e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEND PAYOUT RATIO YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) 1
Made Wiradharma Swastyastu, Gede Adi Yuniarta, 2Anantawikrama Tungga Atmadja
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dividend payout ratio pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Penelitian ini mengambil data pada pusat informasi pasar modal dengan cara mendownload data pada web idx.com. Data dalam penelitian ini didapat dari laporan tahunan (annual report) dan Indonesia Capital Direct Market. Sampel ditentukan dengan teknik Purposive Sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data dokumentasi yang sudah dipublikasikan pada website IDX.com. Dari 490 perusahaan yang terdaftar pada pasar modal, perusahaan yang dijadikan sampel sebanyak 17 perusahaan , dan didapat data sampel sebanyak 51 dengan mengalikan banyak perusahaan dengan tahun penelitian. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS versi 19.00. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) Cash ratio tidak berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, (2 Growth tidak berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio, (3) Firm size tidak berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, (4) Profitability (ROA) tidak berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, (5) Debt to Total Asset (DTA) tidak berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio, (6) Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio, (7) Cash ratio, Growth, Firm size, Profitability (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER) secara bersamasama tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Kata kunci: Cash ratio, Growth, Firm size, Profitability (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER), dividend payout ratio. Abstract This study was intended to identify the factors contributing to the policy of dividend payout ratio of the firms registered at the Indonesia’s Stock Exchange. The data were obtained from the center of information of the stock exchange; the data were downloaded from web idx.com. The data were obtained from the Annual Report and Indonesia Capital Direct Market. The sample was determined using Purposive Sampling technique. The type of data used was the secondary data. The data were collected using data documentation published on website IDX.com. Out of 490 firms registered at the Stock Exchange, only 17 were used as the sample. The sample data totaled 51 which were obtained by multiplying the number of firms and the year when the present study was conducted.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) The result of the study showed that 1) cash ratio did not positively affect the dividend payout ratio; (2) growth did not natively affect the dividend payout ratio; (3) the firm size did not positively affect the dividend payout ratio; (4) profitability (ROA) did not positively affect the dividend payout ratio; (5) Debt to Total Asset (DTA) did not negatively affect the dividend payout ratio; (6) Debt to Equity Ratio (DER) did not negatively affect the dividend payout ratio; (7) Cash ratio, Growth, Firm Size, Profitability (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER) did not affect the dividend payout ratio collectively. Keywords: Cash ratio, Growth, Firm Size, Profirtability (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER), dividend payout ratio.
PENDAHULUAN Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin meningkat, tidak hanya dalam satu sektor industri melainkan juga terjadi antara sektor industri. Indeks LQ 45 mengatakan bahwa volume perdagangan saham tidak hanya di dominasi oleh perusahaan manufaktur saja. Dalam kondisi demikian, menuntut setiap perusahaan untuk dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi agar tetap mempunyai keunggulan dan daya saing, sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba bersih seoptimal mungkin. Kurniati (2012) menyatakan laba perusahaan merupakan hasil dari suatu periode tertentu yang dicapai oleh perusahaan. Perusahaan menetapkan kebijakan laba untuk menindaklanjuti perolehan laba yang dapat dialokasikan pada dua komponen yaitu dividen dan laba ditahan. Dalam meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen (dividend yield) adalah tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan. Dividen merupakan distribusi yang berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan hutang perusahaan kepada pemegang saham sebagai proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang (Sartono, 2010). Dividen merupakan bagian dari laba
yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Laba ditahan (retained earning) adalah bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa yang ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (reinvestment) dengan tujuan untuk mengejar pertumbuhan perusahaan (Puspita, 2009). Laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para investor. Riyanto dalam Kumar (2007) menyatakan perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan bersangkutan di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para investor di pihak lain, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan sehingga dapat menimbulkan masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen. Manajer sebagai agent pengelola perusahaan diharapkan mampu menghasilkan keuntungan yang akhirnya dapat dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau cenderung naik dari waktu ke waktu karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi (Ang, 1997). Saxena (1999), mengemukakan bahwa isu tentang dividen sangat penting dengan berbagai alasan, antara lain: pertama, perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur permodalan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan ini bermula dari bagaimana perlakuan manajemen terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan yang pada umumnya sebagian dari penghasilan bersih setelah pajak (Earning After Tax) dibagikan kepada para investor dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan dividen merupakan keputusan yang ditetapkan oleh perusahaan terutama untuk menentukan besarnya laba yang dibagikan dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen mempunyai arti penting bagi perusahaan dikarenakan kebijakan keuangan ini berpengaruh pada sikap atau reaksi investor yang berarti pemotongan dividen dapat dipandang negatif oleh para investor, pemotongan seperti itu seringkali dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan. Selain itu, kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan yang berkaitan dengan sumber pembiayaan (financing) perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pemenuhan kebutuhan dana dari sumber dana intern akan semakin besar dan hal ini akan menjadikan posisi financial dari perusahaan yang bersangkutan semakin kuat karena ketergantungan kepada sumber dana ekstern menjadi semakin kecil (Puspita, 2009). Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa perusahaan dan masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai
perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Akibatnya saham perusahaan menjadi tidak menarik bagi investor. Perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan (Nurmala, 2006). Kebijakan dividen cenderung menjadi salah satu elemen yang paling stabil dan dapat diprediksi oleh perusahaan, dan sebagian besar perusahaan mulai membayar dividen setelah mereka mencapai tahap kematangan bisnis dan ketika tidak ada lagi kesempatan investasi yang menguntungkan perusahaan (Al-Haddad et al., 2011). Proporsi dividen yang dibayarkan pada pemegang saham tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba serta bentuk kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Prosentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut Dividend Payout Ratio (Andriyani, 2008). Untuk menetapkan kebijakan dividen, seorang manager keuangan menganalisis sampai seberapa jauh pembelanjaan dari dalam perusahaan sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu elemen keuangan yang digunakan sebagai pertimbangan adalah cash ratio, yang menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 2006). Semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor akan perusahaan untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Selain cash ratio, manager juga mempertimbangkan aset perusahaan. Semakin besar aset maka semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Ukuran perusahaan juga termasuk dalam
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) pertimbangan manager dalam menetapkan kebijakan dividen. Suatu perusahaan besar yang sudah memiliki perkembangan perusahaan yang baik akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal. Perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal, karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Puspita, 2009). Manager juga mempertimbangkan profitability (ROA), menurut Hanafi (2004) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Pertimbangan lainnya yaitu, debt to total asset (DTA) merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik utang jangka pendek (current liability) maupun utang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besarnya tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholder equity yang dimiliki perusahaan (Puspita, 2006). Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembagian dividend payout ratio (DPR) sudah banyak yang dilakukan. Winatha (2001) mengatakan, berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pengaruh variabel
bebas terhadap kebijakan dividen (DPR) di perusahaan manufaktur ternyata hanya variabel Earning per share, growth of sale, dan corporate tax yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kebijakan dividen (DPR). Risaptoko (2007) dalam penelitiannya terhadap perusahaan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa cash ratio berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, debt to total asset juga berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, variabel growth tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR, begitu juga dengan variabel firm size tidak berpengaruh terhadap DPR, dan ROA tidak berpengaruh terhadap DPR. Kumar (2007) dalam penelitiannya menggunakan 40 perusahaan yang terdaftar di BEI dan membagikan dividen pada tahun 2003-2005 menganalisis pengaruh antara ROA, DER, IOS, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional DPR. ROA berpengaruh positif signifikan, DER berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap DPR, IOS berpengaruh positif tidak signifikan, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR. Secara simultan kelima variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap DPR dan kelima variabel mampu menjelaskan DPR sebesar 36%. Syahbana (2007) dalam penelitiannya menggunakan 31 perusahaan yang terdaftar di BEI dan membagikan dividen pada tahun 2003-2005 menganalisis pengaruh antara ROA, cash ratio, DTA, Growth, dan size terhadap DPR. ROA berpengaruh positif signifikan dan DTA berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR, sementara variabel Cash ratio dan growth mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan dan size mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR. Secara simultan kelima variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap DPR dan kelima variabel mampu menjelaskan DPR sebesar 17.6%. Penelitian Nuringsih (2005) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan, Hutang, ROA dan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan variabel ROA dan DTA berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan Damayanti dan Achyani (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI”. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Growth Asset, Quick Acid Ratio,dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap Dividen Payout Ratio, Sedangkan variabel ROA dan Growth sales berpengaruh positif terhadap DPR. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan kebijakan dividend payout ratio. Peneliti akan meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio dengan menggunakan variabel penelitian diantaranya yaitu : dividend payout ratio sebagai variabel dependen, dan cash ratio, growth, firm size, ROA, DTA dan DER sebagai variabel independen. Maka penelitian ini mengambil judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei).
METODE Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif karena data yang digunakan berbentuk angka-angka. Menurut Sugiyono (2009) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis dengan hipotesis. Jenis penelitian ini merupakan studi empiris, artinya penelitian yang diadakan untuk mendapatkan bukti atau fakta-fakta secara murni dan sebenarnya tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul (Husein, 2009). Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang datanya bersifat kuantitatif. Data Kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka yang kemudian diolah dan diintepretasikan untuk memperoleh makna dari data tersebut (Sugiyono, 2009). Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) masing-masing perusahaan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) selama periode penelitian yang diperoleh dari www.idx.co.id. Populasi menurut Sugiyono (2009) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Subjek dari penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun dan membagikan dividen perusahaan dari 2010-2012 dan selama periode penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan masing–masing perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang jumlah populasi perusahaannya adalah 490 perusahaan sampai tahun 2012. Dengan menganalisis dividend payout ratio, cash ratio, growth, firm size, ROA, DTA dan DER. Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi (Sugiyono, 2009). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode nonprobability sampling tepatnya metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) dengan pertimbangan/kriteria tertentu (Sugiyono, 2009). Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI untuk periode tahun 2010-2012; (2) Perusahaan tersebut selalu mempublikasikan laporan keuangan dan menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) setiap periode pengamatan; (3) Perusahaan yang membagikan dividen tiga tahun berturutturut dari tahun 2010-2012. Maka dari kriteria tersebut terdapat 17 perusahaan yang didapat sebagai sampel dengan rentang tahun penelitian selama 3 tahun yaitu 2010-2012, didapat sampel sebanyak 51. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Karena sebuah model regresi akan dapat dipakai untuk prediksi jika memenuhi sejumlah asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik (Santoso, 2010). Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji Multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis : H0 : Data residual terdistribusi normal. HA : Data residual tidak terdistribusi normal. Apabila nilai signifikansi uji K-S bernilai signifikan maka H0 ditolak yang berarti data residual tidak terdistribusi secara normal, tetapi jika nilai signifikansi uji K-S bernilai tidak signifikan maka H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi secara normal (Ghozali, 2007). Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent) Gujarati dalam Ghozali (2007). Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas, menurut Joseph et.al dalam Ghozali (2007) adalahmempunyai VIF < 10 dan mempunyai angka tolerance < 10
Uji Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji glejser dengan meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independent (Ghozali, 2007). Model tidak mengandung heteroskedastisitas apabila tidak ada variabel yang secara sognifikan mempengaruhi variabel dependen nilai absolute Ut dan probabilitas signifikansi > 0,05 atau 5%. Sedangkan untuk uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin- Watson (DW test). Uji Durbin Witson banyak digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intersep dalam model regresi dan tidak ada autokorelasi lagi diantara variabel bebas. Pengmbilan keputusan untuk autokorelasi dapat dilihat dengan beberapa kriteria Santoso (2010) Angka DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, (2) Angka DW berada diantara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada autokorelasi, (3) Angka DW diatas 2 berarti ada autokorelasi negatif. Selanjutnya teknik analisis kuantitatif yang dipergunakan adalah teknik analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda ini diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 19. Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial (uji t) maupun secara serentak (uji F) serta koefisien determinasi ( R2 ) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil statistik deskriptif menunjukan nilai minimum untuk variabel Dividend Payout Ratio (DPR) adalah -1,20, nilai maksimum adalah 2,04. Hal ini berarti diantara perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2012 yang memperoleh nilai Dividend Payout Ratio (DPR) terendah adalah PT. Tunas Baru Lampung, Tbk (2012) dan Dividend Payout Ratio (DPR) tertinggi diperoleh oleh PT. AKR Corporindo, Tbk (tahun 2010). Nilai rata-rata perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,4106 dengan standar deviasi sebesar 0,46843.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Nilai minimum untuk variabel Cash Ratio adalah 0.02, nilai maksimum adalah 4,34. Hal ini berarti diantara perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2012 yang memperoleh nilai Cash Ratio terendah adalah PT. Buana Finance, Tbk (2012) sedangkan Cash Ratio tertinggi diperoleh oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk (2012). Nilai rata-rata perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,5418 dengan standar deviasi sebesar 0,75301. Nilai minimum untuk variabel Growth adalah -0,13, nilai maksimum adalah 0,81. Hal ini berarti diantara perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2012 yang memperoleh nilai Growth terendah adalah PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk (2010) sedangkan Growth tertinggi diperoleh oleh PT. Buana Finance, Tbk (2011). Nilai ratarata perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,1976 dengan standar deviasi sebesar 0,16424. Nilai minimum untuk variabel Firm Size adalah 26,91, nilai maksimum adalah 33,69. Hal ini berarti diantara perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2012 yang memperoleh nilai Firm Size terendah adalah PT. Sepatu Bata, Tbk (2010) sedangkan Firm Size tertinggi diperoleh oleh PT. Bank Central Asia, Tbk (2012). Nilai rata-rata perusahaan yang menjadi sampel adalah 29,4814 dengan standar deviasi sebesar 1,76555. Nilai minimum untuk variabel ROA adalah -0,01, nilai maksimum adalah 0,42. Hal ini berarti diantara perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2012 yang memperoleh nilai ROA terendah adalah PT. Tunas Baru , Tbk (2010) sedangkan ROA tertinggi diperoleh oleh PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk (2011). Nilai rata-rata perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,1525 dengan standar deviasi sebesar 0,11124. Nilai minimum untuk variabel DTA adalah 0,15, nilai maksimum adalah 0,89. Hal ini berarti diantara perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2012 yang memperoleh nilai DTA terendah adalah PT. Astra Agro Lestari , Tbk (2010) sedangkan DTA tertinggi diperoleh oleh PT. Bank Centra Asia, Tbk
(2010 dan 2011). Nilai rata-rata perusahaan yang menjadi sampel adalah 0,4625 dengan standar deviasi sebesar 0,18177. Nilai minimum untuk variabel DER adalah 0,19, nilai maksimum adalah 8,51. Hal ini berarti diantara perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2012 yang memperoleh nilai DER terendah adalah PT. Astra Agro Lestari , Tbk (2010) sedangkan DER tertinggi diperoleh oleh PT. Bank Centra Asia, Tbk (2010). Nilai rata-rata perusahaan yang menjadi sampel adalah 1,3539 dengan standar deviasi sebesar 1,80089. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dengan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak normal.. Untuk menguji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorof-Smirnov. Residual berdistribusi normal jika tingkat signifikansi menunjukan nilai lebih besar dari 0,05 (5%). Hasil uji normalitas dalam penelitian ini menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,107 > 0,05 berarti data residual terdistribusi normal. Pengujian untuk mendeteksi gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak. Multikolinearitas terjadi jika tolerance lebih kecil dari 0,10 dan nilai VIF lebih dari 10. Hasil Tolerance semua variabel menunjukkan bahwa lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF semua variabel lebih kecil dari 10, maka dalam penelitian ini model regresi tidak terjadi gejala multikolinieritas. Berdasarkan hasil uji Heteroskedastisitas dapat disimpulkan bahwa tidak mengalami Heteroskedastisitas pada penelitian ini, karena melalui pengamatan pada grafik scatterplot tidak terdapat pola tertentu dan titik-titik pada scatterplot menyebar diatas dan dibapah angka 0 (nol) pada sumbu Y, sehingga model regresi tidak terjadi Heteroskedastisitas dan layak dipergunakan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) penelitian ini digunakan uji Durbin Watson (dw). Pada uji durbin watson menunjukan bahwa tidak ada masalah autokorelasi dimana nilai Durbin Watson berada diantara angka -2 sampai dengan 2 (Santoso, 2010). Nilai Durbin Watson dalam penelitian ini sebesar 1,643.
Gambar 1. Scatterplot Uji autokorelasi bertujuan untuk menentukan apakah persamaan regresi layak digunakan untuk memprediksi atau tidak karena uji ini menguji adanya autokorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Dalam
Pengujian selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan baik secara parsial melalui uji t, maupun secara simultan melaui uji F, serta koefisien determinasi R2 untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian secara parsial (uji t), dan pengujian secara simultan (uji F) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Uji Regresi Berganda Cash Ratio, Growth, Firm Size, Profitability (ROA), Debt To Total Asset (DTA), Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Dividend Payout Ratio Model Konstanta CR Growth Firm Size ROA DTA DER R Square = 0.048 F = 0.369 Sig. F = 0.869 Sumber: data primer diolah, 2014 Berdasarkan tabel 1 persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Y = 0.035 - 0.119 + 0.395 + 0.013 + 0.290 0.110 - 0.015 + ε Hasil uji koefisien determinasi untuk keenam variable bebas terhadap dividend payout ratio terlihat bahwa nilai R square sebesar 0.048, yang mengandung arti bahwa cash ratio, growth, firm size, profitability (ROA), debt to total asset
Koefisien 0.035 -0.119 0.395 0.013 0.290 -0.110 -0.015
t 0.024 -1.016 0.872 0.269 0.429 -0.137 -0.188
Sig. t 0.981 0.315 0.388 0.789 0.670 0.891 0.851
(DTA), debt to equity ratio (DER) terhadap dividend payout ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebesar 4,8%. Sedangkan sisanya 95,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Pengaruh Cash Ratio terhadap Dividend Payout Ratio Berdasarkan pengujian hipotesis H1 menunjukkan Cash Ratio memiliki nilai t hitung sebesar -1,016 dan nilai probabilitas
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) sebesar 0,315. Karena t hitung lebih kecil dari t tabel yakni 1,676 dan nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Cash Ratio tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian H1 yang menyatakan Cash ratio berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio ditolak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa posisi cash ratio dalam penelitian ini memiliki posisi yang tidak terlalu kuat untuk pembayaran deviden dimana cash yang dimiliki perusahaan diperhitungkan untuk membayar utang jangka pendek yang diiliki perusahaan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Kurniati (2012).
Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian H3 yang menyatakan Firm size berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio ditolak. Dapat disimpulkan bahwa firm size suatu perusahaan belum bisa menjamin perusahaan tersebut membagikan laba kepada pemilik perusahaan dalam bentuk deviden atau dana tunai, perusahaan bisa lebih memilih menahan laba dimana laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Nuringsih (2005), Damayanti dan Achyani (2006), Kurniati (2012).
Pengaruh Growth terhadap Dividend Payout Ratio Berdasarkan pengujian hipotesis H2 menunjukkan Growth memiliki nilai t hitung sebesar 0,872 dan nilai probabilitas sebesar 0,388. Karena t hitung lebih kecil dari t tabel yakni 1,676 dan nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Growth tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian H2 yang menyatakan Growth berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio ditolak. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membutuhkan dana yang besar pula dimasa mendatang dengan demikian manajer lebih memilih untuk menahan laba menjadi dana internal perusahaan dibanding membagikannya sebagai deviden. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Kurniati (2012).
Pengaruh Profitability (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio Berdasarkan pengujian hipotesis H4 menunjukkan Profitability (ROA) memiliki nilai t hitung sebesar 0,429 dan nilai probabilitas sebesar 0,670. Karena t hitung lebih besar dari t tabel yakni 1,676 dan nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Profitability (ROA) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian H4 yang menyatakan Profitability (ROA) berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio ditolak. Dapat disimpulkan Profitability (ROA) tidak memberikan pengaruh terhadap pembagian deviden kepada pemegang saham dikarenakan manajer akan mempertimbangkan tingkat biaya dimasa yang akan datang akan meningkat karena pertumbuhan perusahaan yang terjadi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Nuringsih (2005), namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Damayanti dan Achyani (2006), Merpaung dan Hadianto (2005), Kurniati (2012).
Pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio Berdasarkan pengujian hipotesis H3 menunjukkan Firm Size memiliki nilai t hitung sebesar 0,269 dan nilai probabilitas sebesar 0,789. Karena t hitung lebih besar dari t tabel yakni 1,676 dan nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Firm Size tidak berpengaruh terhadap Dividend
Pengaruh Debt to Total Asset (DTA) terhadap Dividend Payout Ratio Berdasarkan pengujian hipotesis H5 menunjukkan Debt to Total Asset (DTA) memiliki nilai t hitung sebesar -0,137 dan nilai probabilitas sebesar 0,891. Karena t
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) hitung lebih besar dari t tabel yakni 1,676 dan nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Total Asset (DTA) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian H5 yang menyatakan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. ditolak. Semakin besar rasio Debt to total assets DTA menunjukkan semakin besarnya tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dapat disimpulkan tidak berpengaruhnya debt to total asset bisa jadi disebabkan tingginya pengalokasian dana untuk utang jangka pendek (current liability) maupun utang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya, hal ini mengindikasikan baiknya pengalokasian keuangan perusahaan untuk kebutuhan internal perusahaan. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio Berdasarkan pengujian hipotesis H6 menunjukkan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai t hitung sebesar -0,188 dan nilai probabilitas sebesar 0,851. Karena t hitung lebih besar dari t tabel yakni 1,676 dan nilai probabilitas lebih besar dari α = 0,05, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian H6 yang menyatakan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio ditolak. Hal ini berarti semakin meningkatnya debt to equity ratio , maka hal tersebut berdampak pada profitabilitas perusahaan, karena sebagian dipergunakan untuk membayar pinjaman, dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (EAT) akan semakin berkurang (karena sebagian untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) akan semakin
menurun. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kewajiban suatu perusahaan, maka akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Pengaruh cash ratio, growth, firm size, profitability (ROA), debt to total asset (DTA), debt to equity ratio (DER) terhadap dividend payout ratio Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara simultan pada cash ratio, growth, firm size, profitability (ROA), debt to total asset (DTA), debt to equity ratio (DER) terhadap dividend payout ratio perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pengujian hipotesis H7 melalui F-test terlihat bahwa F hitung sebesar 0,369 < 2,31 dan nilai probabilitas yaitu 0,895 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H7 yang menyatakan Cash ratio, Growth, Firm size, Profitability (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap dividend payout ratio ditolak. Variabel bebas yang di pakai untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi dividen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan. Ada faktor lain yang lebih mendominasi dari keputusan kebijakan dividen. Menurut Brigham (1999) ada teori mengenai kebijakan dividen yaitu Information content or signaling hypothesis. Di dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mengalami masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen sematamata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin preferensi terhadap dividen.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: (1) Cash Ratio tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) Growth tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (3) Firm Size tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (4) Profitability (ROA) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (5) Debt to Total Asset (DTA) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (6) Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (7) Cash ratio, growth, firm size, profitability (ROA), debt to total asset (DTA), debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh secara simultan terhadap dividend payout ratio perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saran Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian yaitu bagi pihak investor perlu memperhatikan cash position, growth, firm size, return on assets, Debt to Total Asset, dan Debt to Equity Ratio sebagai pertimbangan dalam menentukan investasi pada masa mendatang apabila mengharapkan pembayaran dividen. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya terbatas menggunakan empat variabel independen yaitu cash position, growth, firm size, return on assets, Debt to Total Asset, dan Debt to Equity Ratio yang dipertimbangkan dalam mempengaruhi dividend payout ratio, sehingga masih banyak faktor lain yang dapat dipertimbangkan mempengaruhi dividend payout ratio untuk penelitian
selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel yang lain, misalnya variabel insider ownership, shareholder dispersion, dan risiko perusahaan. Penelitian ini juga dapat menambah referensi penelitian yang ada sebagai informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Ang, R, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft. Jakarta. Brigham, Eugene F. 2006. Fundamental of Financial Management. Third Edition. Holt-Saunders Japan : The Dryden Press. Damayanti, S dan Achyani, F. 2006. Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.5 No.1 April. p.51-62. Dewi, Kurniati. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Skripsi. Program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati, Denpasar. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hanafi M. Mamduh. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE Kumar, Suwendra. 2007. Analisis pengaruh Struktur Kepemilikan, Investment Opportunity Set (IOS), dan RasioRasio Keuangan Terhadap DPR. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Merpaung dan Hadianto. 2005. Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen pada Emiten Pembentukan Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Nuringsih. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan, Hutang, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi. Nurmala. 2006. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham Perusahaan-perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Mandiri Vol.9 No.1 Juli-September. p. 17-24. Puspita, Fira. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20052007). Tesis Universitas Diponegoro Semarang. Risaptoko, RB,A 2007. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to total asset, Asset Growth, Firm size, dan Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Komparatif pada Perusahaan yang Listed di BEJ yang Sahamnya Ikut Dimiliki Manajemen dan Yang Sahamnya Tidak Dimiliki Manajemen Periode Tahun 2002-2005. Tesis yang Tidak Dipublikasikan. Riyanto, Bambang. 2001. Pembelanjaan Yogyakarta: BPFE.
Dasar-Dasar Perusahaan.
Saxena, Atul K. 1999. Determinant of Dividend Payout Policy: Regulated Versus Unregulated Firms, The Journal of Finance. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Kesebelas. Bandung: Alfabeta. Syahbana, A 2007. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2003-2005 .Tesis yang Tidak Dipublikasikan. Utami. 2008. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Dividen pada Sektor Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20032007.Skripsi. Widiantari, Winda. 2013. Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei). Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Mahasaraswati Denpasar. Yuniningsih. 2002. Interdependensi antara Kebijakan Dividen Payout Ratio, Financial Leverage, dan Investasi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol.9 No.2 September. p. 164-182. Weston, J.Fred dan Copeland. 1992. Manajemen Keuangan. Jakarta : Binarupa Aksara.