas, pajak dan non-debt tax shield berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap leverage. Dan risiko bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap leverage. Penelitian yang dilakukan oleh Sorana Vatavu (2013) dengan judul Determinants of Corporate Debt Ratios: Evidence from Manufacturing Companies Listed on the Bucharest Stock Exchange. Penelitian dilakukan pada tahun 2003-2012 dengan sampel penelitian sebanyak 196 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bucharest Stock Exchange. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini adalah struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap debt ratio. Pajak dan suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap debt ratio. Sedangkan risiko bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap debt ratio.
37
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1.
2.
Peneliti (Tahun) Ita Trisnawa ti (2016)
Judul Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaru hi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Ni Komang Ayu Purnianti dan I Wayan Putra (2016)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaru hi Kebijakan Utang Perusahaan Non Keuangan
Metode
Perbedaan
Hasil
Analisis Regresi Linier Berganda
Tidak menggunakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 20092011, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, ukuran perusahaan dan struktur aset, menjadi variabel likuiditas dan umur perusahaan. Tidak menggunakan analisis regresi linier berganda, tetapi menggunakan analisis regresi data panel. Tidak menggunakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 20112013, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di
Kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kebijakan dividen, free cash flow, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Analisis Regresi Linier Berganda
Kepemilikan institusional dan umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. 38
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode
Perbedaan
3.
Revi Maretta Sheisarvi an, Nengah Sudjana, dan Muham mad Saifi (2015)
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Periode 2010-2012)
Analisis Regresi Linier Berganda
BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan menjadi variabel profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow. Tidak menggunakan analisis regresi linier berganda, tetapi menggunakan analisis regresi data panel. Tidak menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20102012, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen menjadi variabel kepemilikan institusional, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan
Hasil Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kepemilikan manajerial, kebijakan dividen dan profitabilitas berpengarruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.
39
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode
Perbedaan
4.
Weka Natasia dan Wahidah wati (2015)
Faktor-Faktor yang Mempengaru hi Kebijakan Hutang Perusahaan yang Terdaftar di BEI
Analisis Regresi Linier Berganda
5.
Richard Kofi Akoto dan Dadson Awunyo-
What Determines the Debt Policy of Listed Manufacturin
Analisis Regresi Data Panel
perusahaan, dan free cash flow. Tidak menggunakan analisis regresi linier berganda, tetapi menggunakan analisis regresi data panel. Tidak menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20102013, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen kepemilikan manajerial, struktur aktiva dan laba ditahan menjadi variabel free cash flow. Tidak menggunakan analisis regresi linier berganda, tetapi menggunakan analisis regresi data panel. Tidak menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Ghana periode 2000-
Hasil
Free cash flow dan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial, profitabilitas, laba ditahan dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ukuran perusahaan, likuiditas, struktur aktiva dan kesempatan bertumbuh 40
No
Peneliti (Tahun) Vitor (2014)
Judul Penelitian g Firms in Ghana?
Metode
Perbedaan
6.
Farah Margaret ha (2014)
Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company
Analisis Regresi Linier Berganda
2009, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen struktur aktiva dan ukuran perusahaan menjadi variabel kepemilikan institusional, umur perusahaan, dan free cash flow. Tidak menggunakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 20072011, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen struktur aktiva, ukuran perusahaan, pajak dan Non Debt Tax Shield menjadi variabel kepemilikan institusional, likuiditas, umur perusahaan, dan free cash flow. Tidak menggunakan analisis regresi linier berganda, tetapi
Hasil berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan profitabilitas dan struktur aktiva berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan dan pajak berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Non Debt Tax Shield berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
41
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode
7.
Mudrika Alamsya h Hasan (2014)
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow dan Ukuran perusahaan terhadap Kebijakan Utang (Studi pada PerusahaanPerusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI)
Analisis Regresi Linier Berganda
8.
Riki Sanjaya (2014)
VariabelVariabel yang Mempengaru hi Kebijakan Hutang
Analisis Regresi Linier Berganda
Perbedaan menggunakan analisis regresi data panel. Tidak menggunakan perusahaan kimia yang terdaftar di BEI periode 20092011, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan menjadi variabel profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow Tidak menggunakan analisis regresi linier berganda, tetapi menggunakan analisis regresi data panel. Tidak menggunakan perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI periode 2012, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di
Hasil
Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kepemilikan institusional dan aset tetap berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan 42
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode
Perbedaan
9.
Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool (2013)
Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory
Analisis Regresi Linier Berganda
BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen aset tetap, kredit karbon dan ukuran perusahaan menjadi variabel likuiditas. Tidak menggunakan analisis regresi linier berganda, tetapi menggunakan analisis regresi data panel. Tidak menggunakan perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di KSE periode 20052010, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen ukuran perusahaan, struktur aktiva, pajak, Non Debt Tax Shield, dan risiko bisnis menjadi variabel kepemilikan institusional, likuiditas, umur perusahaan, dan free cash flow. Tidak menggunakan
Hasil hutang. Sedangkan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, umur perusahaan dan kredit karbon berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitbilitas berpengarruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage, struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap leverage. Sedangkan profitabilitas, pajak dan non-debt tax shield berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap leverage. Dan risiko bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap leverage.
43
No
10.
Peneliti (Tahun)
Sorana Vatavu (2013)
Judul Penelitian
Determinants of Corporate Debt Ratios: Evidence from Manufacturin g Companies Listed on the Bucharest Stock Exchange
Metode
Perbedaan
analisis regresi linier berganda, tetapi menggunakan analisis regresi data panel. Analisis Tidak Regresi menggunakan Data Panel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BSE periode 20032012, tetapi menggunakan perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 20142016. Mengganti variabel independen struktur aktiva, ukuran perusahaan, pajak, suku bunga, dan risiko bisnis menjadi variabel kepemilikan institusional, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow.
Hasil
Struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap debt ratio. Pajak dan suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap debt ratio. Sedangkan risiko bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap debt ratio.
44
D. Kerangka Pemikiran Dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, maka susunan kerangka berpikir teoritis yang dibangun adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Laporan Keuangan BEI
Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Uji Asumsi Klasik
Metode Estimasi Panel Data
Common Effect
Fixed Effect
Random Effect
Pemilihan Model Regresi Panel Data
Uji Hausman
Uji Chow
Uji Statistik
Uji t
Uji f
Adjusted R2
Interprestasi
45
E. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Parsial H0 : bi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang perusahaan. Ha : bi ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang perusahaan. 2. Simultan H0 : b1–b6 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang perusahaan. Ha : b1–b6 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang perusahaan.
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan selama penelitian yaitu laporan keuangan perusahaan LQ45 periode 2014-2016. Data-data yang digunakan untuk keperluan analisis adalah data sekunder dalam laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh BEI (Bursa Efek Indonesia). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kepemilikan institusional, data profitabilitas, data likuiditas, data umur perusahaan, data pertumbuhan perusahaan, data free cash flow, serta data kebijakan hutang perusahaan.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20142016.
47
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan yang masuk daftar LQ45 selama tahun 2014-2016 berturut-turut di Bursa Efek Indonesia. b. Perusahaan LQ45 yang menerbitkan laporan keuangan selama periode tahun 2014-2016. c. Perusahaan LQ45 yang menyajikan laporan keuangan dalam satuan rupiah (Rp) tidak dalam bentuk satuan mata uang asing. d. Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun 2014-2016. e. Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Berdasarkan pemilihan kriteria sampel tersebut, maka pada penelitian ini sampel perusahaan LQ45 yang memenuhi kriteria berjumlah 15 perusahaan. Untuk proses pemilihan sampel secaa lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
48
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel No Keterangan Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Perusahaan yang tidak masuk daftar LQ45 selama 1 tahun 2014-2016 berturut-turut di Bursa Efek Indonesia Perusahaan LQ45 yang tidak menerbitkan laporan 2 keuangan selama periode tahun 2014-2016 Perusahaan LQ45 yang tidak menyajikan laporan 3 keuangan dalam satuan rupiah (Rp) tidak dalam bentuk satuan mata uang asing Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun 4 2014-2016 Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang 5 lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Jumlah Sampel Tahun Penelitian Jumlah Observasi Penelitian Sumber: Data Idx yang Diolah
Jumlah 45 (16) (3) (2) (1) (8) 15 3 45
Dalam penelitian ini jumlah perusahaan LQ45 yang memenuhi kriteria berjumlah 15 perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.2 sebagai berikut:
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan Kode Perusahaan Nama Perusahaan AKRA AKR Corporindo Tbk. ASII Astra International Tbk. ASRI Alam Sutera Realty Tbk. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. GGRM Gudang Garam Tbk. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk. JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. KLBF Kalbe Farma Tbk. LPKR Lippo Karawaci Tbk. MNCN Media Nusantara Citra Tbk.
49
13.
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 14. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 15. UNTR United Tractors Tbk. Sumber: Data Idx yang Diolah C. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Studi Kepustakaan, yaitu memperoleh berbagai data dari buku-buku, jurnal-jurnal yang dipublikasikan, maupun literatur yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau data yang telah tersedia. Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan dioleh sendiri data yang sudah tersedia. Data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (idx.co.id).
D. Metode Analisis Data Analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel. Menurut Suliyanto (2011), yang dimaksud dengan analisis regresi data panel adalah regresi yang menggunakan data panel atau pool data yang merupakan kombinasi dari data time series dan data cross section. Penulis menggunakan software Eviews 9.0 dan Microsoft Excel 2013 sebagai bantuan dalam melakukan analisis data.
50
1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskn variabel yang diteliti berupa angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan, dimana dalam penelitian ini terdiri dari mean, standar deviasi, minimum dan maksimum. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi dependen
variabel,
independen
variabel
ataupun
keduanya
mempunyai distribusi yang normal atau tidak (Ghozali, 2009). Sementara itu Suliyanto (2011) mengatakan bahwa uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Dalam melakukan uji normalitas, terdapat beberapa metode yaitu uji normalitas dengan analisis grafik, uji normalitas dengan metode signifikansi Skewness dan Kurtois, uji normalitas dengan JarqueBera (JB Test) dan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas metode signifikansi Skewness dan Kurtois. Adapun persamaan uji normalitas dapat ditulis sebagai berikut:
51
keterangan: N
: Banyaknya data
Sk
: Skewness (kemencengan)
K
:Kurtosis (peruncingan)
dengan:
b. Uji Multikolinieritas Menurut Suliyanto (2011), multikolinearitas merupakan peristiwa dimana terjadi linier yang mendekat sempurna antar dua variable bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atauu sempurna diantara variable bebas atau tidak. menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Adanya multikolinieritas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat dideteksi dengan beberapa cara, salah satunya yaitu Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Dalam penelitian ini
52
menggunakan uji multikolinieritas metode Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) dimana nilai batas korelasi antar variabel independen tidak lebih dari 0.90. (Ghozali, 2013) Adapun persamaan uji multikolinearitas sebagai berikut:
𝑉𝐼𝐹 =
1 (1−𝑅12 )
c. Uji Heteroskedastisitas Menurut Suliyanto (2011), heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut
heteroskedastisitas.
Data
yang
baik
yaitu
homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual (Ghozali, 2009).
Ada
dua
cara
untuk
mendeteksi
ada
tidaknya
heteroskedastisitas yaitu metode grafik dan metode statistik. Metode grafik relatif lebih mudah dilakukan namun memiliki kelemahan yang cukup
signifikan
karena
jumlah
pengamatan
mempengaruhi
tampilannya. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik plots. Sementara itu, metode statistik memiliki beberapa cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas diantaranya yaitu Glesjer, White, Breusch-Pagan-Godfrey, Harvey, Park. Dalam penelitian ini, cara yang digunakan dalam mendeteksi
53
heteroskedastisitas adalah metode statistik cara Uji White. Adapun persamaan deteksi heteroskedastisitas dengan Uji White dapat ditulis sebagai berikut:
𝑌𝑖 = 𝐵1 + 𝐵2𝑋2𝑖 + 𝐵3𝑋3 + µ𝑖 d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data rentet waktu (time series) karena “gangguan” pada seorang individu kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2013). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi diantaranya yaitu metode Durbin-Watson (DW test), metode Lagrange Multiplier (LM test), metode Breusch-Godfrey (B-G test) dan metode Run Test. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM test)
54
untuk mendeteksi autokorelasi. Adapun rumus uji autokorelasi secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑦 = 𝛽0 + 𝛽1𝑥 + 𝑢 Sementara itu, untuk deteksi autokorelasi dengan uji Lagrange Multiplier (LM test) dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
𝐿𝑀 = (𝑛 – 𝑞)𝑅2𝑢 3. Model Estimasi Regresi Data Panel Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis regresi panel data. Regresi panel data merupakan penelitian yang menggabungkan antara cross section (data silang) dengan time series (runtut waktu). Dalam menganalisis data menggunakan metode analisis regresi data panel, diawali dengan melakukan pooling data dalam bentuk workfile. Berikut ini langkah-langkah dalam estaimasi model regresi panel data, diataranya yaitu: (Ghozali, 2013) a. Model dengan Semua Koefisien Konstan terhadap Waktu dan Individu (Common Effect) Model seperti ini dikatakan sebagai model paling sederhana, dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan ruang yang dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk mengestimasi dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS (Ordinary Least Square). sehingga sering disebut pooled OLS atau common OLS model.
55
Bila kita punya asumsi bahwa α dan ß akan sama (konstan) untuk setiap data time series dan cross section, maka α dan ß dapat diestimasi dengan model berikut: (Suliyanto, 2011)
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + 𝜀𝑖 Keterangan : i : unit cross section t : periode waktu b. Koefisien Slope Konstan tetapi Intersep Bervariasi Antar Individu (Fixed Effect Model) Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas” setiap perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan membuat intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap berasumsi bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan. Model regresinya sebagai berikut: (Suliyanto, 2011)
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4D1i + β5D2i +...+ Ɛit Keterangan : i : unit cross section t : periode waktu Istilah Fixed Effect menunjukkan walaupun intersep mungkin berbeda untuk setiap individu tetapi intersep setiap individu tersebut tidak bervariasi terhadap waktu (time invariant). Dalam model ini juga disumsikan bahwa koefisien slope tidak bervariasi baik terhadap
56
individu maupun waktu (konstan). Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut. c. Model Efek Random (Random Effect) Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar-individu dan atau waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random, perbedaam tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Model persamaan regresinya sebagai berikut: (Suliyanto, 2011)
Yit = α + α1DX1 it + α2DX2 it + α3DX3 it + α4DX4 it + α5DX5 it + ß1X1 it ß2X2 it + γ1 (X1) + γ2 (X2) + γ3 (X3) + γ4 (X4) + γ5 + µit Keterangan : i : unit cross section t : periode waktu d. Uji Chow Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara model Common Effect dengan Fixed Effect Model. Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut: H0
: Common Effect Model (CEM)
Ha
: Fixed Effect Model (FEM)
57
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi (5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0. Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F-statistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut:
𝐶ℎ𝑜𝑤 =
= (𝑅𝑅𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆) / (𝑁−1) (𝑈𝑅𝑆𝑆)/ (𝑁𝑇−𝑁−𝐾)
keterangan: RRSS : Restricted Residual Sum Square ( diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least square ). URSS : Unrestricted Residual Sum Square ( diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect ). N
: Jumlah data cross section
T
: Jumlah data time series
K
: Jumlah Variabel bebas
e. Uji Hausman Uji Hausman bertujuan untuk memilih antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Crosssection random. Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah sebagai berikut: H0
: Random Effect Model (REM)
Ha
: Fixed Effect Model (FEM)
58
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0. Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai berikut:
H=(βRE - βFE)1 (ΣFE – ΣRE)-1 (βRE – βFE) keterangan: βRE
: Random Effect Estimator
βFE
: Fixed Effect Estimator
ΣFE
: Matriks Kovarians Fixed Effect
ΣRE
: Matriks Kovarians Random Effect
4. Uji Hipotesis a. Uji T (Parsial) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel dependen. (Ghozali, 2009) Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%, jika nilai thitung > ttabel maka secara satu persatu variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara
59
satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah penolakan H yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah. Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat berdasarkan uji hipotesis dengan membandingkan t hitung dengan ttabel. Apabila - t hitung < - ttabel atau t hitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh siginifikan. Apabila thitung ≤ ttabel atau thitung ≥ ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Selain
60
itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. (Purwanto, 2009:88-89) Adapun persamaan uji t dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑡𝑖 =
𝑏𝑗 𝑆𝑏𝑗
keterangan: ti
: Nilai t hitung
bj
: Koefisien
Sbj
: Kesalahan baku koefisien regresi
regresi
Dimana:
Sbj =
𝑆𝑒 2 𝐷𝑒𝑡 {𝐴}
(𝐾𝑖𝑖)
keterangan: Sbj
: Kesalahan
baku koefisien regresi
Se
: Kesalahan baku estimasi
Det [A] : Determinasi Maktriks A Kii
: Kofaktor Matriks A
dimana:
Se
Σ(Y− Ỹ)² n−k
61
keterangan: Se
: Kesalahan baku estimasi
(Y - Ỹ)2 : Kuadrat selisih nilai Y riil dnegan nilai Y prediksi n
: ukuran sampel
k
: Jumlah variabel yang diamati
b. Uji F (Simultan) Uji f digunakan bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen (X) secara simultan bersama-sama pempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan munggunakan tingkat signifikansi sebesar 5%. Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
62
2) Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara varibel independen terhadap variabel dependen. Adapun persamaan uji signifikansi simultan dapat ditulis sebagai berikut:
.
Keterangan: F
: Nilai F hitung
R2
: koefisien determinasi
n
: jumlah cross section
T
: jumlah time series
K
: jumlah variabel independen
5. Koefisien Determinasi (R²) Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Adapun persamaan koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑅2 =
𝐸𝑆𝑆 𝑇𝑆𝑆 63
keterangan: R2
: koefisien determinasi
ESS : Explained Sum of Square TSS : Total Sum of Square 6. Koefisien Persamaan Regresi Data Panel Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besarnya keterikatan dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya. (Santoso, 2010) Variabel-variabel yang terdiri dari variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Variabel terikat terdiri dari satu variabel, yaitu Kebijakan Hutang (DER), dan variabel bebas yang terdiri dari Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Umur Perusahaan (AGE), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free Cash Flow (FCF). Dari variabel-variabel tersebut akan diteliti suatu analisa apakah adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam analisis regresi panel data. 𝒀𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑿𝟏𝒊𝒕 + 𝜷𝟐 𝑿𝟐𝒊𝒕 + 𝜷𝟑 𝑿𝟑𝒊𝒕 + 𝜷𝟒 𝑿𝟒𝒊𝒕 + 𝜷𝟓 𝑿𝟓𝒊𝒕 + 𝜷𝟔 𝑿𝟔𝒊𝒕 + 𝒆
keterangan: α
: Konstanta
Yit
: Kebijakan Hutang (DER)
β0 -β6 : Koefisien Regresi 𝑿𝟏𝒊𝒕 : Kepemilikan Institusional (INST) 𝑿𝟐𝒊𝒕 : Profitabilitas (ROA) 64
𝑿𝟑𝒊𝒕 : Likuiditas (CR) 𝑿𝟒𝒊𝒕 : Umur Perusahaan (AGE) 𝑿𝟓𝒊𝒕
: Pertumbuhan
𝑿𝟔𝒊𝒕
: Free
𝒆
: Error Term
Perusahaan (GROWTH)
Cash Flow (FCF)
E. Operasional Variabel Penelitian Berikut peneliti sajikan rumus-rumus mengenai perhitungan dari variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini, baik variabel independen dan variabel dependen. Dimana variabel independen terdiri dari kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow. Sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan hutang. 1. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh pembiayaan bagi perusahaan, sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan (Moeljadi, 2006). Kebijakan hutang diberi simbol DER. Pada penelitian ini kebijakan hutang diprokasikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio ini menunjukkan perbandingan antara total hutang dengan total
ekuitas/total
modal sendiri. Rumus DER
menggunakan skala rasio. Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐷𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 65
2. Kepemilikan Institusional Kepemilikan
institusional
merupakan
kepemilikan
saham
perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain) (Anggraini, 2011). Kepemilikan institusional diberi simbol INST. Untuk menghitung kepemilikan institusional memakai rumus perbandingan antara jumlah saham institusional dengan total saham yang beredar. Skala yang digunakan dalam rumus ini adalah skala rasio. Kepemilikan institusional dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐼𝑁𝑆𝑇 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
3. Profitabilitas Profitabilitas menghasilkan perusahaan,
laba seperti
merupakan menggunakan aktiva,
kemampuan
perusahaan
sumber-sumber
modal,
atau
yang
penjualan
untuk dimiliki
perusahaan.
Profitabilitas diberi simbol ROA. Profitabilitas pada penelitian ini akan diukur melalui Return on Asset (ROA) yang dihitung dengan membandingkan antara laba operasional setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Rumus ini menggunakan skala rasio. Return on Asset dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐴 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
66
4. Likuiditas Likuiditas secara umum dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo (Kasmir, 2010). Likuiditas diberi simbol CR. Likuiditas pada penelitian ini akan diukur melalui Current Ratio (CR) yang dihitung dengan membandingkan antara total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Rumus ini menggunakan skala rasio. Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐶𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
5. Umur Perusahaan Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya (Purnianti dan Putra, 2016). Umur perusahaan diberi simbol AGE. Umur perusahaan pada penelitian ini dihitung dengan pengurangan logaritma natural antara tahun observasi dengan tahun berdiri perusahaan. Rumus ini menggunakan skala rasio. Umur perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐴𝐺𝐸 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 − 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑑𝑖𝑟𝑖)
6. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan
perusahaan
merupakan
gambaran
bagaimana
perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan
67
dengan periode sebelumnya (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). Pertumbuhan perusahaan diberi simbol GROWTH. Pertumbuhan perusahaan dihitung dengan mengurangkan total aktiva tahun berjalan dengan total aktiva tahun sebelumnya lalu dibagi dengan total aktiva tahun sebelumnya. Rumus ini menggunakan skala rasio. Pertumbuhan perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡−1 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡−1
7. Free Cash Flow Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap (Ross dkk, 2000). Free cash flow diberi simbol FCF. Rumus FCF menggunakan skala rasio. Free cash flow dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐹𝐶𝐹𝒊𝒕 = 𝐴𝐾𝑂𝒊𝒕 − 𝑃𝑀𝒊𝒕 − 𝑁𝑊𝐶𝒊𝒕
Keterangan: 𝐹𝐶𝐹𝒊𝒕 = Free Cash Flow 𝐴𝐾𝑂𝒊𝒕 = Aliran Kas Operasi Perusahaan i pada tahun t 𝑃𝑀𝒊𝒕
= Pengeluaran Modal Perusahaan i pada tahun t
𝑁𝑊𝐶𝒊𝒕 = Modal Kerja Bersih Perusahaan i pada tahun t 68
a. Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal
revenue producing
aktivities) dan bukan aktivitas lain yang bukan aktivitas pendanaan. b. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada aset tetap yaitu aset tetap bersih akhir periode dikurang dengan aset tetap bersih awal periode. c. Modal Kerja (Net Working Capital), adalah selisih antara aset lancar dengan hutang lancar di tahun yang sama.
69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Pasar Modal Indonesia mengalami pasang surut sejak didirikannya oleh pemerintah Belanda pada tahun 1912 di Jakarta untuk menarik dana dari masyarakat dalam bentuk saham dan obligasi guna membiayai perusahaan perkebunan milik Belanda. Kemudian pada tahun 1925, didirikan Bursa Efek di Surabaya dan Semarang. Pertumbuhan Bursa Efek pada waktu itu cukup baik namun dengan meletusnya perang dunia kegiatan kedua pasar modal tersebut akhirnya berhenti. Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan, kegiatan pasar modal dihidupkan kembali dengan dipasarkannya obligasi pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950. Keberadaan pasar modal pada era kemerdekaan diatur dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 yang sebelumnya merupakan Undang-undang Darurat tentang Bursa Nomor 13 Tahun 1951. Namun perkembangan pasar modal sejak tahun 1950-an sampai dengan tahun 1970-an kurang menggembirakan yang diakibatkan oleh inflasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pemerintah pada tahun 1977 membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) yang sekarang menjadi Badan Pengawas Pasar Modal untuk dapat mendorong peran pasar modal dalam memobilisasi
70
dana dari masyarakat guna membiayai pembangunan. Sejak tahun 1977 sampai 1983, perkembangan pasar modal cukup mengembirakan yaitu dari 1 emiten di tahun 1977 menjadi 23 emiten di tahun 1983. Namun sejak tahun 1984 sampai dengan 2007, pertumbuhan jumlah emiten mencapai 30% setiap tahunnya. Adanya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal lebih menjamin kepastian hukum kepada semua pelaku pasar modal untuk melakukan kegiatan di pasar modal. Disamping itu, dengan diintroduksinya sistem baru dalam melakukan transaksi jual beli sekuritas yang semula dengan sistem manual diganti dengan sistem perdagangan otomatis (JATS : The Jakarta Automated Trading System) telah terjadi peningkatan yang sangat besar baik dari sisi volume perdagangan, rata-rata nilai perdagangan dan jumlah transaksi. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut : Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.
71
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
72
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 02 Maret 2009 : Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG. 2. Gambaran Umum Perusahaan LQ45 Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
73
karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan yang masuk daftar LQ45 selama tahun 2014-2016 berturut-turut di Bursa Efek Indonesia. b. Perusahaan LQ45 yang menerbitkan laporan keuangan selama periode tahun 2014-2016. c. Perusahaan LQ45 yang menyajikan laporan keuangan dalam satuan rupiah (Rp) tidak dalam bentuk satuan mata uang asing. d. Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun 2014-2016. e. Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini jumlah perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2014-2016 yang memenuhi kriteria berjumlah 15 perusahaan. Berikut ini adalah penjelasan dari 15 perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian : 1) PT. AKR Corporindo Tbk. PT AKR Corporindo Tbk., selanjutnya disebut AKR, lahir sebagai usaha pedagangan bahan kimia dasar lebih dari 55 tahun yang lalu di Surabaya dan pada hari ini telah berkembang menjadi salah satu distributor swasta terbesar untuk bahan kimia dasar, Bahan Bakar Minyak (BBM), logistik dan solusi rantai pasokan di Indonesia. Bpk Soegiarto Adikoesoemo, wiraswasta dan pengusaha dari Surabaya merintis bisnis ini pada tahun 1960an dan membentuk PT Aneka
74
Kimia Raya pada 28 November 1977. Perseroan memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta pada tahun 1985. AKR sekarang dikenal sebagai penyedia jasa logistik terkemuka pihak ketiga, infrastruktur rantai pasokan di Indonesia. AKR memperluas usahanya pada operasi pelabuhan di Cina dengan mengakuisisi lima pelabuhan sungai di Guigang, Provinsi Guangxi China dan sejak dimodernisasi dan diperluas ke pelabuhan kontainer modern dan pelabuhan komoditas massal menawarkan operasional pelabuhan yang efisien di sungai Pearl. 2) PT. Astra International Tbk. Astra mengawali bisnis di Jakarta pada tahun 1957 sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama PT Astra International Inc. yang kemudian telah mengalami perubahan nama menjadi PT Astra International Tbk pada tahun 1990, seiring dengan pelepasan saham ke publik beserta pencatatan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dengan ticker ASII. Dari waktu ke waktu, Astra terus mengembangkan usahanya untuk dapat mencapai tujuan “Sejahtera Bersama Bangsa”. Berdasarkan anggaran dasar yang terakhir, kegiatan usaha Astra saat ini meliputi bidang perdagangan umum, perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, jasa dan konsultan.
75
3) PT. Alam Sutera Realty Tbk. PT Alam Sutera Realty Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 3 Nopember 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19 September 2007 No. 71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., notaris di Jakarta. Pada 18 Desember 2007, Perusahaan menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di Bursa Efek Indonesia. Setelah lebih dari 19 tahun sejak didirikan, Perusahaan telah menjadi pengembang properti terintegrasi yang memfokuskan kegiatan usahanya dalam pembangunan dan pengelolaan perumahan, kawasan komersial, kawasan industri, dan juga pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan perhotelan (pengembangan kawasan terpadu). 4) PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (”Perseroan”) didirikan di Indonesia dengan nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Limited. Kegiatan usaha utama adalah industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi, termasuk unit-unit cold storage. Selain itu, menjual makanan ternak,
76
makanan, daging ayam dan sapi, bahan-bahan asal hewan di wilayah Republik Indonesia, maupun ke luar negeri dengan sejauh diizinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) PT. Gudang Garam Tbk. Perusahaan rokok Gudang Garam adalah salah satu industri rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak tahun 1958 di kota Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek lintingmesin (SKM). Bagi Anda para penikmat kretek sejati, komitmen kami adalah memberikan pengalaman tak tergantikan dalam menikmati kretek yang terbuat dari bahan pilihan berkualitas tinggi. 6) PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02 September 2009 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1 Oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi Instan dan Divisi Penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), pemegang saham pengendali. Kantor pusat Indofood CBP berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jl. Jend. Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta 12910, Indonesia, sedangkan pabrik
77
perusahaan dan anak usaha berlokasi di pulau Jawa, Sumatera, Kalimatan, Sulawesi dan Malaysia. 7) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 21, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. 8) PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement” atau “Perseroan”) mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada Agustus 1975. Dalam kurun waktu 39 tahun, Indocement telah menjadi salah satu produsen semen terbesar di Indonesia. Perseroan
didirikan
pada
16
Januari
1985
melalui
penggabungan enam perusahaan semen, yang pada saat itu memiliki delapan pabrik. Indocement didirikan berdasarkan akta pendirian No. 227 tanggal 16 Januari 1985 yang dibuat di hadapan Notaris Ridwan Suselo, SH. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha utama Perseroan meliputi manufaktur semen dan bahan bangunan, penambangan, konstruksi dan perdagangan. Saat ini, Perseroan dan Entitas Anak bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi
78
manufaktur dan penjualan semen (sebagai bisnis inti), memroduksi beton siap-pakai, agregat dan trass. 9) PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) didirikan tanggal 01 Maret 1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Kantor pusat JSMR beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta 13550 – Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JSMR adalah turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya pembangunan dibidang pengusahaan jalan tol dengan sarana penunjangnya dengan menerapkan prinsip-prinsip perusahaan terbatas. Saat ini, Jasa Marga mengoperasikan 11 ruas jalan tol yang dikelola oleh 9 Kantor Cabang dan 14 anak usaha. 10) PT. Kalbe Farma Tbk. Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat Kalbe berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510, sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan
79
dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi, produk obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan minuman kesehatan hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan primer. 11) PT. Lippo Karawaci Tbk. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) didirikan tanggal 15 Oktober 1990 dengan nama PT Tunggal Reksakencana. Kantor pusat LPKR terletak di Jl. Boulevard Palem Raya No. 7, Menara Matahari Lantai 22-23, Lippo Karawaci Central, Tangerang 15811, Banten – Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LPKR adalah dalam bidang real estat, pengembangan perkotaan (urban development), pembebasan/pembelian, pengolahan, pematangan, pengurugan dan penggalian tanah; membangun sarana dan
prasarana/infrastruktur;
menyewakan,
menjual,
dan
merencanakan, mengusahakan
membangun, gedung-gedung,
perumahan, perkantoran, perindustrian, perhotelan, rumah sakit, pusat perbelanjaan, pusat sarana olah raga dan sarana penunjang, termasuk tetapi tidak terbatas pada lapangan golf, klub-klub, restoran, tempattempat hiburan lain, laboratorium medik, apotik beserta fasilitasnya baik secara langsung maupun melalui penyertaan (investasi) ataupun pelepasan (divestasi) modal; menyediakan pengelolaan kawasan siap bangun,
membangun
jaringan
prasarana
lingkungan
dan
80
pengelolaannya, membangun dan mengelola fasilitas umum, serta jasa akomodasi. 12) PT. Media Nusantara Citra Tbk. PT Media Nusantara
Citra Tbk,
atau
MNC,
telah
mengoperasikan 4 dari 11 stasiun free-to-air (FTA) TV dan memiliki bisnis inti dalam memproduksi dan mendistribusikan konten - konten televisi. Perseroan yang didirikan pada tanggal 17 Juni 1997 merupakan perusahaan publik yang sahamnya telah tercatat dalam Bursa Efek Jakarta (BEI) sejak tanggal 22 Juni 2007, dengan kode saham ‘MNCN’. Selain 4 stasiun TV FTA Perseroan – RCTI, MNCTV, GlobalTV dan iNewsTV – serta 22 channel yang disiarkan di TV-berlangganan MNC Channel. MNC juga memiliki radio, media cetak, talent management dan perusahaan produksi TV, dimana kegiatan usaha tersebut mendukung penuh fokus inti bisnis dari MNC. Maksud dan tujuan Perseroan sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Dasar, adalah untuk terlibat dalam usaha perdagangan umum,
perindustrian,
agrikultur,
pengangkutan,
percetakan,
multimedia melalui perangkat satelit dan perangkat lainya, jasa serta investasi. 13) PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Pertambangan di Tanjung Enim dimulai pada masa pemerintahan
Kolonial
Belanda
di
tahun
1919
dengan
mengoperasikan tambang bersistem pertambang terbuka di Air Laya.
81
Dengan menggunakan metode pertambangan dalam tanah, kegiatan pertama dimulai pada tahun 1923 dan bertahan sampai tahun 1940, sementara produksi komersil dimulai pada tahun 1938. Pada tahun 1981, PN TABA mengubah status perusahaan menjadi perseroan tertutup dibawah nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang seterusnya menjadi nama perusahaan ini. Untuk mengembangkan perusahaan pertambangan batubara di Indonesia, pada tahun 1990 pemerintah meleburkan Perum Tambang Batubara dengan PTBA. Pada 23 Desember 2002 PTBA terdaftar sebagai perseroan terbuka di Indonesian Stock Exchange dibawah bendera "PTBA". 14) PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk biasa dikenal dengan nama Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Kantor pusat Telkom berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat. Kegiatan usaha utama Telkom Indonesia adalah menyediakan layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi selular, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan internet dan komunikasi data. Selain itu, Telkom Indonesia
82
juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-based dan server-based managed services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya. 15) PT. United Tractors Tbk. PT. United Tractors Tbk. didirikan pada 13 Oktober 1972, UT melaksanakan penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada 19 September 1989 menggunakan nama PT United Tractors Tbk (UNTR), dengan PT Astra International Tbk sebagai pemegang saham mayoritas. Penawaran umum saham perdana ini menandai komitmen United Tractors untuk menjadi perusahaan kelas dunia berbasis solusi di bidang alat berat, pertambangan dan energi guna memberi manfaat bagi para pemangku kepentingan. Tidak puas hanya menjadi distributor peralatan berat terbesar di Indonesia, Perusahaan juga memainkan peran aktif di bidang kontraktor penambangan dan baru-baru ini telah memulai usaha pertambangan batu bara. UT menjalankan berbagai bisnisnya melalui tiga unit usaha yaitu Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan dan Pertambangan. B. Pengujian dan Pembahasan 1. Deskriptif Variabel Penelitian Untuk mengetahui gambaran kondisi dari variabel dalam penelitian ini maka dilakukan analisis deskriptif. Variabel yang digunakan dalam
83
penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Free Cash Flow, sedangkan variabel dependennya dalah Kebijakan Hutang. a. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain) (Anggraini, 2011). Gambar 4.1 Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 1,200
1,000 0,800 0,600 0,400 0,200 0,000
Sumber : Data yang Diolah
84
Tabel 4.1 Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode 2014 AKRA 0,588 ASII 0,970 ASRI 0,517 CPIN 0,555 GGRM 0,755 ICBP 0,805 INDF 0,501 INTP 0,640 JSMR 0,028 KLBF 0,992 LPKR 0,179 MNCN 0,759 PTBA 0,650 TLKM 0,433 UNTR 0,595 Rata-rata 0,598 Sumber : Data yang Diolah
2015 0,592 0,962 0,517 0,555 0,755 0,805 0,501 0,640 0,028 0,989 0,231 0,759 0,650 0,458 0,595 0,602
2016 0,586 0,965 0,519 0,555 0,755 0,805 0,501 0,514 0,028 0,978 0,413 0,759 0,650 0,464 0,595 0,606
Rata-Rata 0,588 0,966 0,518 0,555 0,755 0,805 0,501 0,598 0,028 0,987 0,274 0,759 0,650 0,452 0,595 0,602
Pada gambar 4.1 diatas terlihat bahwa rata-rata kepemilikan institusional tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) sebesar 0,987 atau 98,7% dan kepemilikan institusional terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,028 atau 2,8%. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata kepemilikan institusional setiap tahunnya periode 2014-2016, kepemilikan institusional terbaik terjadi pada tahun 2016 sebesar 0,606 dan kepemilikan institusional terburuk terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,598.
85
Banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh institusi membuat manajer lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan pendanaan yang berasal dari hutang. semakin tinggi kepemilikan institusional maka investor akan semakin efektif dalam memonitor perilaku manajemen (Trisnawati, 2016). b. Profitabilitas Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan.
Analisis
profitabilitas
menggambarkan
kinerja
fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. (Harmono, 2014). Gambar 4.2 Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0,000
Sumber : Data yang Diolah
86
Tabel 4.2 Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode 2014 AKRA 5,345 ASII 9,376 ASRI 6,954 CPIN 8,372 GGRM 9,267 ICBP 10,163 INDF 5,988 INTP 18,326 JSMR 3,815 KLBF 17,071 LPKR 8,303 MNCN 13,840 PTBA 13,632 TLKM 15,000 UNTR 8,028 Rata-rata 10,232 Sumber : Data yang Diolah
2015 6,964 6,361 3,657 7,424 10,161 11,006 4,039 15,763 3,592 15,024 2,478 8,822 12,058 14,032 4,525 8,394
2016 6,613 6,989 2,528 9,194 10,600 12,564 6,409 12,837 3,370 15,440 2,691 10,414 10,898 16,242 7,977 8,984
Rata-Rata 6,307 7,576 4,380 8,330 10,009 11,244 5,479 15,642 3,592 15,845 4,491 11,025 12,196 15,091 6,843 9,203
Pada gambar 4.2 diatas terlihat bahwa rata-rata profitabilitas tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) sebesar 15,845% dan profitabilitas terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 3,592%. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata profitabilitas setiap tahunnya periode 2014-2016, profitabilitas terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 10,232 dan profitabilitas terburuk terjadi pada tahun 2015 sebesar 8,394. Semakin tinggi laba atau profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka kebutuhan pinjaman akan semakin menurun hal ini
87
dikarenakan perusahaan telah mampu mendanai investasinya dari pendanaan internal (Sheisarvian dkk, 2015). c. Likuiditas Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah hutang jangka pendek yang umumnya kurang dari satu tahun (Harmono, 2014). Gambar 4.3 Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 7,000
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000
Sumber : Data yang Diolah
88
Tabel 4.3 Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode 2014 AKRA 1,087 ASII 1,310 ASRI 1,137 CPIN 2,241 GGRM 1,620 ICBP 2,183 INDF 1,807 INTP 4,934 JSMR 0,844 KLBF 3,404 LPKR 5,233 MNCN 9,717 PTBA 2,075 TLKM 1,061 UNTR 2,060 Rata-rata 2,714 Sumber : Data yang Diolah
2015 1,496 1,379 0,719 2,106 1,770 2,326 1,705 4,887 0,482 3,698 6,913 7,431 1,544 1,353 2,148 2,664
2016 1,271 1,239 0,898 2,173 1,938 2,407 1,508 4,525 0,696 4,131 5,455 1,581 1,656 1,200 2,299 2,198
Rata -Rata 1,284 1,309 0,918 2,173 1,776 2,305 1,674 4,782 0,674 3,744 5,867 6,243 1,758 1,205 2,169 2,525
Pada gambar 4.3 diatas terlihat bahwa rata-rata likuiditas tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) sebesar 6,243 atau 624,3% dan likuiditas terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,674 atau 67,4%. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata likuiditas setiap tahunnya periode 2014-2016, likuiditas terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 2,714 dan likuiditas terburuk terjadi pada tahun 2016 sebesar 2,198. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka akan menurunkan penggunaan hutang perusahaan karena semakin besar likuiditas suatu
89
perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (Kasmir, 2009). d. Umur Perusahaan Umur perusahaan didefinisikan jumlah tahun sejak perusahaan didirikan, ini akan dihitung untuk reputasi dari perusahaan publik yang mana berkaitan dengan tingkat dari asimetri informasi yang diasosiasikan perusahaan (Romagos dkk, 2012). Gambar 4.4 Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000
Sumber : Data yang Diolah
90
Tabel 4.4 Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode 2014 AKRA 3,611 ASII 4,043 ASRI 3,045 CPIN 3,714 GGRM 4,025 ICBP 3,466 INDF 3,178 INTP 3,664 JSMR 3,584 KLBF 3,871 LPKR 3,178 MNCN 2,833 PTBA 4,554 TLKM 5,063 UNTR 3,738 Rata-rata 3,704 Sumber : Data yang Diolah
2015 3,638 4,060 3,091 3,738 4,043 3,497 3,219 3,689 3,611 3,892 3,219 2,890 4,564 5,069 3,761 3,732
2016 3,664 4,078 3,135 3,761 4,060 3,526 3,258 3,714 3,638 3,912 3,258 2,944 4,575 5,075 3,784 3,759
Rata -Rata 3,637 4,060 3,090 3,737 4,043 3,496 3,218 3,689 3,611 3,892 3,218 2,889 4,564 5,069 3,761 3,732
Pada gambar 4.4 diatas terlihat bahwa rata-rata umur perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) sebesar 5,069 dan umur perusahaan terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) sebesar 2,889. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata umur perusahaan setiap tahunnya periode 2014-2016, umur perusahaan terbaik terjadi pada tahun 2016 sebesar 3,732 dan umur perusahaan terburuk terjadi pada tahun 2014 sebesar 3,704.
91
Perusahaan yang sudah lama berdiri akan mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari dalam perusahaan seperti laba ditahan. e. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan dengan periode sebelumnya (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). Gambar 4.5 Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 0,300
0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000
Sumber : Data yang Diolah
92
Tabel 4.5 Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode 2014 AKRA 0,011 ASII 0,103 ASRI 0,173 CPIN 0,327 GGRM 0,147 ICBP 0,171 INDF 0,100 INTP 0,086 JSMR 0,123 KLBF 0,098 LPKR 0,206 MNCN 0,415 PTBA 0,268 TLKM 0,108 UNTR 0,051 Rata-rata 0,159 Sumber : Data yang Diolah
2015 0,028 0,040 0,105 0,183 0,091 0,066 0,069 -0,043 0,153 0,102 0,094 0,064 0,141 0,172 0,024 0,086
2016 0,041 0,067 0,079 -0,019 -0,009 0,088 -0,105 0,091 0,457 0,112 0,103 -0,016 0,100 0,081 0,037 0,074
Rata -Rata 0,027 0,070 0,119 0,164 0,076 0,109 0,021 0,044 0,244 0,104 0,135 0,154 0,170 0,120 0,037 0,106
Pada gambar 4.5 diatas terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,244 atau 24,4% dan pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) sebesar 0,021 atau 2,1%. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan perusahaan
setiap tahunnya periode 2014-2016, pertumbuhan
perusahaan terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,159 dan pertumbuhan perusahaan terburuk terjadi pada tahun 2016 sebesar 0,074.
93
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Kenyataan tersebut mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan hutang untuk memenuhi pendanaan tersebut. Perusahaan yang sedang tumbuh akan membutuhkan banyak dana yang akan berakibat pada peningkatan hutang (Trisnawati, 2016). f. Free Cash Flow Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap (Ross dkk, 2000). Gambar 4.6 Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 (Dalam Miliar Rupiah) 30000
20000 10000 0 -10000 -20000 -30000 -40000
Sumber : Data yang Diolah 94
Tabel 4.6 Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 (Dalam Miliar Rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode 2014 AKRA 431 ASII -21181 ASRI -1840 CPIN -9259 GGRM -16614 ICBP -4873 INDF -8360 INTP -10516 JSMR -1073 KLBF -3905 LPKR -24017 MNCN -8815 PTBA -4064 TLKM 23108 UNTR -5082 Rata-rata -6404 Sumber : Data yang Diolah
2015 -1278 -4117 -669 -6421 -16572 -5766 -17567 -7104 2957 -4569 -31382 -7247 -2678 20437 -4684 -5777
2016 -1446 -13095 741 -1826 -13438 -5248 -6765 -8912 2648 -5801 -31547 -1328 -2310 25643 -13174 -5057
Rata -Rata -764 -12798 -589 -5835 -15541 -5296 -10897 -8844 1511 -4758 -28982 -5797 -3017 23063 -7647 -5746
Pada gambar 4.6 diatas terlihat bahwa rata-rata free cash flow tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) sebesar RP 23.063.000.000.000dan free cash flow terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) sebesar –Rp 28.982.000.000.000. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata free cash flow setiap tahunnya periode 2014-2016, free cash flow terbaik terjadi pada tahun 2016 sebesar –Rp 5.057.000.000.000 dan free cash flow terburuk terjadi pada tahun 2014 sebesar 6.404.000.000.000.
95
Semakin besar free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka akan didistribusikan untuk para pemegang saham sehingga kebijakan hutang yang diambil akan semakin besar pula. Menurut Jensen (1986), menyatakan bahwa ketika free cash flow tinggi maka perusahaan akan cenderung menggunakan hutang untuk pendanaan perusahaannya. g. Kebijakan Hutang (DER) Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Gambar 4.7 Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 2,500
2,000
1,500
1,000
0,500
0,000
Sumber : Data yang Diolah
96
Tabel 4.7 Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan Tahun 2014-2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kode 2014 AKRA 1,481 ASII 0,964 ASRI 1,656 CPIN 0,906 GGRM 0,752 ICBP 0,656 INDF 1,084 INTP 0,175 JSMR 1,788 KLBF 0,266 LPKR 1,140 MNCN 0,449 PTBA 0,708 TLKM 0,649 UNTR 0,563 Rata-rata 0,883 Sumber : Data yang Diolah
2015 1,087 0,940 1,834 0,965 0,671 0,621 1,130 0,158 1,969 0,252 1,185 0,513 0,819 0,779 0,572 0,900
2016 0,961 0,872 1,808 0,710 0,591 0,562 0,870 0,153 2,274 0,222 1,066 0,501 0,432 0,702 0,501 0,815
Rata-Rata 1,176 0,925 1,766 0,860 0,671 0,613 1,028 0,162 2,011 0,246 1,130 0,488 0,653 0,710 0,546 0,866
Pada gambar 4.7 diatas terlihat bahwa rata-rata kebijakan hutang (DER) perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 2,011 atau 201,1% dan kebijakan hutang (DER) perusahaan terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) sebesar 0,162 atau 16,2%. Sedangkan jika dilihat dari ratarata kebijakan hutang setiap tahunnya periode 2014-2016, kebijakan hutang terbaik terjadi pada tahun 2016 sebesar 0,815 dan kebijakan hutang terburuk terjadi pada tahun 2015 sebesar 0,900.
97
Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan utang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan
operasional
perusahaan.
Ketika
perusahaan
menggunakan utang yang terus meningkat maka akan semakin besar kewajibannya (Hidayat, 2013). 2. Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik dilakukan agar mendapatkan estimator yang linear, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut : a. Uji Normalitas Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas 9
Series: Residuals Sample 1 45 Observations 45
8 7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
3.01e-16 0.034245 0.351364 -0.499080 0.194711 -0.516164 2.784275
Jarque-Bera Probability
2.085449 0.352493
2 1 0 -0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
98
Pada hasil grafik histogram Kebijakan Hutang (DER) diatas dapat diketahui bahwa nilai probability JB lebih besar > 0.05 (0.352493>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dipakai dalam penelitian ini berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas INST INST 1.000000 ROA 0.492743 CR 0.117466 AGE 0.119591 GROWTH -0.258130 FCF -0.115621
ROA 0.492743 1.000000 0.266621 0.482422 0.019483 0.313392
CR 0.117466 0.266621 1.000000 -0.381743 0.183778 -0.450491
AGE 0.119591 0.482422 -0.381743 1.000000 0.006740 0.510333
GROWTH FCF -0.258130 -0.115621 0.019483 0.313392 0.183778 -0.450491 0.006740 0.510333 1.000000 0.033313 0.033313 1.000000
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 Dari tabel diatas terlihat bahwa hubungan antara variabel independen tidak ada yang menunjukkan nilai korelasi > 0,90 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.9 Hasil Uji White Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.260583 35.19680 22.39118
Prob. F(27,17) Prob. Chi-Square(27) Prob. Chi-Square(27)
0.0416 0.1340 0.7172
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 Berdasarkan tabel uji heteroskedatisitas dengan mengunakan uji uji white diatas dapat diketahui bahwa probability chi-square sebesar 0.1340>0.05, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data 99
dalam
penelitian
ini
menunjukkan
tidak
adanya
masalah
heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Tabel 4.10 Hasil Uji LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.775148 4.039497
Prob. F(2,36) Prob. Chi-Square(2)
0.1840 0.1327
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji LM Test di atas dapat diketahui bahwa nilai probability Chi-Square > 0.05 (0.1327>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini menunjukkan tidak terjadi gejala autokorelasi. 3. Estimasi Model Data Panel Regresi data panel merupakan penelitian yang menggabungkan antara cross section (data silang) dengan time series (runtut waktu). Dalam menganalisis data menggunakan metode analisis regresi data panel, dikenal tiga macam pendekatan estimasi yaitu pendekatan kuadrat terkecil atau Common Effect Model (CEM), pendekatan efek tetap atau Fixed Effect Model (FEM) dan pendekatan efek acak atau Random Effect Model (REM). a. Common Effect Model (CEM) Common Effect Model (CEM) dikatakan sebagai model paling sederhana, dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan ruang yang dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk
100
mengestimasi dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS (Ordinary Least Square). sehingga sering disebut pooled OLS atau common OLS model (Suliyanto, 2011). Berikut ini adalah tampilan Common Effect Model (CEM) yang didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0. Tabel 4.11 Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM) Dependent Variable: DER? Method: Pooled Least Squares Date: 06/22/17 Time: 13:05 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 15 Total pool (balanced) observations: 45 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
INST? ROA? CR? AGE? GROWTH? FCF?
-0.080843 -0.109061 0.012775 0.458989 1.614788 4.08E-15
0.263988 0.018853 0.035229 0.045710 0.519093 6.54E-15
-0.306240 -5.784669 0.362629 10.04139 3.110787 0.624933
0.7611 0.0000 0.7188 0.0000 0.0035 0.5357
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.607345 0.557005 0.337645 4.446173 -11.77331 0.555400
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
0.865735 0.507296 0.789925 1.030813 0.879726
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 b. Fixed Effect Model (FEM) Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas” setiap perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan membuat intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap berasumsi bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan (Suliyanto, 2011).
101
Berikut ini adalah tampilan Fixed Effect Model (FEM) yang didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0. Tabel 4.12 Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: DER? Method: Pooled Least Squares Date: 06/22/17 Time: 13:06 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 15 Total pool (balanced) observations: 45 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INST? ROA? CR? AGE? GROWTH? FCF? Fixed Effects (Cross) AKRA--C ASII--C ASRI--C CPIN--C GGRM--C ICBP--C INDF--C INTP--C JSMR--C KLBF--C LPKR--C MNCN--C PTBA--C TLKM--C UNTR--C
4.619879 0.119539 -0.029198 -0.036374 -0.944126 0.698851 2.89E-15
3.409997 0.584169 0.013209 0.022098 0.903513 0.250939 6.37E-15
1.354805 0.204630 -2.210474 -1.646057 -1.044950 2.784947 0.453095
0.1881 0.8396 0.0369 0.1128 0.3065 0.0103 0.6546
0.134550 0.280130 0.081835 -0.072390 0.126645 -0.450610 -0.375730 -0.421451 0.750772 -0.277262 -0.150044 -1.037132 0.575025 1.155463 -0.319801 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.972843 0.950212 0.113194 0.307508 48.33088 42.98754 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.865735 0.507296 -1.214706 -0.371596 -0.900403 2.308651
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
102
c. Random Effect Model (REM) Pada Random Effect Model (REM), perbedaan antar-individu dan atau waktu diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section (Suliyanto, 2011). Berikut ini adalah tampilan Random Effect Model (REM) yang didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0. Tabel 4.13 Regresi Data Panel Random Effect Model (REM) Dependent Variable: DER? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/22/17 Time: 13:07 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 15 Total pool (balanced) observations: 45 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INST? ROA? CR? AGE? GROWTH? FCF? Random Effects (Cross) AKRA--C ASII--C ASRI--C CPIN--C GGRM--C ICBP--C INDF--C INTP--C JSMR--C KLBF--C LPKR--C MNCN--C PTBA--C TLKM--C UNTR--C
2.413969 -0.647746 -0.042494 -0.055258 -0.189132 0.983610 4.58E-15
0.427482 0.230906 0.010403 0.019129 0.113363 0.218633 4.55E-15
5.646955 -2.805231 -4.084939 -2.888693 -1.668376 4.498913 1.008424
0.0000 0.0079 0.0002 0.0064 0.1035 0.0001 0.3196
0.132835 0.259864 0.354853 -0.132329 0.027991 -0.085749 -0.088743 -0.216656 0.216424 0.006539 0.016167 -0.180055 -0.012614 0.027806 -0.326333 Effects Specification S.D.
Rho
103
Cross-section random Idiosyncratic random
0.196061 0.113194
0.7500 0.2500
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.640251 0.583448 0.121859 11.27152 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.273765 0.188809 0.564282 1.552064
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.809294 2.159430
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.865735 0.405571
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 d. Uji Chow Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara Common Effect Model (CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM). Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari FStatistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut: H0 : Common Effect Model (CEM) Ha : Fixed Effect Model (FEM) Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi (5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0.
104
Tabel 4.14 Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: PERUSAHAAN Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic 7.585230 76.093462
d.f.
Prob.
(14,24) 14
0.0000 0.0000
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 Hasil uji Chow menunjukan nilai probabilitas F-statistik model sebesar 0.0000 < 0,05 maka menolak H0. Dengan demikian metode data panel yang tepat antara Common Effect Model (CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM). Sehingga kesimpulan yang diambil adalah menolak H0 dan model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM). e. Uji Hausman Setelah tahapan ujian signifikansi antara Common Effect Model (CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM) yang diperoleh adalah Fixed Effect Model (FEM) lebih baik daripada model Common Effect Model (CEM). Kemudian dilakukan pengujian kembali dengan menggunakan Uji Hausman yang digunakan untuk memilih model yang tepat antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Cross-section random. Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah sebagai berikut: H0 : Random Effect Model (REM)
105
Ha : Fixed Effect Model (FEM) Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0. Tabel 4.15 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PERUSAHAAN Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
12.040373
6
0.0611
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 Hasil uji hausman menunjukan nilai probabilitas F-statistik model sebesar 0.0611 > 0,05 maka menerima H0. Dengan demikian metode data panel yang tepat antara Fixed Effect Model (FEM) dengan Random Effect Model (REM) adalah Random Effect Model (REM). Sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima H0 dan model yang dipilih adalah Random Effect Model (REM). 4. Uji Hipotesis a. Uji T (Secara Parsial) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2009). Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel
106
independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.16 Uji T Dependent Variable: DER? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/22/17 Time: 13:07 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 15 Total pool (balanced) observations: 45 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INST? ROA? CR? AGE? GROWTH? FCF?
2.413969 -0.647746 -0.042494 -0.055258 -0.189132 0.983610 4.58E-15
0.427482 0.230906 0.010403 0.019129 0.113363 0.218633 4.55E-15
5.646955 -2.805231 -4.084939 -2.888693 -1.668376 4.498913 1.008424
0.0000 0.0079 0.0002 0.0064 0.1035 0.0001 0.3196
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 1) Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient kepemilikan institusional sebesar -0.647746 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas kepemilikan
institusional sebesar 0.0079<0.05
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap kebijakan hutang.
107
2) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient profitabilitas sebesar -0.042494 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas profitabilitas sebesar 0.0002<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. 3) Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient likuiditas sebesar -0.055258 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas likuiditas sebesar 0.0064<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. 4) Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient umur perusahaan sebesar -0.189132 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas umur perusahaan sebesar 0.1035>0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
108
5) Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan nilai coefficient pertumbuhan perusahaan sebesar 0.983610 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas
pertumbuhan
perusahaan
sebesar
0.0001<0.05
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. 6) Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas menunjukkan
nilai
coefficient
free
cash
flow
sebesar
0.00000000000000458 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas free cash flow sebesar 0.3196>0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. b. Uji F (Secara Simultan) Uji f digunakan bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen (X) secara simultan bersama-sama pempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
109
maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.17 Uji F Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
Rho
0.196061 0.113194
0.7500 0.2500
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.640251 0.583448 0.121859 11.27152 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.273765 0.188809 0.564282 1.552064
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas F-statistik sebesar 11.27152, dengan menggunakan tingkat keyakinan = 5%, dimana tingkat
signifikansi
prob(F-statistik)
sebesar
0.000000
berarti
ditemukan siginifikasi antara variabel independen kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow secara simultan terhadap variabel dependen kebijakan hutang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow secara
110
simultan atau secara bersama-sama terhadap variabel dependen kebijakan hutang. 5. Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.18 Koefisien Determinasi R2 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.640251 0.583448 0.121859 11.27152 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.273765 0.188809 0.564282 1.552064
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 Berdasarkan tabel diatas besarnya nilai koefisien determinasi Rsquared sebesar 0.640251 atau 64,02%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow) adalah sebesar 64,02% terhadap variabel dependen (kebijakan hutang).
111
Sisanya sebesar 35,98% variabel kebijakan hutang dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat pada model penelitian. 6. Analisis Regresi Data Panel Dalam penelitian ini menguji pengaruh variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Umur Perusahaan (AGE), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free Cash Flow (FCF) terhadap variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang (DER) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Setelah dilakukan uji Chow dan uji Hausman, maka pemilihan model estimasi yang paling tepat untuk digunakan adalah dengan menggunakan Random Effect Model. Tabel 4.19 Uji Terpilih (Random Effect Model) Dependent Variable: DER? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/22/17 Time: 13:07 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 15 Total pool (balanced) observations: 45 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INST? ROA? CR? AGE? GROWTH? FCF? Random Effects (Cross) AKRA--C ASII—C ASRI--C CPIN--C GGRM--C ICBP--C INDF--C
2.413969 -0.647746 -0.042494 -0.055258 -0.189132 0.983610 4.58E-15
0.427482 0.230906 0.010403 0.019129 0.113363 0.218633 4.55E-15
5.646955 -2.805231 -4.084939 -2.888693 -1.668376 4.498913 1.008424
0.0000 0.0079 0.0002 0.0064 0.1035 0.0001 0.3196
0.132835 0.259864 0.354853 -0.132329 0.027991 -0.085749 -0.088743
112
INTP--C JSMR--C KLBF--C LPKR--C MNCN--C PTBA--C TLKM--C UNTR--C
-0.216656 0.216424 0.006539 0.016167 -0.180055 -0.012614 0.027806 -0.326333 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.196061 0.113194
Rho 0.7500 0.2500
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.640251 0.583448 0.121859 11.27152 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.273765 0.188809 0.564282 1.552064
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.809294 2.159430
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.865735 0.405571
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0 Dari hasil analisis regresi data panel dengan menggunakan Random Effect Model maka diperoleh persamaan model regresi antara variabel dependen (Kebijakan Hutang) dan variabel independen (Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Free Cash Flow) sebagai berikut : DERit = 2.413969 - 0.647746INSTit - 0.042494ROAit - 0.055258CRit + 0.983610GROWTHit + e Berdasarkan persamaan regresi diatas, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut : a. Berdasarkan persamaan diatas besarnya konstanta Kebijakan Hutang sebesar 2.413969. Hal ini mengindikasikan bahwa jika variabel 113
independen yang terdiri dari Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) bernilai 0 maka akan meningkatkan nilai variabel dependen Kebijakan Hutang (DER) sebesar 2.413969 atau 241,3969%. b. Besarnya koefisien regresi X1 atau Kepemilikan Institusional (INST) sebesar -0.647746 mengartikan bahwa jika variabel X1 atau Kepemilikan Institusional (INST) mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DER) sebesar -0.647746. c. Besarnya koefisien regresi X2 atau Profitabilitas (ROA) sebesar 0.042494 mengartikan bahwa jika variabel X2 atau Profitabilitas (ROA) mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DER) sebesar -0.042494. d. Besarnya koefisien regresi X3 atau Likuiditas (CR) sebesar -0.055258 mengartikan bahwa jika variabel X3 atau Likuiditas (CR) mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DER) sebesar -0.055258. e. Besarnya koefisien regresi X5 atau Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) sebesar 0.983610 mengartikan bahwa jika variabel X5 atau Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) mengalami kenaikan sebesar
114
1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan meningkatkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DER) sebesar 0.983610. 7. Interpretasi Hasil interpretasi terhadap penelitian ini adalah sebagi berikut : a. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Koefisien regresi Kepemilikan Institusional menunjukkan hubungan yang negatif yaitu -0.647746 dan probabilitas Kepemilikan Institusional sebesar 0.0079<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kebijakan Hutang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trisnawati (2016), Purnianti dan Putra (2016) dan Riki Sanjaya (2014) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang. Namun tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natasia dan Wahidahwati (2015) dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Kebijakan Hutang. Nilai koefisien Kepemilikan institusional yang negatif menunjukkan semakin tinggi Kepemilikan Institusional maka akan menurunkan penggunaan hutang perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi Kepemilikan Institusional maka investor semakin efektif dalam
115
memonitor perilaku manajemen. Adanya monitoring yang efektif oleh investor institusional menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring agency cost sudah diambil ahli oleh investor institusional. b. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Koefisien regresi Profitabilitas menunjukkan hubungan yang negatif yaitu -0.042494 dan probabilitas Profitabilitas sebesar 0.0002<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kebijakan Hutang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trisnawati (2016), Sheisarvian, dkk (2015), Natasia dan Wahidahwati (2015), Margaretha (2014), Vatavu (2013) dan Surya dan Rahayuningsih
(2012)
yang
menyatakan
bahwa
Profitabilitas
berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang. Namun tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2015) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Dan hasil yang berbeda dan tidak sejalan ditemukan oleh Akoto dan Vitor (2014) dan juga Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
116
Nilai koefisien Profitabilitas yang negatif menunjukkan semakin tinggi Profitabilitas maka akan menurunkan penggunaan hutang perusahaan. Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa bila perusahaan membutuhkan dana maka prioritas utama adalah dengan cara menggunakan dana internal yaitu dari laba ditahan namun jika harus mencari pendanaan dari luar (eksternal) maka hutang akan menjadi prioritas utama. Berdasarkan teori ini dengan memprioritaskan pendanaan internal maka akan mengurangi pendanaan dari luar yaitu hutang. Kesimpulan dari teori ini yaitu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan dapat menghasilkan dana pada perusahaan yang lebih banyak sehingga dapat digunakan sebagai penutup kewajiban sehingga dapat berdampak pada berkurangnya tingkat penggunaan hutang oleh perusahaan. c. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang Koefisien regresi Likuiditas menunjukkan hubungan yang negatif yaitu -0.055258 dan probabilitas Likuiditas sebesar 0.0064<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Likuiditas memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kebijakan Hutang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Vatavu (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun tidak sejalan dengan penelitian
117
terdahulu yang dilakukan oleh Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Dan hasil yang berbeda dan tidak sejalan ditemukan oleh Akoto dan Vitor (2014) yang mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Nilai koefisien Likuiditas yang negatif menunjukkan semakin tinggi Likuiditas maka akan menurunkan penggunaan hutang perusahaan. Hasil temuan ini konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (Kasmir, 2010). Hasil penlitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki current ratio yang tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk melunasi hutang lancranya. Dengan demikian demakin likuid suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam melunasi hutang jangka pendeknya, sehingga akan cenderung mengurangi total hutangnya. Hasil tersebut juga didukung oleh pecking order theory, dimana struktur pendanaan perusahaan mengikuti suatu urutan sumber pendanaan yang akan dipilih perusahaan, dan perusahaan akan memprioritaskan sumber pendanaan internal daripada sumber pendanaan eksternal. d. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Koefisien regresi Umur Perusahaan menunjukkan hubungan yang negatif yaitu -0.189132 dan probabilitas Umur Perusahaan sebesar
118
0.1035<0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Umur Perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) dan Romagos (2012) yang mengungkapkan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan. Namun tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purnianti dan Putra (2016) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan. Hal ini dapat timbul diduga karena umur perusahaan yang diprediksi berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan dana ternyata tidak tepat karena umur perusahaan tidak menentukan perusahaan dapat mengakumulasi dana atau tidak. Pendanaan yang diakumulasi perusahaan bukan tergantung pada umurnya tetapi pada hasil usaha perusahaan tersebut apakah menghasilkan laba atau tidak. Bagaimana perusahaan tersebut mengelola keuangan sehingga umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. e. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan menunjukkan hubungan yang positif yaitu 0.983610 dan probabilitas Pertumbuhan
119
Perusahaan sebesar 0.0001<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Pertumbuhan Perusahaan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kebijakan Hutang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Alkhatib (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Margaretha (2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) yang menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Serta menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Riki Sanjaya menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Nilai
koefisien
Pertumbuhan
Perusahaan
yang
positif
menunjukkan semakin tinggi Pertumbuhan Perusahaan maka akan meningkatkan penggunaan hutang perusahaan. Perusahaan yang sedang tumbuh akan membutuhkan banyak dana yang akan berakibat pada peningkatan hutang. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka penggunaan hutang untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan akan semakin besar. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Dalam pecking order
theory, dinyatakan bahwa perusahaan akan cenderung
120
mengutamakan penggunaan dana internal, tapi jika tidak mencukupi, dana eksternal yang menjadi alternatif pertama adalah hutang. f. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang Koefisien regresi Free Cash Flow menunjukkan hubungan yang positif yaitu 0.00000000000000458 dan probabilitas Free Cash Flow sebesar 0.3196<0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Free Cash Flow tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natasia dan Wahidahwati (2015), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Riki Sanjaya (2014) menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trisnawati (2016) menemukan bahwa free cash flow berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan. Free cash flow merupakan dana lebih yang dimiliki perusahaan setelah perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan dana untuk investasi dan kegiatan operasionalnya. Hasil penelitian tidak sejalan diduga karena pada penelitian ini rata-rata free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan rendah sehingga dapat dikatakan perusahaan aktif dalam memanfaatkan free cash flow dengan maksimal. Dengan rendahnya free cash flow juga karena perusahaan mengelola free cash
121
flow tersebut untuk investasi, artinya bahwa perusahaan aktif dalam memanfaatkan free cash flow dengan maksimal, atau karena perusahaan agresif dalam mencari proyek yang menguntungkan sehingga perusahaan tidak memerlukan hutang.
122
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian secara parsial melalui uji t dengan tingkat signifikansi α 5% atau 0,05 menyatakan bahwa variabel independen kepemilikan institusional (INST) dengan tingkat coefficient sebesar -0.647746 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat signifikan sebesar 0.0079<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas (ROA) dengan tingkat coefficient sebesar 0.042494 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat signifikan sebesar 0.0002<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Likuiditas (CR) dengan tingkat coefficient sebesar 0.055258 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat signifikan sebesar 0.0064<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) dengan tingkat coefficient sebesar 0.983610 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, dan tingkat signifikan sebesar 0.0001<0.05 berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan variabel umur perusahaan (AGE) dan free cash flow (FCF) tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
123
2. Hasil pengujian secara parsial melalui uji t dengan tingkat signifikansi α 5% atau 0,05 menyatakan bahwa secara keseluruhan atau simultan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), umur perusahaan (AGE), pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan free cash flow (FCF) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa implikasi yang mungkinbermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan dibawah ini sebagai berikut : 1. Bagi Investor Para investor diharapkan dapat lebih mempertimbangkan faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan hutang seperti kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), umur perusahaan (AGE), pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan free cash flow (FCF). Sehingga dengan menganalisis faktor-faktor tersebut investor diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena tentunya setiap investor menginginkan prospek yang kebih baik bagi perusahaan yang diinvestasikannya di masa yang akan datang serta mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
124
2. Bagi Perusahaan Perusahaan diharapkan bisa melakukan pertimbangan terhadap keputusan pendanaan yang akan diambil guna mengurangi masalah keagenan, apakah akan menggunakan dana internal atau menggunakan dana eksternal karena keputusan pendanaan yang akan diambil akan berpengaruh terhadap kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. 3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan referensi untuk penelitian yang sejenis. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya objek penelitian di perbanyak serta periode penelitian diperbaharui. Selain itu bisa menggunakan metode penelitian yang berbeda.
125
DAFTAR PUSTAKA Akoto, Richard Kofi dan Dadson Awunyo-Vitor. “What Determines the Debt Policy of Listed Manufacturing Firms in Ghana?”. International Business Research, Vol 7(1). 2014 Alkhatib, Khalid. “The Determinants of Leverage of Listed Companies”. Economics and Business Review,Vol.3(1). 2012 Andina, Zulfia. “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2010)” Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 2013 Anggraini, Ririn Dwi. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan dalam Annual Report (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Tercatat di BEI Tahun 2008-2009)”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 3(2). 2011. Ashraf, Tanveer dan Safdar Rasool. “Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory”. Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 4(3). 2013 Brealey. Richard A. Myers, Stewart C. and Marcus, Alan J. “Fundamentals of Corporate Fiannce, Third Edition (International Edition)”.New York: The McGraw-Hill Cimpanies, Inc. 2008
126
Brigham, Eugene dan Houston, Joel. “Fundamentals of Financial Management ”. Jakarta: Salemba Empat. 2009 Brigham, Eugene dan Houston, Joel. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Buku 2. Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. 2011 Ghazali, I. “Analisis Multivariat dan Ekonometrika”. Semarang: UNDIP. 2013 Ghozali, I. “Aplikasi Analisis Multivariate”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2009 Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. “Determinan Kebijakan Hutang (dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory)”. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, 1(1): 11-24. 2012. Harmono. “Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan Teori, Konsep dan Riset Bisnis”. Edisi 1, Cetakan 3. Jakarta:Bumi Aksara. 2014 Hasan, Mudrika Alamsyah. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang
(Studi Pada
Perusahaan-Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di BEI)”. JurnalAkuntansi, Vol. 3(1): 90-100. 2014 Hidayat, M. Syafiudin. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang”. Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1(1): 12-25. 2013
127
Jensen, Michael C. “Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance and Takeovers”. American Economic Review. Vol. 76: 232-239. 1976. Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta:Rajawali Pers. 2009. Kasmir. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Jakarta:Prenada Media Grup. 2010 Keown, Arthur J, dkk. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Edisi 7. Jakarta:Salemba Empat. 2000 Margaretha, Farah. “Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company”. Integrative Business and Economics Review, Vol. 3(2). 2014 Meylani, Ratna. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2011-2014)”. Jurnal Akuntansi, Vol. 5(2). 2016 Moeljadi. “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”. Jilid 1. Malang:Bayu Media Publishing. 2006 Murtiningtyas, Andhika Ivona. “Pengaruh Kebijakan Deviden, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Resiko Bisnis Terhadap Kebijakan Hutang”. Accounting Analysis Journal. AAJ Vol. 1(2). 2012. Natasia, Weka dan Wahidahwati.“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Imu dan Riset Akuntansi Vol. 4(12). 2015
128
Purnianti, Ni Komang Ayu dan I Wayan Putra. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan”. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 12(1): 91-117. 2016. Putri, Meidera Elsa Dwi. “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Makanan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Jurnal manajemen, 1(1). 2012. Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi. 2007 Rifai, Mohammad Hidayat. “Pengaruh Risiko Bisnis, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Aktiva Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Sektor Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen, Vol. 12(4). 2015 Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. “Manajemen Keuangan Modern”.Jakarta: Mitra Wacana Media. 2014. Romagos, C.P., Almenar, K.Q, Singson, A.F. dan Sio, M.J.”Corporate Debt Financing In the Philiphines:Examining the Role of Firm-Level Factors Through Binary Choice Model.” Journal of International Business Research. Hal 105-120.2012 Ross, Stephen A., Westerfield, and Jaffe. “Corporate Finance”. Edisi 5. USA:McGraw-Hill. 2000 129
Sanjaya, Riki.”Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 16: 46-60. 2014 Santoso. “Statistik Parametrik”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2010 Sheisarvian, Revi Maretta, Nengah Sudjana dan Muhammad Saifi. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Periode 2010-2012)”. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 22(1). 2015 Steven dan Lina. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13 (3): 163181. 2011 Sudana, I Made. ”Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”. Jurnal Ekonomi, Vol. 2(3). 2011 Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”. Bandung: Alfabeta. 2010 Suliyanto. “Ekonometrika Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Yogyakarta: ANDI. 2011 Surya, Dennys dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan non keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 14(3): 213225. 2012
130
Trisnawati, Ita. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 18(1): 33-42. 2016 Van Horne, James C. Dan Jhon M. Machowicz, JR. “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Buku 2”. Jakarta:Salemba Empat. 2007 Vatavu, Sorana. “Determinants Of Corporate Debt Ratios:
Evidence From
Manufacturing Companies Listed On The Bucharest Stock Exchange”. Timisoara Journal of Economics and Business, Vol. 6(20): 99-126. 2013 www.idx.co.id
131
LAMPIRAN Lampiran 1 : Daftar Sampel Perusahaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kode Perusahaan AKRA ASII ASRI CPIN GGRM ICBP INDF INTP JSMR KLBF LPKR MNCN PTBA TLKM UNTR
Nama Perusahaan AKR Corporindo Tbk. Astra International Tbk. Alam Sutera Realty Tbk. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Gudang Garam Tbk. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Jasa Marga (Persero) Tbk. Kalbe Farma Tbk. Lippo Karawaci Tbk. Media Nusantara Citra Tbk. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. United Tractors Tbk.
132
Lampiran 2 : Data Rasio Keuangan Perusahaan Perusahaan Tahun AKRA 2014 AKRA 2015 AKRA 2016 ASII 2014 ASII 2015 ASII 2016 ASRI 2014 ASRI 2015 ASRI 2016 CPIN 2014 CPIN 2015 CPIN 2016 GGRM 2014 GGRM 2015 GGRM 2016 ICBP 2014 ICBP 2015 ICBP 2016 INDF 2014 INDF 2015 INDF 2016 INTP 2014 INTP 2015 INTP 2016 JSMR 2014 JSMR 2015 JSMR 2016 KLBF 2014 KLBF 2015 KLBF 2016 LPKR 2014 LPKR 2015 LPKR 2016 MNCN 2014 MNCN 2015 MNCN 2016 PTBA 2014 PTBA 2015 PTBA 2016
DER 1,481 1,087 0,961 0,964 0,940 0,872 1,656 1,834 1,808 0,906 0,965 0,710 0,752 0,671 0,591 0,656 0,621 0,562 1,084 1,130 0,870 0,175 0,158 0,153 1,788 1,969 2,274 0,266 0,252 0,222 1,140 1,185 1,066 0,449 0,513 0,501 0,708 0,819 0,432
ROA 5,345 6,964 6,613 9,376 6,361 6,989 6,954 3,657 2,528 8,372 7,424 9,194 9,267 10,161 10,600 10,163 11,006 12,564 5,988 4,039 6,409 18,326 15,763 12,837 3,815 3,592 3,370 17,071 15,024 15,440 8,303 2,478 2,691 13,840 8,822 10,414 13,632 12,058 10,898
INST 0,588 0,592 0,586 0,970 0,962 0,965 0,517 0,517 0,519 0,555 0,555 0,555 0,755 0,755 0,755 0,805 0,805 0,805 0,501 0,501 0,501 0,640 0,640 0,514 0,028 0,028 0,028 0,992 0,989 0,978 0,179 0,231 0,413 0,759 0,759 0,759 0,650 0,650 0,650
CR 1,087 1,496 1,271 1,310 1,379 1,239 1,137 0,719 0,898 2,241 2,106 2,173 1,620 1,770 1,938 2,183 2,326 2,407 1,807 1,705 1,508 4,934 4,887 4,525 0,844 0,482 0,696 3,404 3,698 4,131 5,233 6,913 5,455 9,717 7,431 1,581 2,075 1,544 1,656
AGE GROWTH 3,611 0,011 3,638 0,028 3,664 0,041 4,043 0,103 4,060 0,040 4,078 0,067 3,045 0,173 3,091 0,105 3,135 0,079 3,714 0,327 3,738 0,183 3,761 -0,019 4,025 0,147 4,043 0,091 4,060 -0,009 3,466 0,171 3,497 0,066 3,526 0,088 3,178 0,100 3,219 0,069 3,258 -0,105 3,664 0,086 3,689 -0,043 3,714 0,091 3,584 0,123 3,611 0,153 3,638 0,457 3,871 0,098 3,892 0,102 3,912 0,112 3,178 0,206 3,219 0,094 3,258 0,103 2,833 0,415 2,890 0,064 2,944 -0,016 4,554 0,268 4,564 0,141 4,575 0,100
FCF 431046390000 -1278128271000 -1445879197000 -21181000000000 -4117000000000 -13095000000000 -1840258937000 -669109934000 741068028000 -9258681000000 -6420866000000 -1825979000000 -16613900000000 -16571507000000 -13438437000000 -4872616000000 -5766063000000 -5248075000000 -8359589000000 -17567226000000 -6764690000000 -10516242000000 -7104235000000 -8912219000000 -1072862083000 2957237472000 2647511391000 -3905244550712 -4569314464933 -5801088369644 -24017123407674 -31381846329457 -31546714845221 -8815138000000 -7246727000000 -1327869000000 -4064405000000 -2678321000000 -2310114000000 133
TLKM TLKM TLKM UNTR UNTR UNTR
2014 2015 2016 2014 2015 2016
0,649 0,779 0,702 0,563 0,572 0,501
15,000 14,032 16,242 8,028 4,525 7,977
0,433 0,458 0,464 0,595 0,595 0,595
1,061 1,353 1,200 2,060 2,148 2,299
5,063 5,069 5,075 3,738 3,761 3,784
0,108 0,172 0,081 0,051 0,024 0,037
23108000000000 20437000000000 25643000000000 -5081977000000 -4683721000000 -13174193000000
134
Lampiran 3 : Hasil Output Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas 9
Series: Residuals Sample 1 45 Observations 45
8 7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
3.01e-16 0.034245 0.351364 -0.499080 0.194711 -0.516164 2.784275
Jarque-Bera Probability
2.085449 0.352493
2 1 0 -0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
Hasil Uji Multikolinieritas INST INST 1.000000 ROA 0.492743 CR 0.117466 AGE 0.119591 GROWTH -0.258130 FCF -0.115621
ROA 0.492743 1.000000 0.266621 0.482422 0.019483 0.313392
CR 0.117466 0.266621 1.000000 -0.381743 0.183778 -0.450491
AGE 0.119591 0.482422 -0.381743 1.000000 0.006740 0.510333
GROWTH FCF -0.258130 -0.115621 0.019483 0.313392 0.183778 -0.450491 0.006740 0.510333 1.000000 0.033313 0.033313 1.000000
135
Hasil Uji Heterokedastisitas (White) Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.260583 35.19680 22.39118
Prob. F(27,17) Prob. Chi-Square(27) Prob. Chi-Square(27)
0.0416 0.1340 0.7172
Hasil Uji Autokorelasi (LM Test) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.775148 4.039497
Prob. F(2,36) Prob. Chi-Square(2)
0.1840 0.1327
136
Lampiran 4 : Hasil Output Uji Regresi Data Panel
Common Effect Model (CEM) Dependent Variable: DER? Method: Pooled Least Squares Date: 06/22/17 Time: 13:05 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 15 Total pool (balanced) observations: 45 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
INST? ROA? CR? AGE? GROWTH? FCF?
-0.080843 -0.109061 0.012775 0.458989 1.614788 4.08E-15
0.263988 0.018853 0.035229 0.045710 0.519093 6.54E-15
-0.306240 -5.784669 0.362629 10.04139 3.110787 0.624933
0.7611 0.0000 0.7188 0.0000 0.0035 0.5357
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.607345 0.557005 0.337645 4.446173 -11.77331 0.555400
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
0.865735 0.507296 0.789925 1.030813 0.879726
137
Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: DER? Method: Pooled Least Squares Date: 06/22/17 Time: 13:06 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 15 Total pool (balanced) observations: 45 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INST? ROA? CR? AGE? GROWTH? FCF? Fixed Effects (Cross) AKRA—C ASII—C ASRI—C CPIN—C GGRM—C ICBP—C INDF—C INTP—C JSMR—C KLBF—C LPKR—C MNCN—C PTBA—C TLKM—C UNTR—C
4.619879 0.119539 -0.029198 -0.036374 -0.944126 0.698851 2.89E-15
3.409997 0.584169 0.013209 0.022098 0.903513 0.250939 6.37E-15
1.354805 0.204630 -2.210474 -1.646057 -1.044950 2.784947 0.453095
0.1881 0.8396 0.0369 0.1128 0.3065 0.0103 0.6546
0.134550 0.280130 0.081835 -0.072390 0.126645 -0.450610 -0.375730 -0.421451 0.750772 -0.277262 -0.150044 -1.037132 0.575025 1.155463 -0.319801 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.972843 0.950212 0.113194 0.307508 48.33088 42.98754 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.865735 0.507296 -1.214706 -0.371596 -0.900403 2.308651
138
Random Effect Model (REM) Dependent Variable: DER? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/22/17 Time: 13:07 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 15 Total pool (balanced) observations: 45 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INST? ROA? CR? AGE? GROWTH? FCF? Random Effects (Cross) AKRA--C ASII--C ASRI--C CPIN--C GGRM--C ICBP--C INDF--C INTP--C JSMR--C KLBF--C LPKR--C MNCN--C PTBA--C TLKM--C UNTR--C
2.413969 -0.647746 -0.042494 -0.055258 -0.189132 0.983610 4.58E-15
0.427482 0.230906 0.010403 0.019129 0.113363 0.218633 4.55E-15
5.646955 -2.805231 -4.084939 -2.888693 -1.668376 4.498913 1.008424
0.0000 0.0079 0.0002 0.0064 0.1035 0.0001 0.3196
0.132835 0.259864 0.354853 -0.132329 0.027991 -0.085749 -0.088743 -0.216656 0.216424 0.006539 0.016167 -0.180055 -0.012614 0.027806 -0.326333 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.196061 0.113194
Rho 0.7500 0.2500
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.640251 0.583448 0.121859 11.27152 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.273765 0.188809 0.564282 1.552064
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.809294 2.159430
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.865735 0.405571
139
Lampiran 5 : Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel
Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: PERUSAHAAN Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic
d.f.
Prob.
(14,24) 14
0.0000 0.0000
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
12.040373
6
0.0611
7.585230 76.093462
Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PERUSAHAAN Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
140